Tuli

24
Gangguan Pendengaran Konduktif Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel. Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara. Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut. Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Gangguan Pendengaran Sensorineural Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah. Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah. Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini. Gangguan Pendengaran Campuran Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah . Gangguan Pendengaran Saraf Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen. Alat bantu dengar dan implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak. Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan. 1

Transcript of Tuli

Page 1: Tuli

Gangguan Pendengaran KonduktifSetiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel.

Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara. Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut. Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.

Gangguan Pendengaran SensorineuralGangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.

Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.

Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini.

Gangguan Pendengaran CampuranGangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah .

Gangguan Pendengaran SarafMasalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen.

Alat bantu dengar dan implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak.

Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan.

Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui. Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih paling sedikit pada tiga frekuensi berturut-turut yang berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari. Tuli mendadak bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari banyak penyakit. Suckfull dkk mendefinisikan tuli mendadak sebagai berikut: tuli sensorineural yang berlangsung mendadak lebih dari 15 dB pada tiga frekuensi atau lebih dibandingkan dengan telinga yang sehat atau pemeriksaan audiometri sebelumnya, disertai dengan atau tanpa gejala tinitus dan vertigo.1

Etiologi :1,2,3- Idiopatik- Virus, terjadi pada 60% kasus, termasuk atrofi organ corti dan merupakan manifestasi paling banyak dari patologi virus.- Bakterial, seperti Cryptococcus- Neoplasma, contoh myeloma (biasanya bilateral), neuroma akustik- Multipel sklerosis- Penyakit pembuluh darah, contoh vertebrobasilar insufisiensi, sickle cell, kardiopulmonar bypass- Oklusi vascular dan rupture membrane telinga dalam- Autoimun- Penyakit Meniere- Gagal ginjal dan hemodialisis- Vasospasme, emboli- Kongenital- Psikogenik sudden deafness

Gejala Klinis1

Page 2: Tuli

Penderita mengeluh pendengarannya tiba-tiba berkurang pada satu atau kedua telinga yang sebelumnya dianggap normal. Biasanya keadaan ini disadari penderita ketika bangun tidur pagi hari ataupun setelah bekerja. Umumnya penderita dapat mengatakan dengan pasti saat mulai timbulnya ketulian. Ketulian dapat mengenai semua frekuensi pendengaran, tetapi yang sering pada frekuensi tinggi. Tuli mendadak biasanya disertai dengan tinitus (91,0%), vertigo (42,9 %), rasa penuh pada telinga yang sakit (40,7%), otalgia (6,3%), parestesia (3,5%), tuli saraf sebelumnya(9,2%), tinitus sebelumnya (4,2% dan gangguan vestibuler sebelumnya(5,0%)1,2.

DiagnosisDiagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan THT, audiologi, laboratorium serta pemeriksaan penunjang lain. Anamnesis yang teliti mengenai proses terjadinya ketulian, gejala yang menyertai serta faktor predisposisi penting untuk mengarahkan diagnosis. Pemeriksaan fisik termasuk tekanan darah sangat diperlukan. Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai kelainan pada telinga yang sakit1.Pada pemeriksaan audiologi didapatkan1,2:1. Tes penala : Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek. Kesan: tuli sensorineural.2. Audiometri nada murni: tuli sensorineural derajat ringan sampai sangat berat.3. BERA (pada anak-anak atau pada pasien yang tidak kooperatif) : tuli saraf ringan sampai berat.4. Tes SISI (short increment sensitivity index) skor 70-100%. Kesan : dapat ditemukan rekruitmen.5. Tes Tone Decay : tidak ada kelelahan. Kesan : bukan tuli retrokoklea.6. Audiometri tutur: speech discrimination score (SDS) kurang dari 100%. Kesan : tuli sensorineural7. Audiometri impedans: timpanogram tipe A (normal), refleks stapedius ipsilateral. Negatif atau positif, sedangkan kontralateral positif. Kesan : tuli sensorineural koklea.8. ENG : untuk pusing dan vertigo9. CT scan untuk kasus tertentu

Penatalaksanaan1,2,3 - Kortikosteroid, khususnya pada kasus yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), diberikan prednison oral 1mg/kgBB/hr selama 1 bulan dengan penurunan dosis secara bertahap sesuai respon pasien.- Anti virus asiklovir diberikan pada tuli mendadak yang diketahui penyebabnya adalah virus.- Diuretik- Vasodilator- Histamin- Inhalasi karbogen- Terapi mendengar, dengan bantuan hearing aid, latihan auditori- Dan lain-lain

