Tumor Otak
-
Upload
aulia-safitri-ii -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
Transcript of Tumor Otak
PBL TUMOR OTAK
SISTEM NEUROBEHAVIOUR
MUTHIA NANDA S (I1032141001) NUR INDAH WAHYUNI (I1032141016)
ADE C Z (I1032141002) LILY SEFTIANY (I1032141021)
SISKA PUTRI U (I1032141007) SYAHRONI (I1032141023)
AVELINTINA B C (I1032141008) DEVILIANI (I1032141026)
AULIA SAFITRI (I1032141010) IQBAL HAMBALI (I1032141032)
YOSSY C E (I1032141011) ILHAM PARID (I1032141039)
JANSSEN P (I1032141013) RIMA PUTRI ANI (I1032141043)
MAKHYAROTIL A (I1032141015)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2015
KASUS
Seorang klien laki-laki berusia 25 tahun di rawat di ruang perawatan syaraf. Karena di curigai
mengalami keganasan pada syaraf pusatnya. Klien tersebut sudah 6bulan terakhir mengalami
penurunan lapang pandang, semakin lama pandangan semakin terasa kabur, nyeri kepala di
rasa semakin bertambah sejak 1bulan terakhir di sertai yang di rasakan di area dada dan
punggung. Dalam 1bulan ini klien juga mengakui penurunan fungsi otot kelemahan pada
kaki. TTV menunjukkan TD:140/80, NADI:80x/menit, SUHU:37c, RR:28x/menit. Rs
memutuskan di lakukan pemeriksaan CT-SCAN dan MRI, hasil pemeriksaan CT-SCAN
menunjukkan adanya tumor otak di area ocsipital ukuran 10cm, hasil MRI tumor menekan
pembuluh darah otak dan telah menginfeksi mestatase ke medula spinalis bagian torakal 2-6
tim medis merencanakan prosedur radiasi dan lanjut tindakan operasi. Perawat juga akan
menyiapkan klien untuk menjalani prosedur tersebut. Perawat dan dokter perlu mengkaji
lebih lanjut fisik klien dan merencanakan intervensi kep yang tepat untuk mencegah
komplikasi dan memperbaiki kondisi klien.
