Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

16
TULISAN WARGA BIASA HARDIKNAS Hari Pendidikan Nasional Buat Sekolahan Wanasaba BACAAN SEDERHANA vol.2 Mei 2014 BACAAN SEDERHANA Tulisan Warga Membudayakan baca tulis wanasaba “Di tulis secara bersama dalam Peringatan Hardiknas 2 mei 2014 oleh anak-anak muda wanasaba” Melalui social media grup facebook Wanasaba Hari Ini

Transcript of Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

Page 1: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

TULISAN WARGA BIASAHARDIKNAS

Hari Pendidikan NasionalBuat Sekolahan Wanasaba

BACAAN SEDERHANA

vol.2Mei 2014

BACAAN SEDERHANA

Tulisan WargaMembudayakan baca tulis wanasaba

“Di tulis secara bersama dalam Peringatan Hardiknas 2 mei 2014 oleh anak-anak muda wanasaba”Melalui social media grup facebook Wanasaba Hari Ini

Page 2: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

Pengantar Kata Oleh Tim Kreatif

Assalamualaikum.. Ini adalah kumpulan tulisan teman-teman wanasaba dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 mei 2014, buat sekolahan yang ada di wanasaba secara umum. Tulisan dikumpulkan lewat jejaring sosial facebook dalam “setting lomba grup” secara online, yaitu Grup Facebook WANASABA HARI INI. Jumlah teman-teman yang ikutan mengirim tulisan sebanyak 8 orang (pemuda), diantaranya 2 cewek dan 6 cowok.

Sebenarnya tidak ada harapan yang bagus dari kami atas pengadaan kegiatan semacam ini, namun semata-mata buat memperingati Hardiknas itu sendiri dalam euforia moment peringatannya. Dan selebihnya atas dasar kecintaan dan kesadaran kami semata, sebagai anak muda dalam memandang kampung halaman kami sendiri, yaitu Desa Wanasaba.. hen yak kami jak aita malik..!!Terimakasih wassalam.

Seluruh tim admin dan member Grup facebook Wanasaba Hari Ini.

Tulisan Warga Tulisan Warga1 30

Daftar isi

BACAAN SEDERHANA

Tulisan WargaMembudayakan baca tulis wanasaba

Kata Pengantar -1Selamat Hardiknas -2Narak Judulna Masi -6

Bukan Sekedar Bangunan -13Erosi Hak Dissability dalam Mengenyam Pendidikan di Wanasaba-16

Sekolah di Desaku Gak Punya Website -20Wajah Sekolah di Desaku, Seperti Ini -22

Masalah Ujian Nasional -25Gak Ada Judul -27

Page 3: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang di anak emaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, sama sekali tidak ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.

9. Di Indonesia bahasa Inggris wajib diajarkan sejak kelas I SMP, di Finlandia bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.

10. Di Indonesia siswa-siswa kita ke sekolah sebanyak 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada hari libur di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari libur anak makin pinta

semoga kita bisa seperti ini,walaupun kita masih merangkak, kita yakin dan buktikan pada dunia sesungguhnya kita mampu... ORANG LAIN BISA KENAPA KITA TIDAk BISA.....

Oleh Ryza Genk

Sekali lagi, saya mengucapkan selamat hari pendidikan nasional buat sekolahan yang ada di wanasaba. Semoga moment Hardiknas tahun ini, membuat sekolahan wanasaba semakin good dan lebih fresh dalam keberlangsungannya sebagai lembaga pendidikan formal. Yups.. Dan semoga kita semua lebih mau mengerti juga tentang Hardiknas dan Moment Peringatannya… iyoi

Ceritanya niii, saya ingin ikutan lomba tulis bersama teman lainnya, menulis sekolahan wanasaba dalam moment peringatan Hardiknas tahun ini. Lomba ini dilangsungkan lewat grup facebook-nya warga wanasaba, yaitu Wanasaba Hari Ini. Tema lombanya mengkritisi sekolahan dan memberikan solusinya sekaligus. Itu yang ditawarkan penyelenggara lombanya.

Lekas, baiknya saya menyiapkan materi tulisan yang good dan mencari referensi yang best, agar tulisan saya bagus di baca buat orang ramai, bermanfaat dan inspiratif nantinya. Semoga sahaja..

Tema tentang sekolahan… mulai saya menyisihkan waktu sebentar buat browsing di internet, mencari website resmi beberapa sekolah ternama di indonesia, salah satunya yang muncul, ialah SMA Negeri 1 Yogyakarta, yang juga masyarakat sana sering menyebutnya dengan SMA teladan. Begitu katanya di wikipedia bahasa indonesia. Tidak hanya itu, saya juga

Tulisan Warga Tulisan Warga229

Selamat Hardiknas

WASSALAM

Page 4: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

melihat-lihat website-nya sekolahan di Lombok: SMK mataram, SMA selong dan sekolahan lainnya. Tentu di sana mereka bercerita tentang keberlangsungan sekolah mereka masing-masing secara lengkap: Catatan info sekolah, profil kegiatan guru, aktifitas siswa, galeri foto akademik dan lain sebagainya di publish secara terbuka, lengkap, teratur dan rapi. Iya melihat itu paling tidak saya sedikit merasa bisa memperoleh gambaran tentang sebuah sekolahan. Perkembangan, dan bagaimana mereka menggiatkan sekolahan mereka sendiri dengan sebaik-baiknya. Selain itu, saya mencari tahu “dong” tentang sekolahan yang ada di wanasaba dalam internet. MA,SMA DAN SMK-nya.