PrognosisPada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk sembuh, bila lebih dari 2 minggu kemungkinan untuk sembuh menjadi lebih kecil. Penyembuhan dapat sebagian atau lengkap tapi dapat juga tidak sembuh, hal ini disebabkan faktor konstitusi pasien seperti pasien yang pernah mendapatkan obat ototoksik dalam jangka lama, penderita diabetes mellitus, pasien dengan viskositas darah tinggi, dan sebagainya walaupun pengobatan diberikan pada stadium dini4.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tuli mendadak. Dikutip dari : www.ilmukedokteran.net2. Danesh AA, Andreassen WD. Sudden hearing loss : audiological diagnosis and management. Colorado : American Academy of Audiology Convention Denver; 2007.3. Sudden sensorineural hearing loss. Dikutip dari : www.deafnessresearch.org.uk4. Soetirto I, Bashiruddin J. Tuli mendadak. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, penyunting. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2003. h. 35-36 A.Konsep dasar medis

a.Pengertian

Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL) adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya ss. Biasanya gangguan ini “reversible” karena kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga tengah. (Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238)

b.Etiologi

2

Page 3: Tuli

1.Kelainan bawaan (Kongenital)Atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah, kelainan posisi tulang-tulang pendengaran dan otosklerosis.Penyakit otosklerosis banyak ditemukan pada bangsa kulit putih 2.Gangguan pendengaran yang didapat, misl otitis media

c.Patofisiologi

Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu peradangan bias saja menimbulkan luka, nyeri kemudian terjadi penumpukan serumen atau otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau suara yang terganggu sehingga penderita tidak dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang di dengarnya.

d.Manisfestasi Klinik

-rasa penuh pada telinga-pembengkakan pada telinga bagian tengah dan luar-rasa gatal-trauma -tinnitus

e.Penatalaksanaan

Liang telinga di bersihkan secara teratur. dapat diberikan larutan asam asetat 2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang teling atau salep anti jamur. Tes suara bisikan, Tes garputala

f.pemeriksaan diagnosticAudiometri X-ray

B.Konsep dasar keperawatan

a.PengkajianRiwayat : identitas pasien, riwayat adanya kelainan nyeri, infeksi saluran nafas atas yang berulang, riwayat infeksinyeri telingarasa penuh dan penurunan pendengaransuhu meningkatmalaisevertigoAktifitas terbatasTakut menghadapi tindakan pembedahan.

b.Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan proses peradangan2.Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengah3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan6.Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan

c.Intervensi Keperawatan

1.Nyeri berhubungan dengan proses peradanganTujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri

1.kaji nyeri, lokasi,karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeriR/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya2.ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi)R/ : pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri

3

Page 4: Tuli

3.ubah posisi setiap 2 sampai 4 jamR/ : posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.4.berikan analgesik jika dipesankan R/ : analgesic dapat mengurangi nyeri.

2.Gangguan sensori / persepsi berhubungan dengan kerusakan pada telinga tengahTujuan : Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik

1.Kaji tingkat gangguan persepsi pendengaran klienR/ : untuk mengukur tingkat pendengaran pasien guna intervensi selanjutnya 2.Berbicara pada bagian sisi telinga yang baikR/ : berbicara pada bagian sisi telinga yang baik dapat membatu klien dalam proses komunikasi 3.Bersihkan bagian telinga yang kotorR/ : telinga yang bersih dapat membantu dalam proses pendengaran yang baik4.Kolaborasi dengan dokter dengan tindakan pembedahan R/: tindakan pembedahan dapat membatu klien memperoleh pendengaran yang baik

3.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeriTujuan : klien dapat melakukan aktivitas dengan baik

1.Kaji tingkat intoleransi klienR/ : Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien guna intervensi selanjutnya2.Bantu klien untuk melakukan aktifitas sehari-hariR/ : Bantuan terhadap aktifitas klien dapat mempermudah pemenuhan kebutuhan klien3.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang ringan R/ : Aktivitas yang ringan dapat membantu mengurangi energy yang keluar4.Libatkan keluarga untuk proses perawatan dan aktivitas klienR/ : Keluarga memiliki peranan penting dalam aktifitas sehari-hari klien selama perawatan5.Ajurkan klien untuk istirahat yang cukupR/ : Istirahat yang cukup dapat mebantu meminimalkan pengeluaran energy.

4.Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otorrhea.Tujuan : pola koping klien adekuat

1.Kaji tingkat koping klien terhadap penyakit yang dialaminyaR/ : Untuk mengetahui tingkat koping pasien terhadap penyakitnya guna intervensi selanjutnya.2.Kaji tingkat pola koping keluarga terhadap penyakit yang dialami klienR/ : Pola koping keluarga mempengaruhi koping pasien terhadap penykitnya3.Berikan informasi yang adekuat mengenai penyakit yang dialami klien.R/ : Informasi adekuat dapat memperbaiki koping pasien terhadap penyakitnya4.Berikan motivasi kepada klien dalam menghadapi penyakitnyaR/ : Motivasi dapat membantu pasien dalam menghadapi penyakitnya dan menjalani pengobatan sehingga klien tidak merasa sendirian.5.Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien.R/ : Motivasi dari keluarga sangat membantu proses koping pasien.

5.Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhanTujuan : klien dapat mengerti mengenai penyakitnya.

1.Kaji tingkat pendidikan klienR/ : Untuk mengetahui tingkat pendidikan klien guna intervensi selanjutnya2.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang prognosis penyakitnya R/ : untuk mengukur sejauh mana klien mengetahui tentang penyakitnya 3.Berikan informasi yang lengkap mengenai penyakit klien.R/ : informasi yang lengkap dapat menambah pengetahuan klien sekaligus mengurangi tingkat kecemasa4.Berikan informasi yang akurat jika klien membutuhkan informasi tentang penyakitnya.R/ : pemberian informasi yang akurat dapat menambah informasi tentang penyakit yang dialami klien

4

Page 5: Tuli

6. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatantujuan : klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.

1.kaji tingkat ansietas klien terhadap penyakitnyaR/ : untuk mengukur tingakt kecemasan klien terhadap penyakitnya guna implementasi selanjutnya.2.Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnyaR/ : sebagai tolak ukur untuk memberikan informasi selanjutnya mengenai penyakit yang di alaminya.3.Berikan informasi klien tentang penyakitnya.R/: Informasi yang adekuat dapat mengurangi kecemassan klien terhadap penyakitnya4.Berikan dorongan pada klien dalam menghadapi penyakitnya.R/: Dorongan yang adekuat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien sekaligus memberikan perhatian kepada klien. 5.Libatkan keluarga klien dalam proses pengobatanR/: Keluarga klien memiliki peranan penting dalam proses penyembuhan dan menurunkan tingkat kecemasan klien.

d.ImplementasiImplementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.

E.Evaluasi1.Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri2.Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik3.Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik4.Pola koping klien adekuat5.Klien dapat mengeti dengan penyakitnya6.klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria.

Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga dalam secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan pada telinga dalam, maupun jalur persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis (N.VIII). Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:a

1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.

2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan posisi kepala.

3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).

4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice) khususnya pada penderita otosklerosis.

5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai. Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada sekret dalam kanal telinga luar, perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal telinga luar atau selaput gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis terdapat gangguan pada rantai tulang pendengaran. Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengandung nada rendah. Melalui tes garputala dijumpai Rinne negatif. Dengan menggunakan garputala 250 Hz dijumpai hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke arah yang sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati Schwabach memanjang (Soepardi dan Iskandar, 2001).

2.3.3.2. Gangguan Pendengaran Jenis Sensorineural

Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:

5

Page 6: Tuli

1. Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang normal. Perbedaan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita gangguan pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis.

2. Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana gaduh dibanding suasana sunyi.

3. Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obat-obat ototoksik, ataupun penyakit sistemik sebelumnya. Menurut Soetirto, Hendarmin dan Bashiruddin, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, kanal telinga luar maupun selaput gendang telinga tampak normal. Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan). Pada tes garputala Rinne positif, hantaran udara lebih baik dari pada hantaran tulang. Tes Weber ada lateralisasi ke arah telinga sehat. Tes Schwabach ada pemendekan hantaran tulang.

2.3.3.3. Gangguan Pendengaran Jenis Campuran

Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis konduktif dan gangguan pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula gangguan pendengaran jenis ini adalah jenis hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi gangguan sensorineural. Dapat pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis sensorineural, lalu kemudian disertai dengan gangguan hantaran (misalnya presbikusis), kemudian terkena infeksi otitis media. Kedua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama. Misalnya trauma kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam (Miyoso, Mewengkang dan Aritomoyo, 1985). Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan pendengaran jenis sensorineural. Pada tes bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata baik yang mengandung nada rendah maupun nada tinggi. Tes garputala Rinne negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach memendek (Bhargava, Bhargava and Shah, 2002).

