tugas zefania
-
Upload
valenciafrancisca -
Category
Documents
-
view
22 -
download
0
description
Transcript of tugas zefania
![Page 1: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu tahap yang akan dilewati manusia setelah
masa dewasa. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami
seseorang jika ia berumur panjang. Di Indonesia, istilah untuk kelompok yang
tua ini belum baku, orang mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Ada yang
menggunakan istilah lanjut usia ada pula usia lanjut, atau jompo (Setiawan,
2012)
Para ahli membedakan lanjut usia dalam dua macam yaitu: usia
kronologis dan usia biologis. Usia kronologis dihitung dengan menggunakan
tahun kalender. Di Indonesia dengan usia pensiun 56 tahun, tetapi dapat
dipandang sebagai batasan seseorang mulai memasuki usia lanjut, namun
dalam perkembangan selanjutnya, menurut Undang–Undang No.13 Tahun
1998, dinyatakan bahwa usia 60 tahun keatas adalah yang paling layak disebut
usia lanjut. Sedangkan usia biologis adalah usia yang sebenarnya. Biasa
diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis. Menurut
(Smith, 2012), usia lanjut digolongkan menjadi tiga yaitu: young old (65-74
tahun); middle old (75-85 tahun); dan old (labih dari 85 tahun) usia lanjut
(geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Sedangkan yang
tercantum dalam Bab I Pasal I ayat (2) Undang–undang No.13 Tahun 1998
tentang Kesejahtraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun ke atas (Setyonegoro, 2011).
1
![Page 2: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/2.jpg)
Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi
psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Pada usia lanjut dan bahkan
masyarakat menganggap seakan-akan tugas-tugasnya sudah selesai, mereka
berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan masyarakat
yang merupakan hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya, dan harus
diciptakan kesempatan kerja tertentu (bersifat khusus), sehingga mereka dapat
tetap memberikan sumbangan produktif sesuai dengan kemampuannya. Tapi
ada sebagian orang tua/lansia menganggap ini sebagai cara untuk memisahkan
mereka dari aktifitas mereka sehari-hari sehingga mereka menganggap diri
mereka sudah tidak berguna lagi. Karena mereka akan kehilangan peran dan
identitas mereka, wibawa atau otoritas dan, mereka akan kehilangan status
bahkan yang lebih parah akan kehilangan harga diri. Sehingga akan terjadi
gangguan pada pribadi lansia tersebut. Gangguan kesehatan yang sering terjadi
pada lansia diantaranya ialah: penyakit infeksi, terauma pada lansia, penyakit
endokrin, penyakit kardiovaskuler, stroke, gangguan saluran pernafasan
penyakit kulit, gangguan pada sendi sampai pada kelainan neorologis atau
psikiatri.
Stres merupakan sesuatu yang terbentuk di atas berbagai tekanan, dan
merupakan faktor yang ikut adil dalam menciptakan seluruh jenis tekanan-
tekanan yang ada. Stres merupakan isyarat tingkat seseorang dalam merespon
berbagai peristiwa dan terutama perubahan-perubahan lingkungan dalam
kesehariannya. Perubahan-perubahan ini bisa jadi merupakan perubahan yang
menyakitkan yang dapat menyebabkan sejumlah dampak psikologis. Hanya
saja dampak-dampak psikologis ini berbeda satu dengan yang lainnya,
2
![Page 3: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/3.jpg)
berdasarkan pembentukan kepribadian dan ciri-ciri kejiwaan dari orang-orang
tersebut. (Chily, 2011), stres merupakan sekumpulan gejala yang datang ketika
sedang berhadapan dengan suatu kondisi yang menekan. Perubahan internal
atau eksternal yang menimbulkan respon emosional yang bergejolak dan
berlangsung lama (Bardan, 2009). Perubahan psikososial dapat merupakan
tekanan mental sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan
dalam kehidupan dan individu tersebut akan berusaha dan beradaptasi untuk
menanggulanginya. Hampir semua serangan kecemasan dan stres berhubungan
dengan penyakit yang dengan tubuh dan pikiran telah diketahui dapat
menyebabkan gangguan tidur (sleep apnoea), sindroma sulit tertidur, dan
bahkan tidak tidur. (Habdoyo, 2012), menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan
– tubtutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya objek–objek dalam
lingkunagan atau suatu stimulus yang objektif berbahaya. Stres merupakan
suatu hubunagn antara lingkungan dengan individu yang oleh individu dapat
memahami atau melebihi kekuatannya dan mengancam akan kesehatan
individu tersebut (Folkman, 2012). Oleh karena itu para ahli memberikan
solusi agar ketegangan atau stres dapat teratasi baik itu bagi usia yang masih
muda maupun bagi dang sudah lanjut usia. Dan terapi yang sangat mudah dan
tidak mengeluarkan biaya yaitu, dengan terapi tawa/tertawa.
Seorang penliti yang menagani proses penuaan dari Connecticut
Amerika Serikat, Nameow, mengatakan bahwa fakta yang ditimbulkan dari
terapi tawa bisa membantu mereka yang sudah tua rentan dalam menghadapi
masalah tua mereka agar mereka terbebas dari rasa kesepian, depresi dan stres.
Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai suatu kegembiraan didalam
3
![Page 4: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/4.jpg)
hati yang dikeluarkan melalui mulut dalm bentuk suara tawa, atau senyum
yang menghias wajah seseorang, perasaan hati yang senang dan gembira, dan
yang lapang, peredaran darah yang lancar, yang biasa mencegah penyakit dan
memelihara kesehatan. Dengan tertawa dapat merangsang dan membentuk
pelepasan hormon Endokrin dalam tubuh. Tertawa juga biasa menambah
jumlah antibodi dalam tubuh, yang akan memperkuat fungsi daya tahan tubuh,
sehingga daya tahan tubuh akan menjadi lebih sempurna, dan mengurangi
tekanan (Katerina Robertson). Tawa merupakan ekspresi suara atau cermin
keriangan dan kebahagiaan. Dengan kata lain terapi tertawa dapat menurunkan
stres psikologis terutama pada lansia.
Katerina Robertson, ia mengatakan bahwa “tertawa adalah cara yang
sangat baik untuk melepaskan keteganagan dan dapat dengan mudah
mengubah fokus dan menbantu mengalihkannya dari beberapa persoalan
rumit”. Katerina membuka praktek psikologi di Mackay, wilayah utara
Queensland. Dengan tertawa yang diberikan selama 5–10 menit bisa
menyembuhkan pasien dengan gangguan mental sters psikologis. Tertawa
dalam dunia medis, merupakan obat gangguan sters dan gangguan penyakit
lainnya.
