Tugas01_Muhammad Yaasiin Salam_1306368394.pdf

5
PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA Muhammad Yaasiin Salam 1306368394 DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2015

Transcript of Tugas01_Muhammad Yaasiin Salam_1306368394.pdf

Page 1: Tugas01_Muhammad Yaasiin Salam_1306368394.pdf

PROSES REDUKSI BIJIH BESI MENJADI BESI SPONS DI INDONESIA

Muhammad Yaasiin Salam

1306368394

DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2015

Page 2: Tugas01_Muhammad Yaasiin Salam_1306368394.pdf

A. POTENSI BIJI BESI DI INDONESIA

Secara geologi wilayah Indonesia hanya merupakan busur magmatis dan tentunya

hanya yai potensi cebakan besi tipe Banded Iron Formation (BIF). Sejauh ini telah

ditemukan indikasi terdapatnya cebakan besi tipe BIF di Kabupaten Tangamus, Lampung

(Subandrio, 2006). Potensi bijih besi di Indonesia dijumpai dalam 4 (empat) jenis

cebakan yaitu besi primer, laterit besi , besi sedimen dan pasir besi. Sumber daya dan

cadangan dari masing-masing jenis cebakan tersebut tahun 2010 tercatat sebagai berikut

B. PERKEMBANGAN PROSES PENGOLAHAN BIJI BESI DI INDONESIA

Ketersediaan sumberdaya mineral yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai

negara yang berpotensi signifikan dalam pengembangan dan pengolahan material.

Indonesia memiliki bahan baku yang berlimpah berupa bijih besi dan material pendukung

lainnya. Tetapi keterbatasan penerapan teknologi menyebabkan ketergantungan Indonesia

pada impor sponge iron dan besi kasar (pig iron) sebagai bahan baku industri logam

masih tinggi. Proses reduksi pellet bijih besi dalam tungku diam dan tungku putar (rotary

kiln) telah dilakukan dengan cukup memuaskan. Pada penelitian yang di danai Program

Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI-Ristek Tahun 2011 telah dihasilkansponge

Page 3: Tugas01_Muhammad Yaasiin Salam_1306368394.pdf

iron dengan metalisasi mencapai 96% pada tungku diam dan 80% pada tungku putar

(Rotary kiln). Upaya untuk meningkatkan derajat metalisasi pellet bijih besi hingga min.

90% dalam proses reduksi di rotary kiln dengan proses kontinyu akan dilanjutkan pada

kegiatan PKPP Tahun 2012. Pada unit rotary kiln variabel operasi penting yang harus

diperhatikan dan diamati untuk memperoleh kualitas sponge iron yang dikehendaki

meliputi komposisi umpan pellet bijih besi, ukuran umpan, laju alir umpan, profil

temperatur operasi, kecepatan putar rotary kiln, sudut kemiringan kiln, waktu tinggal,

bahan bakar laju alir dan temperatur udara untuk burner dan komposisi produksponge

iron.

Provinsi Lampung merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki

potensi cadangan bijih besi lokal yang menguntungkan dan memenuhi syarat untuk

diolah. Dalam kegiatan ini, akan dilakukan pengembangan dan pengolahan bijih besi

menjadi sponge iron. Pellet bijih besi direduksi dalam unit Rotary kiln dengan kapasitas

200 kg/jam yang akan dioperasikan secara kontinyu. Data-data hasil penelitian pada

Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI-Ristek Tahun 2011 akan dijadikan sebagai

dasar untuk pengembangan dan peningkatan produksi sponge iron. Proses

reduksi pellet bijih besi dilaksanakan pada temperatur 950 – 1100 oC dalam rotary

kiln menggunakan pulverized burner hasil rekayasa UPT. Balai Pengolahan Mineral

Lampung LIPI (UPT BPML LIPI) yang telah dipatenkan dan ditetapkan sebagai salah

satu hasil Inovator pada Tahun 2010 berbahan bakar batu bara lokal dan sumber energi

lainnya berbasis biomassa. Target kualitas sponge iron komersial yang diharapkan

memiliki kadar Fe metal ≥ 78% dan derajat metalisasi ≥ 90%.

Unit Rotary kiln yang akan digunakan untuk mereduksi bijih besi memiliki

dengan spesifikasi panjang 10 m dan diameter dalam 54 cm. Keberhasilan kegiatan ini

diharapkan dapat memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi pembangunan

Indonesia diantaranya menggali dan mengolah potensi lokal berupa bijih besi dan

batubara, meningkatkan penggunaan bahan bakar lokal (batu bara lokal dan sumber

energi lainnya berbasis biomassa), meningkatkan partisipasi pihak industri dalam

berinvestasi, dan pada gilirannya berpotensi besar untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat.

Page 4: Tugas01_Muhammad Yaasiin Salam_1306368394.pdf

Proses pembuatan besi spons di Rotary Kiln lebih simpel dibandingkan dengan

proses lainnya. Rentang ukuran bijih yang lebih besar yang bisa diumpankan baik dalam

bentuk bongkahan maupun pelet merupakan kelebihan dari teknologi ini. Batubara yang

digunakan adalah batubara berkalori minimum 5000 kcal/kg. Batubara jenis ini tentunya

lebih banyak dan lebih mudah didapatkan di Indonesia

Perbandingan teknologi Rotary Kiln dengan teknologi Blast Furnace diberikan pada 

table dibawah Teknologi blast furnace umumnya digunakan untuk memproduksi besi dalam 

jumlah  yang  besar, misal  1  juta  ton  per  tahun  atau  lebih.  Teknologi  blast  furnace  juga 

sebaiknya langsung digabung dengan teknologi pembuatan baja (BOF, basic oxygen furnace) 

untuk memanfaatkan panas yang terdapat dalam lelehan besi wantah (hot metal) dan reaksi 

eksotermik  yang menghasilkan energi pada  saat proses pemurnian dengan menggunakan 

oksigen.

Page 5: Tugas01_Muhammad Yaasiin Salam_1306368394.pdf

Bijih besi  laterit  lebih dominan di  Indonesia, pengolahan bijih besi  laterit menjadi produk baja harus diteliti  lebih  lanjut untuk mendapatkan proses yang optimum dan efisien serta produk yang  mempunyai  nilai  jual  tinggi  karena  mengandung  nikel  dan  kromiun.  Sponge  iron  dapat digunakan sebagai pengganti scrap (besi tua) untuk proses pembuatan baja di EAF. Impor scrap saat ini bermasalah karena dicurigai mengandung limbah B3. 

Dari data yang diperoleh diatas, jenis biji besi di Indesia paling besar yaitu tergolong besi laterit dengan kandungan besi 60-62% sehingga teknologi yang mungkin disarankan untuk di kembangakan di Indonesia adalah teknologi Direct Reduction menggunakan Rotary Kiln untuk menghasilkan Sponge Iron

Referensi

Teuku Islah. “Potensi Besi Baja dalam Kerangka Pengembanga KLaster Industri Baja”.

Bambang Pardiarto. “Peluang Bijih Besi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Komoditas Mineral Strategis Nasional”. Pusat Sumber Daya Geologi.

Zulfiadi Zulhan. “Aspek Teknologi Dan Ekonomi Pembangunan Pabrik Pengolahan Bijih Besi Menjadi Produk Baja Di Indonesia”. Suharto, Ir. M.T. “Implementasi Pembuatan Sponge Iron Dari Pellet Bijih Besi Dalam Rotary Kiln Di Lampung Selatan”. http://pkpp.ristek.go.id/index.php/penelitian/detail/259