Tugas Uas Ict

38
TUGAS UAS MATA KULIAH ICT OLEH LENNY APRINA 1008056006 JURUSAN MAGISTER BAHASA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PROF.DR. HAMKA 2012

description

tuga uas

Transcript of Tugas Uas Ict

Page 1: Tugas Uas Ict

TUGAS UASMATA KULIAH ICT

OLEH

LENNY APRINA

1008056006

JURUSAN MAGISTER BAHASA INDONESIAPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PROF.DR. HAMKA2012

Page 2: Tugas Uas Ict

1. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran kemampuan berbahasa, kemampuan berbicara sering

terabaikan karena yang ditekankan dan mendapat perhatian lebih ialah

kemampuan menulis, padahal tujuan utama pembelajaran bahasa ialah untuk

berkomunikasi. Bukan hanya tulisan tetapi juga lisan. Oleh karena itu, diperlukan

keseriusan dalam hal ini. Diperlukan strategi dan metode yang tepat agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Pada kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMA/MA, salah

satu standar kompetensi berbicara pada kelas XI yaitu pidato, merupakan

kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa. Kompetensi dasar yang harus

dimiliki setelah proses pembelajaran adalah siswa mampu berpidato tanpa teks

dengan menggunakan pelafalan, intonasi, nada, dan sikap yang tepat.

Dalam penerapannya, pembelajaran berpidato pada tingkat SMA ternyata

belum memberikan hasil memuaskan. Siswa cenderung menjadi pribadi yang sulit

berbicara di depan umum. Hal utama yang menjadi penyebab biasanya adalah

faktor keragu-raguan atau keberanian dari siswa. Siswa khawatir berkata salah

ketika berpidato. Bahan pembicaraan yang sudah dipersiapkan menjadi hilang

ketika berada di depan orang banyak untuk berpidato. Dari sekian banyak siswa

tentunya ada beberapa siswa yang mampu tampil dengan berani dan percaya diri.

Hal ini disebabkan adanya pembiasaan yang dilakukan karena siswa tersebut

mempunyai pengalaman dalam berorganisasi yang menuntut mereka untuk sering

berinteraksi dengan banyak orang. Keberanian dan percaya diri memang

merupakan modal utama dalam berpidato, namun tidak cukup hanya kedua itu

Page 3: Tugas Uas Ict

saja. Dalam berpidato, siswa dituntut mampu memilih kata dan menyusun kalimat

dengan baik serta memahami faktor-faktor lain seperti pelafalan yang baik,

intonasi, dan dikap yang tepat.

Metode yang paling sering digunakan guru dalam pembelajaran berpidato

adalah guru menjelaskan faktor-faktor yang dinilai dalam berpidato kemudian

siswa diminta untuk berpidato. Setelah itu, performa siswa tersebut dievaluasi

secara bersama-sama. Metode ini memang baik untuk memberikan tentang faktor-

faktor yang harus diperhatikan dalam berpidato, namun dalam hal praktik

tentunya siswa menampilkan hanya sebatas pengetahuannya saja, kecuali bila

siswa memiliki pengalaman lomba berpidato atau memiliki jabatan ketua pada

suatu organisasi yang sering diminta untuk berpidato. Bagi siswa yang belum

memiliki pengalaman yang cukup mengenai pidato, maska sangatlah perlu siswa

tersebut melihat sebuah contoh dalam berpidato. Dalam hal inilah seorang guru

harus memberikan sebuah model yang dapat dipelajari oleh siswa. Model itu

dapat dilakukan oleh guru atau pun selain guru.

Seperti pendapat Albert Bandura dalam teori sosial learning yang

menyatakan bahwa proses belajar dimulai dari meniru, maka dalam belajar

berpidato alangkah baiknya bila siswa mencontoh pemidato yang baik. Dengan

contoh ini siswa akan mendapatkan gambaran mengenai cara berpidato yang baik.

Contoh ini dapat dijadikan model dalam pembelajaran berpidato.

Media merupakan alat komunikasi dalam pendidikan. Media pendidikan

menjadi alat bantu untuk menyampaikan pesan yang diberikan guru kepada siswa.

