Tutor Teman Sebaya

37
1. JUDUL PENELITIAN http://waskitamandiribk.files.wordpress.com/2009/09/metode- tutor-sebaya-proposal-jadi.doc PENDEKATAN KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 SUDIMORO SEMESTER GENAP TAHUN 2009 2. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi begitu pesat sehingga menimbulkan banyak perubahan yang besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia dengan kompleksitas yang kian meninggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya berdampak pada kemudahan akses pemenuhan kebutuhan hidup manusia, namun juga membawa dampak pergeseran tata nilai budaya masyarakat. Informasi menyebar sangat cepat, organisasi birokratis bergeser ke organisasi jaringan (network organization) yang beroperasi melampaui batas negara dan kawasan. Pada sisi lain, perubahan tersebut mempengaruhi dan mengubah berbbagai macam aturan pranata yang sudah ada, cara- cara pekerjaan yang seharusnya dilakukan, ketrampilan, keahlian yang dibutuhkan, tatanan teritorial kenegaraan, hubungan antar bangsa, antar wilayah dan pola interaksi antar manusia. Dewasa ini dunia pendidikan juga mengalami lompatan kemajuan yang luar biasa pesatnya, hal itu dibuktikan dengan banyaknya paradigma baru dalam pendidikan, mulai dari konstruktivieme, quantum teaching, quantum learning, kooperativ 1

Transcript of Tutor Teman Sebaya

Page 1: Tutor Teman Sebaya

1. JUDUL PENELITIAN

http://waskitamandiribk.files.wordpress.com/2009/09/metode-tutor-sebaya-proposal-

jadi.doc

PENDEKATAN KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3

SUDIMORO SEMESTER GENAP TAHUN 2009

2. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi begitu pesat sehingga

menimbulkan banyak perubahan yang besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia dengan

kompleksitas yang kian meninggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan

hanya berdampak pada kemudahan akses pemenuhan kebutuhan hidup manusia, namun juga

membawa dampak pergeseran tata nilai budaya masyarakat. Informasi menyebar sangat cepat,

organisasi birokratis bergeser ke organisasi jaringan (network organization) yang beroperasi

melampaui batas negara dan kawasan. Pada sisi lain, perubahan tersebut mempengaruhi dan

mengubah berbbagai macam aturan pranata yang sudah ada, cara-cara pekerjaan yang

seharusnya dilakukan, ketrampilan, keahlian yang dibutuhkan, tatanan teritorial kenegaraan,

hubungan antar bangsa, antar wilayah dan pola interaksi antar manusia.

Dewasa ini dunia pendidikan juga mengalami lompatan kemajuan yang luar biasa

pesatnya, hal itu dibuktikan dengan banyaknya paradigma baru dalam pendidikan, mulai dari

konstruktivieme, quantum teaching, quantum learning, kooperativ learning, konstekstual

teaching and learning, pembelajaran autentik, pakem dan masih banyak lagi deretan revolusi

pembelajaran yang memberikan warna dan semangat baru terhadap dunia pendidikan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut di atas, maka perlu adanya pengembangan kualitas

layanan pendidikan di sekolah. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan

bahwa pengetahuannya sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih

berfokus kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan

utama metode pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi dan metode belajar baru yang lebih

memberdayakan siswa, yakni sebuah metode belajar yang mendorong siswa untuk lebih

dinamis, aktif, dan kreatif dalam menemukan, menyusun dan mengkomunikan hasil

belajarnya. Dengan model pembelajaran ini siswa akan berada pada proses penerapan antara

1

Page 2: Tutor Teman Sebaya

konsep dan realitas yang ada, sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat konsep yang

diperoleh untuk kemudian diterapkan.