Penelitian yang dilakukan Loma Linda University, California, AS,
menyebutkan bahwa gelak tawa yang sudah diantisipasi sebelumnya memiliki
pengaruh yang sangat berarti. Menurut Berk dari Centre of Neuroimmunology
Fakultas Kedokteran Loma Linda, ketua penelitian ini, terapi tawa bisa
meningkatkan kadar dua hormon beta endokrin (zat kimia pereda depresi) dan
hormon pertumbuhan (berperan dalam sistem kekebalan) masing-masing 27 4
![Page 5: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/5.jpg)
dan 87 persen. Menurut Armand, terapi tertawa banyak diajarkan kepada orang
tua yang stres saat mengantar anaknya berobat. Kasus yang banyak ditangani
RSK Dharma Graha adalah pasien dengan ketergantungan obat. Selain anak-
anaknya, orangtua juga diterapi agar tidak stres berkepanjangan.
Terapi tawa di Indonesia bukan hanya dikenal di Jakarta saja, tetapi
sudah merambah ke kota-kota besar lainnya, seperti Bandung dan Cirebon.
Bahkan Armand bekerja sama dengan Dr. Yul Iskandar Ph. D yang merupakan
pimpinan Rumah Sakit Dharma Graha telah melatih 400 lebih pemandu terapi
tawa. Terapi yang dilakukan lebih banyak diikuti oleh pasien yang
ketergantungan obat serta orangtua yang stres. Orang tua yang stres tersebut
sedang mengantar anaknya berobat ke Rumah Sakit Dharma Graha, Serpong
akibat ketergantungan obat. Berdasarkan gambaran di atas maka penulis ingin
menerapkan terapi tertawa tersebut untuk para lansia, terutama lansia yang
bermasalah dengan stres psikologis. Oleh karena itu penulis mengangkat judul
“Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Stres Psikologis pada Lansia di Panti
Werdha Tresna Betani RSU Lembean”.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap penutunan stres pada
lanjut usia yang berada di Panti Werdha Tresna Betani Kompleks RSU
Lembean ?
5
![Page 6: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/6.jpg)
C. Tujuan Penelitian
1. Diketahui stres psikologis pada lanjut usia.
2. Diketahui pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap penurunan stres
psikologis pada lanjut usia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan menjadi suatu masukan bagi institusi terkait
terutama bagi para lansia yang mengalami stress psikologis. Sehingga terapi
ini dapat selalu dilaksanakan di institusi terkait secara teratur sehingga
mendapatkan hasil yang baik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pencinta dan
pemerhati ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam ilmu
keperawatan gerontik dalam mengurangi bahkan menghilangkan stres
psikologis lansia tersebut, agar pelayanan yang profesional dapat terlaksana
dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosio, kultural dan spiritual.
3. Bagi Lansia
Kiranya penelitian ini dapat memperbaiki kesehatan lansia yang mengalami
stress psikologis sehingga para lansia dapat menikmati hari tua.
6
![Page 7: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Terapi Tertawa
1. Pengertian Terapi Tertawa
Terapi tertawa merupakan metode terapi dengan menggunakan
humor dan tawa dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalah
mereka, baik dalam bentuk gangguan fisik maupun gangguan mental. Terapi
tertawa adalah terapi yang sangat ringan dan tidak membatasi usia, setiap
orang bisa melakukannya. Terapi tertawa adalah terapi anti stres yang lebih
bersifat pencegahan penyakit. Tertawa diketahui bisa mengurangi bahkan
mengatasi stres yang dialami seseorang. Gangguan stres, lebih efektif diatasi
bila dilakukan terapi tertawa secara teratur. Efek positif dari tertawa ini
tidak langsung dirasakan tubuh saat itu juga, karena harus dilakukan secara
teratur dalam jangka waktu tertentu. Terapi yang dilakukan dengan teratur
akan membuat kita tidak mudah terkena penyakit (Katerina, 2012).
2. Fisiologi Tertawa
Aspek–aspek emosi, termasuk tawa, “diatur” oleh pusat emosi di
dalam struktur otak yang dinamakan sistem limbic. Sistem limbic berasal
berasal dari kata “limbus” yang berarti “batas”. Nama ini dipilih karena
menunjukkan daerah fungsional yang dibatasi. Daerah ini sendiri dibentuk
oleh beberapa komponen otak, antara lain hippocampus, gyrus limbic dan
7
![Page 8: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/8.jpg)
amiygdale. Sistem limbic ini memainkan peran dalam mengatur emosi
manusia (Aswin, 2010)
Sistem limbic juga berhubungan dengan aspek–aspek tingkah laku
tertentu, bentuknya seperti lingkaran sehingga oleh seorang ahli bernama
Papez dinamakan lingkaran bergama. Pepez menemukan ini karena ketika
intinya dirusak, orang bersangkutan menunjukan suatu emosi yang tidak
tepat atau kacau. Artinya, secara tidak sengaja orang ini bisa mudah marah,
tetapi gampang pula untuk tertawa terbahak–bahak meskipun tidak lucu. Itu
karena lingkaran yang juga merupakan pusat emosi manusia itu terputus.
Kalau salh satu bagian dari lingkaran ini rusak, memori individu tersebut
akan hilang. Dan hal ini terjadi pada orang tua yang sudah pikun.
(Friesen, 2011), membagi wajah ke dalam tiga bagian (a). Alis/dahi
(b) mata/kelopak mata (c) wajah bagian bawah yaitu bibir, mulut dan
sebagian besar hidung, dagu. Pembagian ini didasarkan fakta bahwa daerah
tersebut secara motorik tidak saling bergantung.
(Friesen, 2011), ekspresi wajah bahagia tampak pada ekspresi
senyum yang ditunjukan pada:
a. Sudut bibir tertarik kebelakang dan tertarik ke atas
b. Bibir merapat atau meregang dengan gigi terlihat atau tidak
c. Ada kerutan–kerutan dihidung sampai sudut luar bibir
d. Pipi terangkat
8
![Page 9: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/9.jpg)
e. Ada kerutan dibawah kelopak mata bagian bawah
f. Ada kerutan disudut luar mata
Ekspresi bahagia biasanya mata terlihat bersinar. Intensitas bahagia
terutama ditentukan oleh posisi bibir. Apa bila posisi bibir semakin
kebelakang dan ke atas disertai dengan kerutan naso labial, dan kerutan
dibawah kelopak mata bagian bawah, maka ekspresi bahagia semakin kuat
(Friesen, 2011)
3. Konsep Dasar Terapi Tertawa
Saat kita bahagia, secara alamiah kita banyak tersenyum dan
tertawa. Suasana hati kita baik, raut muka secara alami mencerminkan jiwa
kita yang riang. Saat kita merasa murung, secara alami kita terlihat murung
dan muram. Dari penelitian mutahir soal ini tampaknya juga benar bahwa jika
memaksa munculnya raut tertentu pada kita, maka pikiran dan tubuh kita
akan menanggapinnya, dan secara biokomia akan mengenalinya. Jika kita
merasa sedih karena lasan tertentu, dan diminta tersenyum, ekspresi bahagia
kita benar–benar akan membuat perasaan kita menjadi lebih baik. sebab ini
mempengaruhi hormon–hormon yang mengalir dalam sistem tubuh
(Hodkinson, 2011).
