SPBK TUGAS2
-
Upload
kaka-silmi -
Category
Documents
-
view
247 -
download
9
description
Transcript of SPBK TUGAS2
TUGAS
SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN I (KONSERVASI)
KONSERVASI DENGAN SISTEM TERAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Pertanian
Berkelanjutan I (Konservasi) oleh Ir Daud Siliwangi Saribun MS Dr Emma Trinurani
Sofyan STMP dan Ir Yuliati Machfud MP
Disusun oleh
Trinanda Al ndash Fajri 150510120126
Ghefira Rahimah R 150510120128
Utari Kusumadewi 150510120147
Aanisah Lutfiyyah S 150510120148
Junius N S 150510120221
Agroteknologi ndash D
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Esa karena
dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Tim dosen
praktikum mata kuliah Pestisda dan Teknik Aplikasi yang telah memberi
pengetahuan kepada kami dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga
berkesempatan menyusun tugas ini Serta tak lupa kepada seluruh pihak yang
turut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk
dukungan moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini
Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna Begitu pula dengan
laporan tugas ini Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan makalahini di kemudian
hari
Jatinangor April 2015
Tim Penulis
Konservasi Sistem Teras Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah1
12 Tujuan Penulisan2
BAB II PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi3
22 Jenis-jenis teras3
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras13
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi di Indonesia16
BAB III PENUTUP
31 Kesimpulan19
DAFTAR PUSTAKA20
Konservasi Sistem Teras Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi
manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap
pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi
berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian
maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan
dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara
otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa
konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah
pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)
Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9
pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi
diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al
(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik
dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Konservasi Sistem Teras Page 1
12 Tujuan
1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi
2 Memahami jenis-jenis teras
3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di
Indonesia
4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi
masalah erosi di indonesia
Konservasi Sistem Teras Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan
lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan
pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run
off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran
permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al
2002)
22 Jenis-Jenis Teras
1 Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang
lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu
Konservasi Sistem Teras Page 3
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan
kering fungsi utama teras bangku adalah
Memperlambat aliran permukaan
Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi
Mempermudah pengolahan lahan
Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua
dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North
Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani
sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia
juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik
konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi
sebagai teras irigasi
Tipe teras bangku
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk
sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya
miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan
miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras
irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa
digunakan pada sistem sawah tadah hujan
Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang
permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku
miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras
bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih
banyak penggalian bidang olah
Konservasi Sistem Teras Page 4
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YangMaha Esa karena
dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Tim dosen
praktikum mata kuliah Pestisda dan Teknik Aplikasi yang telah memberi
pengetahuan kepada kami dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga
berkesempatan menyusun tugas ini Serta tak lupa kepada seluruh pihak yang
turut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk
dukungan moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini
Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna Begitu pula dengan
laporan tugas ini Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan makalahini di kemudian
hari
Jatinangor April 2015
Tim Penulis
Konservasi Sistem Teras Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah1
12 Tujuan Penulisan2
BAB II PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi3
22 Jenis-jenis teras3
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras13
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi di Indonesia16
BAB III PENUTUP
31 Kesimpulan19
DAFTAR PUSTAKA20
Konservasi Sistem Teras Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi
manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap
pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi
berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian
maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan
dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara
otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa
konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah
pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)
Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9
pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi
diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al
(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik
dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Konservasi Sistem Teras Page 1
12 Tujuan
1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi
2 Memahami jenis-jenis teras
3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di
Indonesia
4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi
masalah erosi di indonesia
Konservasi Sistem Teras Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan
lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan
pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run
off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran
permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al
2002)
22 Jenis-Jenis Teras
1 Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang
lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu
Konservasi Sistem Teras Page 3
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan
kering fungsi utama teras bangku adalah
Memperlambat aliran permukaan
Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi
Mempermudah pengolahan lahan
Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua
dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North
Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani
sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia
juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik
konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi
sebagai teras irigasi
Tipe teras bangku
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk
sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya
miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan
miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras
irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa
digunakan pada sistem sawah tadah hujan
Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang
permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku
miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras
bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih
banyak penggalian bidang olah
Konservasi Sistem Teras Page 4
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang Masalah1
12 Tujuan Penulisan2
BAB II PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi3
22 Jenis-jenis teras3
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras13
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi di Indonesia16
BAB III PENUTUP
31 Kesimpulan19
DAFTAR PUSTAKA20
Konservasi Sistem Teras Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi
manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap
pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi
berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian
maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan
dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara
otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa
konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah
pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)
Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9
pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi
diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al
(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik
dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Konservasi Sistem Teras Page 1
12 Tujuan
1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi
2 Memahami jenis-jenis teras
3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di
Indonesia
4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi
masalah erosi di indonesia
Konservasi Sistem Teras Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan
lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan
pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run
off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran
permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al
2002)
22 Jenis-Jenis Teras
1 Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang
lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu
Konservasi Sistem Teras Page 3
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan
kering fungsi utama teras bangku adalah
Memperlambat aliran permukaan
Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi
Mempermudah pengolahan lahan
Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua
dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North
Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani
sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia
juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik
konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi
sebagai teras irigasi
Tipe teras bangku
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk
sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya
miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan
miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras
irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa
digunakan pada sistem sawah tadah hujan
Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang
permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku
miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras
bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih
banyak penggalian bidang olah
Konservasi Sistem Teras Page 4
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang fundamental bagi
manusia agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka setiap
pengelolaannya harus memperhati kan kaidah-kaidah konservasi Erosi
berdampak kerusakan lingkungan yang amat luas baik di tempat kejadian
maupun daerah penerima hasil erosi Konservasi tanah dan air merupakan
dua hal yang saling berkaitan Berbagai tindakan konservasi tanah secara
otomatis juga merupakan tindakan konservasi air Banyak ragam rekayasa
konservasi tanah dan air dalam pengelolaan tanah salah satunya adalah
pengelolaan tanah dengan cara teras (terrace)
Konservasi tanah dan air di lahan yang lebih miring dari 9
pengadopsian cara mekanik seperti penggabungan teras dan vegetasi
diprioritaskan untuk dilaksanakan (Rahim 2000) Menurut Jeschke et al
(1977) dalam Mawardi (2013) sistem pembuatan teras adalah yang terbaik
dalam mengatur aliran di daerah-daerah lahan yang miring
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Konservasi Sistem Teras Page 1
12 Tujuan
1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi
2 Memahami jenis-jenis teras
3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di
Indonesia
4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi
masalah erosi di indonesia
Konservasi Sistem Teras Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan
lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan
pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run
off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran
permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al
2002)
22 Jenis-Jenis Teras
1 Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang
lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu
Konservasi Sistem Teras Page 3
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan
kering fungsi utama teras bangku adalah
Memperlambat aliran permukaan
Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi
Mempermudah pengolahan lahan
Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua
dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North
Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani
sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia
juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik
konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi
sebagai teras irigasi
Tipe teras bangku
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk
sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya
miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan
miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras
irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa
digunakan pada sistem sawah tadah hujan
Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang
permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku
miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras
bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih
banyak penggalian bidang olah
Konservasi Sistem Teras Page 4
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
12 Tujuan
1 Memahami pengertian teras sebagai teknik pengendalian erosi
2 Memahami jenis-jenis teras
3 Menjelaskan contoh penerapan sistem teras dalam teknik konservasi di
Indonesia
4 Menjelaskan peluang penerapan pengendalian teras dalam mengatasi
masalah erosi di indonesia
Konservasi Sistem Teras Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan
lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan
pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run
off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran
permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al
2002)
22 Jenis-Jenis Teras
1 Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang
lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu
Konservasi Sistem Teras Page 3
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan
kering fungsi utama teras bangku adalah
Memperlambat aliran permukaan
Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi
Mempermudah pengolahan lahan
Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua
dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North
Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani
sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia
juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik
konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi
sebagai teras irigasi
Tipe teras bangku
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk
sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya
miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan
miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras
irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa
digunakan pada sistem sawah tadah hujan
Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang
permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku
miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras
bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih
banyak penggalian bidang olah
Konservasi Sistem Teras Page 4
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
BAB II
PEMBAHASAN
21 Pengertian Teras Sebagai Teknik Pengendalian Erosi
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan
penggalian dan pengurugan tanah membentuk bangunan utama berupa bidang
olah guludan dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi
dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan
terjunan air yang tegak lurus kontur (Yuliarta et al 2002)
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan
lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng Tujuan
pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run
off) dan memperbesar peresapan air sehingga kehilangan tanah berkurang
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga
daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil memperbesar peresapan air ke
dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran
permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman (Yuliarta et al
2002)
22 Jenis-Jenis Teras
1 Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang
lereng dan meratakan tanah dibagian bawahnya sehingga terjadi suatu
Konservasi Sistem Teras Page 3
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan
kering fungsi utama teras bangku adalah
Memperlambat aliran permukaan
Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi
Mempermudah pengolahan lahan
Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua
dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North
Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani
sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia
juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik
konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi
sebagai teras irigasi
Tipe teras bangku
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk
sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya
miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan
miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras
irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa
digunakan pada sistem sawah tadah hujan
Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang
permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku
miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras
bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih
banyak penggalian bidang olah
Konservasi Sistem Teras Page 4
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga Pada usaha tani lahan
kering fungsi utama teras bangku adalah
Memperlambat aliran permukaan
Menampung dan meyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak
Meningkatkan laju infiltrasi
Mempermudah pengolahan lahan
Teras bangku dapat digolongkan sebagi teknik konservasi tertua
dan telah banyak diaplikasikan diberbagai negara Misalnya saja di North
Carolina tercatat bahwa teras bangku diterapkan pada lahan usaha tani
sejak tahun 1885 (Troeh et al 1991) Penerapan teras bangku di Indonesia
juga sudah tergolong tua meskipun pada mulanya penerapan teknik
konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau lebih berfungsi
sebagai teras irigasi
Tipe teras bangku
Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olahnya datarmembentuk
sudut 0 ordm dengan bidang horizontal) miring kedalam(bidang olahnya
miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli) dan
miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli) sedangkan teras
irigasi adalah teras bangku datar tanpa saluran teras Teras ini biasa
digunakan pada sistem sawah tadah hujan
Teras bangku miring ke dalam dibangun pada tanah-tanah yang
permeabilitasnnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera
terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud dibibir teras Teras bangku
miring kedalam ini memerlukan biaya relatif lebih mahal dibanding teras
bangku datar atau teras bangku miring ke luar karena memerlukan lebih
banyak penggalian bidang olah
Konservasi Sistem Teras Page 4
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Banyaknya penggalian menyebabkan pula tingginya peluang
tersingkapnya lapisan bawah yang kurang subut (Agus dan Widianto
2004) Oleh kaerna itu untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya relatif
tinggi dianjurkan untuk memilih teras bangku datar Teras bangku miring
keluar merupakan teras bangku yang membutuhkan biaya paling murah
dibanding teras bangku miring ke dalam atau teras bangku datar Namun
efektivitasnya dalam menekan erosi dan aliran permukaan relatif lebih
rendah (Haryati et al 1995Agus dan Widianto 2004)
Gambar 1 Empat tipe teras bangku (Sketsa P3HTA 1990)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras bangku
adalah
Konservasi Sistem Teras Page 5
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40(Agus dan
Widianto 2004) Tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan
gt40 karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit
Tidak cocok pada tanah dangkal lt60 cm
Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin-
mesin pertanian
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah dengan kandungan alumunium dan
besi tinggi
Tidak dianjurkan pada tanah-tanah yang mudah longsor
Memerlukan tenaga dan modal yang sangat besar yaitu mencapai 500-
900 HOKha (Agus et al 1999)
Sebagai akibat pemotongan dan perataan tanah bagian bawah yang
relatif kurang subur akan muncul dipermukaan maka paling sedikit 2-
3 tahun setelah pembangunannya perhatian yang cukup harus
diberikan dalam penambahan bahan organik baik dala bentuk sisa
tanaman atau pupuk kandang (Arsyad 2000)
Luas lahan yang dapat ditanami (bidang olah) akan semakin berkurang
dengan semakin bertambahnya kecuraman lereng (Tabel 1)
Konservasi Sistem Teras Page 6
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan (a) mengeruk tanah
yang menimbun (menutup) selokan teras (b) memelihara guludan dan
talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor (c) mengulam dan
memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud
Keuntungan teras bangku adalah (a) efektif dalam mengendalikan
erosi dan aliran permukaan (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang
dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan
ke bidang olah (c) mengurangi panjang lereng dimana setiap 2 ndash 3 meter
panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan
air mengalir menuruni lereng (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah (e) bidang olah yang agak datar
memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama (e) tanaman
penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak bahan organik untuk
tanah dan kayu bakar
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan (a) pada
awalnya cukup menganggu keadaan tanah mengurangi produksi selama 2
ndash 3 tahun pertama (b) tenaga kerja biaya untuk pembuatannya cukup
tinggi makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang
diperlukan (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan
ketrampilan khusus (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk
budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik
konservasi tanah yang lain makin curam lerengnya makin besar
berkurangnya luas tersebut (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian
galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang
olah yang terbentuk pada bagian timbunan
Konservasi Sistem Teras Page 7
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
2 Teras gulud (contour ridgesridges teracce)
Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan
saluran air di bagian belakang guludnya Metode ini dikenal juga dengan
istilah guludan bersaluran Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan saluran air dan bidang olah (Gambar 2
Gambar 2 Penampang samping teras gulud (Sketsa P3HTA 1990)
Gambar 3 Penampang teras guludan
Konservasi Sistem Teras Page 8
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku yaitu
untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkatkan penyerapan air
kedalam tanahSaluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke SPA Untuk meningkatkan efektivitas teras gulud dalam
menaggulangi erosi dan aliran permukaan serta agar guludan tidak mudah
rusak sebaiknya guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras
Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman penguat
teras bangku dapat juga digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud
Sebagai kompensasi kehilangan luas bidang olah bidang teras gulud dapat
juga ditanami cash crops misalnya tanaman katuk cabai rawit dan jenis
cash crops lainnya
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud adalah
1 Teras gulud cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40 dapat juga
diterapkan pada kemiringan 40-60 namun relatif kurang efektif
(Agus et al 1999)
2 Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi guludan dapat dibuat tepat
menurut arah garis kontur Sedangkan pada tanah yang
permeabilitasnya rendah guludan dibuat miring terhadap kontur
sebesar tidak lebih dari satu persen menuju ke arah saluran
pembuangan Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera masuk ke
dalam tanah dapat disalurkan dengan kecepatan rendah keluar
lapangan
Biaya pembangunan teras gulud relatif lebih murah dibandingkan
dengan teras bangku yaitu dibutuhkan 65-180 HOKha (Agus et al
1999) Pengurangan luas bidang olah akibat aplikasi teknologi ini juga
relatif rendah (Tabel 2)
Konservasi Sistem Teras Page 9
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang
dibuat adalah (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan
teras untuk digunakan memperbaiki guludan (b) memperbaiki guludan
dan memelihara tanaman penguat teras
3 Teras Kredit (gradual terrace)
Teras kredit adalah teras yang terbentuk secara bertahap karena
tertahannya partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman
yang ditanam secara rapat seperti tanaman pagar atau strip rumput yang
ditanam searah kontur(Gambar 4) Waktu yang dibutuhkan untuk proses
pembentukan teras relatif lama Pembentukan teras dapat dipercepat
melalui pengolahan tanah yang dilakukan dengan menarik tanah kearah
lereng bagian bawahRata-rata teras akan terbentuk sendirinya setelah 2-5
tahun (Agus dan Widianto 2004)
Konservasi Sistem Teras Page 10
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Gambar 4 Penampang samping teras kredit dan strip rumput yang mulai
membentuk teras kredit (Sketsa dan foto FAgus)
Persyaratan yang perlu dipenuhi dalam aplikasi teras kredit adalah
(1)kemiringan lahan 5-40 (2) struktur tanah remah dan permeabilitasnya
tinggi(3)dapat diterapkan pada tanah dangkal (40cm) namun untuk tanah
sangat dangkal seperti Entisol(litosol) penggunaan teras ini tidak
disarankan dan (4) tidak sesuai diterapkan pada tnah rawan longsor (Agus
et al 1999)
4 Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman terutama tanaman tahunan (Gambar 5) Jenis teras ini biasa
diaplikasikan pada areal perkebunan atau tanaman buah-buahan
Selain untuk mengurangi erosi pembuatan teras individu ditujukan
pula untuk menigkatkan ketersediaan air bagi tanaman tahunan (Agus dan
Widianto 2004) Fungsi lain dari teras ini adalah untuk memfasilitasi
pemeliharaan tanaman tahunan sehingga tidak semua lahan terganggu
dengan adanya aktivitas pemeliharaan seperti pemberian pupuk
penyiangan dan lain-lain Pada bagian lain lahan dibiarkan tertutup oleh
rumput atau leguminosa penutup tanah Jajaran teras individu tidak perlu
Konservasi Sistem Teras Page 11
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
searah kontur tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman
tanaman (misalnya arah timur barat untuk mendapatkan cahaya matahari
yang maksimal Dimensi teras ini bisa bervariasi tergantung jenis dan
umur tanaman namun ukurannya berkisar anttara 50-100 cm untuk
panjang dan lebar serta 10-3- cm untuk kedalamannya
Gambar 5 Sketsa teras individu pada pertanaman tanaman tahunan
(Sketsa SMarwanto)
5 Teras Kebun (orchard hillside ditches)
Teras kebun merupakan jenis teras lain yang dirancang untuk
tanaman tahunan khususnya buah-buahan Teras dibuat interval yang
bervariasi menurut jarak tanam (Gambar 6) Pembuatan teras ini bertujuan
untuk (1)mengefisienkan poenerapan teknik konservasi tanah dan (2)
memasilitasi pengolahan lahan diantaranya fasilitas jalan kebun dan
penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun
Konservasi Sistem Teras Page 12
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Gambar 6 Sketsa teras kebun pada perkebunan buah-buahan (The Chinese
Soil and Water Convervation Society 1987)
23 Studi Kasus Penerapan Pengendalian Konservasi Dengan Teras
1 Teknik bertanam kentang di lahan kering berlereng
Tanaman kentang tumbuh baik pada dataran tinggi dengan
ketinggian di atas 1000 m dpl Produktivitas kentang yang dicapai oleh
petani masih rendah karena teknik budidaya tanaman belum optimal
Pengelolaan lahan pada dataran tinggi dan berlereng yang cukup curam
umumnya tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang baik dan
benar sehingga menyebabkan kerusakan lahan di bagian hulu (on site)
maupun di bagian hilir (off-site)
Pada daerah Jambi Jawa Barat dan Jawa Tengah yang telah
dikutip dari tabloid online Sinar Tani tahun 2014 para petani kentang yang
bertanam di lereng lereng dan perbukitan berupaya untuk menggunakan
teknik bertanam yang berorientasi pada konservasi lahan dan air
Pengelolaan lahan yang berorientasi konservasi tanah dan air disertai
praktek budidaya yang tepat dan berkelanjutan dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan petani
Teknik konservasi tanah dan air pada pertanaman kentang di
dataran tinggi tersebut ialah menggunakan teknik yang dapat
Konservasi Sistem Teras Page 13
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
meningkatkan kemampuan tanah menopang pertumbuhan tanaman
Teknik konservasi tanah secara mekanik pada pertanaman kentang adalah
sebagai berikut
a Teras Gulud
Gambar Teras Gulud
Sumber httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
Teras gulud cocok diterapkan pada kemiringan lahan lt 15
dengan solum tanah dangkal dan pada lahan dengan kemiringan lahan
15 - 25 dengan solum tanah dalam Teras gulud tidak cocok
diterapkan pada lahan dengan kemiringan lahan gt 45 dengan solum
tanah dangkal
b Rorak (jebakan lumpur dan aliran permukaan)
Rorak adalah parit kecil dengan lebar dan dalam masing-masing 20
cm dan 25 cm yang dibuat memotong lereng untuk menjebak aliran air
permukaan dan tanah tererosi agar tidak hanyut ke areal yang lebih
jauh di bawahnya
Konservasi Sistem Teras Page 14
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
2 Pembuatan gulud dan rorak di Sumberjaya (Lampung Barat
Sumatra)
Dari hasil wawancara pada petani di Sumberjaya Lampung oleh
Mulyoutami (2004) teknik yang dikenal untuk konservasi lahan ialah
pembuatan rorak dan teras Menurut petani tersebut dengan pembuatan
rorak dan teras konservasi lahan yang dilakukan menjadi suatu bentuk
keseharian bagi seluruh petani dan murah serta mudah untuk dilakukan
Menurutnya keuntungan yang didapatkan dari penggunaan teras ialah
antara lain (1) menghambat laju air yang mengalir di permukaan tanah
sehingga mengurangi erodibilitas tanah (2) menampung tanah lapisan atas
(topsoil) yang hanyut dari lahan di atasnya (3) memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam proses panen
Berikut ini merupakan jenis teras yang dilakukan oleh petani kopi
di Sumberjaya Lampung
Tabel 1 Jenis teras menurut petani
Jenis Teras Keterangan
Bangku
(Bench
Terrace)
Merupakan konversi dari lahan sawah kekebun kopi Secara
karakteristik jarak antara tepi teras dengan teras yang lain
melebar secara horisontal Lebarnya dapat bertambah sesuai
dengan gradient Tinggi tepinya antara 05-10 m Kopi dan
pepohonan ditanam mengikuti bentuk konversi sawah ke
kebun kopi Fungsinya untuk mengurangi tanah tererosi
Rumput
(Strip weed
terrace)
Barisan rumput yang menutupi teras dapat menstabilkan
tanah selama pembentukan teras Fungsinya untuk
menyaring air yang mengalir di permukaan Pembuatan
teras dari tepi teras yang secara gradual mengarah ke lebar
teras dapat berlangsung secara alami
Siring
(Drain
Terrace)
Semacam parit di dalam tepi teras dan tanaman kopi
ditanam di guludan Tidak ada platform teras tetapi secara
perlahan terbentuk dari siring tersebut Laju limpasan
Konservasi Sistem Teras Page 15
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
permukaan dapat diperkecil dengan adanya siring ini Zat
organik tertahan didalam siring Pembentukannya harus
mengikuti tanaman kopi yang sudah ada
Gulud
(Ridge)
Gulud dibuat mengikuti kontur diantara barisan kopi
Fungsinya untuk menahhan aliran ppermukaan serta
menahan zat organik Dapat digunakan untuk media
penanaman tanaman cabai dan sayuran lain diantara batidan
tanaman kopi
Sumber Wawancara dengan petani Chapman (2002)
24 Peluang Penerapan Pengendalian Teras Dalam Mengatasi Masalah Erosi
di Indonesia
Sekitar 45 luas lahan di Indonesia berupa lahan pegunungan berlereng
yang peka terhadap longsor dan erosi Pegunungan dan perbukitan adalah hulu
sungai yang mengalirkan air permukaan secara gravitasi melewati celah-celah
lereng ke lahan yang letaknya lebih rendah Lereng atau kemiringan lahan adalah
salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan
Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin curamnya lereng
Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan
yang berpotensi menyebabkan erosi Selain kecuraman panjang lereng juga
menentukan besarnya longsor dan erosi Makin panjang lereng erosi yang terjadi
makin besar Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 40 longsor sering