Step 1 Identifikasi Terminology
1. Mestatase:
2. Radiasi:
3. MRI:
4. CT-SCAN:
Step 2 Identifikasi masalah atau pertanyaan kritis
1. Definisi tumor otak?
2. Klafikasi dari tumor medula spinalis?
3. Patofisiologi pada tumor otak?
4. Manifestasi klinis?
5. Etiologi tumor otak?
6. Faktor risiko?
7. Komplikasi yang di timbulkan karena tumor otak?
8. Hubungan dilakukannya tindakan radiasi dan operasi?
9. Hubungan tumor otak dengan nyeri dada dan punggung?
10. Efek samping dari radiasi dan operasi?
11. Pengaruh TTV dalam penyakit tumor otak?
12. Karakter tumor yang menyebar/ keganasan?
13. Askep pada tumor otak?
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Intervensi
d. Implementasi/ Penatalaksanaan
Perawat
Kolaborasi tim medis
Farmakologi
e. Evaluasi
STEP 3 Identifikasi Terminology
1. Mestastase: Penyebaran sel-sel tumor dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang
lainnya yang biasanya terjadi lewat darah dan cairan limfe. (kamus keperawatan)
2. Radiasi: Gelombang elektromaknetik, termasuk sinar X, sinar inframerah serta
ultraviolet dan sinar cahaya yang terlihat
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) :adalah prosedur non-invasif yang menghasilkan
gambar dua dimensi suatu organ atau struktur internal dari jaringan lunak. Jaringan
yang baik divisualisasikan menggunakan MRI adalah otak dan sumsum tulang
belakang, perut, dan sendi.(Medically Reviewed by a Doctor on 4/10/2015 Medical
Author: Charles Patrick Davis, MD, PhD )
4. CT-scan : Pemindai CT-scan atau CT-scanner (computerized tomography scanner)
adalah mesin sinar-x khusus yang mengirimkan berbagai berkas pencintraan secara
bersamaan dari sudut yang berbeda. Berkas-berkas sinar-X melewati tubuh dan
kekuatannya diukur dengan algoritma khusus untuk pencitraan. Berkas yang telah
melewati jaringan kurang padat seperti paru-paru akan menjadi lebih kuat, sedangkan
berkas yang telah melewati jaringan padat seperti tulang akan lemah. Sebuah
komputer dapat menggunakan informasi ini untuk menampilkan sebagai gambar dua
dimensi pada monitor. CT scan jauh lebih rinci daripada sinar-X biasa. Informasi dari
gambar dua dimensi oleh komputer dapat direkonstruksi untuk menghasilkan gambar
tiga dimensi pada beberapa CT scanner generasi baru. Gambar virtual ini dapat
digunakan sebagai panduan dokter bedah selama operasi. CT scan memungkinkan
dokter untuk memeriksa bagian dalam tubuh tanpa harus mengoperasi atau melakukan
pemeriksaan yang tidak menyenangkan. CT scan juga terbukti sangat bermanfaat
dalam penentuan tumor dan perencanaan pengobatan dengan radioterapi.( Medically
Reviewed by a Doctor on 4/10/2015 Medical Author: Charles Patrick Davis, MD,
PhD ).
Identifikasi masalah atau pertanyaan kritis
1. Definisi
(Satyanegara, 2014, Ilmu Bedah Saraf, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam tengorak baik di
dalam kompartemen suprtentorial maupun infratentorial. Di dalam hal ini mencakup
tumor-tumor primer pada korteks, meningen, vaksuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf
otak, jaringan penyangga. Serta tumor metastasis dari bagian tubuh lainnya.
1. Klasifikasi
(Satyanegara, 2014, Ilmu Bedah Saraf, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
Berdasarkan WHO:
a. Tumor Neuroepitel
Tumor Astrositik
Tumor Oligodendroglia
Tumor Oligoastrositik
Tumor Ependim
Tumor Pleksus Koroid
Tumor Neuroepitel lain
Tumor Neuronal dan tumor campuran neuronalglia
Tumor regio pineal
Tumor Embrional
b. Tumor Saraf Kranial dan Paraspinal
c. Tumor Selaput Otak
Tumor Sel Meningotel
Tumor Mesenkim
Tumor Melanostik Primer
Neoplasma lain berkaitan dengan meningen
d. Limfoma dan Neoplasma Hematopoetik
e. Tumor Germ Cell
f. Tumor Regio Sela
g. Tumor Metastasis
Berdasarkan Histogenesis (Percival Bailey dan Harvey Cushing (1926))
a. Tumor-tumor jaringan
Neuroepithelial
Astrocytic tumor, terdiri dari;
Pilocyt ic astrocytoma (grade I)
Diffuse astrocytoma (grade II)
Anaplastic astrocytoma (grade III)
Glioblastoma multiforme (grade IV)
Oligo dendrodial tumor, terdiri dari;
Oligodendroglioma (grade II)
Anaplastic oligoastrocytoma (gradeIII)
Mixed gliomas terdiri dari;
Oligoastrocytoma (grade II)
Anaplastic oligoastrocytoma (gradeIII)
b. Tumor-tumor Ependymal
c. Tumor-tumor Choroid plexus
d. Tumor-tumor Pineal parenchymal
e. Tumor-tumor Embryo nal terdiridari;
Medullo blastoma
Primitive neuroectodermaltumor (PNET)
f. Tumor-tumor meningeal terdiridari;
Meningioma
Tumor meningeal lainnya.
g. Primary CNS Lymphoma
h. Tumor-tumor Germ cells
i. Tumors of the sellar region
j. Brains metastases of thesystemic cancers
Berdasarkan Gradasi Keganasan (Borders (1915))
a. Grade I: well differentiated (75-100%)
b. Grade II: moderately differentiated (50-75%)
c. Grade III: moderately diffrerentiated (25-50%)
d. Grade IV: poorly differentiated (0-25%)
Berdasarkan Lokasi Sel-Sel Tumor
a. Intrakortial: Misalnya tumor berasal dari sel glia atau astrosit seperti pada
glioma, limfoma maligna, dan duloblastoma yang termasuk kategori malignan.
