Tugas_PPKN Abstrak Ada

download Tugas_PPKN Abstrak Ada

of 7

description

Tugas PPKN Semester 2 Akuntansi stan

Transcript of Tugas_PPKN Abstrak Ada

Penggabungan BPKP dan BPK Demi Efektivitas Pengawasan Pengelolaan Keuangan NegaraAmbar Isti Nurlaila (3), Muhammad Sayhriawan Donny (23), Rendika Pradhana Putra (27), Rizki Putra Perdana (29), Rohma Febriani Putri (30), Satrio Aji Banu Rusman (31)Sekolah Tinggi Akuntansi Negara,

AbstrakPemerintahan baru Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan warna baru di semua sendi pemerintahan, termasuk dalam usaha tata kelola keuangan negara yang lebih baik. Wacana penggabungan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) kedalam tubuh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali menjadi opsi sebagai salah satu perwujudan efisiensi kinerja lembaga pengawasan keuangan yang ada di Indonesia. Penggabungan BPKP kedalam tubuh BPK menjadi opsi yang cukup rasional untuk efisiensi tersebut. Penggabungan tersebut akan menghilangkan ketumpangtindihan tugas fungsi, mengefisienkan alokasi pagawai sesuai tugas fungsi serta kemampuan pegawai dalam bidang audit, serta pemangkasan anggaran yang cukup signifikan. Penggabungan tersebut juga memiliki beberapa konsekuensi antara lain penyesuaian tugas fungsi dari pegawai dalam ranah baru mereka sebagai auditor Badan Pemeriksa Keuangan, serta penggabungan tersebut menghilangkan lembaga auditor internal yang bertanggungjawab langsung kepada pemerintah, yang mana akan diperlukannya lembaga audit internal organisasi yang mampu mengemban tugas yang sebelumnya dijalankan oleh BPKP secara profesional.Kata kunci: audit, keuangan, pemerintah

AbstractThe new goverment under President Joko Widodo and Vice-President Jusuf Kalla colorize every single part of the new goverment, including effort to organize new state finance order. Discosure to merger Financial Supervisoiry and Development Agencies to Indonesian Board of Audit, would be a chance to make control of financial goverment more efficient. It will eliminate overlap beetwen BPKP and BPK on these function. It also give more efficience at cost and use of goverment workers from BPKP to BPK. It also have some issues. It needs adjustment beetwen task and function, and also relieve internal auditor that have responsibility to goverment. And the implication is a huge necessity of internal supervisor in every goverment organization to do every task that havent been obtained by Financial Supervisoiry and Development Agencies with profesionalism.Keyword: audit, finance, goverment

