tugas2 bil.docx

3
3) hukuman positif, yaitu konsekuensiaversi (keengganan atau penolakan) mengurangi perilaku tertentu. 4) hukuman negatif, yaitu menarik hadiah mengurangi dilakukannya perilaku tertentu. Teknik terapi operant conditioning berdasarkan pada hal-hal berikut: 1. Evaluasi dan modifikasi hal-hal yang terjadi terlebih dahulu dan konsekuensi terhadap perilaku maladaptif klien dengan teliti. 2. Perilaku yang di harapkan di dukung dengan penguatan positif dan di larang dengan penguatan negatif. Misalnya dengan cara perawat memberikan penghargaan (hadiah) kepada klien karena telah membuaat perubahan prilaku menjadi positif. 3. Modifikasi prilaku terjadi ketika klien mencapai tujuan perilaku yang di tetapkan sebelumnya. Perilaku ini secara sistematis di kuatkan oleh umpan balik positif atau penghargaan yang di terima. Seiring dengan waktu, perilaku yang di inginkan meningkat dan dipertahankan secara terus- menerus. 4. Token economy. Klien yang mengalami cacat sosial berat dan sudah lama tinggal di ruang perawatan bias motivasi dengan menggunakan tanda/bukti (token). Kebutuhan keperawatan dasar di lakukan seperti biasa, tetapi makanan tambahan, perhatian, hak istimewa dibeli dengan toke. Token digunakan oleh perawat sebagai operant conditioning. Jika klien melakukan satu tindakan yang baik segera diberikan hadiah token. Classical Conditioning Classical conditioning (pengondisian klasik) atau Pavlovian (ivan Pavlov, 1849-1936) merupakan respons yang dikondisikan oleh rangsangan . suatu respons tak terkondisi terhadap rangsangan tak terkondisi di ubah dengan menggunakan ransangan terkondisi dan rangsangan tak terkondisi. Pavlov melakukan pengujian kepada anjing yang mengeluarkan air liur saat melihat atau mencium makanan sebagai respons dan rangsangan tak terkondisi.

Transcript of tugas2 bil.docx

Page 1: tugas2 bil.docx

3) hukuman positif, yaitu konsekuensiaversi (keengganan atau penolakan) mengurangi perilaku

tertentu.

4) hukuman negatif, yaitu menarik hadiah mengurangi dilakukannya perilaku tertentu.

Teknik terapi operant conditioning berdasarkan pada hal-hal berikut:

1. Evaluasi dan modifikasi hal-hal yang terjadi terlebih dahulu dan konsekuensi terhadap perilaku maladaptif klien dengan teliti.

2. Perilaku yang di harapkan di dukung dengan penguatan positif dan di larang dengan penguatan negatif. Misalnya dengan cara perawat memberikan penghargaan (hadiah) kepada klien karena telah membuaat perubahan prilaku menjadi positif.

3. Modifikasi prilaku terjadi ketika klien mencapai tujuan perilaku yang di tetapkan sebelumnya. Perilaku ini secara sistematis di kuatkan oleh umpan balik positif atau penghargaan yang di terima. Seiring dengan waktu, perilaku yang di inginkan meningkat dan dipertahankan secara terus-menerus.

4. Token economy. Klien yang mengalami cacat sosial berat dan sudah lama tinggal di ruang perawatan bias motivasi dengan menggunakan tanda/bukti (token). Kebutuhan keperawatan dasar di lakukan seperti biasa, tetapi makanan tambahan, perhatian, hak istimewa dibeli dengan toke. Token digunakan oleh perawat sebagai operant conditioning. Jika klien melakukan satu tindakan yang baik segera diberikan hadiah token.

Classical Conditioning

Classical conditioning (pengondisian klasik) atau Pavlovian (ivan Pavlov, 1849-1936) merupakan respons yang dikondisikan oleh rangsangan . suatu respons tak terkondisi terhadap rangsangan tak terkondisi di ubah dengan menggunakan ransangan terkondisi dan rangsangan tak terkondisi. Pavlov melakukan pengujian kepada anjing yang mengeluarkan air liur saat melihat atau mencium makanan sebagai respons dan rangsangan tak terkondisi.

Teknik terapi classical conditioning berdasarkan pada hal-hal berikut.

1. Paket stimulus-repons yang tidak di pelajari yang pada kenyataannya sering kali menjadi aksi refleks.

2. Manusia belajar berespons terhadap stimulus netral (stimulus terkondisi). Sebagian besar pembelajaran diri kita di sadari oleh pengendalian klasik.misalnya, seorang anak mengalami nyeri dan ketidaknyamanan setiap kali mendatangi dokter gigi atau bahkan nyeri dan ketidaknyamanan tersebut bertambah lebih berat pada beberapa kali kunjungan.

Terapi Aversi atau Terapi Refleks Terkondisi

Page 2: tugas2 bil.docx

terapi aversi (menghindar) merupakan terapi yang berlandaskan pada prinsip di mana prilaku di bentuk untuk menghindari konsekuensi yang tidak menyenangkan. Teknik terapi aversi di dasarkan pada prinsip penguatan negatif.

1. Penghukuman pada masalah perilaku .Perilaku individu abnormal dikurangi dengan memberikan hukuman yaitu stimulus yang tidak nyaman, sehingga individu segera belajar untuk tidak mengulangi perilaku tersebut untuk menghindari konsekuensi negatifnya. Misalnya, jika memakai alkohol atau fantasi seks yang menyimpang, maka di berikan stimulus yang tidak menyenangkan seperti syok elektrik, suara keras, menghina atau melukai perasaan.

2. Dengan teknik pengganti atau pengkondisian klasik.Cara ini merupakan desentisasi tertutup yaitu menggunakan pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan sebagai stimus yang aversi. Teknik menghentikan pikiran digunakan untuk menggagalkan obsesi. Bila klien mulai ingin melakukan dan perawat berteriak “berhenti” atau memberikan syok kepada klien. Lama kelamaan klien bisa menendalikan gejala dengan mengatakan “berhenti” pada dirinya sendiri atau menimbulkan sensasi sakit pada dirinya sendiri.

3. Pelatihan menghindariyaitu stimulus berbahaya dapat di hindari dengan menghindari masalah perilaku, seperti memberikan disulfiram (antabus) kepada klien yang memiliki masalah kecanduan alkohol pada saat perilakunya yang tidak di kehendaki muncul (walaupun cara ini secara hukum dilarang)

indikasi prosedur aversi yang paling berguna pada keadaan berikut. 1. Situasi dimana masalah prilaku secara alamiah memperkuat klien, seperti

penyalahgunaan alkohol dan obat, merokok, penyimpangan seksual, dan makan berlebihan.

2. Kasus dimana perilaku merusak diri dan harus dengan segera di awasi