Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

34
TUTORIAL 4 BLOK 4 INFLAMASI Angkatan 2011 Dibuat oleh Kelompok 3: FELICIA 11100002 NELSFI 11100003 ADRIAN 11100005 RIANA 11100025 ELSA 11100029 DITA 11100070 HARDY 11100095 ANDRE 11100123 DYOTA 11100134 OSCAR 11100144 MAYSELLA 11100224

description

inflamasi

Transcript of Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Page 1: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

TUTORIAL 4 BLOK 4

INFLAMASI

Angkatan 2011

Dibuat oleh Kelompok 3:

FELICIA 11100002

NELSFI 11100003

ADRIAN 11100005

RIANA 11100025

ELSA 11100029

DITA 11100070

HARDY 11100095

ANDRE 11100123

DYOTA 11100134

OSCAR 11100144

MAYSELLA 11100224

Page 2: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

ISTILAH-ISTILAH

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan, Karena jumlah electron ganjil, makan tidak semua elekron berpasangan sehingga bersifat sangat reaktif. Dalam kepustakaan kedokteran radikal bebas sering disamakan dengan oksidan karena memiliki sifat yang mirip dan dapat menyebabkan kerusakan yang sama walaupun prosesnya berbeda. Radikal bebas dibagi dalam dua macam yaitu radikal bebas yang diinhalasi seperti asap rokok, polutan ( NO, NO2 ) dan ozon (O3), .serta radikal bebas yang dilepaskan oleh sel radang, seperti anion superoksida (O2) , radikal hidroksil (OH), radikal peroksil (OOH).2-

ROS (Reactive Oxygen Species) adalah spesies seperti superoksida, hidrogen peroksida, dan hidroksil radikal. Pada tingkat rendah, spesies ini dapat berfungsi dalam proses sinyal sel. Pada tingkat yang lebih tinggi, spesies ini dapat merusak makromolekul seluler (seperti DNA dan RNA) dan berpartisipasi dalam apoptosis (kematian sel terprogram).

ROS juga menyebabkan kerusakan oksidatif DNA, termasuk untai istirahat dan basis dan modifikasi nukleotida, terutama di urutan dengan guanosin modifikasi oksidatif tinggi content.7 menginduksi respon perbaikan yang kuat, ditandai dengan eksisi nukleotida basis dimodifikasi dan. Double-stranded DNA istirahat juga mengaktifkan enzim perbaikan DNA, termasuk ATM (bermutasi dalam telangiectasia ataksia) dan ATR (ATM-terkait kinase). Kedua ATM dan ATR secara langsung memfosforilasi dan mengaktifkan kinase pos pemeriksaan tertentu, seperti chk2 dan hCDS1, dengan fosforilasi berikutnya dari gen p53 penekan tumor.

p53 adalah mutasi yang paling umum dalam kanker manusia dan memiliki peran utama dalam pengawasan genom. p53 merangsang eksisi repair8 dasar tetapi juga koordinat respon sel terhadap kerusakan. fosforilasi protein p53 menstabilkan dan meningkatkan aktivitas transkripsi nya, merangsang pertumbuhan penangkapan baik dan apoptosis. Jadi, ROS-diinduksi kerusakan DNA menyebabkan aktivasi p53, dan pertumbuhan penangkapan dan apoptosis setelah kerusakan DNA sebagian tergantung pada p53.

Meskipun keberadaan ROS dalam plak aterosklerotik tidak disengketakan, sel-sel target utama ROS secara in vivo tidak jelas. Secara khusus, menginduksi ROS toksisitas di banyak jenis sel vaskular pada culture.9 Dalam pandangan ini, studi oleh Martinet et al10 dalam edisi ini Penelitian Sirkulasi memberikan wawasan penting ke dalam peran ROS di atherogenesis dan stabilitas plak. Peneliti ini menunjukkan bahwa makan kolesterol kelinci menginduksi kerusakan oksidatif pada plak, yang diwujudkan oleh ekspresi dari 8-okso-G, sebuah modifikasi oksidatif residu guanin dalam DNA, untai DNA istirahat 7, dan apoptosis. Sebuah respon dinilai terlihat, persentase sel mengekspresikan penanda yang 8-okso-G> istirahat untai> apoptosis, konsisten dengan sedikit sel-sel menunjukkan derajat peningkatan kerusakan oksidatif. Perubahan ini dikaitkan dengan ekspresi enzim perbaikan DNA dan p53. Yang penting, tanda tersebut dari kerusakan oksidatif dengan cepat reversibel dengan menurunkan kolesterol.

Penelitian oleh Martinet et al10 berikut bukti tubuh yang melibatkan p53 sebagai pengatur jumlah makrofag dalam atherosclerosis. Makrofag tampaknya menjadi sel membagi utama dalam aterosklerosis maju, terutama setelah plak rupture.11 p53 dinyatakan dalam inflamasi sel-daerah yang kaya plak, dan plak pada p53-nol hewan yang lebih luas dan menunjukkan

Page 3: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

peningkatan proliferasi sel dibandingkan dengan hewan kontrol , menunjukkan bahwa p53 batas sel makrofag number.12 Selain itu, Martinet et al10 menemukan korelasi negatif antara penanda proliferasi sel dan kerusakan DNA atau ekspresi p53.

Yang penting, penelitian ini juga menunjukkan bahwa makrofag adalah target untuk ROS-diinduksi kerusakan DNA, mereka sendiri merupakan sumber utama ROS. Memang, penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa makrofag apoptosis pada plak aterosklerotik manusia diaktifkan, antigen mengungkapkan, dan oksidatif stressed.13 Jadi, lokal pembentukan ROS dapat menyebabkan penangkapan kedua makrofag pertumbuhan dan apoptosis. Pandangan terakhir makrofag pada aterosklerosis berhipotesis bahwa makrofag diaktifkan mempromosikan ketidakstabilan plak oleh sekresi metaloproteinase yang menurunkan matriks dan collagen.14 Selain itu, produk yang mengandung NO makrofag dapat menginduksi apoptosis VSMC, 15 dengan pengurangan konsekuensi dalam sintesis kolagen. Dengan demikian, stabilitas plak telah dianggap keseimbangan efek negatif dari makrofag dan efek positif dari VSMCs, pengurangan dalam jumlah makrofag dengan menghambat proliferasi atau apoptosis karena akan dianggap menguntungkan. Memang, menurunkan kolesterol dan pengobatan dengan inhibitor HMGCoA reduktase, terapi dengan manfaat klinis terbukti, mengurangi kadar makrofag dari human16 dan hewan lesions.17

Sebaliknya, studi terbaru menunjukkan bahwa apoptosis makrofag colocalizes dengan pecahnya plak di humans18 menunjukkan bahwa sudut pandang ini dapat menggambarkan lingkungan mikro plak kompleks. Satu penjelasan untuk colocalization adalah bahwa apoptosis makrofag secara langsung mempromosikan pembentukan inti nekrotik dalam lesi maju. Jadi, apoptosis pada lesi yang paling maju terjadi pada makrofag terletak sekitar core.19 nekrotik Inti nekrotik memiliki aktivitas prokoagulan utama dari lesi, yang sebagian disebabkan karena mikropartikel dibentuk oleh apoptosis inflamasi cells.20 colocalization apoptosis makrofag dengan pecahnya plak dapat Oleh karena itu mencerminkan apoptosis makrofag mempromosikan pembentukan inti; ruptur plak dengan core lebih luas dapat menyebabkan koagulasi lebih luas, oklusi pembuluh darah, dan kematian jantung. Namun, Kolodgie et al18 menemukan bahwa infiltrasi makrofag dan apoptosis di tutup berserat dikaitkan dengan pecahnya plak. Hal ini berpendapat kuat bahwa apoptosis makrofag, atau proses yang pada akhirnya menyebabkan apoptosis, mempromosikan baik atherogenesis (melalui pembentukan inti) dan ketidakstabilan plak, mungkin oleh efek terpisah di topi berserat. Dengan demikian, kerusakan oksidatif pada makrofag secara langsung dapat mempromosikan ruptur plak selain mempromosikan pembentukan inti nekrotik.