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang (BPKP dan BPK)BPKP dan BPKWacana peleburan BPK dan BPKP saat ini muncul kembali. Dalam berita yang dilansir oleh Kompas, Ketua BPK telah melakukan pertemuan dengan Presiden Jokowi serta Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam rangka membahas rencana penggabungan dua lembaga audit milik negara. Pertemuan tersebut menimbulkan kembali spekulasi peleburan dua lembaga audit pemerintah yaitu Badan Pemeriksa Keuangan dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Isu tersebut semakin menguat setelah melihat misi Presiden Jokowi yang salah satunya adalah melakukan penghematan serta efisiensi dalam penggunaan anggaran. Melihat kecenderungan tersebut, maka peleburan BPK dan BPKP adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi di masa pemerintahan Presiden Jokowi saat ini.Pasca disahkannya UU No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK menjadi lembaga audit tertinggi (Supreme Auditor) yang di miliki oleh Indonesia. Pasal 1 UU No. 15 Tahun 2006, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Serta dalam pasal 2 UU No. 15 Tahun 2006, Badan Pemeriksa Keuangan merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK menjadi satu-satunya lembaga pemeriksa independen yang berada dibawah undang-undang. Tugas dan fungsi BPK sebagaimana tertuang dalam pasal 6 UU No 15 Tahun 2006 adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Dalam Pasal 11 UU No. 15 Tahun 2006 Juga disebutkan wewenang BPK untuk memberikan pendapat, pertimbangan, serta keterangan ahli dalam kaitanya dengan pengelolaan keuangan negara kepada lembaga dan badan yang melakukan pengelolaan keuangan negara. Fungsi-fungsi tersebut dijalankan oleh BPK sebagai kapasitasnya sebagai auditor eksternal pemerintah.Dengan disahkannya UU No. 15 Tahun 2006, praktis BPKP seakan mengalami ketidakjelasan fungsi hingga akhirnya pemerintah mengesahkan PP No. 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Pada awalnya BPKP dibentuk sesuai dengan Keputusan Presiden No. 31 Th. 1983. Pasal 2 Kepres No. 31 Th. 1983 menyebutkan tugas pokok BPKP meliputi perumusan kebijaksanaan pengawasan keuangan dan pembangunan, penyelenggaraan pengawasan umum atas penguasaan dan pengurusan keuangan, serta penyelenggaraan pengawasan pembangunan. Sesuai dasar pembentukan nya, BPKP merupakan alat eksekutif untuk melakukan pengawasan keuangan, atau lembaga audit yang dibentuk pemerintah untuk mengawasi pemerintah. Dengan adanya BPK, maka fungsi-fungsi tersebut juga menjadi ranah dari BPK. Dengan kedudukan yang lebih rendah secara perundang-undangan, kesamaan tugas fungsi dengan BPK tidak memberikan keuntungan pada BPKP. BPKP mengalami ketidakjelasan tugas fungsi sampai disahannya PP No 60 Tahun 2008. Dalam Pasal 1 PP No. 60 Tahun 2008, dijelaskan bahwa BPKP adalah aparat pengawasan interim pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dalam pasal 54 PP No 60 Tahun 2008, secara garis besar, dijelaskan bahwa aparat pengawasan interim pemerintah memberikan review atas hasil pengawasan kepada pemerintah. Disini terlihat bahwa fungsi BPKP merupakan lembaga advisor pemerintah. Hal tersebut menghilangkan ketumpangtindihan tugas serta fungsi BPKP dengan BPK.

Apa pemicu wacana penggabungan tersebut?Dalam berbagai sumber penulis menemukan bahwa penyebab salah satunya dimulai dari inisiatif yang dilakukan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan audit terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang pada dasarnya sudah melampaui kewenangan yang dimiliki. BPKP adalah lembaga pengawas internal yang berada di bawah eksekutif, sedangkan KPK adalah lembaga independen. Oleh karena itu, rencana BPKP untuk melakukan audit sudah melampaui kewenangannya dan merupakan abuse of power dari Presiden yang sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa KPK harus dikontrol.Untuk audit sendiri, inefisiensi melekat pada kinerja BPKP. Seperti yang kita ketahui, untuk audit eksternal dipegang kendali oleh BPK sedangkan untuk audit internal, pemegang kendali ada pada beberapa pihak, Badan Pengawas Daerah untuk pemerintahan kota, Satuan Pengawas Internal untuk di BUMN, dan BPKP salah satu pihak auditor internal. Namun, BPKP yang memiliki auditor lebih besar justru tidak efektif dipergunakan. Karena sebagai auditor internal, BPKP tidak bisa melakukan audit sebelum ada permintaan dari pimpinan instansi. Selain itu, laporan BPKP hanya disampaikan kepada pimpinan instansi yang meminta bantuan audit sehingga publik tidak bisa mengakses laporan BPKP. Dibandingkan dengan jumlah auditor BPK yang tersebar hanya di 33 propinsi (tahun 2008) menjadikan BPK tidak dapat melakukan audit terhadap seluruh satuan kerja yang mengelola keuangan.

1.2. Maksud dan TujuanAdapun penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan alasan peleburan BPKP ke BPK untuk menciptakan pengawasan keuangan negara yang efektif.1.3. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas, dapat kami sampaikan rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:1) Kenapa BPKP harus dilebur ke dalam BPK?2) Apa saja Hambatan yang dihadapi untuk melebur BPKP ke dalam BPK?3) Bagaimanakan gambaran singkat keefektifan pengawasan keuangan Negara di Indonesia?