Penggunaan media tidaklah asal saja tetapi harus dengan pertimbangan bahwa

Page 4: Tugas Uas Ict

penggunaan media tersebut sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Jangan

sampai media yang telah dipersiapkan tidak sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan.

Dengan bantuan media, proses dan hasil pembelajaran diharapkan menjadi

lebih baik jika dibandingkan tanpa menggunakan media. media tidak terbatas

hanya pada alat saja secara luas media bisa termasuk manusia, benda, ataupun

peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan

keterampilan. Menurut Syaiful Bahri dan Azwan Zain (2006 : 122-123), sumber

belajat adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan

pengajaran terhadap atau asal untuk belajar seseorang. Media inilah yang dapat

membantu memperkaya wawasan siswa dalam belajar.

Dalam proses pembelajaran, model merupakan media yang dapat dijadikan

sumber untuk belajar. Model ini dapat dicontoh dan dikembangkan oleh siswa.

Oleh karena itu, media bisa pula guru atau model yang diberikan di luar pihak

guru, seperti model dalam berpidato yang telah disebutkan sebelumnya.

Mengenai model mana yang harus dipilih kita harus melihat kwalitas model

itu sendiri. Sesuatu yang akan dijadikan model diusahakanlah yang terbaik karena

akan dicontoh dan mungkin akan dikembangkan oleh siswa setelah mengamati

model tersebut. Dalam model untuk berpidato beberapa hal pokok yang wajib

menjadi kriteria, yaitu kemampuan linguistik, kemampuan mempersuasi, dan

kemampuan memotivasi. Ketiga hal tersebut terangkum dalam ilmu retorika.

Motivator merupakan salah satu profesi yang menggunakan ilmu retorika.

Kemampuan retorika sangat berguna dan membantu untuk menunjang profesi ini.

Page 5: Tugas Uas Ict

Tugas utama sebagai motivator ialah mampu mempersuasi para pendengar agar

termotivasi untuk melakukan saran-saran yang diberikan olehnya. Layaknya

seorang orator dalam sebuah kampanye, seorang motivator harus tampil dengan

percaya diri dan mampu meyakinkan pendengarnya dengan sikap dan kata-kata

yang diungkapkannya. Dengan kriteria ini seorang motivator merupakan model

yang layak untuk pembelajaran berpidato karena dengan predikatnya sebagai

seorang motivator tentunya ia harus memiliki kriteria-kriteria tersebut.

Pemodelan retorika motivator ini berlaku sebagai mrdia pada saat

pembelajaran berpidato. Pemberian model yang baik akan mempermudah siswa

dalam belajar. Dengan media, pemodelan retorika motivator ini diharapkan

memberikan wawasan yang lebih baik kepada siswa untuk berpidato serta siswa

dapat mengembangkan kemampuan dalam berpidato sehingga dapat meyakinkan

pendengarnya.

2. Perumusan Masalah

Apakah media pemodelan retorika motivator dapat meningkatkan

kemampuan berpidato di kelas XI SMAN 15 Jakarta?

3. Hakikat Kemampuan Berpidato

Berbicara merupakan cara yang efektif untuk berkomunikasi satu dengan

yag lainnya. Setiap pribadi tentunya memiliki kemampuan berbicara yang

berbeda. Menurut Maidar G. Arsyad dan Mukti U.S. (1991: 17), kemampuan

berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bun yi-bunyi artikulasi atau

Page 6: Tugas Uas Ict

mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan

pikiran, gagasan, dan perasaan. Pidato merupakan salah satu dari keterampilan

berbicara. Pidato menjadi pilihan untuk pembukaan suatu acara yang biasanya

dibawakan oleh tokoh masyarakat setempat. Penggunaan pidato tidak hanya pada

situasi resmi saja. Dalam situasi semi formal pun pidato dapat dilakukan karena

pidato tidak selalu berada pada podium. Secara umum, pidato didefinisikan

sebagai keterampilan berbicara di depan umum. Menurut Evendhy M. Siregar

(1995:32) pidato dapat diartikan sebagai berikut: pidato merupakan suatu proses

komunikasi atau interaksi antara si pembicara dengan pendengarnya (komunikan).