Paradigma baru dalam belajar di samping siswa menemukan sendiri pengetahuannya dan

menyusunnya kembali, terdapat satu hal yang menarik bahwa keberhasilan belajar bukan

sebagai hasil kerja individu melainkan hasil kerjasama dalam satu komunitas belajar

(kooperatif) sehingga memungkinkan terjadinya interaksi saling menguntungkan antar subyek

belajar. Pola pembelajaran kooperatif ini akan lebih efektif jika masing-masing kelompok

individu belajar ditempatkan sebagai subyek yang punya keahlian sesuai dengan potensinya,

sehingga peran, kontribusi dan partisipasi belajarnya dalam kelompok akan semakin

meningkat.

Berangkat dari paparan di atas, maka dipandang perlu dilakukan uji coba pembelajaran

dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Pendekatan Kooperatif Tutorial

Teman Sebaya untuk meningkatkan Kedisiplinan Siswa kelas VII A SMP Negeri 3

Sudimoro Semester Genap.Tahun 2009 ”

3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah:

3.1 Apakah pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kedisiplinan

siswa di kelas VII A SMP Negeri 3 Sudimoro Semester Genap.Tahun 2009 ?

4. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut:

4.1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat

meningkatkan kedisiplinan siswa di kelas VII A SMP Negeri 3 Sudimoro Semester

Genap.Tahun 2009.

5. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

2

Page 3: Tutor Teman Sebaya

5.1. Pelaksanaan pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan

kedisiplinan siswa di kelas VII A SMP Negeri 3 Sudimoro Semester Genap.Tahun

2009..

6. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang pendekatan kooperatif

tutorial teman sebaya pada peningkatan kedisiplinan siswa ini adalah sebagai berikut:

6.1. Bagi Sekolah

6.1.1. Memberikan informasi tentang kemampuan guru dalam memvariasikan bentuk

pelayanan pembelajaran kepada siswa.

6.1.2. Memberikan informasi tentang profil guru dan profil siswa dalam belajar.

6.1.3. Memperoleh metode pembelajaran yang memiliki keberpihakan kepada siswa

secara lebih dibanding metode belajar yang lain.

6.2. Bagi Guru

6.2.1 Memberikan informasi kepada guru mengenai situasi peningkatan kedisiplinan

siswa.

6.2.2 Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam usahanya untuk meningkatkan

keberhasilan usahanya dalam mengajar Bimbingan Konseling.

6.2.3 Memberikan informasi kepada guru mengenai kesiapan dan daya kritis serta

keberhasilan belajar siswa.

6.3 Bagi Siswa

6.3.1. Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam peningkatan

kedisiplinan siswa.

6.3.2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berfikir yang

kompleks.

6.3.3. Sebagai umpan balik terhadap kemajuan belajar siswa.

3

Page 4: Tutor Teman Sebaya

7. KAJIAN PUSTAKA

7.1. Pendekatan Kooperatif Tutorial Teman Sebaya

Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yaitu pembelajaran yang mengacu

pada tiga tujuan interaksional yakni hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman

dan pengembangan keterampilan sosial (Mustanin, 2000: 6).

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan

di kelas, karena pembelajaran kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil

dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran

kooperatif meletakkan tanggungjawab individu sekaligus kelompok, sehingga diri siswa

tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara optimal. Kondisi ini

dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja dan bertanggungjawab secara sungguh-sungguh

untuk mencapa tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Muslimin Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan

bersama.

2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka

sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan

yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota

kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan

dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membuthkan ketrampilan untuk belajar bersama

selama proses belajarnya.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani

dalam kelompok kooperatif.

Dalam Dirjen Dikdasmen (2005: 46) ciri-ciri pembelajaran menggunakan model

kooperatif adalah sebagai berikut:

4

Page 5: Tutor Teman Sebaya

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.

Metode tutorial teman sebaya adalah metode pembelajaran dimana siswa berkelompok

berpasangan dua orang, seorang dari pasangan itu mengulangi menjelaskan materi pelajaran

yang diterima dari sajian guru kepada pasangannya, kemudian pasangan yang mendengar

sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian bergantian peran sampai keduanya jelas dan

memahami materi pembelajaran (Ekowati, 2004).