II. PEMBAHASANInefektif BPKP dan efektifnya peleburan ke BPK1. Tumpang tindihnya tugasBadan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan adalahLembaga pemerintah nonkementerian Indonesiayang memiliki peran dalam auditor internal. Dulu, auditor internal diposisikan sebagaiwatchdog, yaitu dengan fokus untuk menemukan kecurangan yang terjadi di tubuh perusahaan/pemerintahan. Beberapa dekade kemudian, terjadi pergeseran peran. Auditor internal ditempatkan sebagaiconsultant, dengan fokus kerja yaitu melakukan penilaian terhadap penggunaan sumber daya agar efektif, efisien, dan ekonomis (3E). Dan kini, auditor internal lebih diposisikan sebagaicatalyst. Membantu manajemen/pemerintah dalam menerapkan nilai-nilai yang terdapat dalam organisasi/pemerintahan. Disisi lain Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara eksternal sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Secara teori kedua lembaga tersebut melakukan tugas yang berbeda, namun dalam prakteknya banyak wewenang di kedua lembaga yang tumpang tindih.Tumpang tindihnya kedua lembaga ini muncul setelah BPKP melakukan audit terhadap KPK, kejadian ini terjadi pada masa pemerintahan SBY. Alasannya, KPK merupakan lembaga negara independen yang dibentuk berdasarkan amanat dari Undang-Undang. Sedangkan BPKP merupakan lembaga non departemen yang dibentuk berdasarkan keppres. Jadi secara tata urutan perundangan, posisi KPK lebih tinggi daripada BPKP sehingga BPKP tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan audit terhadap lembaga pemberantas koruptor tersebut.Apalagi, birokrasi pemerintahan selama ini mengenal mekanisme pengawasan internal kementerian yakni Inspektorat Jenderal (Itjen). Di luar itu lanjutnya, masih ada BPKP yang saat ini juga bertugas sebagai pengawas internal pemerintahan. Namun, walaupun instansi pengawasan keuangan Negara berlapis, ternyata masih sering terjadi kasus-kasus korupsi. Pertanyaanya, apa yang dilakukan audit oleh instansi pengawasan (audit intern) dalam rangka mengurangi potensi kerugian negara? Padahal institusi pemeriksa atau audit proyek pembangunan mengeluarkan dana sangat besar untuk kegiatan audit, baik untuk gaji, fasilitas dan overhead. Akan tetapi, hasil audit sangat tidak efektif. Faktanya, hasil audit BPKP cenderung melindungi Kepala Pemerintahan.2. Sumber Daya ManusiaSDM merupakan faktor utama dalam pengawasan. Jika tidak ada SDM, yang terjadi adalah tidak akan ada proses pengawasan. Masalah yang muncul dari SDM ini terjadi biasanya karena minimnya kualitas dan kuantitas SDM terhadap pengawasan. Contoh nyatanya yaitu BPK yang bertugas memeriksa lembaga eksternal Negara, merasa kurang optimal dalam melakukan tugas karena kekurangan tenaga. Kekurangan tenaga auditor itu mengakibatkan pekerjaaan BPK hanya sebatas pemeriksaan laporan keuangan tahunan dan uji petik. Jadi peleburan BPKP kedalam BPK dapat memberikan keefektifan dalam masalah SDM.Selain itu, BPK saat ini memiliki sekitar 2.500 orang auditor dan BPKP memiliki sekitar 8.000 orang auditor, sehingga lebih baik bila staf BPKP dijadikan pegawai BPK daripada harus merekrut pegawai baru.Untuk menghemat waktu dan biaya, kantor BPKP daerah diambil alih langsung tanpa proses penyesuaian dan rekrutmen baru. Dengan begitu, pegawai BPKP daerah hanya berganti status dari pegawai BPKP menjadi pegawai BPK.3. Anggaran Anggaran merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan atau aktivitas pengawasan. Faktor ini menjadi penting manakala lembaga-lembaga pengawas ingin melakukan kegiatannya serta menyukseskan kegiatan pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran merupakan modal untuk membiayai seluruh kegiatan pengawasan, mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengawasan, gaji atas aparat-aparat yang melakukan pengawasan, pengadaan barang dan jasa di bidang pengawasan, hingga peningkatan kinerja bagi aparat-aparat pengawas itu sendiri. Kendala anggaran menjadi penentu untuk disediakannya sarana dan prasarana pendukung kegiatan pengawasan, sehingga kadangkala kebutuhan tersebut tidak terpenuhi diakibatkan anggaran yang ada tidak mencukupi. Dari beberapa penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran juga merupakan kendala yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pengawasan keuangan.Penggabungan BPK dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tentunya memiliki beberapa dampak terhadap keuangan negara. Karena kedua badan ini masing-masing memiliki anggaran untuk dipakai dalam kegiatan mereka masing-masing. Sehingga mereka membutuhkan uang juga untuk pengoperasian kegiatan-kegiatan yang mereka miliki tersebut.Hambatan Peleburan BPKP ke BPKPeleburan BPKP ke BPK dalam pengawasan keuangan negara akan menimbulkan banyak masalah. Masalah-masalah dalam peleburan kedua instansi ini akan berakibat pada timbulnya berbagai macam hambatan yang nantinya jika tidak dipikirkan solusinya akan menimbulkan bertambahnya inefektif pengawasan keuangan Negara. Hambatan yang akan terjadi dalam peleburan BPKP adalah sebagai berikut :1. Susahnya menghilangkan fungsi BPKPBPKP yang mempunyai fungsi melaksanakan pengawasan keuangan dan pembangunan serta penyelenggaraan akuntabilitas di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini sebagai auditor internal, susah untuk di hilangkan apabila langsung di lebur ke BPK.