Sebelum Zajonc dan Ekman mengumumkan teori mereka, perintis
pertama dari penelitian ini adalah seorang filosofi Prancis, Ia percaya bahwa
otot–otot muka bekerja dan pembuluh darah yang mengatur aliran darah ke
otak. Aliran darah pada gilirannya akan mempengaruhi perasaan kita. Teori
9
![Page 10: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/10.jpg)
yang ia kembangkan menyatakan bahwa emosi seringkali mengikuti ekspresi
wajah, bukan mendahuliunya (Lewis, 2012)
Otot zigomatik berkaitan erat dengan senyum dan kebahagiaan.
Menurut teori Wynbaum, otot secara langsung mengakibatkan darah mengalir
diseluruh otak. Pembuluh vena dipenuhi darah, dan hal ini sendiri telah
meringankan perasan dan membuat senang. Dalam bukunya Wynbaum
mengajukan gagasan bahwa, tertawa merupakan tindakan yang sehat karena
peningkatan sirkulasi itu bersifat baik. Terapi ini seperti oksigen, sel–sel dan
jaringan mendapat tambahan oksigen sehingga orang meras lebih segar.
Sebaliknya, marah dan berprilaku murung mengakibatkan pengurangan
oksigen dalam darah sehingga sel–sel kekurangan oksigen. Sel–sel darah
menjadi lapar dan kosong, menghasilkan depresi, kecemasan dan kemarahan
(Plutchik, 2012).
Mengomentari teori Wynbaum, Zajonc mengatakan bahwa darah
arteri berdampak mendinginkan otak. Kemungkinan besar suhu otak
mempengaruhi neorotransmiter yakni hormon–hormon yang membawa
keadaan emosi dan perasaan keseluruh tubuh. Kemungkinan besar saat kita
sedih, dan aliran darah ke otak terhambat, maka ini juga melemahkan proses
pelepasan dan sintesis neurotransmiter yang penting Saat otak dialiri darah
beroksigen tinggi dengan baik, maka ia akan bekerja lebih baik daripada otak
kekurangan oksigen. Yang lebih penting lagi, penyakit dalam hasil
ketidakselarasan dalam tubuh. Lebih dari masuk akal dikatakan bahwa kita
akan cenderung merasa sedih dan sakit jika jumlah darah ke otak membuat
otak tidak dapat bekerja secara optimal (Hodgkinson, 2012). 10
![Page 11: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/11.jpg)
terapi tertawa atau humor adalah cara yang alami untuk mengalami
sakit mental dan perasaan tertekan. Hasil penelitian ilmiah terbaru
memperlihatkan bahwa kebahagiaan bukan hanya terletak dalam pikiran,
tetapi tergantung dalam otot–otot dan hormon kita. mekanika gerakan otot–
otot wajah sangat berkaitan dengan sistem saraf otonom, yang mengatur
denyut jantung, pernafasan dan fungsi–fungsi yang tidak bisa dikendalikan
secara sadar (Friesen, 2011).
4. Dampak Psikologis Tertawa dalam Tubuh
Beberapa dampak Psikologis terhadap tubuh, adalah sebagai berikut
(Pasaribu, 2009)
a. Mengurangi Stres
Tertawa akan mengurangi tingkat stres tertentu dan menumbuhka
hormon penyeimbang yang dihasilkan saat stres. Dalam keadaan stres
akan dihasilkan, hormon yang menekan sistem kekebalan, sehingga
meningkatakan jumlah gangguan dalam arteri, dan meningkatkan
tekanan darah. Dengan tertawa, hormon stres dapat diimbangi sampai
tingkat tertentu.
b. Meningkatkan Kekebalan
Tertawa dapat meningkatkan sistem kekebalan karena tertawa pada
dasarnya memberi kesimbangan pada semua komponen dalam sistem
kekebalan tubuh.
11
![Page 12: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/12.jpg)
c. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Tertawa dapat meningkatkan aliran darah dan oksigen dalam darah
yang membantu dalam pernafasan,
d. Mencegah Penyakit
Tertawa dipercaya mampu mencegah penyakit seperti penyakit jantung,
karena marah dan takut yang merupakan emosi penyebab serangan
jantung dapat diatasi dengan tertawa. Karena tertawa itu sehat,
tertawalah selagi kita masih bisa tertawa, tetapi tentu saja tertawa yang
ada sebabnya.
5. Waktu dan Tempat Terapi.
Idealnya, sebuah sesi tawa harus dilaksanakan pada pagi hari,
khususnya di daerah tropis seperti Indinesia. Sebaiknya jumlah total
latihan pernapasan, tawa dan pergerakan sebaiknya tidak lebih dari 15–20
menit. Pengaturan waktu bisa disesuaikan beberapa menit menurut
kebutukan kelompok dan keadaan cuaca., bila diadakan ditempat terbuka.
Terdapat banyak alasan kenapa sesi tawa dimulai pada pagi hari. Selalu
lebih baik, bila kita mengawali hari dengan tawa. Dengan begitu kita akan
terus bersemangat dan mempunyai suasana hati yang enak sepanjang hari.
Keuntungan lain tertawa di pagi hari yaitu dapat saling melengkapi dengan
sesi jalan pagi. Kedua–duanya di lakukan di alam terbuka. Di negara barat,
sesi tawa dilakukan sekali sampai dua kali dilakukan dalam seminggu.
Ditempat kerja, orang dapat mengadakan sesi tawa selama jam istirahat.
12
![Page 13: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/13.jpg)
Satu–satunya hal yang harus diprhatikan adalah bahwa sesi tawa sebaiknya
tidak dilakukan langsung sesudah makan siang. Sebaiknya ada tenggang
waktu sedikitnya dua jam setelah makan.
Kesimpulannya, terapi tawa atau humor adalah cara alami untuk
menghadapi sakit mental dan perasaan tertekan. Meskipun cara ini tidak
dijamin berhasil untuk semua kasus, dan keberhasilannya tergantung pada
seberapa lama gangguan itu telah dialami dan seberapa besar, akan tetapi
setidak-tidaknya tersenyum akan membuat penderita lebih riang dan dan
secara sementara terbebas dari masalah. Zajonk menyarankan untuk
mengajari orang untuk tersenyum sebagai bagian dari praktis atau terapi
mereka.
Hasil-hasil penelitian ilmiah terbaru memperlihatkan bahwa
kebahagiaan bukan hanya terletak dalam pikiran, tetapi terkandung dalam
otot-otot dan hormon kita. Tindakan menggerakkan otot-otot wajah
membentk ekpresi yang berkaitan dengan kesukacitaan dapat menghasilkan
efek positif yang berdampak besar pada sistem saraf. Paul Ekman, peneliti
utama dalam bidang ini, meyakini bahwa mekanika gerakan otot-otot wajah
sangat berkaitan dengan sistem saraf otonom, yang mengatur denyut
jantung, pernapasan, dan fungsi-fungsi yang tidak bisa dikendalikan secara
sadar. Tindakan tersenyum, dan meskipun tidak ingin, juga dapat
mempengaruhi jiwa aktivitas orang-orang di sekitar. Orang-orang akan
cenderung meniru ekpresi orang lain, jika seseorang memberi salam di pintu
sembari tersenyum, Anda akan cenderung membalas tersenyum.