Pembelajaran Cooperative Learning dengan metode Tutorial teman sebaya akan

memberikan hasil yang sangat memuaskan karena proses belajar terjadi berulang-ulang

(operant conditioning). Menurut Skiner, operan conditioning ini cukup efektif karena melalui

proses pengulangan yang terus menerus antar pasangan dihadapkan pada masalah yang sama

dan pengalaman temporal yang terus menerus maka mereka akan lebih mudah untuk mengenal

dan mengingat, karena ada ketergantungan positif antara siswa yang pandai, sedang dan

kurang.

Menurut Ekowati (2004) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tutorial teman

sebaya adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Guru menyajikan materi pembelajaran.

3) Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok berpasangan dua orang.

4) Kemudian, seorang dari pasangan itu menceritakan kembali materi yan baru diterima

kepada pasangannya, pasangan yang mendengarkan membuat catatan-catatan kecil,

kemudian berganti peran.

5) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak menyampaikan hasil wawancara

dengan teman pasangannya.

6) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembal materi yang belum dipahami siswa.

7) Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.

5

Page 6: Tutor Teman Sebaya

7.2. Motivasi Belajar

Mengenai pengertian motivasi ini beraneka ragam. Ada dua pendekatan yang dapat

digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi ini, yaitu (1) motivasi dipandang sebagai

suatu proses. Sehingga motivasi dapat dijadikan alat untuk menjelaskan tingkah laku dan

tingkah laku berikutnya akan akan terjadi pada individu. (2) Motivasi dilihat sebagai petunjuk-

petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak

kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.

Mc Donald (1959) merumuskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri

(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsure yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut:

1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan pribadi tersebut

disebabkan oleh perubahan tertentu pada system neurofisiologis dalam organisme

manusia.

2. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan, mula-mula berupa ketegangan psikologis lalu

berupa suasana emosi. Susana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif yang

dapat diamati dari perbuatannya.

3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, sehingga pribadi memberikan

respon kearah pencapain tujuan tersebut. Respon tersebut berfungsi untuk mengurangi

ketegangan yang disebabkan oleh adanya perubahan energi dalam dirinya.

Motivasi belajar pada prinsipnya ada dua macam, yaitu motivasi intstrinsik, dan

motivasi ekstrinsik (Hamalik, 2003: 112-119). Motivasi instrinsik adalah motivasi yang

tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri.

Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya karena timbul dari

dalam diri peserta didik (individu). Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar, motivasi ini

berpengaruh secara fungsional dalam diri peserta didik yang tidak memerlukan hadiah atau

pujian, karena peserta didik belajar bukan untuk memperoleh hadiah atau pujian tersebut.

Sedangkan motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar adalah motivasi yang disebabkan oleh

faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti akredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali,

pertentangan dan persaingan, hukuman, sarkasme dan beraneka ragam dorongan lain baik

yang positif atau negatif dari luar diri peserta didik. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan oleh

6

Page 7: Tutor Teman Sebaya

siswa dan sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai

dengan kebutuhan siswa sebagai peserta didik. Sangat dimungkinkan pada suatu kondisi atau

obyek tertentu peserta belum menyadari betapa pentingnya obyek atau kondisi tersebut bagi

kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Dalam kondisi seperti inilah arti pentingnya motivasi

ekstrinsik, dimana guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan

keadaan peserta didik itu sendiri.

Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam konteks kegiatan pembelajaran bagi

peserta merupakankomponen penting yang memberikan konstribusi sangat berarti dalam

mencapai derajat keberhasilan belajar tertentu. Oleh karena itu tidak dapat disimpulkan mana

yang paling dominan pengaruhnya, atau motivasi yang mana yang paling efektif, karena

masing-masing memainkan peranan yang sama dalam mendorong minat, perhatian dan

pencurahan segala potensi peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas maupun di luar kelas,

secara individu maupun kelompok.