b. Ekstrakortial: Berasal dari neuroepitel, lapisan mesodermal dan embrionik
(kongenital) misalnya terdapat pada meningioma, adenoma hipofisis,
neurinoma (schwannoma) dan kraniofaringioma.
c. Tumor metastasis
Berdasarkan Lokasi Spesifik
a. Tumor pada sistem ventrikel
b. Tumor pada daerah talamus
c. Tumor pada kiasma/ sela tursika
d. Tumor pada daerah pineal
e. Tumor daerah batang otak
f. Tumor daerah serebelum
g. Tumor sudut serebelopontin
h. Tumor kongenital
i. Tumor metastasis pada otak
3. Patofisiologi
(Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC)
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neurologik progresif. Gejala-gejala
yang timbul dalam rangkaian kesatuan sehingga menekankan pentingnya anamnesis
dalam pemeriksaan penderita. Gejala-gejala sebaiknya dibicarakan dalam suatu
perspektif waktu. Kapan gejala mulai timbul? Apakah ada hubungannya dengan
sesuatu hal lain? Berapa lama gejala-gejala sudah dialami?
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor:
ganggaun fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intrakranial. Gangguan fokal
terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Tentu saja disfungsi
terbesar terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling cepat (yaitu glioblastoma
multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebaknan nekrosis
jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan
otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan ICP dapat disebabkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor
akan mendesak ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor
ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu
dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi
vena dan edema akibat kerusakan sawar otak, semuanya menimbulkan peningkatan
volume intrakranial dan ICP. Obstruksi sirkulasi CSF dari ventrikel lateralis ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan ICP akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif sehingga tidak berguna
bila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intrakranial, volume CSF, kandungan cairam intrasel, dan
mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis
lobus temporalis tergeser ke inferior melalaui insura tentorial oleh massa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mesenfalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Pada herniasi serebelum, tonsil serebelum tergeser
kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula
oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi
akibat peningkatan ICP yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi), dan gagal napas.
4. Presentasi Klinis Sindrom Tumor Otak
(Satyanegara, 2014, Ilmu Bedah Saraf, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
Gejala yang paling sering adalah defisit neurologis progresif (68%), kelemahan
motorik (45%), sakit kepala (54%), dan kejang (26%). Presentasi klinis dapat
mengarahkan perkiraan kemungkinan lokasi tumor otak. Secara umum presentasi
klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian
tekanan intrakranial: sebaliknya, gejala neurologis yang bersifat progresif walaupun
tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, perlu dicurigai adanya
tumor otak.
a. Tekanan Tinggi Intrakranial
Trias klasik dari sindroma TIK adalah nyeri kepala, muntal proyektil,
papiledema.
b. Kejang
Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat
berupa kejang umum atau kejang fokal. Ia dapat merupakan gejala awal yang
tunggal dari neoplasma hemisfer otak dan menetap untuk beberapa lama
sampai gejala lainnya timbul.
c. Pendarahan Intrakranial
Tumor otak diawali dengan pendarahan intrakranial-subarkhnoid,
inntraventrikular atau intraserebral.
d. Gejala Disfungsi Umum
Mulai dari gangguan fungsi intelektual yang tak begitu hebat sampai ganggaun
kesadaran (letargi, apatis, bingung/confusion, koma). Penyebab umum dari
difungsi serebral adalah tekanan intrakranial yang meninggi dan pergeseran
otak yang dapat terjadi akibat adanya massa intrakranial, edema perifokal di
sekitarnya atau hidrosefalus sekunder.
