Tuhan, maaf kami sedang sibuk

8
Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk sampurasun! ^_^ Pertama-tama saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah menjodohkan saya dengan buku ini, keluarga terutama aa yang telah menginisiatifkan saya ke salah satu mall di bandung supaya tidak bosan menunggu karna pada hari itu kebetulan saya harus menyervis motor dan memerlukan waktu yang amat sangat lama dan akhirnya saya memutuskan pergi kesana juga sendirian dengan tempat tujuan yang tiada lain dan tiada bukan yaitu toko buku , juga tak luput bagi seluruh penghuni epbe yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membaca notes ini (alaah kepanjangan, kaya pidato ajah - __-!” wkwk) Okee, mungkin saya berjodoh dengan buku ini . begitulah kata hati nurani saya ketika di toko buku. Mengapa saya mengatakan demikian? Karna, sebenarnya saya tidak begitu niat ke toko buku dengan alasan saya sendirian dan tidak ada teman, takut di culik tepatnya #plaak hahaha.. Namun, ketika saya keliling-keliling memilih buku yang akan di baca, mata saya lansung tertuju dan tersorot kepada sebuah buku yang berjudul “Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk”. Sebenarnya sudah lama sekali saya mencari buku ini, namun karna Allah belum mengizinkan maka buku nya tidak ketemu-ketemu. Hehe dan sadya pudya sadyana sekarang Allah sudah mengizinkan daaaan langsung deh saya beli bukunya :D Disini saya berpikir, mungkin Allah memberikan sebuah petunjuk kepada saya agar dapat mengintropeksi diri sendiri melalui sebuah buku. Dan nyatanya memang terbukti, ketika saya membaca buku ini, saya merasa tersindir dengan apa yang dikatakan penulis buku tsb dan mencoba untuk berusaha Mengapa saya bisa tersindir dan bagaimanakah isi buku tsb?

Transcript of Tuhan, maaf kami sedang sibuk

Page 1: Tuhan, maaf kami sedang sibuk

Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

sampurasun! ^_^

Pertama-tama saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah menjodohkan saya dengan buku ini, keluarga terutama aa yang telah menginisiatifkan saya ke salah satu mall di bandung supaya tidak bosan menunggu karna pada hari itu kebetulan saya harus menyervis motor dan memerlukan waktu yang amat sangat lama dan akhirnya saya memutuskan pergi kesana juga sendirian dengan tempat tujuan yang tiada lain dan tiada bukan yaitu toko buku , juga tak luput bagi seluruh penghuni epbe yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membaca notes ini (alaah kepanjangan, kaya pidato ajah -__-!” wkwk)

Okee, mungkin saya berjodoh dengan buku ini . begitulah kata hati nurani saya ketika di toko buku. Mengapa saya mengatakan demikian? Karna, sebenarnya saya tidak begitu niat ke toko buku dengan alasan saya sendirian dan tidak ada teman, takut di culik tepatnya #plaak hahaha..

Namun, ketika saya keliling-keliling memilih buku yang akan di baca, mata saya lansung tertuju dan tersorot kepada sebuah buku yang berjudul “Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk”. Sebenarnya sudah lama sekali saya mencari buku ini, namun karna Allah belum mengizinkan maka buku nya tidak ketemu-ketemu. Hehe dan sadya pudya sadyana sekarang Allah sudah mengizinkan daaaan langsung deh saya beli bukunya :D

Disini saya berpikir, mungkin Allah memberikan sebuah petunjuk kepada saya agar dapat mengintropeksi diri sendiri melalui sebuah buku. Dan nyatanya memang terbukti, ketika saya membaca buku ini, saya merasa tersindir dengan apa yang dikatakan penulis buku tsb dan mencoba untuk berusaha Mengapa saya bisa tersindir dan bagaimanakah isi buku tsb?

Okee check it out! Selamat menyimak ;)

(bukan promosi yah :D)

Mungkin di antara teman-teman sudah membaca dan sudah mempunyai buku ini, namun tidak ada salahnya saya memberikan ilmu yang telah saya dapat (ngemeng apaa :s haha)

Page 2: Tuhan, maaf kami sedang sibuk

“Tuhan, maaf, kami orang-orang sibuk. Kami memang takut neraka, tetapi kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkan kami dari nerakaMu. Kami memang berharap surga, tapi kami hampir tak ada waktu untuk mencari bekal menuju surgaMu”

Berapa jam dalam sehari anda sempatkan waktu untuk beribadah dan berkomunikasi dengan Allah ? berapa penghasilan atau uang jajan yang anda sisihkan dalam sebulan untuk bersedekah?

Ya, dari dua pertanyaan ini sudah menunjukkan karakter kita yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk urusan dunia daripada akhirat.

