SPBK TUGAS2

34
TUGAS SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN I (KONSERVASI) KONSERVASI DENGAN SISTEM TERAS Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan I (Konservasi) oleh Ir. Daud Siliwangi Saribun , MS., Dr. Emma Trinurani Sofyan , ST.,MP., dan Ir . Yuliati Machfud , MP. Disusun oleh : Trinanda Al – Fajri 150510120126 Ghefira Rahimah R 150510120128 Utari Kusumadewi 150510120147 Aanisah Lutfiyyah S 150510120148 Junius N. S 150510120221 Agroteknologi – D PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

description

a

Transcript of SPBK TUGAS2

Page 1: SPBK TUGAS2

TUGAS

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN I (KONSERVASI)

KONSERVASI DENGAN SISTEM TERAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pertanian

Berkelanjutan I (Konservasi) oleh Ir Daud Siliwangi Saribun MS Dr Emma Trinurani

Sofyan STMP dan Ir Yuliati Machfud MP

Disusun oleh

Trinanda Al ndash Fajri 150510120126

Ghefira Rahimah R 150510120128

Utari Kusumadewi 150510120147

Aanisah Lutfiyyah S 150510120148

Junius N S 150510120221

Agroteknologi ndash D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Esa karena

dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Tim dosen

praktikum mata kuliah Pestisda dan Teknik Aplikasi yang telah memberi

pengetahuan kepada kami dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga

berkesempatan menyusun tugas ini Serta tak lupa kepada seluruh pihak yang

turut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk

dukungan moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini

Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna Begitu pula dengan

laporan tugas ini Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari

semua pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan makalahini di kemudian

hari

Jatinangor April 2015

Tim Penulis

Konservasi Sistem Teras Page i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah1

12 Tujuan Penulisan2

BAB II PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi3

22 Jenis-jenis teras3

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras13

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi di Indonesia16

BAB III PENUTUP

31 Kesimpulan19

DAFTAR PUSTAKA20

Konservasi Sistem Teras Page ii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi

manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap

pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi

berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian

maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan

dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara

otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa

konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah

pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)

Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9

pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi

diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al

(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik

dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Konservasi Sistem Teras Page 1

12 Tujuan

1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi

2 Memahami jenis-jenis teras

3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di

Indonesia

4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi

masalah erosi di indonesia

Konservasi Sistem Teras Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga

daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke

dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran

permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al

2002)

22 Jenis-Jenis Teras

1 Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu

Konservasi Sistem Teras Page 3

deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan

kering fungsi utama teras bangku adalah

Memperlambat aliran permukaan

Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak merusak

Meningkatkan laju infiltrasi

Mempermudah pengolahan lahan

Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua

dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North

Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani

sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia

juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik

konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi

sebagai teras irigasi

Tipe teras bangku

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk

sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya

miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan

miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras

irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa

digunakan pada sistem sawah tadah hujan

Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang

permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera

terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku

miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras

bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih

banyak penggalian bidang olah

Konservasi Sistem Teras Page 4

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 2: SPBK TUGAS2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Esa karena

dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Tim dosen

praktikum mata kuliah Pestisda dan Teknik Aplikasi yang telah memberi

pengetahuan kepada kami dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga

berkesempatan menyusun tugas ini Serta tak lupa kepada seluruh pihak yang

turut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk

dukungan moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini

Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna Begitu pula dengan

laporan tugas ini Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari

semua pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan makalahini di kemudian

hari

Jatinangor April 2015

Tim Penulis

Konservasi Sistem Teras Page i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah1

12 Tujuan Penulisan2

BAB II PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi3

22 Jenis-jenis teras3

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras13

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi di Indonesia16

BAB III PENUTUP

31 Kesimpulan19

DAFTAR PUSTAKA20

Konservasi Sistem Teras Page ii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi

manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap

pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi

berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian

maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan

dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara

otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa

konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah

pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)

Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9

pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi

diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al

(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik

dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Konservasi Sistem Teras Page 1

12 Tujuan

1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi

2 Memahami jenis-jenis teras

3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di

Indonesia

4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi

masalah erosi di indonesia

Konservasi Sistem Teras Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga

daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke

dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran

permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al

2002)

22 Jenis-Jenis Teras

1 Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu

Konservasi Sistem Teras Page 3

deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan

kering fungsi utama teras bangku adalah

Memperlambat aliran permukaan

Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak merusak

Meningkatkan laju infiltrasi

Mempermudah pengolahan lahan

Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua

dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North

Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani

sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia

juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik

konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi

sebagai teras irigasi

Tipe teras bangku

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk

sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya

miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan

miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras

irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa

digunakan pada sistem sawah tadah hujan

Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang

permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera

terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku

miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras

bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih

banyak penggalian bidang olah

Konservasi Sistem Teras Page 4

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 3: SPBK TUGAS2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang Masalah1

12 Tujuan Penulisan2

BAB II PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi3

22 Jenis-jenis teras3

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras13

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi di Indonesia16

BAB III PENUTUP

31 Kesimpulan19

DAFTAR PUSTAKA20

Konservasi Sistem Teras Page ii

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi

manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap

pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi

berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian

maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan

dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara

otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa

konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah

pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)

Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9

pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi

diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al

(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik

dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Konservasi Sistem Teras Page 1

12 Tujuan

1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi

2 Memahami jenis-jenis teras

3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di

Indonesia

4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi

masalah erosi di indonesia

Konservasi Sistem Teras Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga

daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke

dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran

permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al

2002)

22 Jenis-Jenis Teras

1 Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu

Konservasi Sistem Teras Page 3

deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan

kering fungsi utama teras bangku adalah

Memperlambat aliran permukaan

Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak merusak

Meningkatkan laju infiltrasi

Mempermudah pengolahan lahan

Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua

dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North

Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani

sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia

juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik

konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi

sebagai teras irigasi

Tipe teras bangku

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk

sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya

miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan

miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras

irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa

digunakan pada sistem sawah tadah hujan

Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang

permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera

terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku

miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras

bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih

banyak penggalian bidang olah

Konservasi Sistem Teras Page 4

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 4: SPBK TUGAS2

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi

manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap

pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi

berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian

maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan

dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara

otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa

konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah

pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)

Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9

pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi

diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al

(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik

dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Konservasi Sistem Teras Page 1

12 Tujuan

1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi

2 Memahami jenis-jenis teras

3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di

Indonesia

4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi

masalah erosi di indonesia

Konservasi Sistem Teras Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga

daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke

dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran

permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al

2002)

22 Jenis-Jenis Teras

1 Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu

Konservasi Sistem Teras Page 3

deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan

kering fungsi utama teras bangku adalah

Memperlambat aliran permukaan

Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak merusak

Meningkatkan laju infiltrasi

Mempermudah pengolahan lahan

Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua

dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North

Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani

sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia

juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik

konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi

sebagai teras irigasi

Tipe teras bangku

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk

sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya

miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan

miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras

irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa

digunakan pada sistem sawah tadah hujan

Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang

permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera

terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku

miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras

bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih

banyak penggalian bidang olah

Konservasi Sistem Teras Page 4

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 5: SPBK TUGAS2

12 Tujuan

1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi

2 Memahami jenis-jenis teras

3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di

Indonesia

4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi

masalah erosi di indonesia

Konservasi Sistem Teras Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga

daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke

dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran

permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al

2002)

22 Jenis-Jenis Teras

1 Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu

Konservasi Sistem Teras Page 3

deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan

kering fungsi utama teras bangku adalah

Memperlambat aliran permukaan

Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak merusak

Meningkatkan laju infiltrasi

Mempermudah pengolahan lahan

Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua

dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North

Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani

sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia

juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik

konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi

sebagai teras irigasi

Tipe teras bangku

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk

sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya

miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan

miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras

irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa

digunakan pada sistem sawah tadah hujan

Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang

permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera

terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku

miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras

bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih

banyak penggalian bidang olah

Konservasi Sistem Teras Page 4

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 6: SPBK TUGAS2

BAB II

PEMBAHASAN

21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan

penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang

olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi

dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan

terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang

dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan

lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan

pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga

daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke

dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran

permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al

2002)

22 Jenis-Jenis Teras

1 Teras Bangku

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang

lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu

Konservasi Sistem Teras Page 3

deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan

kering fungsi utama teras bangku adalah

Memperlambat aliran permukaan

Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak merusak

Meningkatkan laju infiltrasi

Mempermudah pengolahan lahan

Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua

dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North

Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani

sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia

juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik

konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi

sebagai teras irigasi

Tipe teras bangku

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk

sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya

miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan

miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras

irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa

digunakan pada sistem sawah tadah hujan

Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang

permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera

terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku

miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras

bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih

banyak penggalian bidang olah

Konservasi Sistem Teras Page 4

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 7: SPBK TUGAS2

deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan

kering fungsi utama teras bangku adalah

Memperlambat aliran permukaan

Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang

tidak merusak

Meningkatkan laju infiltrasi

Mempermudah pengolahan lahan

Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua

dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North

Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani

sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia

juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik

konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi

sebagai teras irigasi

Tipe teras bangku

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk

sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya

miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan

miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras

irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa

digunakan pada sistem sawah tadah hujan

Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang

permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera

terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku

miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras

bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih

banyak penggalian bidang olah

Konservasi Sistem Teras Page 4

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 8: SPBK TUGAS2

Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang

tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto

2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif

tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring

keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah

dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun

efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih

rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)

Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku

adalah

Konservasi Sistem Teras Page 5

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 9: SPBK TUGAS2

Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan

Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan

gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit

Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm

Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-

mesin pertanian

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan

besi tinggi

Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor

Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-

900 HOKha (Agus et al 1999)

Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang

relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-

3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus

diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa

tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)

Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang

dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)