5.1.1. Pemeriksaan dan Diagnosis Gangguan Pendengaran Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga, hidung dan tenggorok, tes pendengarn, yaitu tes bisik, tes garputala dan tes audiometri dan pemeriksaan penunjang. Tes bisik merupakan suatu tes pendengaran dengan memberikan suara bisik berupa kata-kata kepada telinga penderita dengan jarak tertentu. Hasil tes berupa jarak pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa dan penderita di mana suara bisik masih dapat didengar enam meter. Pada nilai normal tes berbisik ialah 5/6 – 6/6. Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu dipengaruhi suara bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara melakukan tes Rinne adalah penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar penala dipegang di depan teling kira-kira 2 ½ cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif. Bila tidak terdengar disebut Rinne negatif. Cara melakukan tes Weber adalah penala digetarkan dan tangkai garputala diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, dan di dagu). Apabila bunyi garputala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah teling mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi. Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai garputala diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai garputala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila penderita masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa (Medicastore, 2006). Tes audiometri merupakan tes pendengaran dengan alat elektroakustik. Tes ini meliputi audiometri nada murni dan audometri nada tutur. Audiometri nada murni dapat mengukur nilai ambang hantaran udara dan hantaran tulang penderita dengan alat elektroakustik. Alat tersebut dapat menghasilkan nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitasnya yang dapat diukur. Untuk mengukur nilai ambang hantaran udara penderita menerima suara dari sumber suara lewat heaphone, sedangkan untuk mengukur hantaran tulangnya penderita menerima suara dari sumber suara lewat vibrator. Manfaat dari tes ini adalah dapat mengetahui keadaan fungsi pendengaran masing-masing telinga secara kualitatif (pendengaran normal, gangguan pendengaran jenis hantaran, gangguan pendengaran jenis sensorineural, dan gangguan pendengaran jenis campuran). Dapat mengetahui derajat kekurangan pendengaran secara kuantitatif (normal, ringan, sedang, sedang berat, dan berat) (Bhargava, Bhargava dan Shah, 2002).

6

Page 7: Tuli

5.1.2. Penyakit yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran

Penyakit telinga dapat menyebabkan tuli konduktif atau tuli sensorineural. Tuli konduktif, disebabkan kelainan terdapat di telinga luar atau telinga tengah. Telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta dan osteoma liang telinga. Kelainan di telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran. Tuli sensorineural dibagi dalam tuli sensorineural koklea dan retrokoklea. Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia (kongenital), labirintitis (oleh bakteri atau virus) dan intoksikasi obat (streptomisin, kanamisin, garamisin, neomisin, kina, asetosal, atau alcohol). Selain itu, dapat juga disebabkan oleh tuli mendadak (sudden deafness), trauma kapitis, trauma akustik dan pajanan bising. Tuli sensorineural retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, tumor sudut pons serebelum, myeloma multiple, cedera otak, perdarahan otak, dan kelainan otak lainnya. Kerusakan telinga oleh obat, pengaruh suara keras, dan usia lanjut akan menyebabkan kerusakan pada penerimaan nada tinggi di bagian basal koklea. Presbikusis ialah penurunan kemampuan mendengar pada usia lanjut. Pada trauma kepala dapat terjadi kerusakan di otak karena hematoma, sehingga terjadi gangguan pendengaran (Maqbool, 2000).

7

Page 8: Tuli

Mekanisme KeseimbanganProses keseimbangan dilakukan oleh saluran setengah lingkaran, saluran tersebut mendeteksi keseimbangan rotasi(gerakan memuta kepala) dan keseimbangan gravitasi(gerakan kepala tegak atau datar).Keseimbangan rotasi melibatkan tiga saluran setengah lingkaran. Pada bagian dasar ketiga saluran dasar tersebut terdapat struktur yang disebut dengan ampula. Didalam ampula tersebut terdapat sel rambut yang tertanam didalam gelatin, disebut dengan kapula. Pada cairan didalam saluran setengah lingkaran mengalir, kupula bergerak sesuai dengan arah aliran sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Impuls-impuls sraf tersebut kemudian mengalir melalui saraf vestibular menuju otak.Keseimbangan gravitasi bergantung pada utrikulus dan sakulus yang didalamnya mengandung batu otolit. Utrikulus sangat peka terhadap gerakan naik turun. Pergerakan batu otolit akan menekan ujung saraf keseimbangan sehingga impuls akan terkirim ke pusat keseimbangan di otak. Tipe-tipe Gangguan Pendengaran

• Gangguan Pendengaran Konduktif • Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan

pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel.

Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara. Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut. Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.

• Gangguan Pendengaran Sensorineural • Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah

siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.

Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.

Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini.

• Gangguan Pendengaran Campuran • Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif.

Gangguan ini disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah .

• • Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran dapat mengakibatkan gangguan

pendengaran saraf. Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen.

Alat bantu dengar dan implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak.

Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan.• Sumber: http://www.medel.com/in/show/index/id/63/title/Tipe-tipe-Gangguan-Pendengaran

8

Page 9: Tuli

Gangguan pendengaran Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural/saraf/perseptif, atau tuli campur.

1. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah. Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna maligna, dan osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.

Impaksi Serumen (Sumbatan oleh serumen yang keras)

Otalgia

9

Page 10: Tuli

Benda asing

10

Page 11: Tuli

Ostitis Eksterna Sirkumskripta (Mansjoer, Arief dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran I. Jakarta : MediaAesculapius)

Otitis Eksterna Maligna (Mansjoer, Arief dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran I. Jakarta : MediaAesculapius)

11

Page 12: Tuli

Otitis Eksterna Difus (Mansjoer, Arief dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran I. Jakarta : MediaAesculapius)

jenis - jenis gangguanpendengaran.

1. Gangguan Pendengaran/Tuli Konduktif :

Terjadi jika kehilangan pendengaran dikarenakan kegagalan mekanikal,sebagai contoh : tidak berfungsinya tulang-tulang pendengaran. Jenis ini dikenal dengan gangguan pendengaran/tuli konduktif. Pada kasus tuli konduktif hanya bersifat sementara dan dapat disembuhkan dengan pengobatan yang benar atau dengan operasi.

2. Gangguan Pendengaran/Tuli Sensorineural :

Kerusakan yang terjadi pada telinga dalam disebut gangguan pendengaran atau tuli sensorineural.

Hilangnya sel-sel rambut di dalam koklea dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Untuk orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran sensorineural ringan sampai sedang dapat dibantu dengan menggunakan alat Bantu dengar. Pada gangguan pendengaran sensorineural berat sampai sangat berat dapat dibantu dengan Implan Koklea.

3. Gangguan Pendengaran/Tuli Campur :

Tuli campur disebabkan oleh kerusakan pada bagian luar, tengah dan atau telinga dalam.

Biasanya, gelombang suara tidak dikonduksi secara efisien ke telinga dalam, dan sampai di telinga dalam getaran-getaran tersebut tidak dapat di kirim ke otak.

Oleh sebab itu, tuli campur merupakan kombinasi dari tuli konduktif dan sensorineural.Implan koklea merupakan solusi yang mungkin bagi orang dengan gangguan pendengaran/tuli campur.

4. Gangguan pendengaran/TuliSentral :

12

Page 13: Tuli

Gangguan pendengaran/tuli sentral disebabkan oleh kerusakan saraf telinga. Saat ini, belum ada solusi untuk pasien yang menderita gangguan pendengaran/tuli sentral.

We bring technologies to enhance the lives of the disabled

Keuntungan dari Produk

Meminimalkan Sebagian Besar Biaya

Desain yang dibuat pada Implan koklea ini sangat sederhana sehingga meminimalkan biaya baik dari biaya alat maupun biaya operasi.

Teknik Operasi Baru

Menggunakan metode operasi yang baru :-Meminimalkan Lamanya Waktu Operasi-Meminimalkan Resiko Operasi-Mengembangkan metode yang lebih sederhana

I enjoy sound implan koklea didesain dengan teknologi baru sehingga dalam operasi nya tidak memerlukan cara mastoidectomy yang tradisional. Operasi terbaru ini sangat sederhana, memerlukan waktu yang pendek (30~45 menit), dan tidak rumit seperti cara tradisional dengan mastoidectomy.Dokter THT yang telah mengenal dengan operasi Tympanoplasty dapat melakukan teknik operasi baru ini tanpa memonitoring saraf-saraf wajah.Teknik baru ini dikombinasikan dengan alat-alat baru yang akan menjaga terpeliharanya sel-sel rambut yang ada pada koklea.

Pengaturan yang mudah dan meminimalkan Biaya setelah operasi

Menciptakan alat dengan peningkatan perspektif terhadap pengaturan secara individu, dan meningkatkan perawatan dan perbaikan.

Teknologi Modern

Teknologi modern telah mengalami banyak peningkatan baik dari segi kualitas suara maupun segi perawatan alat kepada pasien.Pemakai I enjoy sound dapat beradaptasi dengan suara lingkungan maupun suara yang dibangkitkan dari mobile phone, MP3, dan alat komunikasi modern lainnya.

-kesulitan dari kehilangan sistem pendengaran.

Apa yang terjadi jika anda kehilangan pendengaran? Bisa jadi anda todak mendengar bunyi bel pada pintu ataupun tidak mendengar anak anda memanggil dari ruangan lain.

Untuk mereka yang tidak dapat mendengar, sama saja seperti kehilangan kunci dari interaksi antar manusia yaitu “komunikasi”.

Kehilangan pendengaran dapat mempengaruhi kualitas hidup kita, membatasi kemampuan kita untuk berinteraksi dengan orang lain, meningkatkan stress dan menyaring luasnya suara yang memberikan pengalaman, kepuasan, serta arti dari kehidupan ini.

13

Page 14: Tuli

Apa itu implan koklea?

Implan koklea adalah alat elektronik kecil yang membantu menyediakan indra suara kepada seseorang yang mengalami gangguan pendengaran berat atau sangat berat.

Implan koklea ada 4 bagian dasar :

- Mikropon, yang menangkap suara dari luar.-Prosesor suara, yang memilah dan mengatur suara yang dibawa oleh mikropon.-Pemancar dan penerima (stimulator), yang menerima sinyal dari prosesor suara dan diproses kedalam bentuk sinyal elektrik/listrik.-Elektroda, yang membawa sinyal elektrik dari stimulator dan mengirim ke otak.

Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat Bantu dengar memperkeras suara. Implan koklea memberikan solusi terhadap kerusakan atau bagian-bagian yang tidak berfungsi.

TULI SENSORINEURAL

Tuli sensorineural disebabkan oleh kelainan atau kerusakan pada koklea (rumah siput), saraf pendengaran dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Perlu diketahui bahwa untuk mendengar dan mengerti suatu bunyi diperlukan suatu proses penghantaran, pengolahan di telinga dalam, dan dilanjutkan dengan interprestasi bunyi (di otak). Kadang dijumpai suatu kasus fungsi penghantaran dan pengolahan baik, namun karena ada gangguan di otak, maka bunyi tidak dapat diartikan.

Tuli sensorineural biasanya timbul sejak lahir dan dapat mengenai satu telinga atau kedua telinga. Ketajaman pendengaran tidak selalu sama pada kedua telinga. Sangatlah penting untuk memeriksa ketajaman pendengaran di kedua telinga secara terpisah. Bila ada perbedaan ketajaman pendengaran yang terlalu signifikan pada kedua telinga, test pendengaran mungkin akan memberikan hasil yang membingungkan. Bila diperkirakan bahwa ada perbedaan antara kedua telinga, maka “telinga yang lebih baik” harus diberikan dengan memberikan bunyi yang keras. Tindakan ini disebut masking. Bila ini tidak dilakukan, maka gelombang suara yang masuk ke telinga lebih buruk akan dihantar melalui tulang tengkorak dan diterima oleh telinga yang sehat. Orang tersebut tidak akan menyadari perjalanan gelombang suara dan dapat merespon seakan-akan dia mendengar suara dengan jelas pada telinga yang buruk. Hal ini dapat memberi hasil yang membingungkan.

Untuk mengetahui penyebab tuli sensorineural itu sulit karena hampir 50% penyebab dari tuli saraf sejak lahir tidak diketahui dengan pasti. Pada bayi yang berusia 0-28 hari ada beberapa faktor resiko yang dicurigai sebagai gangguan pendengaran. Meskipun demikian,hasil dari beberapa penelitian terhadap bayi yang mempunyai faktor resiko hanya sekitar 40=50% saja yang mengalami ketulian.Tuli sensorineural dapat timbul pada satu atau kedua telinga sejak lahir sampai lanjut usia. Ada berbagai penyebab tuli ini dan beberapa diantaranya yang sering duitenukan akan dibicarakan di sini. Faktor-faktor resiko tinggi yang penyebab tuli sensorineural yaitu:

1. Tuli Bawaan (Genetik).2. Tuli Rubella.3. Tuli dan Kelahiran Prematur4. Tuli Ototosik.

PENDAHULUANYang dimaksud "ketulian" disini adalah sama dengan "ku-rang pendengaran", yang dalam buku-buku ditulis deafness atau hearing loss.

14

Page 15: Tuli

Di dalam buku pedoman praktis penyelenggaraan sekolahluar biasa Departemen P dan K, kata " tuli" menggambarkan adanya kekurangan pendengaran 70 db atau lebih pada telinga yang terbaik. Dalam tulisan ini antara kata-kata "ketulian", "kurang pendengaran" dan "tuli" mempunyai arti yang hamper sama.Secara garis besar ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan. Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural hearing- loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan, disebut tuli campuran. Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran. Dapat dari cara yang paling sederhana sampai dengan memakai alat elektro-akustik yang disebut audiometer. Dengan menggunakan audiometer ini jenis ketulian dengan mudah dapat ditentukan. Maksud daritulisan ini adalah untuk memberi pengertianyang lebih mendalam tentang ketulian.

DERAJAT KETULIANUntuk mengetahui derajat ketulian dapat memakai suara bisik sebagai dasar yaitu sebagai berikut :·Normal bila suara bisik antara 5 - 6 meter·Tuli ringan bila suara bisik 4 meter·Tuli sedang bila suara bisik antara 2 - 3 meter·Tuli berat bila suara bisik antara 0 - 1 meter.Apabila yang dipakai dasar audiogram nada murni, derajatketulian ditentukan oleh angka rata-rata intensitas pada fre-kuensi-frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz yang juga disebut speech frequency. Konversasi biasa besarnya kurang lebih 50 db. Derajat ketulian berdasar audiogram nada murni adalah sebagai berikut :·Normal antara 0 s/d 20 db.·Tull ringan antara 21 s/d 40 db.·Tull sedang antara 41 s/d 60 db.·Tull berat antara 61 s/d 80 db.·Tull amat berat bila lebih dari 80 db.PENYEBAB KETULIANPenyebab tuli konduksi1. Pada meatus akustikus eksterna : cairan (sekret, air) dan benda asing, polip telinga).2. Kerusakan membrana timpani : perforasi, ruptura, sikatriks.3. Dalam kavum timpani : kekurangan udara pada oklusio tuba, cairan (darah atau hematotimpanum karena trauma kepala, sekret pada otitis media baik yang akut maupun yang kronis), tumor.4. Pada osikula : gerakannya terganggu oleh sikatriks, meng-alami destruksi karena otitis media, oleh ankilosis stapes pada otosklerosis, adanya perlekatan-perlekatan dan luksasi karena trauma maupun infeksi, atau bawaan karena tak terbentuk salah satu osikula.Penyebab tuli persepsi·Periode prenatal1. Oleh faktor genetik2. Bukan oleh faktor genetik.--Terutama penyakit-penyakit yang diderita ibu pada ke-hamilan trimester pertama (minggu ke 6 s/d 12) yaitu padasaat pembentukan organ telinga pada fetus. Penyakit-penyakit itu ialah rubela, morbili, diabetes melitus, nefritis,toksemia dan penyakit-penyakit virus yang lain.-- Obat-obat yang dipergunakan waktu ibu mengandungseperti salisilat, kinin, talidomid, streptomisin dan obat-obat untuk menggugurkan kandungan.·Periode perinatalPenyebab ketulian disini terjadi diwaktu ibu sedang melahirkan. Misalnya trauma kelahiran dengan memakai forceps, vakum ekstraktor, letak-letak bayi yang tak normal, partus lama. Juga pada ibu yang mengalami toksemia gravidarum. Sebab yang lain ialah prematuritas, penyakit hemolitik dan kern ikterus.·Periode postnatal1. Penyebab pada periode ini dapat berupa faktor genetik atau keturunan, misalnya pada penyakit familiar perceptiondeafness.2. Penyebab yang bukan berupa faktor genetik atau keturunan:

15

Page 16: Tuli

-- Pada Anak-anak :a. Penyakit-penyakit infeksi pada otak misalnya meningitisdan ensefalitis.b. Penyakit-penyakit infeksi umum : morbilli, varisela,parotitis(mumps),influenza, deman skarlatina, demamtipoid, pneumonia, pertusis, difteri dan demam yang takdiketahui sebabnya.c. Pemakaian obat-obat ototoksik pada anak-anak.-- Pada orang dewasa :a. Gangguan pada pembuluh-pembuluh darah koklea, dalam bentuk perdarahan, spasme (iskemia), emboli dan trombosis. Gangguan ini terdapat pada hipertensi dan penyakit jantung.b. Kolesterol yang tinggi : Oleh Kopetzky dibuktikan bahwa penderita-penderita tuli persepsi rata-rata mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dalam darahnya.c. Diabetes Melitus : Seringkali penderita diabetes melitus tak mengeluh adanya kekurangan pendengaran walaupun kalau diperiksa secara audiometris sudah jelas adanya kekurang pendengaran. Sebab ketulian disini diperkirakan sebagai berikut :-- Suatu neuropati N VIII.-- Suatu mikroangiopati pada telinga dalam (inner ear).-- Obat-obat ototoksik. Penderita diabetes sering ter-kena infeksi dan lalu sering menggunakan antibiotikayang ototoksikd. Penyakit-penyakit ginjal : Bergstrom menjumpai 91 kasus tuli persepsi diantara 224 penderita penyakit ginjal.Diperkirakan penyebabnya ialah obat ototoksik, sebabpenderita penyakit ginjal mengalami gangguan ekskresi obat-obat yang dipakainya.e. Influenza oleh virus. Oleh Lindsay dibuktikan bahwasudden deafness pada orang dewasa biasanya terjadi bersama-sama dengan infeksi traktus respiratorius yang disebabkan oleh virus.

f. Obat-obat ototoksik : Diberitakan bahwa bermacam-macam obat menyebabkan ketulian, misalnya : dihidrostreptomisin, salisilat, kinin, neomisin, gentamisin, arsenik, antipirin, atropin, barbiturat, librium.g.Defisiensi vitamin. Disebut dalam beberapa karangan, bahwa defisiensi vitamin A, B1, B kompleks dan vitamin C dapat menyebabkan ketulian.h.Faktor alergi. Diduga terjadi suatu gangguan pembuluhdarah pada koklea.i. Trauma akustik : letusan born, letusan senjata api, tuli karena suara bising.j. Presbiakusis : tuli karena usia lanjut.k. Tumor : Akustik neurinoma.l.Penyakit Menierem. Trauma kapitis.· PsikogenKetulian psikogen dapat : simulated (malingering)

- fungsional (histeri)· Tak diketahui sebabnya (unknown)Arnvig memberitakan bahwa 21,1% dari kasus-kasusnya tak diketahui sebabnya. Menurut Harrison dan Livingstone besarnya 30%, menurut Fraser 38% dari 2355 kasus dan menurut Maran 28% dari 464 kasus. Penulis sendiri menemukan 40,4% dari 5556 kasus di seksi audiologi bagian THT RS Dr. Soetomo.

RINGKASANTelah dibicarakan pengertian tentang ketulian, pemeriksaanpendengaran, derajat ketulian dan penyebab ketulian baik dibagian konduksi maupun persepsi.K E P U S T A K A A N1.Hendarmin H. Sebab Tuna Rungu di Indonesia. Kumpulan NaskahKongres Nasional V Perhati di Semarang27 - 29Oktober1977;Hal 152.

16

Page 17: Tuli

2.Wiyadi MS. Beberapa Macam Test Pemeriksaan Pendengaran. Airlangga. Pers Kampus Universitas Airlangga. Edisi Desember 1979, hal 5.3. Katz J. Handbook of Clinical Audiology. Baltimore: The Williams & Wilkins Co, 1972; p. 79.4. Sedjawidada R dan Manukbua A. Test Bisik. Kumpulan Naskah Kongres Nasional V Perhati di Semarang 27 – 29 Oktober 1977; hal 189 - 198.5.Strome M. Differential Diagnosis in Pediatric Otolaryngology, 1sted. Boston : Little, Brown Co, 1975; p 16.6.Wiyadi MS dan Iskandar A. PemeriksaanPendengaran Pada Calon Mahasiswa Universitas Airlangga. Konas Perhati ke-VI di Medan 30 Juni s/d 2 Juli 1980.7.Zaman M. Kuliah Test Suara Bisik pada Mahasiswa FK Unair tahun 1975.8. Maulani HS. Pengobatan Tuli Persepsi dengan Vitamin A. Karya Untuk Memperoleh ljazah Keahlian THT Fakultas Kedokteran Unair,1981.9.Wiyadi MS. Penyebab Ketulian di Seksi Audiologi Bagian THT RS Dr. Soetomo/FK Unair 1974 - 1976.Kumpulan Naskah Kongres Nasional V Perhati di Semarang 27 - 29Oktober 1977;hal 124 - 137.10. Wiyadi MS. Pemeliharaan Pendengaran. Majalah Kedokteran Surabaya, 1979; 16 : 44 - 54

17