Kemunculan sifat motivasi, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah laku/perbuatan dan

kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapai.

2. Sikap guru terhadap kelas, guru hendaknya bersikap bijak dan selalu mendorong

partisipasi kelas dalam berbuat untuk mencapai tujuan belajar yang jelas dan bermakna

bagi kelas.

3. Pengaruh kelompok siswa, bila pengaruh kelompok siswa ini lebih kuat maka akan lebih

memungkinkan terjadinya motivasi ekstrinsik.

4. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar

siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentunya lebih merangsang munculnya

motivasi instrinsik dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.

7.3. Prestasi Belajar

Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan perubahan-perubahan dalam

bidang pengetahuan/pemahaman, dalam bidang ketrampilan, dalam bidang nilai dan sikap.

7

Page 8: Tutor Teman Sebaya

Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh murid terhadap

pertanyaan, persoalan, tugas, yang diberikan oleh guru (Winkel, 1984: 102).

Menurut Mahmud dalam Mukayatun (1994) nilai mengkomunikasikan harga prestasi

siswa di dalam kelasnya. Selain itu nilai hendaknya juga menginformasikan harga dari standar

bahan pelajaran suatu mata pelajaran.

Menurut Arifin dalam Mukayatun (1994) fungsi utama dari prestasi belajar adalah

sebagai berikut:

1. Prestasi belajar dilihat sebagai indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai anak

didik.

2. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator atau ukuran terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik.

Pengajaran di sekolah meliputi tiga bidang tujuan belajar, menutu Bloom yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik (Winkel, 1984: 102). Untuk melihat prestasi belajar yang

mencakup tiga ranah atau bidang tujuan belajar tersebut dilakukan pengukuran atau evaluasi.

Pengukuran berupa suatu deskripsi kuantitatif tentang prestasi yang diberikan oleh seorang

siswa. Dalam rangka evaluasi produk, pengukuran tentang prestasi yang diberikan oleh

seseorang siswa memegang peranan penting. Dalam pengukuran, termasuk pengukuran hasil

belajar, biasanya digunakan ukuran-ukuran tertentu dan angka-angka (Winkel, 1989: 315).

Mussen (1984: 195) menyatakan bahwa prestasi (performance) adalah penggunaan

yang tepat dari pengetahun serta kemampuan untuk memecahkan masalah. Sedangkan

menurut Suryabrata (1985: 5) mengemukakan bahwa untuk mengetahui bahwa suatu proses

belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, yaitu apa

yang dapat dilakukan oleh orang tersebut setelah ia melakukan kegiatan belajar. Winkel

(1984: 78) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah suatu rangkaian, artinya prestasi

belajar seorang siswa dalam suatu bidang studi lain yang lebih kompleks.

Prestasi belajar siswa dibentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Suryabrata (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal terbagi

menjadi dua hal, yaitu (a) faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alami, misalnya

8

Page 9: Tutor Teman Sebaya

keadaan suhu dan kelembaban udara; (b) lingkungan social, misalnya suara mesin pabrik,

hiruk pikuk lalu lintas, dan keramaian orang-orang disekitarnya.

2. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya direncanakan sesuai

dedngan hasil belajar yang diharapkan. Misalnya ruang kelas, alat-lat praktikum,

kurikulum, program, pedoman belajar dan sebagainya.

3. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal meliputi

dua hal, yakni (a) faktor fisiologis, misalnya kesehatan jasmani, kecukupan gizi,

kenormalan panca indra, dan lain-lain; (b) faktor psikologis ialah faktor yang berhubungan

dengan kondisi kejiwaan individu, misalnya minat, kecerdasan, bakat, sikap, motivasi dan

kemampuan kognitif.