13
![Page 14: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/14.jpg)
B. Lanjut Usia
1.Proses Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di
mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2010).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua
bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada
berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia
akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologi maupun psikologi
(Nugroho, 2010).
2. Teori–Teori Proses Menua
a. Teori Genetik Clock
Teori genetik clock, teori ini merupakan teori intrinsik yang
menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang
14
![Page 15: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/15.jpg)
mengatur gen dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan
bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies
tertentu. Setiap spesies didalam inti selnya memiliki suatu jam
genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia
yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu
sehingga bila jenis ini berhenti berputar, dia akan mati. Manusia
mempunyai umur harapan hidup nomor dua terpanjang setelah bulus.
Secara teoritis, memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun
hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian
obat-obatan atau tindakan tertentu.
b. Teori mutasi somatic
Teori mutasi somatic menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya
mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
dalam proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terusmenerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau sel
menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan
kemampuan fungsional sel (Suhana, 2010).
15
![Page 16: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/16.jpg)
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan metabolisme :
1). Teori menua akibat metabolisme
Teori menua akibat metabolisme Perpanjangan umur karena penurunan
jumlah kalori, antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau
beberapa proses metabolisme. Pentingnya metabolisme sebagai factor
penghambat umur panjang sehingga terdapat hubungan antara tingkat
metabolisme dengan panjang umur.
2). Teori rantai silang
Teori rantai silang (cross link theory), teori ini menjelaskan bahwa menua
disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul
kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan
yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
3). Teori fisiologis
Teori fisiologis teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, terdiri
atas teori oksidasi stres (wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
4). Teori Sosiologis
16
![Page 17: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/17.jpg)
Teori Sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain:
5). Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut sia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan
kunci mempertahankan status sosial berdasarkan kemampuan
bersosialisasi.
6). Teori aktivitas atau kegiatan
a). Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
sosial.
b). Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
c). Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lanjut
usia.
d). Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
7). Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan sebelumnya.
17
![Page 18: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/18.jpg)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lanjut usia sangat dipengaruhi tipe Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup
seseorang suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat dia
menjadi lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia telah lanjut
usia.
8). Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori
ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, secara
berangsur-angsur mulai melepaskandiri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Teori yang pertama diajukan
oleh (Henry, 2011). mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lanjut
usia mengalami kehilangan ganda (triple loss):
(1). Kehilangan peran (loss of role).
(2). Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
(3). Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores
and values)
18
![Page 19: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/19.jpg)
3. Pengelompokan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi: usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia
(elderly) kelompok usia 60–74 tahun, lanjut usia tua (old) kelompok usia 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) kelompok usia 90 tahun. Menurut Jos Masdani
(Psikologi UI) lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, dan menurut
Koesoemato Setyonegoro pengelompokan lanjut usia sebagai berikut: usia
dewasa muda (elderly adulhood): 18 atau 20–25 tahun, usia dewasa penuh
(middle years) atau maturitas : 25–60 atau 65 tahun (Nugroho, 2010).
Batasan–batasan lanjut usia menurut WHO :
a. Usia pertengahan (middle age),ialah kelompok usia 45-59 thn.
b. Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) = di atas 90
C. Perubahan–perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental: perubahan fisik,
khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan,
lingkungan.
1. Perubahan–perubahan Psikososial
a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang
19
![Page 20: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/20.jpg)
pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,
antara lain :
1). Kehilangan finansial (income berkurang).
2). Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).
3). Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4). Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness ofmortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya
biaya pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.20
![Page 21: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/21.jpg)
2. Masalah–masalah Kesehatan pada Lansia
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I,
yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil
atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),
intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi),
impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence,
skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit),
impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi),
impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-
obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh
menurun), impotence (impotensi). Masalah kesehatan utama tersebut di atas
yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang
banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan
untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin.
a. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat
menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah
gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan
pembuluh darah.
b. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-
hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses
menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar
tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling
21
![Page 22: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/22.jpg)
sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh
yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar
karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu,
terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan
kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah
dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan. Terjatuh pada lansia dapat
menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan
takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi
takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.
c. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering
didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan
kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser
bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada
lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia
tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik
masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk
kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering
mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga
berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai
dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan
beser bak tadi.
22
![Page 23: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/23.jpg)
d. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi
gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini
meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu
kurang dari 5% lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia
(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini
meningkat mendekati 50%. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan
gangguan intelektual lainnya.
e. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia,
karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko
menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan
lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan
tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya
beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan
tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah
dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.
f. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd
menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan
pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat
menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering,
rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.
23
![Page 24: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/24.jpg)
g. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang
sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu
dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi
usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras
dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat
berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.
h. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi
salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering
sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan
fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena
gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian
dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Gejala-gejala depresi
dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa
kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan
menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya
ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya
minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang
lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa
bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan
gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi
terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit
24
![Page 25: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/25.jpg)
kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan
lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.
i. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa
ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing
dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup
seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa
penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-
lain.
j. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan
fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya
sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa
tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki
uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di
dalam menjalani masa tuanya.
k. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia
adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat
yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam
jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan
timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yang digunakan.
25
![Page 26: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/26.jpg)
l. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan
manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan
tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan
baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat
akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka
pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak.
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia,
yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah
terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali,
terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.
m. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya
umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses
menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang
sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita
(akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian
juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi
organ-organ tubuh dan lain-lain.
26
![Page 27: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/27.jpg)
D. Stres Psikologis
1. Pengertian Stres Psikologis
Kata stres bisa diartikan beda bagi tiap–tiap individu. Sebagian
individu mendefinisikan sebagai tekanan, desakan atau respon emosional.
Definisi stres yang paling sering digunakan paa hubungan antar individu
dengan lingkungannya. Stres merupakan konsekuensi dari proses penilaian
individu, yakni pengukuran apakah sumber daya yang dimiliki cukup untuk
menghadapi tuntutan dari lingkungan tersebut. mendefinisikan stres sebagai
suatu akibat dari interaksi antara individu dnegan lingkunganya yang dinilai
membahayakan diri individu tersebut (Gibsin, 2012).
Dalam kamus psikologis stres merupakan suatu keadan tertekan
baik secara fisik maupun psikologis. menyebutkan stress merupakan
sekumpulan gejala yang datang ketika sedang berhadapan dengan suatu
kondisi yang menekan. Perubahan internal atau eksternal yang
menimbulkan respon emosional yang bergejolak dan berlangsung lama
(Bardan, 2009). Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental
sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam
kehidupan dan individu tersebut akan berusaha dan beradaptasi untuk
menanggulanginya. Stres memberi dampak sosial total terhadap individu
yaitu fisik, emosi, intelek, sosial, dan spiritual. Sters fisik mengancam
keseimbangan fisiologis. Sters emosi dapat menimbulkan perasaan negatif
atau destruktif terhadap diri sendiri. Stres intelektual akan menganggu
presepsi dan kemampuan mneyelesaikan masalah. Sters soaial akan
27
![Page 28: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/28.jpg)
mneganggu hubungan individu dengan orang lain. Sedangkan stres spiritual
akan merubah pandangan individu terhadap kehidupan (Saeno, 2011).