Saya belakangan, kebetulan merasa menjadi seorang bolang (bocah petualang), namun di dalam internet yaa,. Selama itu saya mau gak mau, dan dipaksa harus mau percaya dengan istilah globalisasi: dimana dunia begitu terbuka. Mau kemana saja sangat boleh,bebas, cepat dan dahsyat. Mau ke perkampungannya Geisha, yang berlokasi di Jepang sana juga boleh-boleh saja, catatan: Miyabi bukanlah seorang Geisha yaa. Hhaa, maksudnya, hal-hal seperti itu aja tersedia dikunjungi dengan gampang. Gimana dengan lembaga pendidikan yaa?, lebih-lebih lembaga pendidikan formal,.! Toh juga di indonesia sendiri, internet cukup merata, ada juga kemarin salah satu program pemerintah, yang diistilahkan “internet masuk kampung”, walaupun masih ada daerah/kampung yang belum terjangkau dan dijangkau oleh pemerintah. Paling gak di sini, wanasaba bisa dibilang sudah lama terjangkau akses internet lah ya..

Memandang wanasaba dari kejauhan dan secara keseluruhan, saya kerap galau. Saya merasakan persis mejalani hubungan jarak jauh dengan kekasih hati, istilah muda-mudi kekiniannya itu LDR (long distance relationship). Mau begini-begitu gak bisa, terasa pegel di hati sanubari sendiri pada endingnya. Menyampaikan kerinduan-ketulusan kerap disalahartikan juga, syukur-syukur ada yang ngasih tanggapan, lah kalau yang dirindukan budek alias tuli atau benar-benar gak bisa dihubungi (tak terjangkau-gak bisa dijangkau tadi), gimana?. Ya jadinya G.A.L.A.U, yang di baca gelless, ehh galau. Menyebalkannya, itu pernah masuk ke dalam mimpi tidur saya, dan ahirnya saya benar-benar bermimpi, mimpi

promotion, naik kelas otomatis. Guru siap dan lebih memberi perhatian untuk membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik kelas.

3. Kita masih berpikir bahwa PR amat penting untuk membiasakan siswa disiplin belajar. Bahkan, di sekolah tertentu, tiada hari tanpa PR. Sebaliknya, di Finlandia PR tidak di utamakan, namun jika ada masih bisa ditolerir tapi maksimum hanya menyita waktu tidak lebih dari setengah jam waktu anak belajar di rumah.

4. Kita masih pusing meningkatkan kualifikasi guru SD agar setara dengan S1, di Finlandia semua guru harus tamatan S2. Dan mendapatkan pelatihan peningkatan kualitas teknik mengajar dan pemecahan masalah kesiswaan secara rutin.

5. Kita masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di Finlandia guru hanya di ambil dari 10% lulusan terbaik (the best ten) lulusan universitas yang ada disana.

6. Kita masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.

7. Hanya segelintir guru di tanah air yang membuat proses belajar-mengajar itu menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Terbanyak guru masih getol mengajar satu arah dengan metode ceramah amat dominan. Sedangkan, di Finlandia terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar. Anak dibebaskan berpendapat sesuai jalan pikirannya masing2 tanpa harus selalu sama dengan pendapat para gurunya.

8. Di tanah air kita terseret arus mengkotak-kotakkan siswa dalam kelas reguler dan kelas anak akselerasi, kelas anak lamban, kelas berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar nasional,

Tulisan Warga Tulisan Warga3 28

Page 5: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

Oleh:

Default Paragraph Font;Normal (Web);untuk memperingati hardiknas marilah kita belajar dari negara dengan pendidikan terbaik di dunia...

Kebijakan-kebijakan pendidikan Indonesia cenderung tentatif, suka coba-coba, dan sering berganti istilah, tiap ganti pemerintahan dan menteri maka akan ganti kebijakan tanpa arah dan tujuan yg jelas. Lalu bagaimana dengan kebijakan pendidikan Indonesia jika dibandingkan dengan Finlandia?

1. Kita masih asyik memborbardir siswa dengan sekian banyak tes (ulangan harian, ulangan blok, ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional). Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT.

2. Kita masih getol menerapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sehingga siswa yang gagal tes harus mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic

Ton Ogank Nak Vengkolan

panjang, sangat panjang dan menyebalkan. Sedikit berharap ada orang mengakhiri mimpi menyebalkan itu nanti. Tampil gagah seperti jagoan, kayak bintang film india yang rada-rada sok, yang sebenarnya ia lucu sih dan bikin geli orang lain. Terserah dia itu nanti melakukan apa yang sebisanya ajjah.

Sekarang sudah tahun 2014, ada moment Hardiknas, jatuh pada tanggal-2-mei, merupakan kelahirannya Ki Hadjar Dewantoro. Saya tahu setiap lembaga pendidikan formal (sekolahan) mengadakan acara buat memperingatinya setiap tahun, beragam dan bermacam-macam sekali. Ada yang dengan cara “jalan-sehat” dengan siswanya secara serentak, berpuisi, pertunjukan teater dan lain sebagainya yang beragam-macam bentuknya. Dan itu memang sudah semestinya.

Di dalam mimpi tidurku, ada orang yang dieam-diam bergerak, tampangnya sayup di balik topeng-topeng kreatif. Mereka membuat semacam media, mengarah untuk mengumpulkan warga secara massif, bersama-kekeluargaan. Mencari, mengumpulkan dan menyatukan sikap setiap warga yang mau dan keliatan respek di setiap moment hari besar, yang disematkan secara nasional atau pun euforia moment bersekala dunia, seperti perayaan tahun-baru, euforia Lebaran, Hari Kebangkitan Nasional dan Hardiknas seperti ini. Mereka sembunyi di balik famplet design gambar, yang nantinya semakin hari semakin berani memamerkan kreasi bikinan mereka sendiri di internet/facebok, dinding tembok dan ruang publik lainnya. Juga giat mengadakan sayembara menulis di sosial-media facebook bersama kawannya.