Tarif apoptosis VSMC juga meningkat pada plak aterosklerotik maju dibandingkan vessels21 normal dan stabil dibandingkan pada lesi yang stabil, 22 menunjukkan bahwa apoptosis VSMC mempromosikan ruptur plak. VSMC apoptosis juga mempromosikan rekrutmen monosit melalui thrombosis23 dan ekspresi chemoattractants.24 monosit demikian, apoptosis VSMC dalam atherosclerosis canggih tampaknya seragam merugikan. Meskipun pemicu apoptosis plak VSMC tidak diketahui, apoptosis terjadi di daerah VSMC konten makrofag tinggi, 19 sitokin makrofag dan NO menginduksi p53, apoptosis VSMC colocalizes dengan ekspresi p53, dan p53 menginduksi plak manusia VSMC apoptosis.25 Hal ini menunjukkan hipotesis menarik yang ROS-diaktifkan makrofag menginduksi apoptosis melalui sitokin VSMC atau NO induksi p53. Terhadap hipotesis ini, Martinet et al10 menemukan bahwa apoptosis dalam sel terjadi VSMC miskin daerah tidak terkait dengan sintesis DNA atau perbaikan.

Page 4: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Temuan oleh Martinet et al10 juga membantu menentukan nasib makrofag dalam plak selama reduksi kolesterol. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa makrofag menghilang dari lesi pada penurunan kolesterol. Jelas, sel dapat menghilang dengan baik kematian sel atau emigrasi. Martinet et al menemukan bahwa kerusakan oksidatif, istirahat untai DNA, dan apoptosis yang berkurang selama regresi lesi, menunjukkan bahwa jumlah makrofag mengurangi oleh emigrasi. Jika apoptosis makrofag merugikan stabilitas plak, bagaimana makrofag meninggalkan plak (apoptosis dibandingkan emigrasi) dapat menentukan hasil klinis. Bagaimana monosit bermigrasi ke dinding pembuluh darah telah intensif dipelajari. Sebaliknya, sedikit yang diketahui tentang mekanisme emigrasi makrofag. Jika pengurangan makrofag tidak menentukan stabilitas plak, maka mekanisme tersebut juga harus menjadi area studi intensif.

Antebrachii dextra

Anatomi dan Fisiologi AntebrachiidextraAntebra chii terdiri atas dua buah tulang parallel yang berbeda panjang bentuknya ; os radius dan os ulna. Disebelah proksimal membentuk tiga persendian sedangkansebelah distal dua persendian. Tulang radius , lebih pendek daripada ulna, bentuk lebihmelengkung dan bersendi dengan os ulna pada bagian proksimaldan distal ´ radio-ulnar joint ‘ yang bersifat rotator. Antara kedua tulang ini juga dihubungkan oleh membraninterroseus , suatu jaringan fibrous yang  berjalan abliq dari ulna ke radius. Membran ini berfungsi merotasikan tulang radius terhadap os ulna , yangmenghasilkan gerakan pada lengan bawah Muskuli antebrachii dapat dikelompokan, muskuli kompartemenantrior dan posterior.

Page 5: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Tekanan vena jugularis atau Jugular venous pressure (JVP) adalah tekanan sistem vena yang diamati secara tidak langsung (indirek). Secara langsung (direk), tekanan sistem vena diukur dengan memasukkan kateter yang dihubungkan dengan sphygmomanometer melalui vena subclavia dextra yang diteruskan hingga ke vena centralis (vena cava superior).

Karena cara tersebut invasif, digunakanlah vena jugularis (externa dexter) sebagai pengganti sphygmomanometer dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira-kira berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua linea midaxillaris.

Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus sternocleidomastoideus.

JVP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi leher; jauh lebih tinggi daripada normal.

JVP diukur pada seseorang dengan posisi setengah duduk 45° dalam keadaan rileks. Pengukuran dilakukan berdasarkan tingkat pengisian vena jugularis dari titik nol atau dari sudut sternum. Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4 cm di atas sudut sternum.

Hematokrit (Ht)

Hematokrit (Ht) adalah angka yang menunjukkan persentasi zat padat dalam darah terhadap cairan darah. Dengan demikian, bila terjadi perembesan cairan darah keluar pembuluh darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh darah, akan terjadi peningkatan kadar hematokrit.Jadi, berkurangnya cairan membuat persentasi zat padat darah terhadap cairannya naik sehingga kadar hematokritnya juga meningkat. Biasanya kadar hematokrit normal berkisar antara 3 kali nilai Hb.

Vesicular Breath Sound terdiri dari fase tenang, inspirasi tipis diikuti oleh fase, singkat ekspirasi hampir diam. Mereka terdengar di bagian perifer paru-paru. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, ini suara yang tidak diproduksi oleh udara yang bergerak melalui bronkiolus terminal dan alveoli tetapi lebih merupakan hasil dari redaman suara napas yang diproduksi di dalam bronkus pada daerah hilus paru-paru. Suara ini mungkin tidak ada atau diam di pinggiran hewan yang beristirahat normal. Mereka sangat bervariasi dalam intensitas tergantung pada spesies, ventilasi, dan kondisi tubuh. Peningkatan intensitas mungkin terkait dengan konsolidasi paru.

Penyebab untuk intensitas penurunan suara napas yang normal vescular.1. Efusi pleura (Pemisahan melakukan unit dari dinding dada)2. Penebalan pleura (-lakukan-)3. Runtuh paru-paru dengan bronkus tersumbat (Hilangnya melakukan jalur)4. Emfisema (Hilangnya aliran laminar dan aliran udara kecepatan rendah karena acinus distensi)5. Bronkial asma (oklusi melakukan saluran napas)

Page 6: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

6. Dada tebal dinding (misalnya; Obesitas) (pemisahan steth dari wilayah aktivitas "paru-paru").

Ronchi adalah nada rendah dan sangat kasar terdengar , suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan / mukus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi.