8. METODE PENELITIAN

8.1.Setting Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan di SMP Negeri 3 Sudimoro Kabupaten Pacitan

dengan mengambil subyek penelitian kelas VII semester Genap tahun pelajaran 2008/2009

peningkatan kedisiplinan siswa

8.2. Alat – Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dikumpulkan dengan menggunakan teknik

sebagai berikut:

1. Observasi, untuk memonitor partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar kooperatif

dengan metode tutorial teman sebaya.

2. Tes, untuk mengetahui hasil belajar siswa

8.3. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang

satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi

9

Page 10: Tutor Teman Sebaya

permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 3.1. Alur PTK

Penjelasan alur diatas adalah :

1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan

masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument

penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai

upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari

diterapkannya metode pendekatan kooperatif model Cooperative tutor sebaya.

Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

10

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Refleksi

Tindakan/Observasi

Rencana awal/rancanga

nn

Rencana awal/rancanga

nn

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Rencana yang direvisi

Putaran 1

Putaran 2

Putaran 3

Page 11: Tutor Teman Sebaya

8.4. Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan teknik

analisis prosentase. Untuk menganalisi tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisi ini dihitung dengan menggunakan 11cenario11 sederhana yaitu :

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya

dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes

formatif dapat dirumuskan :

X =

Dengan : X = Nilai rata-rata

∑ X = Jumla semua nilai siswa

∑ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secaraa perorangan dan secaraa

klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994

(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor

65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 85%

yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung

presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = x 100%

3. Untuk lembar observasi

11

Page 12: Tutor Teman Sebaya

a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model Bertukar

pasangan.

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif

model Bertukar pasangan digunakan rumus sebagai berikut :

X =

Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2

b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus

sebagai berikut :

% = x 100 % dengan

X = =

Dimana : % = Presentase pengamatan

X = Rata-rata

∑ x = Jumlah rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

9.JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada bulan Juni 2009 dengan alokasi waktu 4 x

40 menit, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2. Jadwal pelaksanaan PTK

No KegiatanMinggu ke ….

I II III IV1 Persiapan Skenario pembelajaran PTK X2 Pelaksanaan PTK X3 Penyusunan laporan hasil PTK X X

10. PERSONALIA

Penelitian ini dilaksanakan oleh team berangggotakan :

1. Dra. Sri Maryuni

12

Page 13: Tutor Teman Sebaya

2. Narbuko, S.Pd.

3. Eko Budy Susetya, S.P.

4. Drs. Supriyono

5. Drs. Agus Samiaji

6. Sri Utami, S.Pd.

7. Lilik Indrawati

8. Sahrul Rahma Murdiana

11. RENCANA BIAYA PENELITAN

No Rincian Kegiatan Penelitian Biaya ( Rp )

1 Transport 450.000,00

2 Honorarium 900.000,00

3 ATK 1.500.000,00

Jumlah 2.850.000,00

12. .LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. DAFTAR PUSTAKA

Burton, W.H. 1952. The Gidence of Lerning Activities. New York: Appleton Century Crofts, Inc.

Ekowati, Endang. 2004. Model-Model Pembelajaran Inovatif Sebagai Solusi Mengakhiri Dominasi Pembelajaran Guru. Makalah Workshop Rencana Program dan Implementasi Life Skill SMA Jawa Timur tahun 2004.

Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Mc. Donald. 1959. Educational Psychology. San Francisco: Wardsworth Publishing, Inc.

Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Mussen, P.H. Conger. J.J. , Kagan, J. dan Huston, A.C. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa. 1988. Jakarta: Erlangga.

Mustanin, Nur. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: University Press.

Suryabrata, S. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.

Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

13

Page 14: Tutor Teman Sebaya

14

Page 15: Tutor Teman Sebaya

CHEKLIST KEDISIPLINAN SISWA

Kelas : VII A Semester : Genap Minggu Ke 1, Bulan : Juni 2009

NO NAMA SISWA

KERAPIAN KELAKUAN KERAJINAN

SERAGAM ATRIBUT KEHADIRAN BERDO’A PERALATAN SEKOLAH TUGAS SEKOLAH

L T L T TW TR YA TDK L T L T

1 A

2 B

3 C

4 D

5 E

dst

Keterangan :

1. L : Lengkap

2. T: Tidak

3. TW : Tepat Waktu

4.TR. : Terlambat

14

Page 16: Tutor Teman Sebaya

CHEKLIST KEDISIPLINAN SISWA

Kelas : VII A Semester : Genap Minggu Ke 2, Bulan : Juni 2009

NO NAMA SISWA

KERAPIAN KELAKUAN KERAJINAN

SERAGAM ATRIBUT KEHADIRAN BERDO’A PERALATAN SEKOLAH TUGAS SEKOLAH

L T L T TW TR YA TDK L T L T

1 A

2 B

3 C

4 D

5 E

dst

Keterangan :

1. L : Lengkap

2. T: Tidak

3. TW : Tepat Waktu

4. TR. : Terlambat

15

Page 17: Tutor Teman Sebaya

CHEKLIST KEDISIPLINAN SISWA

Kelas : VII A Semester : Genap Minggu Ke 3, Bulan : Juni 2009

NO NAMA SISWA

KERAPIAN KELAKUAN KERAJINAN

SERAGAM ATRIBUT KEHADIRAN BERDO’A PERALATAN SEKOLAH TUGAS SEKOLAH

L T L T TW TR YA TDK L T L T

1 A

2 B

3 C

4 D

5 E

dst

Keterangan :

1. L : Lengkap

2. T: Tidak

3. TW : Tepat Waktu

4.TR. : Terlambat

16

Page 18: Tutor Teman Sebaya

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING

PENDEKATAN KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3

SUDIMORO SEMESTER GENAP TAHUN 2009

OLEH : KELOMPOK 9

MUSYAWARAH GURU PEMBIMBING ( MGP )

KABUPATEN PACITAN

Ketua : Dra. Sri Maryuni ( SMA N 1 Ngadirojo )

Anggota : 1. Eko Budy Susetya, S.P ( SMP N 3 Sudimoro )

2. Drs. Supriyono ( SMP N 1 Kebonagung )

3. Narbuko, S. Pd. ( SMP N 1 Ngadirojo )

4. Drs. Agus Samiaji ( SMA N 1 Pacitan )

5. Sri Utami, S. Pd. ( SMP N 1 Arjosari )

6. Sahrul Rahma Murdiana ( STKIP PGRI Pacitan )

Page 19: Tutor Teman Sebaya

2

Page 20: Tutor Teman Sebaya

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Siklus Pertama

1. Perencanaan

Peneliti/guru menyiapkan materi tentang kedisiplinan siswa

Langkah selanjutnya, kelas dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 6 orang.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan kooperatif learning

menggunakan metode tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut:

1. Apersepsi 2 menit

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 3 menit

3. Guru menjelaskan tentang materi kedisiplinan siswa 20 menit

4. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing kelompok

beranggotakan 2 orang.

3

Page 21: Tutor Teman Sebaya

5. Langkah berikutnya, salah satu siswa menjelaskan kembali materi yang

disampaikan guru kepada siswa lain dalam kelompoknya, siswa yang

mendengarkan membuat catatan kecil dilakukan secara bergantian sampai

jelas, selama 40 menit.

6. Setelah selesai, guru menunjuk siswa secara acak untuk menjelaskan hasil

wawancaranya dengan teman satu kelompok selama 20 menit.

c. Pengamatan

Hasil pengamatan kolaborator dengan menggunakan instrumen observasi

dan berdasarkan catatan lapangan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa

dalam belajar yang dapat digambarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Keadaan aktifitas belajar siswa siklus I

No Keadaan SiswaSiklus 1

Jml %1 Siswa yang aktif dalam kegiatan

kelompok24 66

2 Siswa yang memperhatikan penjelasan guru

24 66

3 Siswa yang tidak memperhatikan penjelasan teman dalam kelompok

20 56

4 Siswa yang tidak dapat menjelaskan materi kepada teman

12 34

5 Siswa yang dapat menjelaskan materi kepada teman

24 66

Berdasarkan hasil tes proses yang dilakukan, juga terjadi peningkatan

walaupun peningkatan tersebut relatif sedikit, namun seudah menampakkan

suatu kemajuan yang berarti.

4

Page 22: Tutor Teman Sebaya

Gambaran hasil tes proses pada siklus I sebagai berikut:

Tabel 4.2. Prosentase ketuntasan belajar siswa siklus I

No Perolehan Siswa Siklus 11 Prosentase siswa yang tuntas belajar 60 %

(21 siswa)2 Prosentase siswa yang belum tuntas

belajar40 %

(15 siswa)Jumlah 100

d. Refleksi

Setelah perjalanan siklus pertama dilalui dengan satu kali pertemuan (2

x 40 menit), maka terlihat adanya peningkatan hasil belajar. Kendala yang

ditemui pada siklus ini adalah penggunaan waktu yang kurang efektif dan

kesiapan belajar siswa yang kurang. Keberhasilan belajar siswa pada siklus I,

sebagian besar siswa telah dapat memahami:

1) Kedisiplinan berseragam

Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian siswa senang terhadap

mentode tutorial teman sebaya ini, dengan alas an:

1) Kegiatan belajar sangat manyenangkan

2) Penjelasan lebih kuat dan lebih jelas

3) Kemampuan daya ingatan menjadi lebih baik

4) Selalu konsentrasi pada materi pelajaran

Sebagian siswa tidak senang terhadap metode tutorial teman sebaya,

karena:

ii. Suasana belajar tidak santai

iii. Kemampuan komunikasi siswa tidak sama, ada yang lancar ada yang

lambat

Setelah berkolaborasi dengan teman sejawat diperoleh masukan untuk

perbaikan pada siklus berikutnya, yaitu:

1. Mengulang kembali penjelasan cara belajar dan tugas yang harus

diselesaikan serta pemanfaatan waktu yang efektif.

2. Merubah komposisi kelompok siswa dengan menyebarkan siswa yang telah

tuntas pada siklus pertama.

5

Page 23: Tutor Teman Sebaya

4.1.2. Siklus Kedua

1. Perencanaan

Peneliti/guru menyiapkan materi tentang kedisiplinan mengikuti pelajaran

Langkah selanjutnya, kelas dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 6 orang.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan kooperatif learning

menggunakan metode tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut:

1. Apersepsi 2 menit

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 3 menit

3. Guru menjelaskan tentang materi kasus pelanggaran HAM 25 menit

4. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok

beranggotakan 6 orang.

5. Langkah berikutnya, salah satu siswa menjelaskan kembali materi yang

disampaikan guru kepada siswa lain dalam kelompoknya, siswa yang

mendengarkan membuat catatan kecil dilakukan secara bergantian sampai

jelas, selama 40 menit.

Setelah selesai, guru menunjuk siswa secara acak untuk menjelaskan hasil

wawancaranya dengan teman satu kelompok selama 20 menit.

3. Pengamatan

Hasil pengamatan kolaborator dengan menggunakan instrumen observasi

dan berdasarkan catatan lapangan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa

dalam belajar yang dapat digambarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3. Keadaan aktifitas belajar siswa siklus II

No Keadaan SiswaSiklus 2

Jml %1 Siswa yang aktif dalam kegiatan

kelompok32 90

2 Siswa yang memperhatikan penjelasan guru

32 90

6

Page 24: Tutor Teman Sebaya

3 Siswa yang tidak memperhatikan penjelasan teman dalam kelompok

4 10

4 Siswa yang tidak dapat menjelaskan materi kepada teman

4 10

5 Siswa yang dapat menjelaskan materi kepada teman

32 90

Berdasarkan hasil tes proses yang dilakukan, juga terjadi peningkatan

walaupun peningkatan tersebut relatif sedikit, namun seudah menampakkan

suatu kemajuan yang berarti.