Tak sadar di hadapan Tuhan seolah-olah kita adalah orang tersibuk, padahal seluruh waktu, seluruh jatah usia, bahkan hidup kita seharusnya kita persembahkan dalam pengabdianNya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS.Adz-Dzariyat: 56)

Kita sudah sedemikian berani berbohong kepada Allah. Di setiap iftitah begitu mudah kita ucap “innash shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa ma maati lillahi rabbil ‘aalamiina” yang artinya “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam. Tetapi kelakuan kita justru mengingkarinya.

Tuhan kita Mahaadil. Tetapi mengapa kita tak adil kepadaNya? Ketika ada sms masuk, kita begitu bergegas membaca dan membalasnya, tetapi mengapa ketika Tuhan memanggil-manggil untuk menghadapNya kita begitu berani menunda-nundanya?

Saudaraku, dengarlah kalimat-kalimat muadzin yang berkumandang paling tidak lima kali sehari. Kalimatnya tak hanya mengajak kita untuk melaksanakan shalat, tetapi di susul dengan tawaran kesuksesan. Dengarlah panggilan Tuhan yang dikumandangkan oleh muadzin, “hayya ‘alash sholah” yang artinya mari menunaikan shalat. Tak cukup hanya itu, tetapi di lanjut dengan balasan yang indah, “hayya ‘alal falah” yang artinya mari meraih kemenangan.

Seolah Tuhan berkata, wahai manusia berhentilah dari rutinitas kerjamu, istirahatlah sejenak dari kesibukanmu. Shalatlah dan sambutlah kemenangan. Shalatlah dan sambutlah kesuksesan.

Page 3: Tuhan, maaf kami sedang sibuk

Manusia begitu pelit kepada Tuhan, bahkan untuk bersedekah pun kita menyisih-nyisihkan harta kita. Kita begitu boros untuk dunia, tetapi untuk bekal kehidupan abadi, malah kita tabung harta yang tersisih.

Betapa kecilnya harga uang ketika kita sedang berhadapan dengan penjual baju. Betapa murahnya angka satu juta ketika kita sedang shopping. Betapa kecilnya angka seratus ribu ketika kita belikan pulsa. betapa besarnya nilai uang seratus ribu apabila di bawa ke masjid untuk di sumbangkan, tetapi betapa kecilnya kalau di bawa ke mal untuk di belanjakan.

Ya Allah, tak sadar kita begitu pelit ketika di hadapkan pada bekal akhirat, tetapi untuk menuruti nafsu dan keinginan-keinginan dunia betapa ringan kita rogohkan tangan. Padahal seharusnya justru sebaliknya “pelitlah untuk dunia dan boroskan harta untuk akhirat”

Tapi, tidak. Semua orang sudah begitu terjungkal konsep pemikirannya dalam memaknai hidup. Ingatlah ketika shalat, kita seolah tak kerasan dan betah berkomunikasi dengan Tuhan. Jangankan khusyuk, bahkan menyadari apa yang sedang di baca saja tak sempat.

Betapa lamanya 15 menit jika kita gunakan untuk menyembah Allah, tetapi betapa singkatnya jika digunakan untuk melihat film. Betapa nyamannya apabila pertandingan bola ada perpanjangan waktu, namun ketika mendengar khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa kita begitu mudahnya untuk mengeluh.

Saudaraku, berapa waktu pagi yang kita habiskan untuk membaca Koran?

Kemudian bandingkan berapa waktu yang kau habiskan untuk membaca Surat Cinta dari Tuhan. Ah, betapa sulit menyempatkan waktu untuk membaca satu halaman Kitab Suci, tapi betapa mudahnya membaca ratusan halaman novel atau komik.

Page 4: Tuhan, maaf kami sedang sibuk

Saudaraku, kita lebih sering menghabiskan sisa usia dengan obrolan-obrolan tanpa makna, tetapi untuk berdoa kepada Allah berapa waktu yang kita sisihkan ? astagfirulloh, betapa sulitnya kita merangkai kata demi kata ketika berdoa kepada Tuhan, namun betapa mudahnya kita menyusun kalimat panjang ketika menggunjing tetangga, bergosip dengan teman dan mengobrol tanpa makna.

Betapa semangatnya kita duduk di barisan paling depan ketika menonton pertandingan atau konser music, tetapi ketika berjemaah mengapa kita lebih memlilih shaf terbelakang?

Betapa sulitnya mempelajari arti yang terkandung di dalam kitab suci. Betapa sulitnya kita mengimani apa yang dikatakan Allah SWT, dan Rasul SAW , tetapi betapa mudahnya kita mempercayai apa yang di katakana oleh Koran. Ya! Tiap hari Koran seolah menjadi sarapan wajib, tetapi hampir tiap hari seolah tak ada jeda untuk mengisi waktu dengan tilawah.

