Tugas Uk IV Evolusi

20
TUGAS UK IV MATA KULIAH EVOLUSI Disusun oleh: Nama : Winarni NIM : K4312074 Kelas : B PRODI BIOLOGI JURUSAN P. MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

description

EVOLUSI

Transcript of Tugas Uk IV Evolusi

TUGAS UK IVMATA KULIAH EVOLUSI

Disusun oleh:Nama: WinarniNIM: K4312074Kelas: B

PRODI BIOLOGI JURUSAN P. MIPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTAJANUARI 2015

SOAL1. Buatlah konsep tentang fosil manusia purba dan fosilisasi?2. Bagaimana memadukan agama dan evolusi dalam terciptanya keanekaragaman melalui proses evolusi? 3. Berikan bukti bahwa manusia berkerabat dekat (punya kesamaan relatif besar dengan Aprimata khususnya sinpanse?

Jawaban:1. Konsep tentang fosil manusia purba dan fosilisasiA. Konsep tentang Fosil Manusia PurbaKonsep mengenai manusia purba, hingga detik ini pun masih belum adanya suatu kejelasan yang pasti. Para ahli sejarah memiliki pandangan atau teorinya masing-masing, yang menunjukkan bahwa masih banyaknya pendapat seputar evolusi manusia. Bukan suatu hal yang penting untuk memperdebatkan teori manakah yang sebenarnya paling benar. Karena setiap ahli berhak beropini mengenai topik bahasan dan karena masih belum adanya sumber data yang mencukupi untuk dapat menggambarkan proses evolusi secara biologis.Tahapan mengenai evolusi manusia purba dapat disusun berdasarkan penemuan fosil manusia. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses evolusi manusia purba melalui beberapa tahapan. Dan inilah tahapan-tahapan evolusi manusia purba tersebut secara umum :Tahapan pertama ialah jenisAustralophitecus. Penemuan jenis manisia purba tersebut ditandai dengan adanya penemuan fosil tertua di daerah Afrika Selatan pada tahun 1925. Ditemukan oleh seorang ahli bernama Raymond Dart. Fosil ini ditemukan pada endapan pliosen dan diperkirakan usianya telah mencapai 3 juta tahun yang lalu. Disebut sebagaiAustralophitecus Africanusatau kera selatan dari Afrika. Pada fosil ini dapat juga diketahui cirri-ciri fisik dariAustralophitecus, diantaranya memiliki otak sebesar 500cc, tinggi tubuh 125 cm, dan beratnya 25 kg (Soejono, 1984:8-9). Dan tampaknya jenis Australophitecus ini berevolusi menjadiPithecanthropusatau disebut pulaHomo Erectus.Tahapan yang kedua dari evolusi selanjutnya ialah jenisPithecanthropus. Ditandai dengan adanya penemuan fosil oleh Eugene Dubois di daerah Trinil, Ngawi, Jawa Timur. Masih dengan cirri yang sama, ditemukan juga jenisPithecanthropusdi Choukoutien, Cina, dengan namaPithecanthropus Pekinensis. Jenis ini diperkirakan hidup pada plestosen tengah sampai plestosen akhir.Pithecanthropusini setingkat lebih maju dari jenis sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dari ukuran volume otaknya yaitu sekitar 750-1300 cc, tinggi tubuhnya, dan bentuk gigi.Masa berganti dan diperkirakanPithecanthropuspunah, berevolusi menjadi jenisHomo. JenisHomosendiri diketahui telah berevolusi menjadi dua tahapan. Yaitu Homo neanderthalensis dan Homo Sapiens.TahapanHomo neanderthalensisbermula dari penemuan fosil pada tahun 1856 di lembah Neander, Jerman oleh Dusseldorf. Selain di Jerman penemuan fosil sejenis juga ditemukan di daerah Eropa Tengah, Palestina, Eropa Barat, dan Rusia. Mempunyai cirri-ciri dahi miring, muka menonjol, volume otak 1600 cc (Howell, 1980).Kemudian menginjak pada tahapan berikutnya yaituHomo Sapiens.Homo Sapiensberawal dari penemuan fosil pada tahun 1968 di gua Cro-Magnon. Dikenal denganHomoSapiens cro-magnon. Volume otaknya 1660 cc, dahinya bagus, bentuk muka yang sangat lebar dan pendek, dan bentuk dagu yang menonjol ke depan (Howell, 1980).Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya evolusi manusia purba ada beberapa tahap, diantaranya tahap pertama ditandai dengan munculnya fosilAustralopithecus. Kemudian tahap selanjutnya adalah jenisPithecanthropus. Disangka jenis ini punah, dan berevolusi menjadiHomo neanderthalensisdanHomo Sapiens.Evolusi Manusia Purba di Indonesia (Jawa)Penemuan demi penemuan fosil-fosil manusia di Indonesia menunjukkan bahwa dahulunya pernah berlangsung suatu kehidupan manusia purba. Di Indonesia kajian mengenai evolusi manusia purba dipelajari dalam studi paleoanthropology. Pada studi tersebut akan diketahui data-data fisik manusia purba yang hampir lengkap mulai dari bentuk yang masih sederhana hingga wujud yang sudah mumpuni untuk dapat diteliti.Secara kronologis, temuan fosil pertama kali di Indonesia ditemukan oleh Van Rietschoten pada tahun 1889 berupa tengkorak manusiaHomo Wajakensisdi Wajak, Tulungagung. Setelah itu disusul oleh penemuan atap tengkorak Pithecanthropus di Trinil, Ngawi, oleh Eugene Dubois pada tahun 1890. Kemudian penelitian selanjutnya banyak ditemukan manusia fosil diantaranya : Tahun 1931-1933, penemuan tengkorak dan tulang keringPithecanthropusSoloensis, di Ngandong. Tahun 1936, penemuan fosil tengkorak anakPithecanthropus Mojokertensis, di Perning, Mojokerto. Tahun 1936-1941, penemuan fosil rahang, gigi, dan tengkorakMeganthropusPaleojavanicus.Karena ada perang dunia II maka pencarian fosil sempat berhenti, dan mulai tahun 1952 penelitian berlanjut sampai sekarang. Hasilnya, ditemukan bagian-bagian tubuhPithecanthropusyang sebelumnya belum ditemukan. Seperti; tulang-tulang muka, dasar tengkorak, dan tulang pinggul.Sebagian besar manusia fosil yang ditemukan di Indonesia hanya berada di Jawa. Oleh sebab itu untuk membahas evolusi manusia purba di Indonesia diartikan sebagai studi evolusi manusia purba di Jawa. Bermula dari penemuan fosilMeganthropus Paleojavanicusdi Jawa, merupakan awal dari evolusi manusia purba di Jawa. Fosil ini ditemukan pada plestosen bawah dan diperkirakan merupakan makhluk paling primitif. Karena terbatasnya sumber yang ada mengenai jenis tersebut, sukar diketahui bagaimanakah sebenarnya kedudukanMeganthropuspada evolusi manusia purba. Sebagian ahli mengatakan bahwaMeganthropusmerupakan golonganPithecanthropusatauHomo. Bahkam Weidenreich mengatakan bahwaPithecanthropusadalah evolusi dariMeganthropus(Sartono, 1983:1935). Ada pula yang mengatakan jenis ini termasuk spesiesHomo habilis,Homo paleojavanicus,Homo erectusatauHomo Sapiens erectus.Dari penelitian perbandingan dengan fosil dari Afrika dan Eropa,Meganthropusyang hidup pada plestosen bawah dianggap sebagai pendahuluPithecanthropusditemukan kala plestosen tengah.Meganthropusini mempunyai muka yang masif dengan tulang pipi tebal, tonjolan belakang kepala tajam, dan tonjolan kening mencolok. Pada rahang bawahnya mempunyai batang yang sangat tegap dan geraham yang besar-besar. Otot kunyahnya kukuh dan tidak memiliki dagu (Soejono, 1984:67)Fosil selanjutnya ialahPithecanthropus. Jenis fosil inilah yang paling banyak ditemukan di Jawa. Sisa-sisa fosilPithecanthropusbanyak ditemukan di daerah Perning, Kedungbrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan sekitar Ngandong. Ciri-ciri umumnya, memiliki tinggi badan sekitar antara 165-180 cm dengan tubuh yang tegap. Volume otak berkisar antara 750-1300 cc, mempunyai geraham besar, rahang kuat, dan tonjolan tebal pada keningnya. Wajah masih menonjol ke depan, dahinya miring ke belakang. Dan belum menyamai seperti bentuk manusia yang sekarang.Pithecanthropus mojokertensisatauPithecanthropus robustusadalah manusia Pithecanthropus paling tua. Namun Pithecanthropus erectus lah yang merupakan jenis paling banyak ditemukan selama ini. Fosil dari jenis tersebut adalah temuan yang selama ini paling penting dan terkenal, di derah Trinil pada tahun 1891. Seorang ahli yang bernama Dubois, memandangPithecanthropussebagaimising link, yaitu manusia perantara yang menghubungkan antara kera dan evolusi manusia (Howell, 1980; Sartono, 1983).Dari beberapa jenisPithecanthropus, jenis yang hidup sampai pada plestosen atas adalahPithecanthropus soloensis.Pithecanthropus soloensislebih banyak memiliki persamaan dengan jenisPithecanthropusdari Choukoutien yaituPithecanthropus pekinensis. Dari fosil yang ditemukan,Pithecanthropus soloensisini memiliki beberapa ciri-ciri, diantaranya mempunyai volume otak antara 1000-1300 cc. Adanya perkembangan dari tingkat volume otak tersebut menunjukkan adanya kemajuan pula dalam bidang kehidupan. ManusiaPithecanthropussudah mulai mengenal adanya komunikasi antar sesamanya, walupun terbatas. Selain itu, adanya pembagian kerja pada kedua jenis kelamin juga menunjukkan telah adanya kerjasama di antara mereka. Diperkirakan tiap kelompok manusia ini terdiri dari 20-50 orang.Dan yang terkhir hidup dari plestosen atas adalahgenus Homo. Di Indonesia jenis ini diwakili oleh penemuan fosilHomo Wajakensis, ditemukan di daerah Wajak, dan penemuan beberapa tulang paha dari Trinil serta tulang tengkorak di Sangiran. Isi tengkoraknya bervariasi antara 1000-2000 cc. Memiliki tinggi badan yang lebih besar, antara 130-210 cm dan berat badan 30-150 kg (Soejono, 1984:81).Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa evolusi manusia purba di Indonesia khususnya di Jawa memiliki beberapa tahap. Berawal dari jenisMeganthropus paleojavanicusdanPithecanthropus mojokertensis(plestosen bawah),Pithecanthropus erectusdanPithecanthropus soloensis(plestosen tengah-atas), sertaHomo wajakensis(plestosen atas-holosen bawah).B. Konsep FosilisasiProses pembentukan fosil disebutfossilisasi. Fossilisasi dapat terjadi melalui beberapa proses yaitu:a) penggantian(replacement), penggantian mineral pada bagian yang keras dari organisme seperti cangkang. Misalnya cangkang suatu organisme yang semula terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) digantikan oleh silica.b) petrifaction, bagian lunak dari batang tumbuhan diganti oleh presipitasi mineral yang terlarut dalam air sedimen.c) karbonisasi, daun atau material tumbuhan yang jatuh ke dalam lumpur rawa, terhindar dari oksidasi. Dan pada saat diagenesa, material itu diubah menjadi cetakan karbon dengan tidak mengubah bentuk asalnya.d) pencetakan, pada saat diagenesa, sisa binatang atau tumbuhan terlarut, sehingga terjadilah rongga, seperti cetakan (mold) yang bentuk dan besarnya sesuai atau sama dengan benda salinya. Apabila rongga ini terisi oleh mineral maka terbentuklah hasil cetakan (cast) binatang atau tumbuhan tersebut.Sumber: Sapiie, Benyamin. anonim. Geologi Fisik. Bandung: ITB.Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain: Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras Mengalami pengawetan Terbebas dari bakteri pembusuk Terjadi secara alamiah Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.Kendala pemfosilan yaitu saat organism mati (bangkai) dimakan oleh organism lain atau terjadi pembusukan oleh bakteri pengurai.Suatu contoh tempat yang mendukung terjadinya proses fosilisasi adalah delta sungai, dasar danau, atau danau tapal kuda (oxbow lake) yang terjadi dari putusnya suatu meander. Bahan -bahan yang berperan dalam fosilisasi, diantaranya :1. Pertrifaksi, berubah menjadi batu oleh adanya bahan-bahan : silika, kalsiumkarbonat, FeO, MnO dan FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan yang telah mati sehingga menjadi keras/membatu menjadi fosil.2. Proses Destilasi, tumbuhan atau bahan organik lainnya yang telah mati dengan cepat tertutup oleh lapisan tanah.3. Proses Kompresi, tumbuhan tertimbun dalam lapisan tanah, maka air dan gas yang terkandung dalam bahan organic dari tumbuhan itu tertekan keluar oleh beratnya lapisan tanah yang menimbunnya. Akibatnya, karbon dari tumbuhan itu tertinggal dan lama kelamaan akan menjadi batubara, lignit dan bahan bakar lainnya.4. Impresi, tanda fosil yang terdapat di dalam lapisan tanah sedangkan fosilnya sendiri hilang.5. Bekas gigi, kadang-kadang fosil tulang menunjukan bekas gigitan hewan carnivore atau hewan pengerat.6. Koprolit, bekas kotoran hewan yang menjadi fosil.7. Gastrolit, batu yang halus permukaannya ditemukan di dalam badan hewan yang telah menjadi fosil.8. Liang di dalam tanah, dapat terisi oleh batuan dan berubah sebagai fosil, merupakan cetakan9. Pembentukan Kerak, hewan dan tumbuhan terbungkus oleh kalsiumkarbonat yang berasal dari travertine ataupun talaktit.10. Pemfosilan di dalam Tuff, pemfosilan ini jarang terjadi kecuali di daerah yang berudara kering sehingga bakteri pembusuk tidak dapat terjadi.11. Pemfosilan dengan cara pembekuan, hewan yang mati tertutup serta terlindung lapisan es dapat membeku dengan segera. Oleh karena dinginnya es maka tidak ada bakteri pembusuk yang hidup dalam bangkai tersebut.