Stres bersumber dari frustasi dan dari konflik yang dialami
individu yang dapat nerasal dari berbagai bidang kehidupan manusia.
Konflik bisa memicu timbulnya stres atau setidaknya membuat individu
mengalami ketegangan yang berkepanjangan dan mengalamikesulitan
untuk mengatasinya. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormon
adrenalin yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres dibedakan
menjadi dua yaitu sters yang merugikan dan merusak disebut sistres, dan
stres yang positif dan menguntungkan, yang disebut dengan stres. Dalam
kenyataannya stres mneyebabkan sebagian individu menjadi putus asa
tetapi bagi individu lain justru dapat menjadi dorongan baginya untuk
menjadi lebih baik (Yudiarsi, 2012).
2. Penyebab Stres Psikologis pada Lansia
a. Kondisi kesehatan fisik
Seiring dengan penurunan fisiologis itu, ketahanan tubuh lansia
pun semakin menurun sehingga berbagai penyakit dapat dengan mudah
terjadi pada lansia. Penurunan kemampuan fisik ini dapat menyebabkan
orang menjadi stres, yang dulunya semua pekerjaan bisa dilakukan
sendirian, kini terkadang harus dibantu orang lain. Perasaan membebani
orang lain inilah yang dapat menyebabkan stres.
28
![Page 29: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/29.jpg)
Menderita penyakit dapat menyebabkan perubahan fungsi
fisiologis pada orang yang menderitanya. Perubahan fungsi tersebut dapat
mempengaruhi kehidupan seseorang dimana hal ini dapat menyebbabkan
sters pada kaum lanjut usia yang mengalaminya. Perubahan fungsi
fisiologis yang dialami seseorang tergantung pada penyakit yang
dideritanya. Semakin sehat jasmani lansia semakin jarang terkena stres,
dan sebaliknya semakin menurun kesehatannya, maka semakin muda
lansia itu akan terkena stres.
b. Kondisi psikologi
Faktor non fisik seorang lansia, misalnya sifat, keperibadian, cara
pandang, tingkat pendidikan, dapat berpengaruh terhadap stres. Seorang
lansia yang memiliki pikiran yang positif, biasanya dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dengan positif pula, dan sebaliknya. Semakin
luas dan semakin tinggi harapan seseorang terhadap hidup, semakin jauh
ia dari stres. Semakin berserah diri kepada Tuhan, semakin terbebas dari
stres.
c. Keluarga
Keluarga berperan besar dalm kejadian sters pada lansia. Jika
terdapat masalah dalm keluarga, hal ini dapt menjadi pemicu sters.
Sebaliknya peran keluarga sangat besar dalam menjauhkan lansia dari
sters. Dukungan, pengharapan, rasa hormat, rasa peduli dan lain–lain,
sangat besar pengaruhnya untuk menjauhkan atau meredahkan sres pada
lansia.
29
![Page 30: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/30.jpg)
d. Lingkungan
Stres juga dapat dipicu oleh hubungan sosial dengan orang lain
disekitarnya, atau akibat situasi soaial lainnya. Lingkungan yang padat,
macet, dan bising bisa menjadi sumber sters.
e. Pekerjaaan
Pekerjaan dapat menjadi pemicu sters bagi lansia. Penurunan
kondisi fisik dan psikis berpengaruh pada turunnya produktifitas pada
lansia. Jika pada waktu mudanya ia telah mempersiapkan “bekal” untuk
masa tua, maka ia bisa menikmati masa pensiunnya.
Dari penelitan yang dilakukan oleh parah ahli, mereka menemukan
slah satu penyebab stres psikologis pada lansia yaitu pada saat mereka
pensiun. Menurut (Darmojo, 2012), pensiun adalah suatu sistem yang
berlaku dalam suatu negara, terutama negara industri. Pensiun
menyebabkan stres yang pada akhirnya berujung pada timbulnya cemas
bagi orang–orang yang mengalami masalah kesehatan. Sebaliknya orang
yang telah merencanakan pensiun tidak akan mengalami masalah nansial
(Aswar, 2012). Perubahan peran dimana waktu lebih tercurah pada
keluarga, akan mempengaruhi pasangan atau anggota keluarga secara
mendadak dan dapat menimbulkan konflik dalam keluarga. Begitu juga
dengan perubahan aktivitas, dari yang sebelumnya aktif, kini tidak
berguna lagi. Salah satu teori psikologis yang berhubungan dengan
perubahan pada lansia dikemukakan oleh (Peck 2012), yaitu dngan
menyeimbangkan integritas ego versus putus asa.
30
![Page 31: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/31.jpg)
3. Kartisol sebagai Hormon Stres
Kartisol (hidrokartisol), ada sterpid hormon, yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal. Hal ini berlangsung dalam respon terhadap stres dan pada
tingkat rendah glukokortikoid darah. Fungsi utamnya adalah untuk
meningkatkan gula darah melalui glukogenesis, menekan sistem kekebalan
tubuh, dan bantuan dalam lemak, protein dan metabolisme karbohidrat.
Kartisol dilepaskan dalam respon terhadap stres, bertindak untuk
memulihkan hemostasis. Namun, lama sekresi kartisol menyebabkan
perubahan yang signifikan. Kartisol adalah bahan dasar. Kartisol akan
dikonversi menjadi pregnenaline, yang kemuduan memproduksi kartisol,
thiroxine, estrogen, progesteron, DEHA, dan testoteron. Jadi ketika
kortisol dibutuhkan untuk membantu kita mengatasai stres, kortisol akan
diproritaskan dengan mengorbankan hormon–hormon lainnya. Sekresi
kortisol dapat meningkat sampai 301 mg guna mengatsi efek stres, seperti
radang, nyeri dan demam. Kortisol sebagai zat anti-radang berfungsi
menghambat reaksi sistem kekebalan tubuh sehingga respon terhadap stres
jangan sampai terlamau hebat. Selain itu kortisol mendukung tubuh
menjadi lebih kebal terhadap rangsangan buruk yang tercakup dalam
pengertian sters, seperti pembedahan, infeksi, luka berat, juga terauma
psikis.
Kortisol yang berlebihan dalam waktu yang lama, akibat stres
menahun dapat mengacaukan regulasi sistem imun yang sangat ruwet. Bila
masalha ini tidak terpecahkan akhirnya akan terjadi kerusakan pada
jaringan oto, saraf dan penurunan fungsi sistem imun, sedangkan kadar 31
![Page 32: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/32.jpg)
glukosa dan tekanan darah akan meningkat. Sel–sel otak bereaksi kuat
terhadap kortisol, khususnya bagian otak dimana terletak fungsi ingatan.,
dimana banyak terdapat reseptor kortisol dan dapat dianggap sebagai
tromstat untuk kortisol. Kelebihan kortisol mengakibatkan perubahan
ekspresi dari gen–gen tertentu yang penting bagi sistem kekebalan.
4. Mekanisme Adaptasi Stres pada Lanjut Usia
Sampai saat ini penelitian terkait yang didapatkan mengenai
adaptasi lansia adalah penelitian yang dilakukan oleg Zuckerman, pada
tahun 1984, dari hasil studynya diperoleh data lansia yang religuis,
ternyata agka kematiannya dua kali lebih besar dibandingkan dengan
lansia yang rajin beribadah. Kemampuan seseorang untuk melewati
tentang respon kehilangan dan rentang respon cemas sangat berbeda antara
individu, bergantung pada coping dab adaptasi yang digunakan. Pada
lansia adaptasi yang digunakan, tergantung pada mekanisme pertahanan
yang telah digunakan sebelumnya (Eriksin,2010).
E. Sumber Stres Psikologis
Menurut (Maramis 2010), ada empat sumber atau penyebab stres
psikologis baik pada masyarakt umum maupun pada lanjut usia, yaitu:
1. Frustasi
Fristasi timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral
melintang. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan
32
![Page 33: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/33.jpg)
usaha), dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang
disintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, dan lain-lain).
2. Konflik
Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan.
3. Tekanan
Tekanan timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari–hari. Tekanan dapat
berasal dari dalam individu maupun tekanan yang datang dari luar diri
individu tersebut.
4. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada
individu, misalnya kematian orang yang disayangi. Keadaan stres dapat
terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik, dan tekanan.
F. Cara Mengatasi Stres
Stres berasal dari frustasi dan konfliki yang dialami individu yang dapat
berasal dari berbagai bidang kehidupan manusia. Seringkali individu
mengalami dilema saat memilih diantara alternatif yang ada, apa lagi bila hal
tersebut menjadi pemicu timbulnya stres atau setidaknya membuat individu
mengalami ketegangan yang berkepanjangan yang akan mengalami kesulitan
untuk mengatasinya (Grant, 2010)
33
![Page 34: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/34.jpg)
(Struart, 2005) ada 3 macam tingkatan stres antara lain :
1. Stres Ringan
Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Dapat
memotivasi individu untuk belajar daan mampu memecahkan masalah
secara efektif.
2. Stres Sedang
Memungkinkan inividu untuk berfokus pada hal-hal yang penting.
3. Stres Berat
individu cenderung pada suatu objek yang dapat mengurangi ketegangan.
Ada beberapa macam cara mengendalikan stres menurut (Grant Brech
2010) sebagai berikut;
1. Sikap, keyakinan, perilaku, dan pikiran kita harus positif, fleksibel, rasional
dan adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih dahulu
menyalahkan orang lain sebelum melakukan introspeksi diri dengan
pengendalian internal.
2. Kendalikan faktor–faktor penyebab stres dengan cara:
a. Kemampuan menyadari (awarness skills)
b. Kemampuan untuk menerima (acepetance skills)
c. Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
d. Kemampuan untuk bertindak (action skills)34
![Page 35: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/35.jpg)
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPRASIONAL
A. Kerangka Konsep
Gambar 1
Keterangan :
: variabel dependen
: variabel Independen
B. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh terapi tertawa dengan stres psikologis pada lansia
35
Terapi Tertawa STRES PSIKOLOGIS
![Page 36: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/36.jpg)
C. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Ukur
Independen:
Terapi
Tertawa
Adalah terapi stres yang
lebih bersifat
pencegahan penyakit.
Dengan cara
menayangkan film/
video selama 15 Menit
pada Lansia.
Dependen:
Stres
Psikologi
Perilaku lanjut usia
yang menyebabkan
perubahan didalam
kehidupannya yang
mengganggu aktivitas
sehari – hari.
Skor > 250 : Stres berat
Skore 150-299 : Stres sedang
Skore < 150 : Stres ringan
Ordinal
36
![Page 37: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/37.jpg)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian pra eksperimen dengan menggunakan desain
pra eksperimental, yaitu desain pre-post eksperimen dengan menggunakan uji
wilcoxon.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Werdha tresna Betania RS. Lembean
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini ialah dengan melakukan survey
dan kemudian melakukan wawancara bagi pada lansia.
D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data, data berupa kuesioner. Kuesioner adalah metode pengumpulan data
dengan jalan mengajukan pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu yang
diberikan pertanyaan tersebut memberikan jawaban secara tertulis
(Notoatmadjo, 2003). Sedangkan untuk terapi tertawa digunakan standar
pelaksanaan terapi tertawa dengan cara menggunakan Video/Film
37
![Page 38: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/38.jpg)
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang sesuai kriteria yaitu usia 55
tahun–usia 95 tahun. Berjumlah 42 lansia
2. Sampel
Dalam penelitian ini diambil total populasi
F. Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
Kriteria induksi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2003). Kriteria
induksi dalam penelitian ini adalah :
1) Lansia laki–laki/perempuan yang berusia 55–95 tahun.
2) Tinggal di panti sosial dan tidak menggunakan alat–alat medis
3) Hadir pada saat pengambilan data
4) Bersedia menjadi responden
G. Proses Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Editing atau penyuntingan data dilakukan pada saat penelitian yakni
memeriksa semua lembar observasi/kuesioner yang telah diisi yaitu
38
![Page 39: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/39.jpg)
kelengkapan data, kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data
dalam usaha melengkapi data yang masih kurang.
2. Koding
Pengkodean pada lembar kuesioner. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
adalah mengisi daftar kode yang disediakan pada lembar kuesioner dan
sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.
3. Tabulasi
Data yang diperoleh selama penelitian dikumpulkan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel.
H. Analisis Data
Analisa data yang digunakan yaitu :
1. Analisa univariat, dengan penyajian dalam bentuk table frekuensi untuk
melihat gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik
dari Lansia.
2. Analisa bivariat, dengan menggunakan uji wilcoxon untuk melihat adakah
humor yang paling mudah dilakukan untuk mengatasi beberapa penyakit
terutama stres psikologis pada Lansia dengan menggunakan uji wilcoxon
I. Etika Penelitian
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar Persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan
kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
39
![Page 40: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/40.jpg)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden tetapi lembar tersebut diberi kode.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
40
![Page 41: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/41.jpg)
Lampiran C
LEMBAR KOESIONER
Petunjuk:
Berilah tanda check () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban
saudara.
No. Responden :…….
Tanggal Pengisian :……..
A. Data Demografi
1. Jenis kelamin
1) Laki-laki
2) Perempuan
2.Pendidikan
1) Tidak sekolah
2) SD
3) SMP
4) SMA
5) Pendidikan Tinggi
41
![Page 42: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/42.jpg)
3.Umur
1) 45 – 55 tahun
2) 56 – 65 tahun
3) 66 – 75 tahun
4) 75 tahun
4.Status perkawinan
1) Tidak kawin
2) Janda/duda
3) Kawin
5.Lama menghuni panti werdha
1) 0–5 tahun
2) 6–10 tahun
3) Lebih dari 10 tahun
6.Pekerjaan sebelum menghuni panti werdha
1) Tidak bekerja
2) Pensiunan
3) Petani
4) Wiraswasta
5) Lain–lain
7.Agama/kepercayaan
1) Islam
2) Kristen
3) Hindu
4) Budha42
![Page 43: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/43.jpg)
Petunjuk pengisian Jawablah dengan memberi tanda check (√ ) sesuai dengan
kondisi dan situasi yang anda alami.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah keadaan anda saat di panti baik ?
2. Apakah anda menjalin hubungan dengan baik saat di panti ?
3. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkomunikasi ?
4. Apakah anda merasa tertekan akhir-akhir ini ?
5. Apakah anda merasa khawatir terhadap kesehatan anda ?
6. Apakah anda mempunyai waktu bertemu keluarga ?
7. Apakah perasaan anda mudah tersinggung ?
8. Apakah anggota keluarga anda sering mengunjungi ?
9. Apakah anda merasa menjadi beban keluarga ?
10. Apakah anda sering menyendiri ?
11. Apakah anda merasa kesepian akhir-akhir ini ?
12. Apakah anda sering bosan dengan kehidupan anda ?
13. Apakah anda sering merasa tidank nyaman ?
14. Apakah anda mempunyai semangat untuk hidup ?
15. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur ?
Jumlah skor
Keterangan
Stres berat : Skor >250
Stres sedang : Skore 200-249
Stres ringan : Skore 150-199
Jika “Ya” nilainya : 20
Jika “Tidak” nilainya : 10
43
![Page 44: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/44.jpg)
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Panti Sosial Tresna Werdha Bethania Kompleks RS Hermana
Lembean Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara terletak di
Desa Lembean dengan batas-batan wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Rumah Penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kebun masyarakat
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Lembean
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Tumaluntung.
Data pekerja pada Panti Sosial Tresna Werdha Kompleks RS.Hermana
Lembean Kecamatan Kauditan adalah sebagai berikut :
1.Bagian Perawatan : 13 Orang pekerja
2.Bagian Dapur : 3 Orang pekerja
3. Tukang Kebun : 1 Orang pekerja
4. Sopir : 1 Orang
B. Karakteristik Responden
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
44
![Page 45: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/45.jpg)
Gambar 2. Jenis Kelamin Responden
Gambar 1. menunjukan 42 responden yang diteliti, 14 orang atau 33,33%
responden berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang atau 67.67% responden
berjenis kelamin perempuan.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 3. Tingkat Pendidikan Responden
Gambar 3. Menunjukan pendidikan dari 42 orang responden 11 orang atau 26%
responden tidak bersekolah, 7 orang atau 17% responden berpendidikan SD, 16
45
![Page 46: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/46.jpg)
orang atau 38% responden berpendidikan SMP, dan 8 orang atau 19% responden
berpendidikan SMA.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Gambar 4. Usia Responden
Gambar 4. menunjukan responden dengan usia 55-60 tahun sebanyak 4 orang
atau 10%, responden dengan usia 61-70 tahun sebanyak 6 orang atau 14%,
responden dengan usia 71-80 tahun sebanyak 17 orang atau 40%, dan
responden yang berusia lebih dari 81 tahun sebanyak 15 orang atau 36%.
Jumlah lansia yang berusia 71–80 tahun lebih banyak dari lansia yang berusia
55–60 tahun, 71–80 tahun, dan yang berusia diatas 81 tahun.
B. Analisa Univariat
1. Pemberian Terapi Tertawa
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Lansia Sebelum di adakan Terapi Tertawa
46
![Page 47: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/47.jpg)
Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)
Stres Berat 14 33.3
Stres Sedang 28 66.7
Total 42 100.0
Pada tabel di atas terlihat bahwa sebelum diadakan terapi tertawa maka
lansia yang mengalami stress berat sebanyak 33,3% atau 14 orang, lansia
yang mengalami stress sedang 66,7% atau 28 orang.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Lansia Sesudah di adakan Terapi Tertawa
Tingkat Stres Frekuensi Persentase (%)
Stres Sedang 3 7.1
Stres Ringan 39 92.9
Total 42 100.0
Pada tabel di atas terlihat bahwa sesudah diadakan terapi tertawa maka
lansia yang mengalami stres sedang sebanyak 7,1% atau 3 orang, lansia
yang mengalami stress ringan sebanyak 39 orang atau 92,9%. Sedangkan
lansia yang mengalami stress berat sudah tidak ada atau 0%.
C. Analisa Bivariat
Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Penurunan Stres Pada Lansia
47
![Page 48: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/48.jpg)
Tabel 3. Pemberian terapi tertawa terhadap penurunan stres pada lansia
Tingkat Stres Sebelum
(%)
Sesudah
(%)
Stres Berat 33.3 0
Stres Sedang 66.7 7.1
Stres Ringan 0 92.9
Total 100.0 100.0
Pada tabel diatas terlihat bahwa lansia yang mengalami stres berat 33%
sebelum diadakan terapi menjadi turun menjadi 0%, lansia yang
mengalami stres sedang 66,7% kemudian turun setelah dilakukan terapi
tertawa menjadi 7,1%. Sedangkan pada stress ringan jumlah lansia
sebanyak 0% kemudian setelah dilakukan terapi tertawa menjadi 92,9%
disebabkan karena sebagian yang mengalami stres berat dan stres sedang
mengalami penurunan menjadi stress ringan. Uji wilcoxon menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan yaitu p = 0,000 pada hasil post test
dengan nilai a=0,05 dan hasil t hitung 6.105> t tabel 2,021. Berdasarkan hasil
tersebut disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi tertawa
terhadap tingkat stres lansia.
BAB VI
PEMBAHASAN
48
![Page 49: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/49.jpg)
A. Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Peurunan Stres Psikologi
Pada Lansia
stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Kondisi stres pada para
lansia bisa diartikan sebagai kondisi yang tak seimbang, adanya tekanan atau
gangguan yang tidak menyenangkan yang biasanya tercipta ketika lansia tersebut
melihat ketidaksepadanan antara keadaan dan sistem sumber daya biologis,
psikologis, dan juga sosial yang erat kaitannya dengan respon terhadap ancaman
dan bahaya yang dihadapi pada lanjut usia (Haryadi, 2012). Keberadaan
endorphin membantu menjelaskan bagaimana orang dapat merasakan rileks
sehingga dapat mengurangi stres. Individu dengan endorphin lebih sedikit
merasakan ketegangan oleh karena produksi hormon stres yang berlebihan.
Penggunaan tawa personal dalam terapi akan menghasilkan perasan lega pada
individu. Ini disebabkan tawa secara alami menghasilkan pereda stres dan rasa
sakit. Selain itu peningkatan aliran darah ke otak yang merupakan akibat fisiologis
dari tersenyum dan tertawa terkait dengan kesehatan tubuh dan suasana hati yang
positif. Sebaliknya, suasana hati dan ekspresi tertekan menghasilkan penurunan
aliran darah ke otak (Olivia, 2011).
Sebelum diadakan terapi tertawa maka lansia yang mengalami stress berat
sebanyak 33,3% atau 14 orang, lansia yang mengalami stress sedang 66,7% atau
28 orang. Sesudah diadakan terapi tertawa maka lansia yang mengalami stres
49
![Page 50: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/50.jpg)
sedang sebanyak 7,1% atau 3 orang, lansia yang mengalami stress ringan
sebanyak 39 orang atau 92,9%. Sedangkan lansia yang mengalami stress berat
sudah tidak ada atau 0%. Uji wilcoxon menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan yaitu p = 0,000 lebih kecil dibandingakan nilai a=0,05. Berdasarkan
hasil tersebut disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap
penurunan stres pada lansia.
Tertawa merupakan ekspresi seseorang yang tidak sedang mengalami
stress, baik stress fisik maupun psikis. Menurut linger, stress merupakan factor
utama yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Stress berkepanjangan atau
kronis dapat memacu peningkatan aktifitas simpatis sehingga secara fisiologis
dapat berpotensi meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu)..
Tertawa merupakan salah satu bentuk ekspresi emosi seseorang atas
kondisi yang menggembirakan, membahagiakan atau menyenangkan yang secara
alami dapat menghambat aktivasi saraf simpatis. Pendapat ini didukung oleh teori
dari (Haruyama, 2011) Saat seorang dalam keadaan tertawa saat itu gelombang
otak dalam kondisi alfa dan teta. Alfa adalah jenis gelombang yang frekuensinya
sedikit lebih lambat dibandingkan beta, yaitu 8-12 Hz. Alfa berhubungan dengan
kondisi pikiran yang rileks dan santai. Kondisi alfa, pikiran dapat melihat
gambaran mental secara sangat jelas dan dapat merasakan sensasi dengan lima
indra dan apa yang terjadi atau dilihat dalam pikiran. Alfa adalah pintu gerbang
bawah sadar. Manfaat alfa yang utama dan paling penting adalah sebagai
jembatan penghubung antara pikiran sadar dan bawah sadar. Alfa memungkinkan
kita untuk menyadari keberadaan mimpi dan keadaan meditasi terdalam yang kita
capai. Tanpa alfa, kita tidak akan dapat mengingat mimpi atau meditasi yang 50
![Page 51: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/51.jpg)
sangat dalam, saat kita terbangun atau selesai bermeditasi. Kondisi theta, kita akan
mengalami kondisi meditatif yang sangat dalam. Semua pengalaman meditatif
yang selama ini dicari oleh orang yang melakukan praktik meditasi, misalnya
keheningan, ketenangan, kedalaman, dan puncak kebahagiaan, dirasakan di dalam
teta. Tertawa mampu mengaktifkan kedua gelombang tersebut denga baik
sehingga tubuh menjadi lebih sehat dan relaks serta dapat menekan produksi
gormon kortisol akibat dari aktivitas gelombang beta yang tinggi (Haruyama,
2011)
51
![Page 52: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/52.jpg)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebelum dilakukan terapi tertawa maka lansia yang mengalami stres berat
sebanyak 33,3% atau 14 orang, lansia yang mengalami stress sedang 66,7
% atau 28 orang.
2. Sesudah dilakukan terapi tertawa maka lansia yang mengalami stres
sedang sebanyak 7,1% atau 3 orang, lansia yang mengalami stress ringan
sebanyak 39 orang atau 92,9%. Sedangkan lansia yang mengalami stres
berat sudah tidak ada atau 0%.
3. Adanya pengaruh yang signifikan yaitu p=0,000 lebih kecil dibandingakan
nilai a=0,05. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian terapi tertawa terhadap tingkat stres lansia.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan menjadi suatu masukan bagi institusi terkait
terutama bagi para lansia yang mengalami stres psikologis. Sehingga terapi
ini dapat selalu dilaksanakan secara teratur sehingga mendapatkan hasil
yang baik.
52
![Page 53: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/53.jpg)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pencinta ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam ilmu keperawatan gerontik
dalam mengurangi bahkan menghilangkan stres psikologis lansia.
3. Bagi Lansia
Diharapkan bagi lansia agar dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang di
laksanakan di panti werdha agar lansia lebih tenang dan bisa menurunkan
gejala stres yang dialami lansia.
4. Bagi Peneliti Berikut
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide
untuk penelitian yang selanjutnya yang berkaitan dengan stres psikologis
pada lansia. Penelitian ini dapat dilakukan kembali untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi stres pada lansia yang tinggal di panti.
53
![Page 54: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/54.jpg)
Frequencies
Notes
Output Created 20-JUL-2014 17:25:47
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 42
Missing Value Handling
Definition of MissingUser-defined missing values are
treated as missing.
Cases UsedStatistics are based on all cases
with valid data.
Syntax
FREQUENCIES
VARIABLES=SEBELUM
SESUDAH
/NTILES=4
/STATISTICS=STDDEV MEAN
MEDIAN
/BARCHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.
ResourcesProcessor Time 00:00:01.73
Elapsed Time 00:00:01.63
[DataSet0]
Statistics
SEBELUM SESUDAH
NValid 42 42
Missing 0 0
Mean 1.6667 2.9286
Median 2.0000 3.0000
Std. Deviation .47712 .26066
Percentiles
25 1.0000 3.0000
50 2.0000 3.0000
75 2.0000 3.0000
54
![Page 55: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/55.jpg)
Frequency Table
SEBELUM
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
STRES BERAT 14 33.3 33.3 33.3
STRES SEDANG 28 66.7 66.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
SESUDAH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
STRES SEDANG 3 7.1 7.1 7.1
STRES RINGAN 39 92.9 92.9 100.0
Total 42 100.0 100.0
Bar Chart
55
![Page 56: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/56.jpg)
56
![Page 57: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/57.jpg)
57
![Page 58: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/58.jpg)
EXECUTE.
NPAR TESTS
/WILCOXON=SEBELUM WITH SESUDAH (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 20-JUL-2014 17:09:10
Comments
Input
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File
42
Missing Value Handling
Definition of MissingUser-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each test are based on all cases with valid data for the variable(s) used in that test.
Syntax
NPAR TESTS
/WILCOXON=SEBELUM WITH SESUDAH (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Resources
Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.02
Number of Cases Alloweda 112347
a. Based on availability of workspace memory.
Wilcoxon Signed Ranks Test
58
![Page 59: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/59.jpg)
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
SESUDAH – SEBELUM
Negative Ranks 42a 21.50 903.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 42
a. SESUDAH < SEBELUM
b. SESUDAH > SEBELUM
c. SESUDAH = SEBELUM
Test Statisticsa
SESUDAH - SEBELUM
Z -5.668b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
59
![Page 60: tugas zefania](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022081501/55cf92c0550346f57b9941d7/html5/thumbnails/60.jpg)
60