Konservasi Sistem Teras Page 6

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 10: SPBK TUGAS2

Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah

yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan

talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan

memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud

Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan

erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang

dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan

ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter

panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan

air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan

meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar

memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman

penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk

tanah dan kayu bakar

Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada

awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2

ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup

tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang

diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan

ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk

budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik

konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar

berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian

galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang

olah yang terbentuk pada bagian timbunan

Konservasi Sistem Teras Page 7

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 11: SPBK TUGAS2

2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)

Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan

saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan

istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas

guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2

Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)

Gambar 3 Penampang teras guludan

Konservasi Sistem Teras Page 8

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 12: SPBK TUGAS2

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu

untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air

kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari

bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam

menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah

rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras

Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat

teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud

Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat

juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis

cash crops lainnya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah

1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga

diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif

(Agus et al 1999)

2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat

menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang

permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur

sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran

pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke

dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar

lapangan

Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan

dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al

1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga

relatif rendah (Tabel 2)

Konservasi Sistem Teras Page 9

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 13: SPBK TUGAS2

Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang

dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan

teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan

dan memelihara tanaman penguat teras

3 Teras Kredit (gradual terrace)

Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena

tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman

yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang

ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses

pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat

melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah

lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5

tahun (Agus dan Widianto 2004)

Konservasi Sistem Teras Page 10

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 14: SPBK TUGAS2

Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai

membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)

Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah

(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya

tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah

sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak

disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus

et al 1999)

4 Teras individu

Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu

tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa

diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan

Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan

pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan

Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi

pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu

dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk

penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh

rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu

Konservasi Sistem Teras Page 11

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 15: SPBK TUGAS2

searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman

tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari

yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan

umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk

panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya

Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan

(Sketsa SMarwanto)

5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)

Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk

tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang

bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan

untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)

memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan

penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun

Konservasi Sistem Teras Page 12

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 16: SPBK TUGAS2

Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese

Soil and Water Convervation Society 1987)

23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras

1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng

Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan

ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh

petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal

Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam

umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan

benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)

maupun di bagian hilir (off-site)

Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah

dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang

bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan

teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air

Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai

praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan pendapatan petani

Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di

dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat

Konservasi Sistem Teras Page 13

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 17: SPBK TUGAS2

meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman

Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah

sebagai berikut

a Teras Gulud

Gambar Teras Gulud

Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15

dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan

15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok

diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum

tanah dangkal

b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)

Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20

cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air

permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih

jauh di bawahnya

Konservasi Sistem Teras Page 14

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 18: SPBK TUGAS2

2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat

Sumatra)

Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh

Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah

pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan

rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk

keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan

Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah

antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah

sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas

(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam

mengelola lahan khususnya dalam proses panen

Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi

di Sumberjaya Lampung

Tabel 1 Jenis teras menurut petani

Jenis Teras Keterangan

Bangku

(Bench

Terrace)

Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara

karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain

melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai

dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan

pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke

kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi

Rumput

(Strip weed

terrace)

Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan

tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk

menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan

teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar

teras dapat berlangsung secara alami

Siring

(Drain

Terrace)

Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi

ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara

perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan

Konservasi Sistem Teras Page 15

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 19: SPBK TUGAS2

permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat

organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus

mengikuti tanaman kopi yang sudah ada

Gulud

(Ridge)

Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi

Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta

menahan zat organik Dapat digunakan untuk media

penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan

tanaman kopi

Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)

24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi

di Indonesia

Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng

yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu

sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah

lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah

salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan

Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng

Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan

yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga

menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi

makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering

terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)

Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya

longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur

utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang

tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi

menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam

waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi

Konservasi Sistem Teras Page 16

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 20: SPBK TUGAS2

berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi

tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah

Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan

oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur

Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia

Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan

yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara

kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu

terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti

ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali

daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit

untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara

seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan

memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan

derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya

datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan

jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)

Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga

mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan

penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)

Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga

apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke

tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun

dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang

mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar

serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi

akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi

Konservasi Sistem Teras Page 17

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 21: SPBK TUGAS2

Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi

Konservasi Sistem Teras Page 18

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 22: SPBK TUGAS2

BAB III

PENUTUP

31 Kesimpulan

Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman

dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas

digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di

Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat

sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang

peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini

dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang

berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini

dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air

sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan

memungkinkan penyerapan air oleh tanah

Konservasi Sistem Teras Page 19

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 23: SPBK TUGAS2

DAFTAR PUSTAKA

Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan

Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia

Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R

Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah

dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi

Pusat Departemen Kehutanan

Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor

Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation

in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of

Wales BangorUK 50 pp

Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering

Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi

diakses pada 07 April 2015

Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman

kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana

TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105

Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi

dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi

di Sumberjaya Lampung Barat Lampung

P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk

Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana

et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian

Konservasi Sistem Teras Page 20

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21

Page 24: SPBK TUGAS2

Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset

Palembang

The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand

Book The Chinese Soil and Water Conservation Society

Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation

Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs

New Jesey

Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi

Grafindo Jakarta

Konservasi Sistem Teras Page 21