2. Cara memadukan agama dan evolusi dalam terciptanya keanekaragaman melalui proses evolusiPada kenyataannya memang tidak bisa memadukan agama dengan evolusi. Terdapat perbedaan cara pikir agama dengan evolusi tentang terciptanya keanekaragaman. Agama memang mengajarkan untuk menjalani agama dengan penuh keyakinan. Sedangkan sebaliknya teori evolusi tentang penciptaan keanekaragaman justru menjadi acuan untuk terus maju, mencari dan memecahkan rahasia alam. Teori evolusi tentang penciptaan merupkan salah satu bagian dari sains, seharusnya memang dapat diuji dan diargumentasi oleh semua orang tanpa memandang apapun keyakinannya. Belajar teori evolusi adalah juga belajar untuk memahami hakekat kehidupan manusia, dengan segala kekurangan dan keterbatasannya. Dengan belajar mengenai evolusi, kita belajar untuk rendah hati. Oleh karena itu, pembelajaran seyogyanya ditujukan untuk peningkatan harkat kehidupan manusia sebagai penghuni alam semesta ini. Dan hal ini telah secara eksplisit dikemukakan dalam semua kitab suci agama, tanpa perlu diperdebatkan atau dikait-kaitkan dengan kaedah sains. Adanya perkembangan teori evolusi dalam sains sebenarnya dapat mempertebal keyakinan dan keimanan. Namun demikian iman juga dapat digoyahkan oleh sains seaindainya dicampuradukkan dengan pemahaman agama. Pengkaitan fenomena alam dengan ayat-ayat suci secara serampangan bisa jadi malah akan memberikan pemahaman yang salah. Bagi para agamawan yang kurang memahami perkembangan teori evolusi dalam sains, tindakan ini akan menyesatkan. Sebaliknya, mengkaitkan perkembangan teori evolusi sains dengan agama oleh mereka yang tidak atau kurang dibekali agama, bisa membuat kesimpulan yang diambil menjadi konyol. Selain para ilmuwan perlu mempelajari dan mendalami agama, para agamawan seharusnya juga mempelajari ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian tidak terjadi benturan yang terlalu besar, atau jarak yang terlalu lebar, yang memisahkan kedua prinsip dan sudut pandang antara evolusi dan agama.Seperti yang dikatakan Albert Einstein ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta. Dengan kata lain, perkembangan teori evolusi dalam sains harus menerangi agama dan agama harus menerangi perkembangan teori evolusi. Artinya bahwa agama dan teori evolusi harus saling menopang sehingga timbul kesejajaran (saling mengikat) di antara keduanya. Karena kesejajaran hipotesis mengupayakan keberhasilan dialog, perlu diperhatikan apa yang dihindarinya. Pertama, kesejajaran hipotetis bukanlah usaha teori evolusi ataupun agama untuk saling membuktikan atau menolak klaim masing-masing. Kedua, kesejajaran hipotesis tidak mengharuskan evolusi atau agama melepaskan integritas intelektual mereka. Ketiga, kesejajaran hipotesis menghindari kesombongan dengan menganggap bahwa evolusi atau agama memegang kunci kebenaran. Keempat, kesejajaran hipotesis menjaga hubungan antara teori evolusi dalam sains dan agama agar tidak beralih menjadi perang yang berkobar. Walaupun sains dan agama, dari waktu ke waktu mungkin membuat klaim eksklusif satu terhadap yang lain tentang penciptaan keanekaragaman , klaim tersebut tidak perlu mengakibatkan putusnya percakapan. Akhirnya, perlu dicatat bahwa kesejajaran hipotesis tidak menjauhkan diri dari konflik. Evolusi dan agama pasti memiliki titik-titik pertentangan. Namun demikian, kesejajaran hipotesis memperlakukan konflik sebagai cara untuk memupuk hubungan yang lebih bermanfaat. Apabila agama dan evolusi saling menghargai, maka konflik dapat membawa pada wawasan yang baru bagi antar-umat beragama di Indonesia sehingga tercipta kerukunan.