e. Gangguan Neurologis Fokal
Defisit neurologis sementara yang menyerupai serangan stroke atau TIA
(tumor TIA) dapat terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah oleh sel tumor,
perdarahan dalam tumor, atau kejang fokal. Perubahan kepribadian atau
gangguan mental biasanya menyertai tumor-tumor yang terletak didaerah
frontal, temporal dan hipotalamus, sehingga seringkali penderita-penderita
tersebut diduga menderita penyakit nonorganik atau fungsional. Gejala afasia
dijumpai, terutama pada tumor yang berada dihemisfer kiri (dominan). Tumor-
tumor daerah suprasela, saraf optikus dan hipotalamus dapat mengganggu
visus. Kelumpuhan saraf okulomotrius merupakan tampilan khas dari tumor-
tumor parasela, dan dengan adanya tekanan intrakranial yang meninggi kerap
disertai kelumpuhan saraf abdusens.
Nistagmus biasanya timbul pada tumor-tumor fosa posterior; sedangkan
tumor-tumor suprasellar atau parasellar kadang (jarang sekali) menyebabkan
gejala patognomik berupa nistagmus ‘gergaji’ (seesaw nystagmus): grakan
mata diskonjugat, vertikal dan rotasional dimana masing-masing mata
geraknya saling berlawanan. Kelemahan wajah dan hemiparesis yang
berkaitan dengan gangguan sensorik serta kadang ada defek visual merupakan
refleksi kerusakan yang melibatkan kapsula interna atau korteks yang terkait.
Ataksi trunkal adalah pertanda suatu tumor fossa posterior yang terletak di
garis tengah (vermis). Ataksia appendikular merupakan pertanda adanya
gangguan pada hemisfer serbeli (lateral). Ganggaun endokrin menunjukkan
adanya kelainan asksis hipotalamus-hipofisis.
Beberapa sindroma gejala neurologis fokal yang diakibatkan oleh gangguan
funsgsi pada lobus tertentu misalnya sindroma lobus frontal, ditandai dengan
abulia, demensia, gangguan kepribadian. Biasanya tidak disertai lateralisasi,
tetapi dapat saja terjadi apraksia, hemiparesis, atau disfasia (apabila
melibatkan hemisfer dominan). Sindroma lobus temporal, ditandai dengan
halusinasi auditorik atau olfaktorik, deja vu, gangguan memori, dapat juga
terjadi gangguan lapangan pandang seperti kuadrantopsia kontralateral
superior. Sindroma lobus parietal, ditandai dengan gangguan motorik atau
sensorik kontralateral, gangguan kognitif berupa afasia dan apraksia apabila
melibatkan hemisfer dominan. Sindroma lobus oksipital, ditandai dengan
gangguan lapangan pandang, aleksia/ disleksia (apabila tumor menginfiltrasi
ke korpus kalosum).
5. Etiologi
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982112-
WIENDARTUN/BRAIN_CANCER.pdf)
Penyebab dari brain tumor belum dapat diketahui secara pasti, walaupun genetik dan
faktor lingkungan dapat berperan dalam perkembangannya.
6. Faktor Resiko
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/195708071982112-
WIENDARTUN/BRAIN_CANCER.pdf)
a. Faktor Genetik
Faktor keturunan memainkan peran yang kecil dalam penyebab brain tumor.
Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita
brain tumor. Beberapa penyakit warisan seperti tuberous sclerosis,
neurofibriomatosis tipe I, Turcot syndrome dan Li-Fraumeni cancer syndrome,
mempengaruhi pasien menjadi penderita glioma. Bagaimanapun juga, tumor-
tumor tersebut cenderung terjadi pada anak-anak dan orang dewasa dan tidak
terjadi pada mayoritas penderita glioma.
b. Faktor Lingkungan
Prior cranial irradiation adalah satu-satunya yang beresiko menyebabkan
neoplasma intrakranial.
c. Karakteristik Gaya Hidup
Brain tumor tidak berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok, minuman
beralkohol atau penggunaan ponsel.