Dulu, saya sering ingin menunjukkan rasa senang, bangga, jengkel, kritik, tanggapan, argument, ide dan gagasan buat Desa dan apa yang di dalamnya, lebih-lebih buat sekolahan yang ada di wanasaba. Tetapi sungguh tidak bisa. Sebab kenapa, saya gak berada di wanasaba…. mau lewat jalur internet, mereka juga tidak ada, tidak ada website. Di facebook juga begitu, kagak ada grup facebook yang begitu jelas arahnya. Semua ini hanya menjadi bagian cerita mimpi tidur yang menyebalkan aja.

Ketika saya melihat wibsite sebuah sekolahan, saat “mencari referensi”

Tulisan Warga Tulisan Warga427

Page 6: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

buat tulisan ini, kadang di benak terslip pertanyaa, kapan ya sekolahan di wanasaba punya wibsite seperti itu?, padahal mereka bisa bikin lho. “Kalau” mereka memang mau dan sedikit ada rasa keinginan untuk berkembang. Termasuk desa-nya juga..! Membuat dan melangsungkan website itu simple kok, hanya butuh sedikit kreatifitas saja. Saya tidak mau percaya, sekolahan di wanasaba itu tidak punya sedikit kreatifitas dan tidak mengerti tentang website di internet?. Mungkin pertanyaan-pertanyaan dasar seperti itu yang bikin saya bermimpi dalam tidur. Mimpi tidur yang menggangu waktu pribadi saya.

Ahh, apalah mimpi itu. Saya mau membuka mata dan melihat kenyataa aja dah, dan mencoba mensyukuri apa adanya saja yang telah ada di wanasaba, seperti kebanyakan mereka yang kehidupan harinnya terlihat berjalan normal-normal sahaja. Pendeknya, yang mereka sebut dengan bersikap lebih realist atau apalah.

Okey-lah, sekarang saya fokus kembali melihat referensi tulisan saya dengan sebaik-baiknya, review website sebuah sekolahan yang good itu, tanpa bersikap apriori lagi dengan wanasaba secara menyeluh dan membuka mata lebih realis yang mensyukuri apa yang ada sahaja.

Ohh iya, apa sih yang saya kerjakan sekarang ini?, saya sedang menulis..?! Menulis buat sekolahan di wanasaba dalam moment Hardiknas..?! Oh iya,. berarti saya sedang menunjukkan sikap saya dong..! Dulu, bukankah ini pernah menjadi mimpi saya?. Sebentar, saya mau ingat-ingat mimpi saya dulu.. isi mimpi saya itu ini “tampang sayup yang diem-diem di balik topeng kreatif”, di balik design gambar, sayembara tulisan, adanya grup facebook yang arahnya lumayan jelas.. Oow iya, sekarang wanasaba punya website juga, media tempat saya bisa menunjukkan rasa senang, bangga, jengkel, kritik, tanggapan, argument, ide dan gagasan saya buat Desa dan apa yang di dalamnya, termasuk buat sekolahan seperti menulis ini,. Yang benar saja, ini persis sekali seperti mimpi yang pernah menggangu tidur saya dulu.

Beneran deh..Wassalam..

Tulisan Warga Tulisan Warga5 26

ThenksWassalam

birokrasi di tingkat pemerintahan daerah yang mengkooptasi sistem evaluasi pendidikan sekolah, seperti target kelulusan UN di daerah sebagai sebuah prestasi dan prestise seorang pejabat daerah, yang kemudian di lapangan diterjemahkan dalam bentuk "bantuan teknis" oleh guru saat pelaksanaan UN dan "katrol nilai" siswa di sekolah agar mengimbangi kemungkinan hasil terburuk dari UN, agar mereka secara administratif tetap dapat diluluskan, sesuai target sekolah dan pemerintah daerah.

Apa reaksi para guru terhadap realitas pelaksanaan sistem evaluasi belajar di sekolah seperti di atas ? Sudah dapat diduga, sebagian besar mereka cenderung apatis, karena sistem birokrasi adalah bagian yang menjadi teramat penting bagi dirinya, bahkan menjadi yang paling berpengaruh, karena menyangkut banyak hal terhadap karir seorang guru. Adakah guru yang mau cari perkara, dengan membenturkan kepala pada dinding tembok yang kokoh, untuk sekedar membuat gegar otak di kepala miliknya ? Agar peluang lulus seorang siswa tetap terbuka, maka nilai ujian sekolah (yang berbobot 40 % kelulusan) dalam bentuk nilai rapor adalah minimal 7 (MIPA) dan 8 (non MIPA). Sebuah sistem evaluasi yang "win-win solution" bagi siswa, guru, kepala sekolah dan para pejabat di daerah dan pusat, bukan ?. Semuanya, "yang penting happy".

Page 7: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

Oleh:

Assalamu'alaikum wr.. Wbr,,, ta milu batur

Salah satu kebijakan Kemendiknas adalah meningkatkan standar mutu pendidikan sekolah, melalui penyelenggaraan Ujian Nasional (UN). UN adalah bagian dari sistem evaluasi pendidikan di sekolah yang dimaksudkan untuk (1) memperoleh gambaran atau pemetaan mengenai mutu pendidikan sekolah secara nasional, (2) meningkatkan standar mutu pendidikan sekolah, (3) merangsang siswa dan guru untuk lebih giat dalam proses pembelajaran, dengan menjadikan UN sebagai salah satu komponen penting dalam menentukan kelulusan belajar seorang siswa (kini, porsi UN = 60 % penentu kelulusan, sisanya hasil evaluasi sekolah sendiri).