Luka Bakar Grade adalah tingkatan pada luka bakar. klasifikasi dari derajat luka bakar yang banyak digunakan di dunia medis adalah jenis "Superficial Thickness", "Partial Thickness" dan "Full Thickness" dimana pembagian tersebut didasarkan pada sejauh mana luka bakar menyebabkan perlukaan apakah pada epidermis, dermis ataukah lapisan subcutaneous dari kulit. Pengklasifikasian luka tersebut digunakan untuk panduan pengobatan dan memprediksi prognosis.

INFLAMASI AKUT

Rubor (redness), tumor (swelling), calor(heat), dolor(pain), tanda-tanda ini lebih terlihat pada inflamasi akut. Tanda kelima adalah loss of function (fumgsio laesa). Inflamasi bukan penyakit tetapi respon non spesifik yang mempunyai manfaat kepada host . Tujuan inflamasi adalah membawa sel fagositik menuju ke tempat adanya jejas untuk menahan serangan bakteri.

Inflamasi akut adalah respon yang sangat cepat dari penderita untuk menghantarkan leukosit dan plasma protein, seperti antibody ke tempat terjadi infeksi atau kerusakan jaringan. Inflamasi akut mempunyai 3 komponen utama yaitu

- vasodilatasi yang menyebabkan meningkatnya aliran darah,

- perubahan struktur di dalam mikrovaskulatur yang membuat protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi (peningkatan permeabilitas vaskuler)

- emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi, dan berkumpul ke tempat terjadinya jejas.

Penyebab (etiologi) inflamasi akut:

- infeksi dan racun mikroba. Ini adalah penyebab tersering dari inflamasi.

- Nekrosis jaringan seperti iskemia, trauma, dan luka fisik serta luka kimia (contohnya: termal injury, seperti luka bakar).

- Foreign bodies seperti splinters, dirt, sutures disebabkan karena luka trauma jaringan atau membawa mikroba

- Reaksi imun seperti autoimun.

Perubahan vaskuler

Perubahan vaskuler adalah perubahan pada caliber dan aliran darah.

Page 7: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Proses:

1. Setelah vasokonstriksi sementara, terjadi vasodilatasi arteriol mengakibatkan peningkatan aliran darah dan hyperemia (penyumbatan local) pada kapiler darah. Pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan timbulnya eritema(menjadi merah) dan hangat.

2. Mikrovaskulatur mejadi lebih permeable, mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan ekstravaskular, menyebabkan eritrosit menjadi lebih terkonsentrasi sehingga meningkatkan viskositas darah dan memperlambat sirkulasi . Secara mikroskopik digambarkan oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati eritrosit. Proses tersebut dinamakan stasis.

3. Saat terjadi stasis, leukosit neutrofil mulai keluar dari aliran darah dan berakumulasi di sepanjang permukaan endotel pembuluh darah. Proses ini disebut marginasi. Setelah melekat pada sel endotel, leukosit menyelip di antara sel endotel tersebut dan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah menuju jaringan interstitial.

Manifestasi pada inflamasi akut :

1. Dilatasi pembuluh darah2. Ekstravasasi cairan plasma dan protein3. Emigrasi dan akumulasi leukosit di tempat jejas.

Peningkatan permeabilitas vaskuler

Pada tahap awal inflamasi, vasodilatasi arteriol dan aliran darah yang bertambah meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskuler dan pergerakan cairan dari kapiler. Cairan ini dinamakan transudat (tansudat adalah ultrafiltrat plasma darah yang mengandung sedikit protein). Namun transudasi segera menghilang dengan meningkatnya permeabilitas vaskuler, yang memungkinkan pergerakan cairan kaya akan protein dari sel ke dalam interstitium (disebut eksudat). Hilangnya cairan kaya akan protein ke dalam ruang perivaskular menurunkan tekanan osmotic intravascular dan meningkatkan tekanan osmotic cairan interstitial. Hasilnya: mengalirnya air dan ion ke dalam jaringan ekstravaskuler. Akumulasi cairan ini dinamakan edema.

Inflamasi akut menyebabkan kebocoran selapis endotel melalui sejumlah cara:

1. Kontraksi sel endotel menyebabkan interselular gap pada venula. Pada permeabilitas vascular yang meningkat, bentuk tersering kontaksi sel endotel adalah proses reversible yang dihasilkan oleh histamine, bradikinin, leukotrien, dan lainnya. Hal ini mengakibatkan immediate transient response. Retraksi sel endotel merupakan mekanisme reversible lain yang menimbulkan peningkatan permeabilitas vascular.

2. Jejas endotel langsung, mengakibatkan kebocoran vaskuler yang menyebabkan nekrosis dan lepasnya sel endotel. Lepasnya sel endotel sering kali disertai adhesi trombosit dan trombosis. Kebocoran dimulai segera setelah terjadi jejas dan menetap

Page 8: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

sampai pembuluh darah yan g rusak mengalami thrombosis/diperbaiki. Jejas endotel langsung ini biasanya terlihat pada luka bakar atau infeksi .

3. Jejas endotel yang bergantung leukosit dapat terjadi akibat akumulasi leukosit selama inflamasi. Leukosit seperti itu dapat melepaskan spesies oksigen toksik dan enzim proteolitik yang menyebabkan lepasnya endotel.

4. Peningkatan transitosis melalui sitoplasma endotel. Transitosis terjadi melalui saluran yang disebut organelavesikovakuolar yang berlokasi di interselular junction. Beberapa faktor seperti VEGF menimbulkan kebocoran dengan meningkatkan jumlah dan ukuran saluran ini.

5. Kebocoran yang tertunda.6. Kebocoran dari pembuluh darah baru. Beberapa kapiler darah baru dari proses

angiogenesis mengalami kebocoran sampai sel endotel matur dan terbentuk interselular junction.

Pada luka bakar akibat panas, kebocoran terjadi akibat kontraksi endotel yang diperantarai secara kimiawi, juga akibat jejas langsung dan kerusakan yang diperantarai leukosit.

Urutan kejadian ekstravasasi leukosit :1. Marginasi

Sel darah yang sedang menuju venula pascakapiler mengalami aliran laminar vascular yang berguna untuk membersihkan aliran darah dari kapiler. Aliran darah ini menyebabkan sel-sel eritrosit discoid yang berbentuk lebih kecil lebih mudah melewatinya sehingga leukosit terdorong kea rah perivaskuler,terdorongnya leukosit ke perivaskuler juga dibantu oleh meningkatnya permeabilitas vascular dan meningkatnya viskositas vascular.

2. RollingProses bergulingnya leukosit pada permukaan endotel untuk menempel pada endotel. Pada keadaan ini terjadi adhesi transien (sementara) yang diperantarai oleh selektin.Selektin-selektin itu adalah :

Selektin E (CD62E) yang hanya berada di endotel Selektin P (CD62P) yang hanya berada di endotel dan trombosit Selektin L (CF62L) yang hanya berada pada leukosit

Tetapi selektin juga dapat berikatan dengan oligosakarida yang dihasilkan leukosit yang bernama Sialyl-Lewis X karena leukosit belum tentu mempunyai ligan selektin yang sesuai. Selektin endotel hanya keluar pada saat keadaan rendah yang diatur oleh mediator spesifik contohnya Selektin P yang ditemukan di dalam sel Endotel pada Badan Weibel-Palade (tidak aktif) yang diaktifkan oleh mediator seperti histamine/thrombin. Selektin E keluar karena ada induksi setelah terjadi respon inflamasi yang diaktifkan oleh mediator IL-1 dan TNF yang dihasilkan oleh Sitokin.