Ibnu Athaillah berkata, “menunda beramal saleh guna menantikan kesempatan yang lebih luang termasuk tanda kebodohan diri” .

Ya, kebodohan diri. Betapa bodohnya diri yang tak tahu berapa lama Allah menjatah umurnya, tetapi dengan tenang ia lakukan aktivitas dunia dengan menunda-nunda kebaikan. Betapa bodohnya jiwa yang telah tahu bahwa belum tentu esok ia masih bisa bernapas lega, tetapi dengan beraninya hidup dalam santai dan lupa bahwa momentum kebaikan takkan terulang untuk kesekian lainnya.

Bertahun-tahun begitu mudah kita habiskan usia untuk memuaskan nafsu-nafsu. Bertahun-tahun begitu mudah kita mengumbar semua keinginan. Tetapi mengapa untuk berpuasa beberapa hari saja kita terlalu banyak mengeluh. Mengapa untuk menahan diri beberapa saat saja ka uterus mengiba.

Ah, setiap orang begitu takut ketika di ancam neraka, tetapi kelakuan-kelakuan mereka seolah-olah sedang memohon untuk dimasukkan ke neraka secepatnya. Betapa setiap orang ingin menginjakkan kaki di pelataran surge, tetapi kelakuan-kelakuannya justru menjauhkannya.

Page 5: Tuhan, maaf kami sedang sibuk

“semua umatku akan masuk surge kecuali yang enggan memasukinya. Siapa yang menaatiku akan memasuki surga, dan siapa yang mendurhakaiku maka dialah orang yang enggan masuk surga” (HR. bukhari)

Tuhan, Harap Maklumi Kami

Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan.

Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untukMu.

Tuhan, harap maklumi kami, hamba-hambaMu yang begitu padat rutinitas, sehingga kami sangat kesulitan mengatur jadwal untuk menghadapMu

Tuhan, kami sangat sibuk, jangankan berjemaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda.

Jangankan rawatib, dzikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajibanMu yang lima waktu saja sudah sangat memberatkan kami.

Jangankan puasa senin-kamis, jangankan ayyaamul baith, jangankan puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh.

Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami di dunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami sangat kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadiMu.

Page 6: Tuhan, maaf kami sedang sibuk

Jangankan sedekah, jangankan jariah, bahkan mengeluarkan zakat yang wajib saja sering kali terlupa

Tuhan, maafkan kami, kekayaan kami belumlah seberapa, kami masih perlu banyak menabung, sehingga kami tidak bisa menyisihkan sebagian rezeki dariMu untuk memperjuangkan agamaMu

Tuhan, maafkan kami, kami tak sempat bersyukur. Jiwa kami begitu rakus. Kami tak kunjung puas dengan nikmatMu, sehingga kami kesulitan mencari-cari mana karuniaMu yang layak kami syukuri

Tuhan, maaf, kami orang-orang sibuk. Bahkan kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkan kami dari nerakaMu. Kami hampIr tak ada waktu untuk mencari bekal menuju surgaMu

Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak. Jadwal kami masih amatlah padat. Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadapMu. Kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam ruku, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdoa, dan mendekatkan jiwa sedekat mungkin denganMu.

Tuhan, tolong jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami, karena kami masih terlalu sibuk.

Tuhan maaf, kami terlalu sibuk. Padahal Engkau memerintahkan kami berwudhu untuk membasuh wajah kami yang telah penat memikirkan dunia. Padahal Engkau meminta kami bertakbir ketika jiwa kami terasa letih menggapai cita. Padahal Engkau perintahkan kami bersujud untuk meregangkan pundak kami yang telah letih memikul amanah.

Page 7: Tuhan, maaf kami sedang sibuk

Tuhan maaf, selama ini kami terlalu sibuk. Kami terlalu sombong kepadaMu, seolah kami tak membutuhkanMu. Mohon cahayai hati kami, guyur jiwa kami dengan hidayahMu. Agar jiwa ini tawadhu di hadapanMu. Agar diri ini tegar di saat yang lain terlempar. Agar jiwa ini teguh di saat yang lain runtuh.

Tuhan maaf, selama ini kami merasa sok sibuk. Padahal Engkaulah Yang Mahasibuk. Kami sering kali telat menghadapmu, padahal Engkau tak pernah sekali pun telat memberi kami makan dan minum setiap hari. Kami sering kali lupa menunaikan kewajibanku padaMu, padahal Engkau tak pernah lupa menerbitkan mentari di pagi hari. Kami sering kali lalai mengingatMu, padahal Engkau tak pernah sekali pun lalai mempergilirkan siang dan malam. Setiap saat keburukan kami naik disampaikan para malaikat padaMu, sementara kebaikanMu setiap detik tercurah kepada kami.

“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia , yang hidup kekal lagi terus menerus (mahkluk Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur …” (QS. Al-Baqarah : 255)