Tujuh Pilar Penopang Pendidikan Karakter
-
Upload
sugeng-riadi -
Category
Documents
-
view
15 -
download
9
description
Transcript of Tujuh Pilar Penopang Pendidikan Karakter
REVOLUSI MENTAL MELALUI PENDIDIKAN
Tujuh Pilar Penopang Berdirinya Pendidikan Karakter
Oleh: Sugeng Riadi
Sebagian orang di negeri ini beranggapan bahwa tugas mendidik merupakan tugas
para guru semata. Sebagian guru beranggapan bahwa pendidikan akhlak dan keimanan hanya
menjadi tugas guru agama ataupun para ustadz, kiyai, pastor serta biksu melalui mimbar-
mimbar khutbahnya. Pendidikan merupakan tugas seluruh manusia melalui kerangka ilmu
yang dimilikinya dan sesuai dengan bidang lingkup cakupanya.
Pendidikan karakter tidak sekedar menjadi jargon kepentingan politik semata, tetapi
menjadi cita-cita bangsa yang berusaha mengedepankan akhlak dan moral sebagai cerminan
dari tingkat intelektual yang dimilikinya.
Tujuh pilar pendidikan yang dapat dilakukan dan dipertajam untuk mengoptimalkan
potensi demi ketercapaian pembentukan karakter peserta didik sebagai hasil dari proses
pendidikan. Pilar-pilar tersebut antara lain tanggung jawab pendidikan iman atau keyakinan,
tanggung jawab pendidikan akhlak, tanggung jawab pendidikan fisik, tanggung jawab
pendidikan intelektual, tanggung jawab pendidikan psikis, tanggung jawab pendidikan sosial
dan tanggung jawab pendidikan seksual.
1. Tanggung jawab pendidikan iman dan keyakinan
Tanggung jawab pendidikan iman atau keyakinan mengikat anak-anak dengan
dasar-dasar ikatan kekuatan iman dan keyakinan dari anak mulai mengerti sampai anak
memahami sesuatu. Tujuannya adalah membekali anak agar terhidar dari atheis, yaitu
terhindar dari kawasan bebas Tuhan yang dapat menyebabkan menjadi generasi yang
semaunya sendiri, terlepas dari ikatan aturan Tuhan.
2. Tanggung jawab pendidikan akhlak dan moral
Tanggung jawab pendidikan akhlak atau moral, yaitu pendidikan mengenai dasar-
dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh
anak-anak sejak masa analisa hingga menjadi seorang yang mukallaf, yaitu pemuda yang
mengarungi samudera kehidupan dalam diri dan lingkungan masyarakat.
Gejala suka berbohong ini merupakan gejala terburuk menurut pandangan islam.
Oleh karena itu, para pendidik wajib mencurahkan perhatian dan upaya terhadap gejala ini,
sehingga anak-anak terhindar dari gejala tersebut dan terhindar dari kemunafikan.
Kewajiban para pendidik adalah menjauhkan anak-anak dari perbuatan suka
berbohong, di samping menjelaskan akibat dan bahayanya sehinga mereka tidak akan
melakukannya. Jika para pendidik berpendapat bahwa pendidikan utama itu bergantung
kepada pemberian teladan yang baik. Kebohongan yang dilakukan dengan jalan memberikan
teladan yang buruk, di samping telah menghilangkan kepercayaan terhadap diri mereka
dengan perkataan dusta dan melemahkan pengaruh nasihatnya.
Gejala suka mencuri tidak kurang bahayanya dari bahaya suka berbohong. Gejala
ini tersebar luas di dalam masyarakat majemuk yang tidak memiliki dan melaksanakan
moralitas religius dan belum terdidik dengan dasar-dasar pendidikan dan iman.