Page 9: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

3. AdhesiSetelah proses rolling selesai dan leukosit sudah mengalami adhesi transien dengan endotel,berikutnya akan terjadi adhesi tetap yang diperantarai oleh molekul super family immunoglobulin yang berikatan dengan integrin leukositMolekul adhesi endotel : ICAM-1 (Intravaskular Cell Adhesive Molecule-1) dan VCAM-1 (Vasculare Cell Adhesive Molecule-1) yang merupakan sitokin seperti IL-1 dan TNFIntegrin : terdapat pada leukosit yang merupakan glikoprotein heterodimer (tersusun atas rantai alpha dan beta yang berbeda)Agar molekul adhesi endotel dan integrin dapat berikatan maka integrin harus mendapatkan suatu rangsang kemotaktik dari makrofag agar berubah menjadi High Affiniate State,pada keadaan normal intergrin berada pada keadaan Low Affiniate State (Keadaan ikatan lemah)

4. TransmigrasiSetelah proses adhesi selesai maka Leukosit akan mengalami Diapedesis,yang keluar diantara sel pada intercellular junction yang diperatai oleh PECAM-1 (Perivasculare Endothel Cell Adhesive Molecule-1). Setelah melintasi endothelial junction,leukosit akan menembus membran basalis dengan cara mendegradasinya secara fokal menggunakan kolagenase yang sudah disekresi.

METABOLISME ASAM ARAKIDONAT

Metabolit utama dari aasam arakhidonat (eikosanoid) ada tiga, yaitu prostaglandin, leukotrien, dan lipoksin. Ketiga hormon ini merupakan hormone jangka pendek yang bekerja secara local di tempat pembentukannya (tempat terjadinya inflamasi) yang pada akhirnya akan rusak spontan dengan cepat atau dihancurkan secara enzimatik.

Asam Arakhidonat (AA) merupakan asam lemak tak jenuh ganda dengan 20 atom karbon, yang berasal dari asam linoleat makanan dan dari dalam tubuh, dimana fosfolipid pada membrane sel yang akan melepaskannya. Rangsangan mekanik, kimiawi, fisik atau mediator radang dapat mengaktifkan fosfolipase, sehingga fosfolipid melepas AA. Metabolism AA ada dua jalaur, yaitu Siklooksigenase dan Lipoksigenase. Sintesis AA akan meningkat pada tempat respon radang dan agen yang menginhibisi sintesisnya juga mengurangi inflamasi. Metabolism AA terjadi pada seluruh sel.

Jalur Siklooksigenase, produk produk dari jalur ini merupakan hasil dari kerja enzim yang spesifik. Misalnya trombosit mengandung enzim tromboksan sintase maka akan terbentuk TXA2 (untuk agregrasi trombosit dan vasodilatasi) sebagai produk utama prostaglandin dari trombosit; endotel yang kekurangan enzim tromboksan sintase namun memiliki enzim prostasiklin sintase akan membentuk PGI2 (sebagai vasodilator dan inhibitor agregrasi trombosit yang poten). PGD2, PGE2, dan PGF2a adalah metabolit utama jalur

Page 10: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

siklooksigenase dari mast sel. Prostaglandin berperan sebagai pathogenesis rasa nyeri dan demam pada inflamasi, PGE2 berperan dalam meningkatkan sensitivitas nyeri dan dapat menyebabkan demam apabila berinteraksi dengan sitokin.

1.1 Proses siklooksigenase

Jalur Lipoksigenase, 5 lipoksigenase digunakan untuk memetabolisme AA dalam netrofil menjadi 5-HPETE. Namun 5-HPETE ini berada dalam keadaan yang tidak stabil sehingga direduksi menjadi 5-HETE atau diubah menjadi kelompok senyawa lain, yaitu leukotrien. Yang pertama adalah Leukotrien A4, dimana akan diubah menjadi Leukotrien B4 (berperan dalam kemotaksis) melalui proses hidrolisis enzimatik atau meningkatkan Leukotrien C4 melalui penambahan glutation. Leukotrien C4, Leukotrien D4, dan Leukotrien E4 berperan dalam vasokonstriksi dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Produk dari AA dapat melintas dari sel satu ke sel lainnya dan dari sel yang berbeda dapat bekerja sama satu sama lainnya untuk menghasilkan eikosanoid lainnya, yaitu lipoksin, proses ini disebut juga sebagai biosintesis transeluler. Lipoksin ini ada dua, yaitu Lipoksin A4 dan Lipoksin B4 yang kerjanya saling berlawanan. Lipoksin adalah regulator negative endogen dari kerja leukotrien --- menginhibisi kemotaksis dan adhesi neutrofil sambil merangsang adhesi monosit.

Page 11: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

1.2 Proses Lipoksigenase (bagian kanan)

NETROFIL

AA

5-lipoksigenase

LTA4

12-lipoksigenase

LTB4

TROMBOSIT

LTC4

LTC4 sintase

LTA4

12-lipoksigenase

Lipoksin

1.3 Biosintesis Leukotrien dan Lipoksin. Neutrofil teraktivasi, mengubah AA menjadi Leukotrien A4 dan diubah menjadi Leukotrien B4, tidak memiliki LTC4 sintase. Trombosit kekurangan 5-lipoksigenase, namun dapat mengubah LTA4 menjadi LTC4 dan lipoksin lainnya.

Pada jalur siklooksigenase dihambat oleh inhibitor COX 1 dan COX 2, aspirin, dan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid). Aspirin dan OAINS akan menghambat jalur siklooksigenasi dari awal sehingga menghambat sintesis prostaglandin, dimana keadaan ini sangat efektif untuk mengobati rasa nyeri dan demam yang terjadi. Namun ada efek

Page 12: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

negatifnya, yaitu menyebabkan ulserasi gaster, karena menghambat COX 1 dan COX 2. COX 1 terdapat pada mukosa gaster, dan prostaglandin mukosa dari COX 1 berperan dalam proteksi terhadap kerusakan yang diinduksi oleh asam.

Platelet Activating Factor (PAF), merupakan mediator yang berasal dari fosfolipid dan diproduksi oleh mast sel. PAF ini dapat menyebabkan agregrasi serta pelepasan trombosit, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler, peningkatan adhesi leukosit, dan kemotaksis leukosit

Sitokin, adalah protein yang dihasilkan oleh limfosit serta makrofag aktif. Sitokin akan dihasilkan selama terjadi respon terhadap radang dan imun, serta sekresinya bersifat sementara. Sitokin memiliki lima fungsi :

1. Untuk mengatur fungsi limfosit aktivasi dan merangsang proliferasi2. Sitokin pada imunitas bawaan --- respon primer terhadap rangsang yang

membahayakan, meliputi TNF dan IL-13. Mengaktifkan sel radang terutama makrofag4. Kemokin, yang menstimulasi gerakan dari leukosit5. Merangsang hematopoiesis

RADIKAL BEBAS

Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga senyawa ini bersifat sangat reaktif. Senyawa ini dapat ditimbulkan oleh polusi akibat asap kendaraan bermotor, asap rokok dan pola gaya hidup yang tidak sehat.