terjadi terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi (Deptan 2010)
Selain itu curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah
dan mengakibatkan tanah menjadi jenuh juga turut menentukan terjadinya
longsor sedangkan pada kejadian erosi air limpasan permukaan adalah unsur
utama penyebab terjadinya erosi Hujan dengan curahan dan intensitas yang
tinggi misalnya 50 mm dalam waktu singkat (lt1 jam) lebih berpotensi
menyebabkan erosi dibanding hujan dengan curahan yang sama namun dalam
waktu yang lebih lama (gt 1 jam) Namun curah hujan yang sama tetapi
Konservasi Sistem Teras Page 16
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
berlangsung lama (gt6 jam) berpotensi menyebabkan longsor karena pada kondisi
tersebut dapat terjadi penjenuhan tanah oleh air yang meningkatkan massa tanah
Intensitas hujan menentukan besar kecilnya erosi sedangkan longsor ditentukan
oleh kondisi jenuh tanah oleh air hujan dan keruntuhan gesekan bidang luncur
Curah hujan tahunan gt2000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia
Kondisi ini berpeluang besar menimbulkan erosi apalagi di wilayah pegunungan
yang lahannya didominasi oleh berbagai jenis tanah (Deptan 2010) Antara
kondisi lereng dan curah hujan pada akhirnya menimbulkan keterkaitan yaitu
terjadinya erosi pada lereng yang menghanyutkan tanah permukaan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Lahan seperti
ini biasanya ditemukan didaerah perbukitan Terkait dengan hal itu banyak sekali
daerah perbukitan di Indonesia yang memiliki luasan lahan yang miring yang sulit
untuk digunakan terutama sebagai lahan pertanian apabila tidak melalui cara
seperti penerapan teras ini Bentuk tanah atau lahan yang miring akan
memudahkan kita untuk membuat konsep penataan karena tinggal menyesuaikan
derajat kemiringan tersebut namun demikian bukan berarti lahan yang bentuknya
datar tidak bisa digunakan untuk membuat terassering Ada banyak keutungan
jika menggunakan konsep seperti ini (Arsyad S 1986)
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan
penyerapan air oleh tanah Dengan demikian erosi berkurang (Arsyad 1989)
Dengan kata lain lahan perbukitan yang memiliki kontur tanah miring sehingga
apabila terjadi hujan maka kecepatan aliran air dari permukaan yang tinggi ke
tempat yang rendah sangat cepat (menghasilkan erosi yang begitu besar) namun
dengan penerapan terasering sangat berpengaruh untuk menahan laju air yang
mengalir di permukaan memungkinkan air untuk diserap oleh tanah lebih besar
serta mengurangi erosi akibat aliran air tadi Sehingga dengan mengurangi erosi
akan berdampak pada kecilnya kemungkinan longsor terjadi
Konservasi Sistem Teras Page 17
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Tabel Pengaruh penterasan terhadap aliran permukaan dan erosi
Konservasi Sistem Teras Page 18
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
BAB III
PENUTUP
31 Kesimpulan
Terassering adalah suatu konsep yang digunakan untuk meletakkan tanaman
dengan system yang bertingkat-tingkat Lahan yang paling cocok dan pas
digunakan untuk terassering adalah lahan yang bentuknya miring Di
Indonesia penerapan konservasi teras ini sangat cocok digunakan mengingat
sekitar 45 luas lahan di indonesia berupa lahan pegunungan berlereng yang
peka terhadap longsor dan erosi Dengan adanya sistem konservasi teras ini
dapat mengurangi tingkat erosi dan longsor yang dapat terjadi di lahan yang
berbentuk miring terutama di lahan pegunungn berlereng dan berbukit Hal ini
dikarenakan teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah
Konservasi Sistem Teras Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
DAFTAR PUSTAKA
Agus F dan Widianto 2004 Petunjuk Praktis Konservasi Pertanian Lahan
Kering World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia
Agus F A Abdurachman A Rachman Sidik HT A Dariah B R
Prawiradiputra B Hafif dan S Wiganda 1999 Teknik Konservasi Tanah
dan Ait Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghujauan dan Reboisasi
Pusat Departemen Kehutanan
Arsyad S 1989 Konservasi Tanah dan Air IPB-Press Bogor
Arsyad S 2000 Pengawetan Tanah dan Air Departemen Ilmu-Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Chapman MG 2002 Local ecologial knowledge of soil and water conservation
in the coffee gardens of Sumberjaya Sumatra Disertasi University of
Wales BangorUK 50 pp
Kontributor Tabloid Sinar Tani 2014 Teknik Bertanam Kentang di Lahan Kering
Berlereng (dalam httptabloidsinartanicomteknologiinovasi-teknologi
diakses pada 07 April 2015
Mawardi 2013 Analisis faktor konservasi kombinasi teras nikolas dan tanaman
kacang tanah (faktor cp untuk teras nikolas + kacang tanah Wahana
TEKNIK SIPIL Vol1 8 No2 Desember 2013 95-105
Mulyoutami Elok dkk 2004 Pengetahuan Lokal Petani dan Inovasi Ekologi
dalam Konservasi dan Pengolahan Tanah pada Pertanian Berbasis Kopi
di Sumberjaya Lampung Barat Lampung
P3HTA (Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan Tanah dan Air) 1990Petunjuk
Teknis Usaha Tani Konservasi Daerah Limpasan Sungai Dalam Sukmana
et al (Eds) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian
Konservasi Sistem Teras Page 20
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21
Rahim Supli Effendi 2000 Pengendalian Erosi Tanah Sinar Grafika Offset
Palembang
The Chinese Soil dan Water Conservation Society 1987 Soil Conservation Hand
Book The Chinese Soil and Water Conservation Society
Troeh FR JA Hobs and RL Donahue 1991 Soil and Water Conservation
Prentice Hall Inc A Divison o Simon amp Schuster Engglewood Cliffs
New Jesey
Yuliarta et al 2002 Teknologi Budidaya pada Sistem Usahatani Konservasi
Grafindo Jakarta
Konservasi Sistem Teras Page 21