Apa yang terjadi di lapangan ? UN seringkali tidak menggambarkan hasil belajar sesungguhnya yang diperoleh oleh siswa. Banyak hal yang menjadi distorsi sehingga UN sering tidak mencapai sasaran, antara lain (1) sistem pengamanan lembaran soal UN yang rawan bocor, (2) sistem

Kuswari'z Resfect's Barcelona

D

Oleh:

Naraq Judulna masi..laguk pe baca bekah iya juluk..penting ne jak..tetu!

Bismillahirrohmanirrohim…

Sebenarna jak luek gin ta kritik masalah sekolah pin Indonesia terlebih pin Desa Wanasaba jak, ibarat isi gudang…anggap saja masalah itu tumpukan barang-barang tak terpakai sehingga mau di lihat dari sisi mana saja akan kelihatan tumpukan barang-barang tak terpakai itu..iyaa masalah itu sudah disana, menumpuk lagi..tinggal pilih aja mau bahas yang mana kan? Hehe.. Tulisan ini kita bawa santai aja yaa, arak ta warna na ahkedik…lek bawaq wah lueq wah serius tulisanda pada…tapi semoga tidak sampai kehilangan pesan yang ingin disampaikan penulis lewat

Lalu Fadli Gillardino Rahman

Tulisan Warga Tulisan Warga625

Narak Judulna Masi..

Masalah Ujian Nasional

Page 8: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

tulisan ini, begitu harapannya.

Dari banyaknya masalah yang ada..tiang, nama saya tiang..iyaa sebut saja begitu …ingin mengambil sebuah angle masalah yang merupakan pengalaman tiang selama mengenyam pendidikan pin Wanasaba ilaek serta pengamatan saya beberapa tahun terakhir ini (Padahal jak ulek arak ahkali ahtaon…sok pengamat bekah..keren arenta ahkedik hoho..)..dan semoga masih relevan dengan apa yang terjadi di Sekolah-sekolah pin desa kita tercinta Wanasaba.

Baiklah, kita mulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan yang mudah-mudah gampang. Ibarat sebuah film nih..pemain utama sebenarnya di Sekolah itu siapa sih? Murid? Guru? Atau inaq As jual pelecing pin sekolahku ilaek? Haha…yang jawabannya “Murid” adalah golongan orang-orang yang yang diberi petunjuk..berarti yang mejawab selain itu termasuk golongan orang-orang yang merugi kecuali Inaq As yang tidak mau rugi tentunya dalam berjualan pelecing (Apa Sih… ) Maaf-maaf udah mulai lepas rem nih…Oke deh, Benar murid lah jawabannya. Nah sekarang…apa kebutuhan murid atau siswa dalam pendidikan?

Ada yang bisa jawab anak-anakkkk? <-Gaya pak Syahrif laek gurungku MI saiq, mun yakta toang jak bintitda wah ita.. haddeuh

Pasti jawaban setiap orang variatif. Tapi yang paling banyak orang lupa..terutama sekolah sekolah pin bale adalah yang paling substansial kebutuhan pendidikan bagi murid adalah BUKU dan GURU yang KREATIF…Enggakna wah…dua nono doang..yak narak lebih. Inilah akar masalah yang jarang atau orang sering gagal dalam memahami ini, padahal sesederhana itu. Sekarang mari kita membahas substansi dua hal pokok kebutuhan pendidikan bagi murid tersebut.

1.BUKU

Wah toangta wah pada fungsi buku nene jak…sumber ilmu tentunya, disanalah terdokumentasi segala ilmu pengetahuan yang ada dimuka bumi ini. Dan jangan lupa, ilmu itu sersifat dinamis dalam artian luekka perkembangan ilmu pengetahuan dari hari ke hari sehingga perlu ada buku terbaru yang up to date neka beaq nengka no untuk menjawab

*untuk menumbuhkan kepercayaan orang tua terhadap lembaga pendidikan formal (sekolah), harapannya dibentuk suatu komunitas bentukan beberapa sekolah yang tujuannya untuk memberikan pengetahuan di luar sekolah, misalnya tentang entrepreneurship (kewirausahaan). Sehingga pelajar memiliki skill khusus.

* mungkin-mungkin saja sekolah memberikan program ekstra untuk perkembangan karakter pelajar, jadi tidak hanya monoton pada mata pelajaran wajib. Karena karakter mental kita (pelajar Wanasaba) kebanyakan pemalu, kurang aktif, tak berani berpendapat dan sederetan karakter serupa lainnya ketika kita bersaing dengan orang-orang di luar Wanasaba. Padahal saya yakin potensi pelajar Wanasaba itu luar biasa .

* terkait website, kalau bisa, lulusan-lulusan IT atau yang berkompeten di bidang IT, bergabung untuk kemudian melakukan kerja sama dengan sekolah-sekolah di Wanasaba guna membagi ilmu ke-IT-an (hehe..) yang dibutuhkan oleh calon tenaga pengelola website sekolah.

Pendidik yang baik adalah pendidik yang membimbing dan mengarahkan muridnya agar jauh lebih hebat darinya, bukan malah membunuh karakter (sereeem) muridnya. Atau bukan malah sibuk mencari jawaban saat ujian nasional tiba (:D).

Wes ngono ae dari aku…nggak na wah lekan tiang jak…SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MEI 2014 WANASABA , semoga wajah pendidikan Wanasaba kedepannya lebih elegant dan berkarakter.