Macam Radikal Bebas:- O2

- , H2O2, OH-, CO, NO dan lain-lain

Radikal Bebas Akibat Inflamasi:NO (Nitri Oksida)NO dihasilkan oleh endotel untuk vasodelatasi. NO cGMP meningkat sehingga terjadi relaksasi otot polos. NO terjadi dimana-mana dan efek berbeda dan dekat tempat terbentuknya karena waktu karena waktu paruh yang sebentar. Jika influks Ca2+ naik NO keluar untuk mengimbangi efek Ca2+ yang membuat kontraksi otot polos. NO pada saraf pusat mengatur pelepasan neuro transmitter dan blood flow. Makrofag gunakan NO sebagai metabolit sitotoksik untuk membunuh mikroba dan sel tumor.Peran NO dalam Inflamasi:

1. Relaksasi pembuluh darah2. Antagonisme senyawa aktivasi (trombosit)3. Penurunan rekrut men leukosit4. Agen mikrobisidal pada makroba teraktivasi.

Page 13: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Fagositosis dan DegranulasiFagositosis dan elaburasi enzim degradatif merupakan dua manfaat utama dari adanya leukosit yang direkrut pada tempat inflamasi. Fagositosis terdiri dari 3 langkah berbeda:

1. Pengenalan dan perlekatan partikel pada leukosit yang menelan.2. Penenalanan dengan pembentukan vakuola fogistik.3. Pembunuhan dan degradasi material yang ditelan.

Pengenalan dan pelekatan leukosit pada sebagian besar mikroorganisme difasilitasi oleh protein serum disebut opsonin. Opsonin mengikat molekul spesifik pada permukaan mikroba dan selanjutnya memfasilitasi pengikatannya dengan reseptor opsonin spesfik pada leukosit. Opsonin yang tepenting adalah molekul imunoglobulin G (IgG), fragmen C3b komplemen serta lektin yang mengikat karbohidrat plasma disebut kolektin. IgG memicu kaskade aktivasi komplemen sehingga terjadi deposisi fragmen C3b menjadi target secara langsung dapat menginduksi aktivasi komplemen melalui suatu jalur alternatif yang tergantung pada IgG. Reseptor yang saling berhubungan adalah reseptor Fc untuk IgG, reseptor 1,2,3 (CR 1, 2 dan 3) untuk fragmen komplemen dan C1q untuk kolektin. Pengikatan partikel teropsonisasi memicu penelanan selain itu pengikatan psedopodia diperpanjang mengelilingi objek sampai membentuk vakuola fogistik. Membran vakuola kemudian berfusi dengan membran granula lisosom sehingga terjadi pengeluaran kandungan granula masuk ke dalam fagolisosom dan terjadi degranulasi leukosit.Pembunuhan mikroba dilakukan oleh sebagian besar spesies oksigen reaktif. Fagositosis merangsang suatu pembakaran oksidatif yang di tandai dengan peningkatan konsumsi oksigen yang tiba-tiba, katabolisme glikogen, peningkatan oksidasi glukosa, dan produksi metabolit oksigen reaktif. Pembentukan metabolit oksigen terjadi karena aktivasi cepat dari NADPH yang tereduksi. Mengubah oksigen menjadi ion O2

- . O2- diubah melalui dismutasi

spontan menjadi H2O2 . Jumlah H2O2 tidak cukup untuk membunuh dengan efektif sebagian bakteri, namun demikian lisosom neutorofil mengandung enzim MPO dan dengan adanya halida seperti Cl-, MPO mengubah H2O2 menjadi HOCl ( radikal hipoklorat). HOCl merupakan oksidan dan anti mikroba yang sangat kuat yang membunuh bakteri melalui helongasi atau dengan peroksida protein dan lipid. NADPH aktif setelah translokasi subunit sitosolnya menuju membran fagolisosom oleh karena itu produk aktif reaktif hanya dibentuk dalam kompartemen tersebut. Setelah pembakaran oksigen akhirnya H2O2 terurai menjadi air dan 02 oleh kerja katalase dan spesies oksigen reaktif lainnya juga di degradasi.

AntioksidanAntioksidan adalah senyawa yang menghambat proses oksidasi.Senyawa ini menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai.

Antioksidan dari dalam tubuh: SOD, GSH dan Katalase.Antioksidan dari luar tubuh : vitamin E, vitamin C, vitamin A dan flavonoid.

HISTOLOGI KULIT

Page 14: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Kulit terdiri dari 2 lapisan :

1. Epidermis, merupakan kulit terluar kulit yang dibentuk oleh jaringan epitel berlapis banyak pipih bertanduk yang makin kea rah permukaan makin pipih bentuknya. Tidak ditemukan pembuluh darah dan pembuluh limfe.

Secara histologist, epidermis terdiri dari 5 Lapisan :a. Stratum basalis

Lapisan sel berbentuk kubus yang berbatasan dengan dermis melalui membra basalis. Sel-sel pada lapisan ini mempunyai potensi yang sangat besar dalam membelah diri atau mitosis, sehingga berperan dalam pertumbuhan kulit. Diantaran sel kubus terdapat sel pigmn yang disebut melanosit, yang menghasilkan pigmen melanin yang berwarna coklat.

b. Stratum spinosumSel-selnya berbentuk polihedral dengan juluran-juluran sitoplasma. Stratum spinosum bersama-sama dengan stratum basalis sering disebut juga dengan stratum germinativum atau stratum malphigi karena kedua lapisan tersebut sama-sama berperan dalam pertumbuhan kulit.

c. Stratum granulosumPada stratum granulosum sel-selnya berbentuk pipih yang ada pada sediaan tampak sebagai lapisan berwarna ungu tua, karena di dalam selnya terdapat butir-butiry keratohyalin yang bersifat basofilik.

d. Stratum lucidumSel-sel pada stratum lucidum berbentuk pipih dan bersifat eosinofiliki karena mengandung butir-butir eleidin. Sel-selnya tidak memiliki inti dan organel sehingga pada sediaan stratum lucidum terlihat sebagai bagian yang jernih.

e. Stratum korneumStratum korneum merupakan lapisan paling luar terdiri atas sel-sel yang tidak berinti, sitoplasmanya mengandung keratin. Di atas stratum korneum terdapat sebuah lapisan bernama stratum disjunctum yang secara berkala akan mengalami deskuamasi atau pengelupasan.

2. Dermis, terdiri dari jaringan ikat kolagen yang serabutnya tersusun tidak teraturSecara histologist, dermis terdiri dari 2 lapisan :a. Stratum papilare

Merupakan lapisan yang terdapat di bawah membrana basalis dan mengisi papila epidermis, terdiri dari jaringan ikat kolagen yang tipis dan tidak terlalu padat.

b. Stratum retikulareJaringan ikat kolagen pada lapisan ini lebih tebal dibandingkan dengan stratum papilare dan serabut-serabutnya tersusun lebih padat.