7. Komplikasi
1. Edema serebral : hal ini terjadi karena adanya peningkatan cairan yang terjadi
pada otak yang berlebihan kemudian mengalami penumpukan
2. Hidrosefalus : terjadi karena meningkatnya cairan intracranial
3. Herniasi otak
4. Epilepsy
5. Metatase ke tempat yang lainnya
http://tumorotak.org/
8. Penanganan Tumor Otak / hubungan tindakan radiasi
(Satyanegara, 2014, Ilmu Bedah Saraf, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
a. Terapi Operatif
Tindakan operasi pada tumor otak (khususnya yang ‘ganas’) bertujuan untuk
mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal mengingat obat-obatan
anti edema otak tidak dapat diberikan secara terus-menerus. Prinsip
penanganan tumor jinak adalah pengambilan total sementara pada tumor ganas
tujuannya selain dekompresi juga untuk mengetahui jenis tumor sehingga
dapat menentukan langkah pengobatan selanjutnya (kemoterapi atau
radioterapi). Persiapan prabedah, penanganan pembiusan, teknik operasi dan
penanganan pascabedah sangat berperan penting dalam menentukan
keberhasilan penanganan operatif terhadap tumor otak.
b. Terapi Konservatif (Non-Operatif)
Radioterapi
Radioterapi, terapi menggunakan sinar X dan sinar Gamma lainnya.
Tujuan dari terapi ini adalah menghancurkan tumor dengan dosis yang
masih dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya.
9. Tumor Metastase ke Daerah Torakal
(Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC)
Penderita lesi daerah torakal seringkali datang dengan kelemahan spastik yang timbul
perlahan pada ekstermitas bagian bawah dan kemudian mengalami parastesia. Pasien
dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abnomen,
yang mungkin dikacaukan degan nyeri akibat gangguan intratorakal dan
intraabdomnial. Pada lesi torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda
Beeveor (umbilikus menonjol apabila penderita telentang mengangkat kepala
melawan suatu tahanan) dapat menghilang.
10. Efek samping operasi dan radiasi
Ada beberapa tipe cedera radiasi yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan pada
penderita-penderita yang menjalaninya:
a. Edema yang terjadi pada saat hari-hari pertama dan akhir terapi radiasi.
b. Akibat demielinisasi saraf hingga menimbulkan gejala-gejala defisit
neurologis yang berlangsung sampai berminggu-minggu setelah terapi radiasi
berakhir.
c. Nekrosis radiasi, gejalanya mirip dengan gejala akibat rekurensi tumor.
11. Tingkah Laku Biologis dan Keganasan Tumor Otak
(Satyanegara, 2014, Ilmu Bedah Saraf, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)
Sifat-sifat keganasan tumor otak secara klasik didasari oleh hasil evaluasi morfologi
makroskopis dan histologis neoplasma, dikelompokkan atas kategori-kategori:
a. Benigna (Jinak)
Hasil makroskopis
Batas yang jelas
Tidak Infiltratif
Mendesak organ sekitar
Adanya pembentukan kapsul
Tidak ada metastasis atau rekurensi setelah dilakukan pengangkatan
total
Hasil Histologis
Struktur sel yang reguler
Pertumbuhan lambat
Densitas sel yang rendah dengan deferensiasi struktur yang jelas
parenkim
Stroma tersusun teratur tanpa adanya formasi yang baru
b. Maligna
Hasil makroskopis
Infiltratif atau ekspansi destruktif tanpa batas yang jelas
Tumbuh cepat cenderung membentuk metastasis dan rekurensi pasca-
pengangkatan total
Hasil Histolgis
Meningkatnya selularitas
Pleomorfisme walaupun susunan sel dan jaringan masih baik
Diferensiasi sel kurang begitu jelas disproporsi rasio nukleus terhadap
sitoplasma multinukleus
Formasi sel-sel raksasa
Tumbuh cepat dengan mitosis yang banyak
Area nekrosis
Pertumbuhan patologis dan neoformasi terutama bentuk-bentuk fistula
atau sinusoidal (pintas arteri-vena)
12. Askep
Pengkajian
a. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang
bersifat carcinogenik.
b. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan
penglihatan atau penglihatan double.
c. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
d. Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
e. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
f. Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda
g. tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak
mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
h. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
i. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan,
kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan,
adanya perubahan peran.
k. Laboratorium:
1. Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2. Fungsi endokrin
l. Radiografi:
1. CT scan.
2. Electroencephalogram
3. X- ray paru dan organ lain umtuk mencari adanya metastase.
Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh
tumor.
b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
ketidakmampuan mengenal informasi.