Gambaran hasil tes proses pada siklus I sebagai berikut:

Tabel 4.4. Prosentase ketuntasan belajar siswa siklus II

No Perolehan Siswa Siklus 21 Prosentase siswa yang tuntas belajar 90 %

(32 siswa)2 Prosentase siswa yang belum tuntas

belajar10 %

(4 siswa)Jumlah 100

4. Refleksi

Setelah dilakukan perubahan pada siklus kedua, maka masalah yang

muncul pada siklus pertama dapat diatasi dengan memuaskan terutama pada

respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan

peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yang meningkat secara berarti

seperti terlihat pada table di atas.

4.2. Pembahasan

Pembelajaran kooperatif dengan metode tutorial teman sebaya menunjukkan adanya

aktivitas belajar yang dinamis, dinamika kelas belajar tinggi, dan terjadi interaksi multi arah,

hal tersebut terjadi karena setelah siswa menerima penjelasam guru kemudian menjelaskan

keanggota kelompoknya secara bergantian sampai jelas. Dengan metode tutorial teman sebaya

minat siswa dalam kedisiplinan siswa meningkat sebagaimana terlihat pada tabel hasil siklus

pertama dan siklus kedua.

Pada siklus pertama siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok 24 siswa atau 66%,

siswa yang memperhatikan penjelasan guru 24 siswa atau 66%, siswa yang tidak

7

Page 25: Tutor Teman Sebaya

memperhatikan penjelasan teman dalam kelompok 20 siswa atau 56%, siswa yang tidak dapat

menjelaskan materi kepada teman 12 siswa atau 34%, siswa yang dapat menjelaskan materi

kepada teman 24 siswa atau 66%, siswa yang telah tuntas 21 siswa 60%, dan siswa yang

belum tuntas 15 siswa atau 40%.

Pada siklus kedua siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok 32 siswa atau 90%, siswa

yang memperhatikan penjelasan guru 32 siswa atau 90%, siswa yang tidak memperhatikan

penjelasan teman dalam kelompok 4 siswa atau 10%, siswa yang tidak dapat menjelaskan

materi kepada teman 4 siswa atau 10%, siswa yang dapat menjelaskan materi kepada teman 32

siswa atau 90%, siswa yang telah tuntas 32 siswa 90%, dan siswa yang belum tuntas 4 siswa

atau 10%.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode tutorial teman sebaya efektif

untuk meningktakan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada peningkatan kedisiplinan

siswa kelas IX SMP Negeri 3 Sudimoro.

5.2. Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran kooperatif

dengan metode tutorial teman sebaya pada peningkatan kedisiplinan siswa disarankan sebagai

berikut:

1. Metode tutorial teman sebaya dapat diterapkan lebih lanjut pada mata pelajaran sejenis

atau yang lain dengan mengambil tema yang berbeda.

2. Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.

8

Page 26: Tutor Teman Sebaya

DAFTAR PUSTAKA

Burton, W.H. 1952. The Gidence of Lerning Activities. New York: Appleton Century Crofts, Inc.

Ekowati, Endang. 2004. Model-Model Pembelajaran Inovatif Sebagai Solusi Mengakhiri Dominasi Pembelajaran Guru. Makalah Workshop Rencana Program dan Implementasi Life Skill SMA Jawa Timur tahun 2004.

Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Mc. Donald. 1959. Educational Psychology. San Francisco: Wardsworth Publishing, Inc.

Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Mussen, P.H. Conger. J.J. , Kagan, J. dan Huston, A.C. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa. 1988. Jakarta: Erlangga.

Mustanin, Nur. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: University Press.

Suryabrata, S. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.

Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

9