Pada lapisan dermis terdapat indera raba, saraf, kapiler darah, derivat kulit, serta kelenjar minyak dan kelenjar keringat.

Page 15: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Hypodermis atau disebut juga lapisan subkutis merupakan jaringan ikat yang sangat longgar, berada dibawah lapisan kulit, dan memiliki banyak sel-sel lemak. Hypodermis tidak termasuk lapisan kulit, tetapi termasuk ke dalam sistem integumentum.

HASIL LABORATORIUM NORMAL

Laboratorium Darah

Ukuran Satuan Nilai RujukanEritrosit (sel darah merah)

juta/µl 4,0 – 5,0 (P)4,5 – 5,5 (L)

Hemoglobin (Hb) g/dL 12,0 - 16,0 (P)13.5 - 18.0 (L)

Hematokrit % 37 – 47 (P)40 – 54 (L)

Hitung JenisBasofil % 0,0 – 1,0Eosinofil % 1,0 – 3,0Batang1 % 2,0 – 6,0Segmen1 % 50,0 – 70,0Limfosit % 20,0 – 40,0Monosit % 2,0 – 8,0Laju endap darah (LED)

mm/jam < 15 (P)< 10 (L)

Leukosit (sel darah putih)

103/µl 5,0 – 10,0

MCH/HER Pg 27 – 31MCHC/KHER g/dL 32 – 36MCV/VER Fl 80 – 96Trombosit 103/µl 150 – 400

Hb 13,4gr%

Ht 41% Fungsi jantung juga terpengaruh oleh luka bakar diataranya penurunan kardiak output, yang disebabkan karena kehilangan cairan plasma. Perubahan hematologi berat disebabkan kerusakan jaringan dan prubahan pembuluh darah yang terjadi pada luka bakar yang luas. Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan plasma pindah ke ruang interstisial. Dalam 48 jam pertama setelah kejadian, perubahan cairan menyebabkan hypovolemia dan jika tida di tanggulangi dapat menyebabkan pasien jatuh pada shock hypovolemia. Kehilangan cairan intravaskular menyebabkan peningkatan hematokrit dan kerusakan sel darah merah. Luka bakar juga menyebabkan kerusakan pada fungsi dan lama hidup platelet.

Leu 13200 isiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya

Page 16: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

jaringan dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan cairan, plasma, dan protein akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi kulit yang meningkat sehingga terjadi kekurangan cairan. Peningkatan metabolisme juga dapat menyebabkan kehilangan cairan melalui sistem pernapasan.

LUKA BAKAR

DefinisiSuatu bentuk kerusakan/kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

Etiologi- Paparan api

a. Flame : kontak langsung dengan apib. Benda panas

- Scalds (yang disebabkan karena air panas)

- Uap panas

- Gas panas

- Aliran listrik

- Zat kimia ( asam atau basa)

- Radiasi

- Sunburn

Derajat Luka Bakar

Kedalaman Jaringan yang terkena

Penyebab yang lazim

karakteristik Nyeri Penyembuhan

Ketebalan superficialis (derajat I)

Kerusakan epitel minimal

Sinar matahari Kering, tidak ada lepuh, merah-pink, memutih dangan tekanan

Nyeri Sekitar 5 hari

Ketebalan partial superficialis (derajat IIA)

Epidermis, dermis minimal

Kilat, cairan hangat

Basah, pink/merah, lepuh, sebagian memutih

Nyeri, hiperestetitik

Sekitar 21 hari, jaringan parut minimal

Ketebalan partial dermal (derajat IIB)

Keseluruhan epidermis, sebagian dermis

Benda panas, nyala api, cedera radiasi

Kering, pucat , berlilin, tidak memutih

Sensitive terhadap tekanan

Berkepanjangan, membentuk jaringan hipertrofik, pembentukan

Page 17: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

kontrakturKetebalan penuh (derajat III)

Semua yang diatas, dan bagian lemak subkutan, dapat mengenai jaringan ikat otot, tulang

Nyala api yang berkepanjangan, listrik, kimia, dan uap panas

Kulit terkelupas, avaskular, pucat, kuning sampai coklat

Sedikit nyeri Tidak dapat beregenerasi sendiri, membutuhkan tandur kulit

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

1. Luka bakar dialiri air mengalir yang bersih selama 20-30 menit2. Luka dibersihkan dengan air, jaringan yang mati dibuang, bullae sebisa mungkin

jangan dipecahkan3. Perawatan luka dapat secara:

a.Terbuka: untuk luka bakar yang hanya mengenai epidermis, kecuali daerah tangan

b. -Tertutup: untuk semua jenis luka bakar, luka dilapisi kasa steril yang mengandung obat topical, pada luka dangkal pembalut dapat dibiarkan sampai 10 hari, sedangkan bila luka bakar dalam harus diganti 1-2 hari sekali. Pembalut harus diganti bila basah, berwarna, dan berbau.

4. Diberi cream savlon bila perlu5. Bila terkena infeksi berikan ATS 1500 UI dan tetanus toksoid. Untuk tetanus berikan

secara berkala.

DAUN SENDOK

Daun sendok merupakan tanaman kebun dari famili Plantaginaceae yang berbentuk kumpulan daun berbentuk menyerupai sendok. Terdapat banyak nama lokal untuk jenis tanaman ini, nama terbanyak ditemukan di Jawa yakni Ki urat ceuli, ceuli uncal (bahasa Sunda); meloh kiloh, otot-ototan, sangka buwah, sangka buah, sangkuwah, sembung otot, suri panduk (bahasa Jawa). Di Sumatera dikenal sebagai daun urat, daun urat-urat, ekor angin, dan kuping menjangan (bahasa Melayu), sedangkan di Sulawesi disebut torongoat (bahasa Minahasa). Beberapa zat yang terkandung dalam daun sendok yang berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, yaitu plantamojoside, acetocide, flavonoid, vitamin A, dan vitamin K. Kegunaan dari zat-zat tersebut, antara lain :

Plantamojoside adalah zat yang memiliki efek sebagai anti-inflamasi dan anti-bakteri Acetocide memiliki efek anti-bakteri dan analgesik

Page 18: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

Flavonoid bekerja untuk meningkatkan suplai pembuluh darah, merangsang pembentukan kolagen, dan mencegah terjadinya edema.

*Ketiga zat tersebut juga memiliki efek sebagai antioksidan yang berpengaruh pada ROS (Reactive Oxidative Superoxide) sehingga mengurangi stress dan kerusakan keratinosit. Akhirnya luka menjadi lebih cepat sembuh.

Vitamin A berfungsi untuk meningakatkan respon inflamasi. Vitamin K sebagai faktor penting untuk pembekuan darah.