3. Tanggung jawab pendidikan fisika atau raga
Pendidikan fisik yang dimaksud adalah dengan mengikuti aturan-aturan yang sehat,
sehat dalam badan, pakaian, tempat tinggal, makanan dan tidur. Prinsip sehat dalam makanan
adalah menghindarkan anak dari makanan yang mengandung racun serta tidak berlebih-
lebihan ketika makan dan minum. Diantara petunjuk yang berkaitan dengan masalah minum
yaitu mengikuti anjuran minum dua dan tiga kali teguk serta menghidari larangan untuk
bernafas dalam tempat minum ketika minum sambil berdiri. Diantara petunjuk tidur yang
dianjurkan yaitu untuk tidur di atas sisi badan sebelah kanan. Hindarkan tidur di atas badan
bagian kiri sebab dapat membahayakan hati dan mengganggu pernafasan.
Mengambil makanan dengan tangan kotor dapat menimbulkan penyakit, maka para
pendidik hendaknya membimbing anak-anak untuk menerrapkan petunjuk dalam mencuci
tang sebelum dan sesudah makan.
Termasuk tanggung jawab pendidikan fisik adalah membiasakan anak untuk
berolahraga. Dalam salah satu ajaran islam, islam menganjurkan kepada para orang tua atau
pendidik untuk mengajari anak-anak dengan berenang, memanah dan berkuda. Berlatih
berenang merupakan latihan untuk membentuk ketahanan dan kekuatan tubuh. Berkuda
merupakan latihan fisik untuk menjaga keseimbangan. Sedangkan berlatih memanah adalah
latihan fisik untuk selalu fokus dan konsentrasi pada satu target.
Apabila para pendidik menerapkan berbagai petunjuk dan ajaran-ajaran kesehatan
ini kepada anak-anak, sebuah keniscayaan mereka akan tumbuh dengan badan yang sehat,
kuat bersemangat dan penuh dengan gairah.
4. Tanggung jawab pendidikan intelektual
Pendidikan intelektual yang dimaksud adalah pembentukan dan pembinaan proses
berfikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan, peradaban ilmiah
dan modernisasi serta kesadaran berfikir dan berbudaya.
Kewajiban mengajar dan mendidik menjadi kewajiban orang tua dalam rangka
menumbuhkan sikap, mengembangkan ilmu pengetahuan, mengembangkan budaya ilmiah,
dan memusatkan seluruh pikiran untuk mencapai pemikiran secara mendalam, pengetahuan
yang mendasar dan pengenalan yang matang secara benar.
Keteladanan yang ditampilkan secara sadar oleh seorang pendidik akan melahirkan
keyakinan dan kemantapan seorang anak dalam mengikuti arahan dari seorang pendidik.
5. Tanggung jawab pendidikan psikis
Pendidikan psikis mendidik anak supaya memiliki sifat berani, berani berbuat baik,
berani berkata benar dan jujur, suka berbuat baik kepada orang lain, menahan diri ketika
marah dan merasa senang dengan segala bentuk kebaikan yang utama.
Sifat minder merupakan salah satu tabiat jelek bagi anak. Sifat minder dapat
menyebabkan anak menjadi pribadi yang lemah, bukan karena ketidak mampuannya tetapi
karena sifat ketidakpercayaan terhadap dirinya sendiri.
Penanggulangan sifat minder akan berhasil dengan membiasakan anak-anak bergaul
dengan teman-teman. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengundang teman-teman
datang ke rumah secara intensif atau membawanya berkunjung ke sanak kerabat.
Sifat penakut merupakan keadaan kejiwaan yang menjangkit pada manusia, baik
anak-anak maupun orang dewasa. rasa takut terhadap segala sesuatu yang tidak perlu ditakuti
harus dihindari, karena dapat membuat jiwa menjadi lemah.
Memanjakan anak secara berlebihan merupakan salah satu faktor yang berbahaya
bagi perkembangan psikologi anak. Akibat dari pemanjaan secara berlebihan sering
menimbulkan rasa kurang percaya diri, rendah diri, anak menjadi lemah tidak punya tekad
yang kuat, minder sehingga anak senang menyendiri tidak mau bersosialisasi kepada teman-
temannya.
