Tujuan Setiap Tahap Proses Penyamakan Dalam Penyamakan Kulit Terdapat Beberapa Tahapan Proses Yang...

download Tujuan Setiap Tahap Proses Penyamakan Dalam Penyamakan Kulit Terdapat Beberapa Tahapan Proses Yang Masing

of 5

Transcript of Tujuan Setiap Tahap Proses Penyamakan Dalam Penyamakan Kulit Terdapat Beberapa Tahapan Proses Yang...

Tujuan Setiap Tahap Proses Penyamakan Dalam penyamakan kulit terdapat beberapa tahapan proses yang masing-masing tahapannya memiliki tujuan (Judoamidjojo 1979), diantaranya:

1. Perendaman (soaking) Tujuan dari proses perendaman antara lain:

a) Mengembalikan keadaan kulit yang telah diawet sebagaimana kulit hewan segar. Dengan sendirinya kulit yang baru dikuliti dari hewannya (kulit hewan segar) tidak perlu melalui proses perendaman, hanya dicuci dan dapat langsung dilakukan pengapuran.

b) Membersihkan kulit dari kotoran-kotoran, seperti: tanah, darah dan mikroorganisme.

c) Menghilangkan bahan-bahan pengawet yang digunakan, seperti; garam dan bahan pengawet lainnya.

d) Melarutkan protein substansi interfibrilair.

2. Pengapuran (liming) Proses pengapuran bertujuan untuk:

a) Menghilangkan epidermis dan bulu/rambut.

b) Menghilangkan substansi interfibrilair yang masih ada.

c) Melanjutkan pembengkakan (swelling) yang telah dimulai pada tahap perendaman.

d) Menceraikan serabut-serabut kolagen menjadi serat-serat atau fibril/peptisasi, sehingga kulit menjadi lebih lemas dan terbuka/longgar.

e) Menyabunkan lemak.

f) Menghidrolisa elastin dan kelenjar-kelenjar.

3. Pembuangan Kapur (deliming) Tujuan dari pembuangan kapur adalah:

a) Menghilangkan/mengurangi kadar kapur di dalam penampang kulit.

b) Menghilangkan pembekuan akibat dari pengapuran.

Bahan-bahan yang digunakan antara lain: asam-asam atau garam-garam ammonium, banyaknya antara 0,5 - 1% dari berat kulit tanpa bulu. Garam-garam ammonium daya pembuang kapurnya bisa lebih sempurna dan lebih aman.

4. Pembitsan (bating) Proses ini bertujuan untuk:

a) Membersihkan sisa-sisa keratin, epidermis, rambut, pigmen dan lemak.

b) Melanjutkan peptisasi dari serat-serat kolagen.

c) Membuang sisa kapur yang masih ada.

Proses ini sebaiknya dilakukan di dalam bak (dengan pengadukan) dengan 300% air dan 0,8 - 1% oropon/enzylen selama 1 - 2 jam. Temperatur optimum pada proses ini adalah 35 - 40oC, sedangkan pH optimum berkisar antara 7,5 - 8,5.

5. Pemikelan (pickling) Biasanya dilakukan pada kulit yang akan disamak dengan bahan penyamak krom. Tujuannya adalah untuk mengurangi reaktifitas bahan penyamak krom terhadap kulit. Selain itu proses pemikelan adalah suatu proses yang dapat digunakan untuk mengawetkan kulit telanjang/tanpa bulu sebagai bahan perdagangan/ekspor.

6. Penyamakan krom (tanning) Tujuan penyamakan krom antara lain:

a) Untuk menjadikan kulit stabil dari pengaruh degradasi enzimatik dan meningkatkan daya tahan terhadap bahan kimia.

b) Untuk meningkatkan suhu pengerutan dan daya tahan terhadap air panas.

c) Mengurangi atau menghilangkan kemampuan kulit untuk membusuk (membengkak).

d) Meningkatkan kekuatan fisik.

e) Mengurangi berat jenis.

f) Mengurangi pengerutan dalam volume, area dan ketebalan.

g) Meningkatkan kemampuan menyerap tekstur jaringan.

7. Pengetaman (shaving) Kulit yang telah ditumpuk 1 - 2 hari diperas untuk menghilangkan airnya. Kulit diketam dengan mesin ketam guna mengatur tebal kulit dengan merata, kemudian dicuci dengan air mengalir 0,5 jam.

8. Penetralan Tujuan dari netralisasi adalah agar reaksi pengikatan zat warna pada substansi kulit tidak terlalu cepat. Biasanya penetralan menggunakan garam alkali misalnya NaHCO3. Penetralan dilakukan dengan cara merendam kulit sambil diaduk selama satu jam dalam larutan 300% air hangat (50oC) dan 2% NaHCO3, setelah itu kulit dicuci dengan air bersih. Persentase dari larutan yang digunakan dihitung dari berat kulit ketam. Penetralan dianggap cukup apabila 1/4 1/3 penampang kulit masih kuning terhadap indicator Brom Cresol Green (BCG) sedang lainnya berwarna biru, kemudian kulit dicuci lagi.

9. Peminyakan Serat-serat kulit yang terdehidrasi selama proses penyamakan diberi pelumas berupa minyak atau lemak untuk menjadikan kulit lembut dan fleksibel saat dipegang. Pada saat yang bersamaan lemak/minyak juga memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat fisik kulit, seperti daya tahan sobek, kekuatan tarik, kedap air, kelembaban serta penyerapan udara dan air (Judoamidjojo 1974).

10. Pewarnaan Tujuan dari pewarnaan adalah memberikan warna yang dapat meresap ke dalam jaringan kulit sehingga berfungsi sebagai warna dasar. Zat warna untuk kulit samak terdapat dalam 2 tipe, yaitu tipe alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan serta tipe buatan yang dibuat secara sintetik. Zat warna alami tidak dapat digunakan sendiri karena tidak dapat tinggal tetap di dalam kulit. Jadi harus diadakan pengikatan oleh bahan tertentu yang dinamakan mordant atau strikers.

11. Penyelesaian Untuk kulit samak krom tidak ada persoalan dalam pengeringan biasa, hanya akan lebih baik jika temperatur dinaikkan secara berangsur-angsur. Setelah kulit dikeringkan maka pengerjaan kulit selanjutnya bersifat mekanis, diantaranya dilakukan peregangan, pementangan (recking) atau (pasting), pengampelasan (buffing) pada lapisan luar kulit (rajah) dan juga trimming (Judoamidjojo 1974).

2.11. Ekstraksi Tanin dari Kulit Kayu Akasia Untuk memperoleh tanin berupa serbuk/bubuk dari kulit kayu akasia yang digunakan, maka dilakukan proses ekstraksi, dengan tahapan sebagai berikut: Kulit kayu akasia dibuat serbuk dengan hammermill kemudian diayak, partikel yang lolos saringan ukuran 60 mesh yang digunakan. Lima gram serbuk kulit kayu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan diekstraksi dengan air panas (100C) selama 1 jam dengan perbandingan bahan dan pelarut 1 : 20. Hasil ekstraksi

disaring dengan G3-frite. Larutan ekstrak diuapkan dengan menggunakan oven pada suhu 60C sehingga didapatkan ekstrak tanin. Di samping ekstraksi dengan air panas, dapat pula dilakukan ekstraksi tanin dengan larutan NaOH 0,3% dengan prosedur yang sama (Subyakto dan Bambang 2003).