Tulisan Warga Tulisan Warga7 24

TerimakasihWassalam

Page 9: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

Pendidikan Nasional (HARDIKNAS). Eksklusif.

HARDIKNAS yang diperingati setiap tanggal 2 Mei biasanya disambut dengan berbagai macam event yang tentunya erat kaitannya dengan dunia pendidikan. Namun, Indonesia yang notabenenya memiliki tokoh-tokoh luar biasa di bidang pendidikan, pun masih belum bisa mendongkrak kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik. Terutama masyarakat pedesaan yang fasilitas dan akses telekomunikasinya masih minim. Contoh kecil dari sekian ribu contoh adalah Desa Wanasaba.

Wanasaba ? Iya, Wanasaba. Yuk ! kita intip-intip dunia sekolah (baca: pendidikan) di desa kita ini. Ada 3 sisi wajah yang akan aku lirik disini. Penasaran ??? Langsung ke point nya saja yooo…..

Pertama, faktor ekonomi masyarakat . Tentunya ekonomi dan pendidikan saangat erat kaitannya (benang merahnya kuat ). Ekonomi warga Wanasaba secara umum yang masih relatif rendah menjadikan pola pikir untuk mendapatkan rupiah yang banyak menjadi prioritas. Sekolah dianggap proses yang panjang untuk menuju kesuksesan, iya,,kalau sukses. Kalau tidak,, ???

Kedua, faktor sarana dan fasilitas sekolah. Tak kalah pentingnya, kredibilitas sekolah yang kerap dikaitkan dengan kelengkapan fasilitas dan sarana yang dimiliki merupakan salah satu kekurangan beberapa (bisa dibilang semua) sekolah di Wanasaba. Misalnya Laboratorium yang kurang memadai, terbatasnya unit komputer yang dimiliki, koneksi internet yang masih minim dan mahal sehingga website sekolahpun tak punya. Akibatnya apa, sekolah-sekolah di Wanasaba tidak dapat men-show up kegiatan-kegiatan sekolah di dunia cyber. Terlambat mengetahui info dunia luar.

Ketiga, faktor pendidik. Gelar pahlawan tanpa tanda jasa yang disematkan kepada Bapak dan Ibu guru kita seharusnya mencerminkan “kepahlawanannya”, sehingga tidak hanya sekedar istilah belaka.

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menjawab kegalauan nene…? Mungkin beberapa alternatif berikut bisa kita coba:

kebutuhan zaman. Ok. Titik.

2.GURUKREATIF

Peran guru dalam menyampaikan ilmu tersebut agar lebih mudah dipahami oleh murid tadi tentu menjadi faktor yang penting. Yang dibutuhkan murid bukan sekedar guru..akan tetapi guru yang kreatif dalam artian luek ka Kaduna metode atekna mudah paham murid dan t e n t u n y a p r o s e s n y a i t u m e n y e n a n g k a n d a n t i d a k membosankan…memancing murid untuk mengembangkan imajinasinya yang lebih penting dari ilmu pengetahuan itu sendiri seperti kata Albert Einstein…nene ta jarang guru igete no…pengalamanku ilaek..tapi semoga sekarang tidak seperti itu.

Laguk…arak lagukna dekun…kegagalan memahami kebutuhan primer (pokok) inilah yang sebenarnya menjadi masalah utama sekolah-sekolah pin bale mun ku gitak jak… Misalna gete…ketika sekolah menerima bantuan baik itu sumbangan perorangan atau dari hamba Allah lah namanya.. ataupun bantuan pendidikan dari instansi pemerintah terkait…Dana tersebut bukannya dialokasikan untuk membeli buku-buku relevan dan terbaru, atau mengikut sertakan guru yang ada agar lebih kreatif dan meningkat kompetensinya misalnya melalui Diklat-Diklat tertentu…Ehhh sekolah pin bale jak munda mauk dana bantuan pendidikan malah sibuk ngecet pager sekolahda….ngecet gentengda…meli pot kembang… atekna bagus ruana lekan luar sang gitakna sik dengan…yakkku toang…sementara buku pin perpustakaanda jak wah buek kekeqna siq tembrene bahkan ada yang terkena panu kadas kurap endah sik cengena yakna uah di update ka…Kalau kata Raditya Dika nih…mungkin saja bukunya berteriak “ bebaskan aku dodiiiit…bebaskan akkuuuu….!!!” (Barusan habis nonton Stand Up Comedy Kompas Tv..maaf masih kebawa suasana, ehem… perikeq semet kedik..).

Yang kedua..Lebih parah lagi menurut tiang jak…fatal masi budaya nene jak pin bale terutama sekolah swasta misalnya seperti Pondok Pesantren apalah namanya..yakta ulak nyebut aren…mamiqku endah ngajar itono (Hem hem)..contona doang..sekolah ilain sang endah gete

Tulisan Warga Tulisan Warga823

Page 10: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

ruana…gurunya itu rata-rata keluarga atau orang dekat saja… makanya ada stigma di Masayarakat Ponpes itu sebagai yayasan keluarga saja..padahal luek guru…sang lebih bagus kualitas kompetensinda yang memungkinkan mereka sangat kreatif laguk yakda bau tama ngajar karena masalah itu tadi…jari para pembuat keputusan pin sekolah lebih baik na bagus hubunganda sik keluarganda (lebih mementingkan itu) daripada amanat yang diberikan oleh orang tua murid yang menyekolahkan anaknya disana untuk mendapatkan hak pendidikan yang lebih baik… dampaknya adalah…guru hanya sekedar guru..guru dengan kualitas baik dan kreatif sang masi luek nganggur pin wanasaba…Solusinya adalah mangkun Jokowi no..lelang jabatan…buka kompetisi atau tes penyaringan guru yang fair play dan objektif untuk menyaring guru yang paling bagus kompetensinya karena dampaknya akan terasa terhadap kualitas pendidikan yang akan diterima oleh para siswa pada nantinya.

Mari kita analogikan sekolah itu adalah sebuah Negara dan murid atau siswa adalah warga negaranya. Kewajiban Negara atau sekolah adalah memenuhi kebutuhan mendasar warga negaranya atau dalam hal ini adalah murid atau siswa. Ketika warga Negara butuh makan karena kelaparan…sangat tidak logis jika Negara malah membelikan baju atau mebuatkan rumah baru untuk warga negaranya. Pun demikian ketika kebutuhan pendidkan mendasar murid adalah buku dan guru yang kreatif, sangatlah tidak logis jika sekolah ketika mendapatkan dana bantuan pendidikan malah sibuk ida ngecet tembokda, pager sekolahda…plester tembok jamban atau Musholanda…memang ga salah..tapi itu harus dilakukan setelah kebutuhan primer (pokok) tadi terpenuni. Sama dengan logika Negara tadi..ketika warga negaranya sudah kenyang karena sudah dikasih makanan dan tidak lapar lagi…barulah Negara boleh memberikan baju atau membuat rumah bagi warga negaranya tersebut.. Jangan logika ini dibalik balik ya..hehe

Engakakna wah…maaf kalau kritiknya terlalu gimana gitu..tiang mohon maaf…epe para siswa mohon sampeang hal nene pein gurumpe…buat para guru mari merubah paradigma dalam mengembangkan dan

Oleh:

Siapa yang tak pernah mendengar semboyan ini “ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang artina “Di Depan Menjadi Teladan, Di Tengah Membangkitkan Semangat, Dari Belakang Mendukung”. Di kalangan pelajar maupun mahasiswa pastinya sudah tidak asing lagi dengan kalimat itu. Yap ! Semboyan hidupnya Bapak Pendidikan Nasional, Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara ini dijadikan sebagai jargonnya pendidikan di Indonesia. Yang hari kelahirannya diperingati sebagai Hari

Baiq Hijjatul Khaer Fitrianinggih

Tulisan Warga Tulisan Warga9 22

di Desaku Seperti IniWajah Sekolah

Page 11: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas lagi di desa kita tercinta. sang keras laloq kritik ne jak…tapi sudah saatnya kita tidak alergi sama kritik yaaa..sudah ga jamannya..ntar malah ga maju maju hehe…

Sebenarnya kebutuhan siswa itu sederhana, kegagalan kita dalam memehami kebutuhan itulah yang membuat kualitas pendidikan menjadi tidak sederhana lagi.

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MEI 2014

Salam,..

Tulisan Warga Tulisan Warga1021

BACAAN SEDERHANA

Tulisan WargaMembudayakan baca tulis wanasaba

Mungkin di desa lain, web sekolahan itu sudah menjadi hal yang wajib. Sebut saja di Selong atau Aikmel yang sedari dulu sudah mempunyai web sekolahan sendiri. Dan jangan salah, siswanya tentu akan sangat bangga sekali untuk pamer memamerkan web sekolahannya yang sangatlah keren. Ya bagi siswa yang tidak mempunyai web sekolah pasti akan kelihatan minder sekali, karenanya ia sadar, bahwa sekolahannya ketinggalan beberapa langkah.

Web sekolah sendiri sudah menjadi kebutuhan bagi para siswanya, karena tidak mungkin siswanya akan selalu berpesbuk ria atau bertwitteran. Setidaknya para siswa merasakan jenuh akan itu dan merekanya juga butuh info-info terbaru dari sekolahanya dengan membuka web itu tanpa harus bertanya pada teman kelasnya atau wali kelasnya.

Dan sayangnya di desa saya yang sangat saya cintai ini, tak satupun sekolahan yang maasih mempunyai website resmi sekolah sendiri. Ngaku sekolah paporit, tapi website sekolahan saja kagak punya. Pie iki pihak-pihak sekolahan yang saya hormati selalu.

Awalnya saya tidak percaya sih ya, tapi setelah saya telusuri sejauh ini. Dan terus menurus saya searching di Mbah google, ternyata hasilnya nihil. Bukannya nihil sih, tapi ada beberapa sekolahan yang mempunyai website dengan menggunakan domain gratisan. Webnya pula tak ter-urus, banyak sekali sarang laba-laba yang saya jumpai ketika membuka website sekolah tersebut. Itu saking tak terurusnya cobak, dan yang paling saya sesalkan juga, isinya itu kopas semua men. Kagak ada tulisan sendiri, minimal sih tulisan siswanya ya..!!

Yang jadi pertanyaan saya akhir-akhir ini, apakah tidak ada keinginan atau ketidak cerlekan dari pihak sekolah itu sendiri ya..??

Entahlah mamen magirls..

Wassalam..salam kreatifitas penggeliat website..!!

Page 12: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

BACAAN SEDERHANA

Tulisan WargaMembudayakan baca tulis wanasaba

Oleh Risky Tile

Di Desa saya ada lumayan banyak Sekolahan, dari yang di paporitkan sampai yang tidak terpaporitkan. Jelas, yang dipaporitkan itu biasanya sekolah menengah atas atau yang sering akrab ditelinga kita itu SMA. Karena esem-a sendiri terkenal akan kegaulan siswanya. Beda dengan sekolah-sekolah lain sealain esem-a itu sendiri..!!

Tapi bukan itu permasalahannya, tahun demi tahun pasti sekolah yang bisa dikatakan paporit itu tidak melulu karena siswanya gaul dan sekolahannya yang megah sekali bangunannya. Melainkan, sekolah yang bisa bersaing dengan ke-kreatifitasannya sendiri di dunia internet. Maklum saja, karena tahun sekarang semua manusia terutamanya para remaja yang ingin memperoleh informasi tentang sekolahan paporit dengan cara seinstan mungkin. Tentunya tinggal klik tombol searching di mbah google, info mengenai sekolah paporit di desanya akan muncul dengan sendirinya. Tanpa harus si calon siswa akan melakukan survei terlebih dahulu ke Sekolahan paporit tersebut. Tanpa capek juga daftar secara langsung melalui pihak sekolah, karena ianya bisa daftar secara online-lah yang tenar diera sekarang.

Tulisan Warga Tulisan Warga11 20

KITA SEMUA WAJAHNYA DESA

salam kepada seluruh ekspresi kreativitas anak muda wanasaba

TERUTAMADRAG WAYCMWTIM OLAHRAGADAN SESEPUH KITA WANASABA

Sekolahan di Desaku Gak Punya Website..!

Page 13: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

pendidik anak berkebutuhan khusus masih terbilang kurang, padahal kondisi dari data tersebut belum menoleh bagaimana kualitas dari pendidik tersebut. Oleh sebab itu, layanan yang didapatkan oleh anak disability tidak sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan tenaga pendidik tambahan yang berkualitas, demi terasahnya potensi pada anak disability.

Tulisan Warga Tulisan Warga1219

Thenks Wassalam

BACAAN SEDERHANA

Tulisan WargaMembudayakan baca tulis wanasaba

Page 14: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

Oleh:

,.Just Share :) Ya,Kalau kita bicara masalah pendidikan, bukan hanya sekolah, yang mempunyai bangunan bagus, taman indah, lapangan luas, ruangan yang nyaman dsb.

Namun, yang perlu kita cermati adalah esensi dan tujuan sekolah tersebut. Sekolah adalah tempat dimana bertemu antara orang yang orang yang sudah terdidik (baca; guru) dengan yang belum terdidik. Tak peduli apakah itu di taman, ditengah bangket (baca: sawah), di sentren / surau, dan apapun-lah yang berkonotasi tempat.

Ok Lupakan tentang bangunan atau tempat dan mari kita lanjutkan membaca…

Dengan tidak menghilangkan tema dari tulisan ini maka yang ingin saya soroti tentang masalah sekolah (baca:pendidikan) setidaknya ada 2 hal yang perlu kita perhatikan :

Syaifuddin Mustafa Akramy

Lokasi rumah dengan Sekolah Luar Biasa yang keberadaanya tidak merata. Jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada tidak bisa menjangkau keberadaan anak disability, seperti yang terjadi di Gubuk Wanasaba. Sadar tidak sadar masyarakat sebagian besar bahkan belum mengenal istilah SLB, sehingga keberadaan SLB menjadi hal yang sangat langka di Wanasaba. Keadaan ini akan berdampak ketika anak disability ingin mendapatkan layanan yang sama dengan anak normal pada umumnya, mereka bingung harus kemana dan di mana mereka harus berlabuh. Keadaan ini sangat mengiris, ketika anak dissability ingin mengeyam pendidikan. Namun, lokasi dan keberadaan SLB yang sangat langka seolah mengusir dan membentengi garis normal dengan garis yang special pada ABK. Sebagai contoh ketika anak disability ingin menikmati pendidikan, sehingga diserahkan ke Sekolah terdekat, namun fakta yang sangat mengiris yang ada di kampung kita Wanasaba masih belum bisa menerima anak dissability, dikarenakan alasan yang memojokkan keberadaan dissability. Sehingga menurut penulis, alternative yang dapat diberikan antara lain; pertama, mendirikan SLB, yang kedua ketika masyarakat ataupun pemerintah belum mendirikan SLB di Gubuk Wanasaba alternative yang dapat diberikan adalah dengan mendirikan sekolah inklusi, dimana anak dissability belajar bersama dengan anak reguler yang di dampingi oleh guru pendamping. Di Gubuk Wanasaba sepengetahuan penulis hanya ada satu sekolah inklusi yang berlokasi di SD 07 Wanasaba. Yang ketiga jika jangkauan rumah dengan sekolah inklusi tidak bisa terjangkau maka alternatifnya adalah dengan memberikan sarana transport berupa mobil antar jemput yang belum ada di Gubuk kita.

Tenaga pendidik menjadi salah satu penentu bagaimana layanan yang akan didapatkan oleh anak berkebutuhan. Saat ini tenaga pendidik untuk ABK keberadaannya tidak merata, terbukti bahwa masih banyak wilayah yang mengeluhkan kondisi tersebut misalnya di daerah Lombok Timur. Dari data yang didapatkan, kabupaten Lombok Timur kekurangan 160 tenaga pendidik. Dari data tersebut sudah tergambar jelas bahwa kondisi

Tulisan Warga Tulisan Warga13 18

Bukan Sekedar Bangunan

Page 15: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

“pendidikan khusus memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial”. Ketetapan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tersebut bagi anak berkelainan sangat berarti karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelaianan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan p e n g a j a r a n .Memberikan pendidikan dan pelayanan yang sama seperti anak normal akan memberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan kedepannya akan berimbas pada produktivitas anak berkelainan (dissability) yang terdidik dan terampil. Keterampilan yang terasah dan pendidikan yang bertambah secara tidak langsung akan meningkatkan harga diri anak berkelainan yang tidak ternilai harganya, sehingga akan membuat konsep diri pada anak penyandang dissability.

Namun, yang menjadi pertanyaan saat ini adalah apakah rendahnya ekonomi akan menjadi penghalang? Bagaimana lokasi SLB dengan lokasi rumah ABK? Bagaimana dengan pendidik yang mendampingi anak dissability?

Keadaan ekonomi orang tua khususnya yang tinggal di Gubuk Wanasaba seringkali menjadi tolak ukur bagi dissability untuk memperoleh layanan pendidikan yang layak dan tidak dipungkiri lagi kebenaraannya. Banyak orang tua mengeluh ketika disibukkan dengan dua pilihan, apakah harus mengorbankan perut demi mendapatkan layanan pendidikan untuk dissability, sementara biaya pendidikan untuk anak dissability terbilang tidak murah, karena setiap kelainan memerlukan pelayanan yang sesuai dengan kelainannya. Di sisi lain, uang yang mereka dapatkan jumlahnya pas-pasan untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga, orang tua tersebut lebih memilih membiarkan anaknya di rumah saja tanpa mempedulikan layanan pendidikannya. Alternatif keadaan ini dapat ditekankan kepada pemerintah desa untuk menyalurkan dan mengasosiasikan berbagai keluhan pendidikan. Kemudian sikap orang tua yang harus telaten memilih serta memilah kebutuhan pendidikan disability ketika mendapatkan bantuan dari pemerintah dari segi dana pendidikan.

1. Sisi Internal (Sekolah)

a. Tenaga terdidik ( Guru )

Bicara tentang guru (ini menurut kacamata saya), guru adalah orang yang dihormati, memiliki ilmu, patut dicontoh, memiliki jiwa sosial tinggi, simbol kebaikan, dsb. So jangan sampai orang yang sudah terdidik (guru) menyalahi apa yang tertera tersebut. Jika masih ada yang menyalahi ya masih tanda tanya?

b.Fasilitas

Fasilitas bukan hanya Kulkas, AC, TV, ataupun kebutuhan sekunder atau tersier yang lain. Fasilitas yang saya maksudkan adalah lebih penting yang menunjang kegiatan belajar/mengajar misalkan buku pelajaran, alat bantu ngajar (berupa kit, alat simulasi dan sebagainya). Kalaupun ada fasilitas internet maka lebih baik lagi asalkan jangan disalahgunakan dan d i m a n f a a t k a n s e b a i k n y a .

c.Pendukung lainnya

Berupa kegiatan-kegiatan yang bisa membuat softskill (Kecakapan diri) meningkat semisal kegiatan ekstrakurikuler berupa Pelatihan organisasi, PMR, Pramuka, ORSENI (Olahraga & Seni). Dan ini yang sangat jarang diperhatikan padahal ini bagian yang sangat menentukan kesuksesan seseorang nantinya.

2. Sisi Eksternal (Luar Sekolah)

a. Orang Tua

Orang tua ibarat guru di rumah. Orang tua yang hanya memperhatikan sekolah anaknya tapi tidak peduli tentang anaknya di rumah sama aja artinya dengan tidak peduli dengan pendidikan anaknya. Karena pendidikan bukan hanya di sekolah bahkan lebih banyak di luar sekolah termasuk di rumah.

Tulisan Warga Tulisan Warga1417

Page 16: Tulisan Warga Wanasaba Vol-2 Hardiknas

b. Pemerintah (Perangkat Desa)

Sudah seharusnya Datu (baca:pemerintah khususnya perangkat desa) lebih memperhatikan pendidikan masyarakatnya. Karena majunya peradaban suatu masyarakat tergantung pendidikannya. Pemerintah bisa membuat Perpustakaan seperti yang kawan-kawan rintis sekarang, taman pendidikan dan bermain, study tour antara masing-masing sekolah khususnya di desa kita, Menghidupkan kembali karang taruna sebagai wadah untuk membentuk dan meningktakan softskill masyarakat di luar sekolah, dsb.

Mungkin ada yang bertanya kenapa kok murid/siswa tidak dimasukkan di kedua faktor tersebut. Karena menurut hemat saya ada dua aturan yang berlaku untuk mereka :1. Murid tidak pernah salah.2. Kalau murid salah kembali ke aturan pertama.

Entak tene ruana meton juluk, a panggel be limanta ngetik ha…ha…Kalau ada yang bermanfaat alhamdulillah tapi kalau banyak kekeliruan kita kembalikan menurut 2 aturan di atas he…he..

Selamat Hari Pendidikan Nasional !!! Oleh:

Semua orang berhak mendapatkan layanan pendidikan termasuk anak dissability. Dissabilitas berarti ketidakmampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pada umumnya, dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, bergerak, pengelihatan, maupun pendengaran. Kondisi yang tidak sesuai dengan anak pada biasanya, bukan hal yang harus ditakuti, bukan pula aib keluarga, beban, bencana serta bukan menjadi alasan pembeda di Gubuk Wanasaba. Namun, kelainan tersebut merupakan hal yang spesial di balik tabir takdir Tuhan. Mereka mempunyai hak untuk bisa berkembang mengasah potensi yang ada pada diri mereka melalui pendidikan yang layak yang sesuai dengan keadaan mereka.

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan (dissability) ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang disebutkan bahwa

YulianaNasir

Tulisan Warga Tulisan Warga15 16

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014SELAMAT

HARI PENDIDIKAN NASIONAL2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

2 MEI 2014

Erosi Hak

dalam

di Mengenyam

Pendidikan Wanasaba

Dissability