Rencana Intervensi
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh
tumor.
Data penunjang: peruabhan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon
sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adan tanda – tanda
peningaktan TIK.
Intervensi Rasional
Pantau status neurologis
secara teratur dan bandingkan
dengan nilai standar.
Pantau tanda vital tiap 4 jam.
Pertahankan posisi netral atau
posisi tengah, tinggikan
kepala 200-300.
Pantau ketat pemasukan dan
pengeluaran cairan, turgor
kulit dan keadaan membran
mukosa.
Bantu pasien untuk
menghindari/membatasi
batuk, muntah, pengeluaran
feses yang
dipaksakan/mengejan.
Perhatikan adanya gelisah
yang meningkat, peningkatan
keluhan dan tingkah laku yang
tidak sesuai lainnya.
Mengkaji adanya perubahan pada
tingkat kesadran dan potensial
peningaktan TIK dan bermanfaat
dalam menentukan okasi, perluasan
dan perkembangan kerusakan SSP.
Normalnya autoregulasi
mempertahankan aliran darah ke
otak yang stabil. Kehilanagn
autoregulasi dapat mengikuti
kerusakan vaskularisasi serebral
lokal dan menyeluruh.
Kepala yang miring pada salah satu
sisi menekan vena jugularis dan
menghambat aliran darah vena yang
selanjutnya akan meningkatkan TIK.
Bermanfaat sebagai indikator dari
cairan total tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan.
Aktivitas ini akan meningkatkan
tekanan intra toraks dan intra abdomen
yang dapat meningkatkan
TIK.
Petunjuk non verbal ini
mengindikasikan adanya penekanan
TIK atau mennadakan adanya nyeri
ketika pasien tidak dapat
mengungkapkan keluhannya secara
verbal.
b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak
terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur .
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku
untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi Rasional
Teliti keluhan nyeri: intensitas,
karakteristik, lokasi, lamanya, faktor
yang memperburuk dan meredakan.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri
non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan
tanda vital.
Instruksikan pasien/keluarga untuk
melaporkan nyeri dengan segera jika
nyeri timbul.
Berikan kompres dingin pada kepala.
Nyeri merupakan pengalaman subjektif
dan harus dijelaskan oleh pasien.
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor
yang berhubungan merupakan suatu hal
yang amat penting untuk memilih
intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
Merupakan indikator/derajat nyeri yang
tidak langsung yang dialami.
Pengenalan segera meningkatkan
intervensi dini dan dapat mengurangi
beratnya serangan.
Meningkatkan rasa nyaman dengan
menurunkan vasodilatasi.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
ketidakmampuan mengenal informasi.
Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi,
perilaku yang tidak tepat.
Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan,
memulai perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi Rasional
Diskusikan etiologi individual dari
sakit kepala bila diketahui.
Bantu pasien dalam
mengidentifikasikan kemungkinan
faktor predisposisi.
Diskusikan mengenai pentingnya
posisi/letak tubuh yang normal.
Diskusikan tentang obat dan efek
sampingnya.
Mempengaruhi pemilihan terhadap
penanganan dan berkembnag ke arah
proses penyembuhan.
Menghindari/membatasi faktor-faktor
yang sering kali dapat mencegah
berulangnya serangan.
Menurunkan regangan pada otot daerah
leher dan lengan dan dapat
menghilangkan ketegangan dari tubuh
dengan sangat berarti.
Pasien mungkin menjadi sangat
ketergantungan terhadap obat dan tidak
mengenali bentuk terapi yang lain.
STEP 4 Learning Objective
1) Definisi tumor otak
2) Klasifikasi tumor otak
3) Patofisiologi tumor otak
4) Etiologi tumor otak
5) Manifestasi tumor otak
6) Faktor Risiko tumor otak
7) Komplikasi tumor otak