2. Penyesuaian Kompetensi Pegawai BPKP Suatu penugasan yang baru oleh pegawai BPKP yang dihadapkan oleh berbagai masalah di BPK nantinya, sehingga diperlukan professional judgment (keputusan profesional) untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, professional judgment tersebut mungkin kurang didukung oleh kompetensi yang memadai oleh para pegawai BPKP.

Gambaran singkat keefektifan pengawasan keuangan Negara di IndonesiaMekanisme pengawasan internal kementerian dilakukan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen). Sedangkan pengawasan eksternal oleh BPK, yang bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara yang hasil pemeriksaannya diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya untuk ditindaklanjuti.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan1. Peleburan BPKP ke BPK dapat mengurangi tumpang tindihnya tugas BPKP, menambah keefektifan pegawai, serta menghemat anggaran sesuai yang di inginkan pemerintahan masa sekarang.2. Peleburan BPKP ke BPK terdapat hambatan dalam hal hilangnya fungsi BPKP dan penyesuaian para pegawai BPKP.3. Pengawasan keuangan Negara akan efektif jika mekanisme pengawasan internal dilakukan oleh masing-masing inspektorat jendral, dan pengawasan eksternal dilakukukan oleh BPK, sehingga tidak ada lagi tumpang tindih tugas dalam pengawasan.Saran1. Pemerintah segera melakukan peleburan BPKP ke BPK untuk terciptanya pengawasan keuangan Negara yang efektif dan penghematan anggaran.2. Pemerintah segera melakukan perbaikan di lingkungan pegawai BPKP agar siap bertugas di BPK jika peleburan terjadi.

Sumber : bisniskeuangan.kompas.com, BPK dan BPKP Akan Disatukan? Diakses 10 Januari 2015 11.50 WIBUU No 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa KeuanganPP No 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Internal PemerintahKepres No 31 Tahun 1983 Tentang Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunanforum.kompas.com Bubarkan BPKP diakses 10 Januari 2015 20.22 WIBhttp://bpkp.go.id diakses 11 Januari 2015 23.14 WIBhttp://www.skanaa.com/id/news di akses 10 Januari 2015 18.12 WIB