Dalam hal ini, flavonoid adalah zat terpenting yang berpengaruh dalam penyembuhan luka bakar. Flavonoid ini bekerja untuk mempercepat penyembuhan dari luka. Penelitian menunjukkan bahawa zat flavonoid (diosmin dan hesperidin ) memiliki kandungan sebagai zat anti-bakteri. Diosmin dan hesperidin berfungsi sebagai pengatur mikrosirkulasi pada daerah sekitar luka untuk mencegah darah dan getah bening bersatu pada tempat luka tersebut. Hasilnya pembengkakan akan berkurang dan aliran sel darah merah dan sel darah putih akan lancar. Flavonoid juga berperan untuk menghambat pembentukan prostaglandin (hormon yang menstimulus rasa nyeri).

PROSES PENYEMBUHAN RADANG

Potensi Proliferasi Jenis Sel yang Berbeda

Berdasarkan kemampuan regenerasi seta hubungannya terhadap siklus sel, sel tubuh dibagi menjadi tiga kelompok , yaitu :

a. Sel labil. Sel ini terus membelah ( dan terus-menerus mati). Regenerasi terjadi dari suatu populasi sel steam dengan kemampuan berproliferasi yang relative tidak terbatas. Pada epitel gepeng berlapis pipih di kulit, yang merupakan sel labil, yaitu stratum basalis . Stratum basalis akan membelah diri menjadi jenis sel-sel lanjutan dan sel-sel basalis itu sendiri. Selain itu contoh lainnya adalah sel hematopoetis dalam sumsum tulang dan sebagian besar epitel permukaan.

b. Sel stabil. Dalam keadaan normalnya, sel ini dianggap istirahat (atau hanya mempunyai kemampuan replikasi yang rendah), tetapi mampu membelah diri dengan cepat dalam hal merespon cedera. Sel stabil menyusun parenkim pada jaringan kelenjar yang paling padat, yaitu hati, ginjal, pancreas, sel endotel, sel fibroblast, dan sel jaringan ikat otot polos(mesenkim).

c. Sel permanen. Sel ini dianggap mengalami diferensiasi tahap akhir dan nonproliferatif dalam kehidupan pasca kelahiran. Yang termasuk dalam kategori ini adalah sebagian besar neuron dan sel otot jantung.

PENYEMBUHAN LUKA

Proses penyembuhan luka:

1. Induksi respon peradangan akut oleh jejas awal

Page 19: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

2. Regenerasi sel parenkim (jika mungkin)3. Migrasi dan proliferasi , baik sel parenkim maupun sel jaringan ikat.4. Sintesis protein matriks ekstraseluler(ECM)5. Remodeling unsure parenkim untuk mengembalikan fungsi jaringan.6. Remodeling jaringan ikat untuk memperoleh kekuatan luka.

Klasifikasi penyembuhan luka:

a. Penyembuhan primerSalah satu contohpenyembuhan atau penyatuan primer adalah penyembuhan suatu insisi bedah yang bersih dan tidak terinfeksi di sekitar jahitan bedah. Insisi ini hanya menyebabkan robekan fokal pada kesinambungan membrane basalis epitel dan menyebabkan kematian sel epitel dan jaringan ikat dalam jumlah yang relative sedikit, sehingga regenerasi epitel menonjol daripada fibrosis. Ruang insisi yang sempit segera terisi darah bekuan fibrin; dehidrasi pada permukan menghasilkan suatu keropeng yang melindungi tempat penyembuhan.

24 jamMuncul neutrofil pada tepi insisi dan bermigrasi ke bekuan fibrin. Sel basal mulai menunjukkan ativitas mitosis

24-48 jamSel epitel dari kedua tepi irisan mulai bermigrasi dan berproliferasi di sepanjang dermis dan mendepositkan komponen membrane basalis saat dalam perjalanannya. Sel tersebut bertemu di garis tengah bawah keropeng permukaan menghasilkansuatu lapisan tipis yang tidak putus.

3 hariNeutrofil sebagian besar diganti oleh makrofag. Jaringan granulasi secara progresif menginvasi ruang insisi. Timbul serat kolagen pada tepi insisi tapi mengarah vertical dan tidak menjembatani insisi. Proliferasi sel epitel berlanjut menghasilkan lapisan epidermis penutup yang menebal.

5 hariNeovaskularisasi mencapai puncak karena jaringan granulasi mengisi ruang insisi. Serabut kolagen lebih berlimpah dan mulai menjembatani insisi. Epidermis mengembalikan ketebalan normalnya karena diferensiasi sel permukaan menghasilkan arsitektur epidermis matur yang disertai dengan keratinisasi permukaan.

Selama minggu keduaPenumpukan kolagen dan proliferasi fibroblast berlanjut. Infiltrasi leukosit, edema, dan peningkatan vaskularitas telah amat berkurang. Proses panjang “pemutihan” dimulai, dilakukan melalui peningkatan deposit kolagen di dalam jaringan parut bekas insisi dan regresi saluran pembuluh darah.

Akhir bulan pertamaJaringan parut yang bersangkutan terdiri atas suatu jaringan ikat sel yang sebagian besar tanpa disertai sel radang dan ditutupi oleh suatu epidermis yang

Page 20: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

sangat normal. Namun, tambahan dermis yang hancur pada garis insisi akan menghilang permanen.

b. Penyembuhan sekunderBila kehilangan sel atau jaringan terjadi lebih luas, seperti pada infark, ulserasi radang, pembentukan abses, atau bahkan luka besar, proses pemulihan menjadi lebih kompleks. Pada keadaan ini, regenerasi sel parenkim saja tidak dapat mengembalikan arsitektur asal, sehingga terjadi pertumbuhan jaringan granulasi yang luas kearah dalam dari tepi luka, diikuti dengan penumpukan ECM serta pembentukan jaringan parut. Bentuk penyembuhan ini disebut sebagai penyatuan/penyembuhan sekunder.

Penyembuhan sekunder berbeda dengan penyembuhan primer dalam beberapa hal :

a. Secara intrinsic, kerusakan jaringan yang luas mempunyai jumlah debris nekrotik, eksudat, dan fibrin yang lebih besar yang harus disingkirkan, sehingga reaksi radang menjadi lebih hebat dan berpotensi lebih besar mengalami cedera sekunder yang diperantarai radang.

b. Jaringan granulasi akan terbentuk dalam jumlah yang jauh lebih besar . Kerusakan yang lebih luas meningkatkan jumlah jaringan granulasi yang lebih besar untuk mengisi kekosongan dalam arsitektur stroma dan menyediakan kerangka pertumbuhan kembali epitel jaringan yang mendasari. Pada umumnya jaringan granulasi yang lebih besar akan menghasilkan suatu massa jaringan parut yang lebih besar.

c. Penyembuhan luka sekunder menunjukkan fenomena kontraksi luka. Proses kontraksi luka dianggap berasal dari adanya miofibroblas, yaitu fibroblast yang diubah yang menunjukkan berbagai gambaran ultrastruktural dan fungsional sel otot polos kontraktil.

Jadi perbedaan yang paling mendasar dari penyembuhan primer dan sekunder adalah proses penyembuhan yang bergantung besar kecilnya luka(jarak antar epitel yang terpisahprimer-sayatan utuh,namun hanya terpisah, sedangkan sekunder-terbentuk lubang yang cukup dalam .