6. Tanggung jawab pendidikan sosial
Perkelahian dan tawuran antar warga yang sering terjadi pada saat ini disebabkan
kurang peka dan kurang menghargai diantara sesama. Pelaku dan provokator dari perkelahian
bukan berasal dari orang yang tidak berpendidikan, bahkan sekarang ini tawuran banyak
terjadi di kalangan kaum terpelajar. Tujuan pendidikan sosial agar anak dapat tampil dengan
pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang baik dan tindakan yang bijaksana di
dalam masyarakat.
Persaudaraan merupakan ikatan kejiwaan yang mewarisi perasaan mendalam tentang
kasih sayang, kecintaan dan penghormatan kepada orang lain yang diikat oleh perjanjian
persamaan hak, kewajiban dan derajat kemanusian.
Kasih sayang merupakan suatu kelembutan di dalam hati, termasuk ketajaman
perassan yang mengarah pada perlakuan lemah lembut terhadap orang lain, keikutsertaan
merasakan penderitaan orang lain.
Mengutamakan orang lain merupakan suatu perangai mulia yang bertujuan untuk
mendapatkan keridloan Tuhan yang dilakukan atas dasar kebenaran iman, ketulusan niat dan
kesucian diri.
Para pendidik harus mengajarkan hak terhadap orang tua diantaranya berbuat baik,
taat dan mengabdi, memelihara ketuaan dan harga diri mereka, tidak boleh berkata kasar
apalagi membentak, menjaga kekerabatan saudara ataupun temanorang tua dan mendoakan
kebaikan untuk mereka baik ketika masih hidup ataupun ketika telah meninggal dunia. Ketika
masing-masing individu memahami masing-masing hak yang harus diberikan kepada orang
lain, maka akan tercipta kerukunan dan keselarasan dalam tatanan kehidupan masyarakat.
7. Tanggung jawab pendidikan seksual
Sering kita mendengar adanya pelecehan seksual di dalam kendaraan umum.
Pemerkosaan yang dilakukan, pesta sek di kalangan para pelajar dan perselingkuhan
dikalangan masyarakat dan artis. Mendengar kasus tersebut, maka pendidikan seksual
menjadi penting disampaikan oleh para pendidik. Fase-fase pendidikan seksual yang hharus
menjadi perhatian bagi para pendidik meliputi:
1. Fase pertama, usia 7 – 10 tahun disebut masa tamyiz (pra-pubertas), pada masa ini anak
dididik tentang etika memandang sesuatu dan etika meminta izin.
2. Fase kedua, usia 10 – 14 tahun, disebut masa peralihan. Pada masa ini anak dijauhkan
dari segala rangsangan seksual.
3. Fase ketiga, usia 14 – 16 tahun, disebut masa adolesen. Pada masa ini anak dididik
tentang bahaya sek bebas dan larang untuk melakukanya. Jika anak sudah siap untuk
melaksanakan pernikahan, maka anak dididik tentang etika berhubungan secara sehat
dan halal, baik dari tinjauan kesehatan dan tinjauan aturan agama serta norma yang
berlaku di masyarakat.
Anak pada masa peralihan merupakan masa yang sangat rawan, sehingga para
pendidik hendaklah menghindarkan anak dari rangsangan-rangsangan seksual yang
bersumber dari lingkungan sekitar dan media elektronik lainya. Tanggung jawab yang
diembankan kepada para pendidik adalah tanggung jawab pemeliharaan
Anak-anak pada usia 10 tahun tidur bersama dengan saudaranya laki-laki maupun
perempuan dalam satu tempat tidur dan satu selimut dapat memberikan rangsangan seksual,
maka dalam islam ada aturan jika anak sudah usia 10 tahun untuk dipisahkan tempat
tidurnya.
Tujuh pilar pendidikan karakter yang dipaparkan menjadi solusi alternatif untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini.