Tugas Ventilasi Yosia Dwiki Alwan
-
Upload
yosia-dwiki-alwan -
Category
Documents
-
view
240 -
download
0
description
Transcript of Tugas Ventilasi Yosia Dwiki Alwan
Nama : Yosia Dwiki Alwan
NIM : H1C112025
PENCEGAHAN SWABAKAR
Kebakaran spontan (swabakar) dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi
usaha pertambangan batubara bawah tanah. Berbagai bentuk kerugian yang mungkin timbul
diantaranya adalah luka-luka atau matinya para pekerja tambang, keracunan gas, atau bahkan
dapat menyebabkan hancurnya tambang itu secara total dan harus ditutup untuk selama-
lamanya. Disamping itu juga kebakaran itu dapat menambah emisi gas rumah kaca ke
atmosfeer bumi, sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu global dan hujan asam.
Untuk itu kejadian swabakar harus dicegah sedini mungkin. Seorang teknisi tambang
harus mengetahui berbagai hal yang terkait dengan masalah swabakar ini, yakni
perkembangan peristiwa swabakar, tanda-tanda swabakar, mendeteksi secara dini peristiwa
swabakar, kontrol jalan utama tambang, metoda penambangan, pemeliharaan jalan keluar
tambang, dan penutupan (sealing) pada areal bekas tambang.
1. Gejala dan Pendeteksian Secara Dini Swabakar
a. Gejala Terjadinya Swabakar
Memperhatikan tanda-tanda awal terjadinya swabakar adalah hal yang sangat penting
dilakukan dalam upaya pencegahan terjadinya swabakar. Tabel berikut ini memuat tanda-tanda
awal terjadinya swabakar tersebut secara berurutan.
Tanda-tanda Swabakar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Terjadi kenaikan suhu pada bagian terowongan
Terjadi tetesan air pada permukaan dinding dan pillar batubara
Terjadi kabut yang memenuhi lorong
Terciumnya bau pembusukan dan bau manis
Terbentuknya gas-gas CO, CO2, CH4, C2H4
Makin jelasnya bau minyak yang menyengat hidung dan tenggorokan
Makin jelasnya bau minyak hingga berubah menjadi bau ter
Timbul bau asap kebakaran kayu, jika bau kayu terbakar menandakan dekat api
Bau asap
Muncul nyala api (flame)
b. Pendeteksian dini
Untuk dapat mengetahui secara dini adanya peristiwa swabakar dapat dilakukan
berbagai pengukuran atau pengamatan, antara lain:
Pengukuran konsentrasi gas methan (CH4)
Pengukuran konsentrasi gas karbon monoksida (CO)
Pengukuran konsentrasi gas karbon dioksida (CO2)
Pengukuran temperatur
Pengukuran kelembaban udara (humidity)
Pemeriksaan adanya bau-bauan yang merupakan indikator swabakar
Melihat adanya asap putih atau nyala api.
2. Metode Penambangan
Pencegahan swabakar dapat juga dilakukan dengan melihat metoda penambangan
yang diterapkan.
a. Pilih metoda penambangan yang paling aman sesuai dengan kondisi lapisan batubara
untuk mencegah terjadinya kebocoran udara dari dan ke daerah yang sudah ditinggalkan,
agar proses oksidasi dapat dicegah sedini mungkin. Dalam hal ini system penambangan
mundur dinilai lebih aman disbanding system penambangan maju.
b. Kecepatan kerja penambangan pada mining front harus secepat mungkin
c. Menerapkan metoda penambangan panel. Pada saat penambangan telah dilakukan,
seluruh peralatan tambang harus segera dipindahkan ke jalur keluar tambang (mined out
area) dan melakukan penutupan pada daerah bekas tambang (sealing) dengan rapat.
d. Usahakan pemindahan batubara dari area penambangan tidak terdapat batubara yang
tersisa pada daerah jalan keluar tambang.
e. Untuk lapisan batubara tebal atau berlapis-lapis (multiple seams) sebaiknya dilakukan
penambangan sekaligus. Jika diperlukan penambangan dengan metode slicing (irisan),
lakukan pengirisan pada bagian atas (upper slicing) terlebih dahulu, selanjutnya lakukan
irisan pada bagian bawah lapisan (lower slicing).
Metode penambangan dengan sistem udara ventilasi
3. Tindakan Pencegahan Udara Bocor
Melakukan penyelidikan kondisi aktual lapangan (kondisi lorong, kondisi ventilasi dan
hasil pengukuran) terhadap lokasi yang diwaspadai. Kemudian, apabila diperlukan, melakukan
tindakan pencegahan udara bocor melalui injeksi dinding batu bara, back filling, penyemprotan
torkret, baik secara individu maupun kombinasi, yaitu dengan serbuk batuan, fly ash dan
semen.
4. Ventilasi
Prinsip dasar pencegahan swabakar yang dilihat dari segi ventilasi adalah mencegah
kebocoran udara ke lokasi yang tidak perlu, di mana dalam hal ini perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Pembentukan metode ventilasi aliran cabang independen berdasarkan zona
Pada metode ventilasi sistem diagonal, lebih mudah dilakukan pencegahan udara bocor
dan ventilasi aliran cabang independen berdasarkan zona, dari pada metode ventilasi sistem
terpusat. Metode ventilasi aliran cabang independen berdasarkan zona ini mempunyai
keuntungan sebagai berikut :
1). Dapat segera melakukan pemutusan ventilasi yang disesuaikan dengan kemajuan permuka
kerja ekstraksi.
2). Pada waktu terjadi swabakar, pengaturan ventilasi dapat dilakukan dengan mudah, untuk
tidak membiarkan udara buang dari lokasi bersangkutan mengalir masuk ke permuka kerja
lain, sehingga dapat melakukan tindakan dengan mudah karena tidak diselubungi oleh gas
berbahaya.
b. Usakan agar tidak terjadi tekanan ventilasi yang tinggi
Apabila ada penyempitan lorong atau memaksa melewatkan jumlah udara yang besar,
akan terjadi tekanan deferensial ventilasi yang tinggi, yang antara lain memacu terjadinya
kebocoran udara.
1). Tempat yang penampang lorongnya menyempit akibat tekanan batuan, segera diperlebar
atau udara ventilasi ditahan pada jumlah yang sesuai.
2). Apabila bermaksud menambah jumlah udara sebagai tindakan terhadap gas dan
temperatur, usahakan jangan berlebihan. Kalau perlu, pikirkan kemungkinan jalur ventilasi
yang lain.
3). Mengurangi frekuensi perubahan tekanan deferensial ventilasi. Bukan saja pada waktu
mengubah jumlah udara kipas angin utama atau melakukan perubahan besar terhadap
ventilasi, tetapi pada waktu melakukan perubahan kecil terhadap ventilasi juga, tekanan
deferensial ventilasi secara lokal dapat berubah, sehingga perlu perhatian yang cukup
mengenai kemana larinya udara bocor.
5. Penutupan (sealing)
Penutupan (sealing) dimaksudkan untuk menutup secara rapat daerah jalan keluar
tambang (mined out area) sehingga mencegah udara masuk atau juga untuk tujuan lainnya
yaitu untuk perlindungan terhadap jalan-jalan tambang dari peledakan atau pencegahan
kebcran udara secara permanent atau sementara.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam rangka pemilihan lokasi
penutupan lobang bekas tambang (sealing location) adalah:
a. Pilih lokasi yang mudah untuk penempatan ventilasi local
b. Pilih lokasi yang kecil kemungkinan kejadian kebocoran udara (cirinya: atapnya baik, tidak
ada rekahan, tekanan pada atap terowongan terkecil)
c. Pilih lokasi yang ada ruang (space) untuk penempatan penutup tambahan (additional seals)
d. Pilih lokasi yang memungkinkan dan mudah dalam lalu lintas membawa bahan-bahan
penutup dan memungkinkan pula pembuatan kisi-kisi ruang sekecil mungkin.
Pilar batu bara sisa setelah selesai penambangan, sebaiknya disekat (ditutup rapat), di
mana penyekatan dilakukan dengan mengalirkan material pengisi berupa fly ash dengan
patokan 2~4 bulan setelah selesai penambangan. Kemudian lorong yang tidak diperlukan juga
perlu disekat secara terencana, di mana rongga lama dan tambang bawah tanah lama di bagian
dalam penyekatan diisi dengan lumpur dari preparasi batu bara dan lain-lain.
Konstruksi Penyekatan
Lorong
Bekas
Penambangan
6. Tindakan Pencegahan Pada Lorong Di Dalam Lapisan Batu Bara
Untuk lokasi yang perlu diwaspadai, dilakukan penyelidikan kondisi aktual lapangan
(kondisi lorong, kondisi ventilasi dan hasil pengkuran), dan apabila diperlukan, dilaksanakan
injeksi dinding batu bara, back filling penyangga dan penyemprotan torkret mortar (adukan
semen), baik sendiri-sendiri maupun secara kombinasi, sebagai tindakan pencegahan udara
bocor, dengan kombinasi
serbuk batuan, fly ash, lumpur
(sludge) dari
preparasi batu bara
dan semen.
Injeksi Belakang Penyangga dan Dinding Batubara
PENANGGULANGAN BENCANA SWABAKAR BATUBARA
Apabila ternyata terjadi kebakaran di dalam tambang, maka sebelum menimbulkan efek
yang lebih luas, harus diambil langkah penanggulangannya secara terpadu. Oleh karena itu
kepala pengawas keselamatan kerja tambang bawah tanah senantiasa mempelajari cara
penanganan, melaksanakan pendidikan dan latihan bagi pihak yang berkepentingan, sehingga
dapat dipersiapkan sistem penanggulangan bencana yang dapat bekerja secara cepat dan
tepat.
A. Pelaporan Kejadian dan Reaksi Tahap Awal
Pelaporan terhadap terjadinya sumber api kebakaran merupakan bagian yang sangat
penting guna menginformasikan kejadian kebakaran di dalam tambang. Laporan sangat
diperlukan untuk mendapatkan informasi yang jelas sehingga dapat diproses dengan tepat.
Penemu sumber api di dalam tambang harus melaporkan kejadian kepada kepala pengawas
keselamatan kerja sesegera mungkin melalui alat komunikasi yang tersedia. Melaporkan
seluruh kejadian yang diamati kepada kepala pengawas keselamatan kerja dan menunggu
perintah untuk melakukan suatu tindakan penanggulangan terhadap bencana tersebut.
Bila menemukan sumber api atau panas di dalam tambang, walaupun sebagian dalam
keadaan menyala dan lokasinya belum begitu luas maka yang paling efektif adalah melakukan
pemadaman api langsung tanpa membuang waktu. Kadang kala timbulnya api kebakaran
disertai pula oleh adanya bahaya bencana sekunder seperti ledakan gas dan debu batubara,
sehingga mengakibatkan bencana secara beruntun meliputi wilayah yang lebih luas lagi.
Oleh karena itu, tindakan penanganan terhadap bencana tambang bawah tanah harus
dilaksanakan dengan sikap ekstra hati-hati dan mempersiapkan sistem evakuasi penyelamatan
diri melalui pembangunan sarana tempat pengungsian di dalam tambang yang dapat
menghindarkan diri dari bencana kebakaran tambang.
Beberapa tindakan yang perlu dipertimbangkan bagi pengawas keselamatan tambang
dalam rangka pengendalian terhadap bencana kebakaran tambang bawah tanah antara lain:
a. Lakukan tindakan tepat dan segera bila indikasi menunjukkan potensi yang dapat
memungkinkan terjadinya bencana kebakaran melalui tindakan pemadam api secara
langsung pada sumber nyala api untuk mencegah kebakaran yang lebih luas. Pemadaman
api pada tahap awal bila lokasi sumber nyala api bisa didekati ini dapat dilakukan secara
langsung tanpa membuang waktu bila situasi yang terjadi seperti berikut ini :
Nyala api tahap awal, dengan taraf baru mulai mengeluarkan asap.
Area swabakar relatif kecil dan sumber api dekat dengan lorong (jalur evakuasi
terjamin).
Gas mudah nyalanya sedikit, sehingga tidak ada bahaya ledakan.
Walaupun apinya membesar, tidak ada kekhawatiran menyebar ke zona lain.
Tidak ada bahaya lepas kontrol akibat ambrukan dan lain-lain pada saat menyingkirkan
sumber api.
Namun apabila lokasi sumber nyala api tidak bisa didekati misalnya di area bekas
penambangan (gob area), sehingga sulit untuk memadamkan api secara langsung maka
perlu diambil tindakan seperti berikut ini :
Menentukan zona peringatan dan memperhatikan tindakan terhadap bawah angin.
Menentukan posisi serta metode pengamatan dan pengukuran untuk mengetahui
kondisi dan perubahan secara rinci.
Menyiapkan material dan tenaga kerja dengan asumsi situasi memburuk.
Melakukan tindakan pencegahan udara bocor (membentang papan, penyekatan, injeksi
fly ash dan cement milk)
Mengambil tindakan pemutusan suplai udara dan pendinginan, melalui penyekatan,
injeksi air dan lain-lain.
b. Segera umumkan perintah pengosongan lokasi tambang, yakni pengungsian seluruh
pekerja tambang, kecuali petugas penyelamat atau penolong keadaan darurat.
c. Mempersiapkan jalur evakuasi ke tempat pengungsian sementara atau pembukaan pintu-
pintu jalur keluar tambang untuk penyelamatan pekerja, pengaliran air untuk penyiraman
atau tindakan penting lainnya.
B. Tindakan Pemadaman Api Kebakaran
Kebakaran yang terjadi dapat berkembang pada lokasi yang lebih luas, sehingga
sesegera mungkin dilakukan pemadaman api kebakaran untuk mencegah perambatan ke lokasi
yang lebih luas. Cara-cara untuk melakukan pemadaman api kebakaran di dalam tambang
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Metode pemadaman api langsung
Jika sumber api sudah menyebar luas, perlu diputuskan dengan hati-hati, sambil
mempertimbangkan kemungkinan terjadi bencana sekunder.
a. Penyingkiran sumber api
Menyingkirkan bagian penimbul panas untuk mencegah penyebaran, dan bersama itu
batu bara penimbul panas dan sekelilingnya didinginkan dengan air.
b. Penyiraman air
Merupakan cara yang paling pasti, pada waktu batu bara bertemperatur tinggi, dapat
terjadi uap air secara tidak normal, sehingga perlu melakukan komunikasi dengan
orang-orang di bawah angin (leeward).
c. Alat pemadam kebakaran
Pemadam kebakaran yang digunakan adalah alat pemadam kebakaran sistem mobile
untuk pemadaman api tahap awal, tetapi karena kemampuannya kecil, perlu disiapkan
jumlah yang memungkinkan pemakaian berturut-turut.
d. Pelingkupan dengan benda yang tidak terbakar
Ini adalah cara pemadaman api melalui pemutusan suplai udara dengan melingkupi
benda penimbul api, memakai serbuk tidak terbakar yang mudah diperoleh di
sekitarnya, seperti pasir, serbuk batuan dan fly ash.
e. Metode injeksi
Jika bagian penimbul panas berada jauh dan dalam, di tempat yang diduga merupakan
bagian penimbul panas ditancapkan pipa, kemudian dinjeksi dengan air.
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari segi keselamatan, dalam rangka pemadaman api.
Dibuat sedemikian rupa, agar dapat melakukan kegiatan pemadaman api tanpa
terselubung oleh gas berbahaya.
Gas mudah nyala dibuat menjadi sedikit, agar tidak ada bahaya pembakaran dan
ledakan.
Menjaga jalur evakuasi jangan sampai terputus pada waktu nyala api tiba-tiba
membesar.
Dijaga agar tidak ada bahaya ambruk dan lain-lain yang menyertai kegiatan
pemadaman api.
Perlu diketahui, bahwa api bisa juga menyerbu ke atas angin (windward)
2. Metode pemadaman api tidak langsung
Walaupun sudah jelas dapat diperkirakan sedang terjadi pembangkitan panas atau
nyala api, tetapi jika sulit untuk memadamkan api secara langsung, misalnya karena posisi
sumber api yang tidak jelas, atau sumber panas berada di dalam gob yang sangat luas,
atau ada bahaya ledakan gas karena nyala api yang kuat, maka dalam hal ini api
dipadamkan melalui penyekatan (sealing) zona tersebut, untuk memutuskan ventilasi,
sehingga suplai oksigen terhenti.
a. Pemadaman api dengan penyekatan (sealing)
Pada waktu melakukan pemadaman api dengan penyekatan di tambang batu
bara yang banyak gas mudah nyala, perlu menjalankan tindakan berikut ini.
Melaksanakan tindakan untuk melindungi para pekerja dari bahaya ledakan gas di
dalam.
Waktu yang dimiliki hingga tindakan pencegahan bahaya ini selesai dilakukan,
digunakan untuk menyingkirkan gas mudah nyala dan debu batu bara, serta
melaksanakan segala upaya agar tidak terjadi ledakan, namun dengan asumsi ada
sumber api.
Untuk melakukan pemutusan ventilasi melalui penyekatan permanen, diperlukan
waktu yang cukup lama sampai pekerjaan rampung. Oleh karena itu, untuk maksud
menghalangi suplai udara yang tidak terkontrol kepada sumber api selama waktu itu,
pertama-tama dilakukan penyekatan sementara.
Tentu saja, penyekatan sementara sebaiknya mempunyai kekedapan udara
yang tinggi. Namun, yang lebih penting lagi adalah merampungkan pekerjaan dengan
cepat. Beberapa metode penyekatan yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :
1) Pemasangan papan dan plastik
Merentang film plastik untuk mencegah udara bocor, dan celah-celahnya ditutup
dengan lempung atau mortar. Karena akan diikuti oleh penyekatan permanen,
sebaiknya dipasang sedekat mungkin ke sumber api.
2) Kantong udara
Kantong udara yang disimpan di tambang bawah tanah, diset pada posisi yang
direncanakan, kemudian dikembangkan dengan udara tekan untuk menutup seluruh
lorong, hingga dapat memutus ventilasi. Pemasangannya dapat dilakukan oleh
sedikit orang, tingkat terkena bahaya juga rendah, kekedapan udaranya juga tinggi
tergantung dari cara pencegahan kebocoran udara, dan ketahanan terhadap
tekanan juga lumayan, sehingga akhir-akhir ini digunakan secara luas dengan hasil
yang baik.
b. Pemadaman api dengan pembanjiran
Merupakan cara yang paling pasti untuk mengendalikan api yaitu apabila seluruh
sumber api pada saat kebakaran tambang bawah tanah dan swabakar dibanjiri air.
Pada waktu api tidak bisa dipadamkan dengan berbagai cara lain, pembanjiran
dilakukan sebagai cara darurat.
Apabila sumber api berada di lokasi terendah pada zona tersebut, jumlah air
yang diperlukan juga sedikit, waktu yang diperlukan juga singkat dan kerugian yang
ditimbulkan juga sedikit, namun kebanyakan sumber api meliputi daerah yang luas.
Sehingga kerusakan lokasi pembanjiran menjadi besar, di mana pemulihannya sangat
sulit dan memerlukan biaya yang amat besar, bahkan dalam keadaan yang paling parah
adakalanya tambang terpaksa ditutup.
Oleh karena itu, apabila menemukan sumber nyala api, yang penting adalah
mencurahkan segala kemampuan pada penanganan dini, yaitu berusaha melakukan
pemadaman api langsung dan pemadaman api dengan penyekatan.