3. Bukti bahwa manusia berkerabat dekat (punya kesamaan relatif besar dengan primata khususnya sinpanse) adalah: Bukti-bukti penelitian genetika mengenai variasi DNA dalam inti sel dan mitokondria manusia modern, ternyata lebih mendukung teoriout of Africa. Hasil penelitian terbaru dari para ilmuwan menunjukkan bahwa semua manusia memiliki DNA yang nampak identik. Begitu identiknya sehingga perbedaan genetis pada sekelompok simpanse bahkan bisa jadi lebih besar daripada perbedaan genetis pada enam milyar manusia yang hidup saat ini. Padahal dalam teori disebutkan bahwa manusia berpisah dengan simpanse dalam satu garis keturunan sekitar 5 hingga 6 juta tahun lalu. Artinya, manusia seharusnya memiliki cukup banyak waktu untuk mengembangkan gen-gen yang berbeda seperti halnya simpanse. Rantai pada hemoglobin manusia dan simpanse adalah serupa, tingkat perbedaan asam amino hemoglobin pada manusia dan babi adalah sebesar 13%, bila dibandingkan dengan ayam perbedaannya sebesar 25%, dan bila dibandingkan dengan ikan perbedaannya sebesar 50%. Urutan asam amino sitrokom C manusia, identik dengan urutan asam amino sitokom C kerabat dekat kita simpanse, tetapi berbeda dari urutan asam amino citokrom C anjing (kerabat jauh). Sebanyak 13 asam amino, dengan ular berbisa (kerabat yang lebih jauh) sebanyak 20 asam amino, dan dengan kerabat yang lebih jauh lagi, ikan tuna, sebanyak 31 asam amino. Perbedaan ini konsisten dengan bukti-bukti dari anatomi perbandingan dan catatan fosil.. Berdasarakan ciri morfologi dan fisologInya, persamaan sifat antara manusia dan primate adalah:1. Memiliki kelenjar susu2. Memiliki mata yang sama-sama menghadap ke depan3. Pengelihatan tiga dimensi4. Memiliki kuku5. Memiliki rahim(simpleks)6. Vertebrata7. Memiliki lima jari (pentadactyly) Perbandingan kromosom 2 pada kera. Kerabat terdekat manusia,bonobo, memiliki urutan DNA yang hampir sama dengan kromosom 2 manusia, namun ditemukan terpisah sebagai dua kromosom terpisah. Hal yang sama juga dapat terlihat padagoriladanorang utan.. Keberadaansentromerverstigial. Normalnya, kromosom hanya memiliki satu sentromer, namun pada kromosom 2, terpantau sisa-sisa sentromer kedua. Keberadaantelomervestigial. Biasanya, telomer akan ditemukan pada kedua ujung kromosom, namun pada kromosom 2, terpantau urutan telomer tambahan pada pertengahan kromosom. Oleh karena itu, kromosom 2 merupakan bukti kuat yang mendukung keberadaannenek moyang bersamamanusia dengankera-kera lainnya. Menurut peneliti J. W. IJdo, "Kami menyimpulkan bahwa lokus yang terkloning pada kosmid c8.1 dan c29B merupakan sisa relik fusi telomer dengan telomer dan menandai titik di mana dua kromosom kera leluhur bergabung menjadi kromosom 2 manusia."