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Dalam penyembuhan luka, pertumbuhan sel yang normal dan fibrosis dapat diubah oleh

berbagai macam pengaruh, yang sering kali mengurangi kualitas atau kecukupan proses

pemulihan. Faktor ini dapat bersifat ekstrinsik (misalnya, infeksi) atau intrinsik terhadap

jaringan yang cedera:

Infeksi merupakan penyebab tunggal terpenting melambatnya penyembuhan, dengan

memperpanjang fase peradangan proses tersebut dan berpotensi meningkatkan jejas

Page 21: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

jaringan lokal. Nutrisi mempunyai efek mendalam terhadap penyembuhan luka;

misalnya, kekurangan vitamin C, menghambat sintesis kolagen dan memperlama

penyembuhan. Glukokortikoid (steroid) telah lama dikenal mempunyai efek

antiradang, dan pemberiannya dapat mengakibatkan penurunan kekuatan luka yang

disebabkan oleh berkurangnya fibrosis. Namun, dalam beberapa contoh, efek

antiradang glukokortikoid memang dikehendaki. Misalnya, pada infeksi kornea,

glukokortikoid terkadang diresepkan (bersama antibiotik) untuk mengurangi

kemungkinan kekeruhan yang dapat diakibatkan oleh deposisi kolagen. Faktor

mekanis, seperti penginkatan tekanan lokal atau torsi dapat menyebabkan luka-luka

menjadi terpisah, atau dehisce. Perfusi yang buruk, yang disebabka oleh

arteriosklerosis ataupun oleh sumbatan aliran vena, juga mengganggu penyembuhan.

Akhirnya, benda asing seperti pecahan baja, kaca, atau bahkan tulang, akan

menghalangi penyembuhan.

Jenis (dan jumlahi) jaringan yang mengalami jejas merupakan faktor penting.

Pemulihan sempurna hanya dapat terjadi pada jaringna yang tersusun atas sel stabil

dan labil; bahkan kemudian, cederayang luas akan mungkin mengakibatkan

regenerasi jaringna menjadi tidak sempurna dan setidaknya akan kehilangan sebagian

fungsinya. Jejas pada jaringan yang tersusun atas sel permanen pasti mengakibatkan

pembentukan jaringan parut, disertai paling maksimal, adanya upaya kompensasi

fungsional oleh sisa unsur yang dapat hidup. Contohnya adalah pada kasus

penyembuhan infark miokard.

Lokasi atau sifat jaringan yang mengalami jejas merupakan hal yang penting pula.

Sebagai contoh, peradangan yang muncul dalam rongga jaringan (misalnya, rongga

pleura, rongga peritoneum, rongga sinovial) menghasilkan eksudat luas. Pemulihan

selanjutnya dapat terjadi melalui cernaan eksudat, yang dimulai oleh enzim proteolitik

leukosit serta penyerapan eksudat yang mencair. Proses ini disebut resoulusi, dan jika

tidak terjadi nekrosis sel, bentuk jaringan yang normal pada umumnya akan

diperbaiki. Namun, pada penumpukan yang lebih besar, eksudat tersebut mengalami

organisasi—jaringan granulasi tumbuh ke dalam eksudat, akhirnya diikuti oleh

pembentukan jaringan parut fibrosa.

Penyimpangan pertumbuhan sel serta produksi ECM dapatterjadi, walaupun dimulai

dengan penyembuhan luka yang normal. Sebagai contoh, penumpukan kolagen yang

sangat banyak dapat menimbulkan jaringan parut yang menonjol dan menyembul

yang dikenal sebagai keloid. Pembentukan keloid againya mempunyai suati

Page 22: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

kecenderungan genetik, dan kondisi tersebut lebih lazim terjadi pada orang kulit

hitam. Luka yang menyembuh dapat pula menghasilkan jaringan granulasi yang

berlebihan yang menonjol di atas kulit sekitar dan dalam kenyataanya akan

menghambat reepitelisasi. Keadaan ini disebut dengan granulasi eksuberan atau

proud flesh, dan untuk mengembalikan kontinuitas epitel memerlukan reseksi bedah

atau reseksi menggunakan kauter pada jarngan granulasi tersebut.

Mekanisme yang mendasari fibrosisyang menimbulkan cacat dihubungkan dengan

penyakit radang kronis, seperti artritis reumatoid, fibrosis paru, dan sirosis, pada

dasarnya sama dengan mekanisme yang terlibat dalam penyembuhan luka normal.

Namun, padaberbagai penyakit ini perangsangan fibrogenesis yang menetap berasal

dari reaksi imun/autoimun kronis yang menyokong sintesis dan sekresi faktor

pertumbuhan, sitokin fibrogenik, dan protease. Sebagai contoh, degradasi kolagen

oleh kolagenase, yang secara normal penting dalam remodeling luka bertanggung

jawab pada banyak kerusakan sendi yang terlihat pada artritis reumatoid.

Page 23: Tutorial 4-Inflamasi (Blok 4 Kelompok 3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arriaga FJ, Rumbero A. Naringin, hesperidin, and neohesperidin content in juices from thirteen citrus spp. Fitotherapia 1990;61:31-6.

2. Eka Hastuti (2009). "Efek Antidiare Ekstrak Etanol Dun sendok (Plantago Major Linn.) pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster" (PDF). Diakses pada 8 Juni 2011.

3. Glinski W, Chodynicka B, Roszkiewicz J, et al. Effectiveness of a micronized purified flavonoid fraction (MPFF) in the healing process of lower limb ulcers. Minerva Cardioangiol 2001;49:107-14.

4. Godeberge P. Daflon 500 mg in the treatment of hemorrhoidal disease: a demonstrated efficacy in comparison with placebo. Angiology 1994;45:574-8.

5. Guilhou JJ, Fevrier F, Debure C, et al. Benefit of a 2-month treatment with a micronized, purified flavonoidic fraction on venous ulcer healing. A randomized, double-blind, controlled versus placebo trial. Int J Microcirc Clin Exp 1997;17 Suppl 1: 21-6.

6. Hasanoglu A, Cengiz A, Suleyman O, Kali K, Senol M, Ertas E. Efficacy of micronized flavonoid fraction in healing of clean and infected wounds. Intl J Angiol 2001;10:41-4.

7. Kumar V, Abbas AK and Fausto N: Cellular Adaptation, Ce;; Injuri and Cell Death. In Robbins and Cotran Pathological Basis of Disease, 7th ed., Elsevier International China 2005

8. Manthey JA. Biological properties of flavonoids pertaining to inflammation. Microcirc 2000;7:S29-34.

9. Struckmann JR, Nicolaides AN. Flavonoids. A review of the pharmacology and therapeutic efficacy of Dalon 500 mg in patients with chronic venous insufficiency and related disorders. Angiology 1994;45:419-28.

10. Wijayakusuma, H.M Hembing (1994). Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jakarta: Pustaka Kartini. hlm. 48-50. ISBN 979-454-083-8.

11. http://www.darplastic.com/umum/ke-delapan.html 12. http://kumpulanasuhankeperawatan.com/asuhan_keperawatan_luka .13. Buku Materi Pembelajaran (MP)14. Buku Perawatan pasien luka bakar