Pendapat lain yaitu http://organisasi.org/pengertian pidto-tujuan-sifat-metode-

susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan. diunduh tanggal 7 Januari 2012

myenyatakan bahwa pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk

disampaikan kepada orang banyak. Orasi menjadi kegiatan yang memanfaatkan

pidato dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuan. Menurut Maidar G. Arsyad

dan Mukti U.S., (1991: 53) pidato merupakan penyampaian dan penanaman

pikiran, informasi, atau gagasan dari pembicara kepada khalayak ramai.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

berpidato adalah kemampuan berbicara di depan umum sebagai proses

komunikasi yang dilakukan oleh pembicara dengan ucapan yang tersusun baik

untuk menyampaikan gambaran tentang suatu pikiran, perasaan, informasi, atau

gagasan kepada pendengar atau khalayak umum.

Maidar G. Arsyad dan Mukti U.S., (1991: 66). Ada empat metode

berpidato yaitu:

Page 7: Tugas Uas Ict

1. Metode impromptu, yaitu pidato yang dilakukan dengan serta mertatanpa ada persiapan sama sekali.

2. Metode menghafal, yaitu pidato yang dilakukan dengan caramenghafal teks pidato yang telah dibuat sebelumnya.

3. Metode naskah, yaitu pidato dengan cara membaca naskah.4. Metode ekstemporan, yaitu pidato dengan persiapan catatan-catatan

urut-urutan topik pembicaraan.

Saat berbicara di depan umun diperlukan pula pengetahuan mengenai tata

krama dalam berpidato. Seorang pemidatso yang baik akan memperhatikan

bagaimana ia berpenampilan. Pemidato perlu berhati-hati dalam memilih kata-

kata yang akan dikeluarkan. Tidak boleh menunjukkan sikap yang angkuh, namun

tetap rendash hasti. Penggunaan sedikit humor dspat membantu memecahkan

kebekuan para pendengar. Dalam berpidato sikap pemidato tidak boleh kaku,

harus rileks tetapi tetap fokus pada isi dari pidato. Pemilihan kata-kata sederhana

dan mudah dimengerti dapat memperlancar komunikasi yang sedang dibentuk

dalam pidato.

Sebagai seorang pembicara yang baik dalam berpidato, maka orang

tersebut haruslah menyiapkan dirinya agar mampu menyampaikan pidato dengan

baik. Pidatonya diharapkan dapat mempengaruhi para pendengar karena dianggap

berbobot. Selain banyak memiliki pengetahuan dan pengalaman seorang

pembicara juga dituntut untuk meyakinkan para pendengar atas apa yang

disampaikan dalam pidato.

Mengenai faktor kepribadian, Hendrikus (1995:14) menyatakan bahwa:

Seorang pembicara hendaknya memiliki dasar pendidikan yang cukup danpenetahuan umum yang luas. Ia memiliki rasa percaya diri dan kepastiansehingga mampu memancarkan kepastian. Cara dan bentuk pergaulannyasesuai dengan tingkat orang-orang yang dihadapinya. Ia menyesuaikancara berpenampilan dengan tempat dan tingkat serta karakter pertemuan.Dalam penampilan ia senantiasa memperhatikan keapikkan dan

Page 8: Tugas Uas Ict

kebersihan. Ia jujur dan ikhlas dalam tutur kata dan tingkah laku. Iabersemangat dan mampu bersemangat. Dalam pembicaraan ia memilikiartikulasi yang jelas. Bahasanya memiliki daya meyakinkan, karenamerumuskan ungkapan yang tepat dan dialektis. Apabila memilikispesialisasi, maka ia harus mampu menunjukkan kompetensi danpengetahuan fak yang memadai.

Sebagai pembicara yang baik hendaknya memiliki kriteria di atas. Hal ini

disebabkan pertama para pendengar memerlukan kesan pertama yang baik dan

menyenangkan. Kedua, para pendengar akan merasa malas mendengar bila

pembicara terkesan hanya banyak bicara yang tidak konkret dan tidak jelas.

Ketiga, para pendengar akan cepat bosan bila pembicara terkesan monoton baik

dalam kata-kata, topik pembicaraan, maupun gagasan yang disampaikan.

Tentang sistematika dalam berpidato, Cicer dalam Hendrikus (1995:63)

memberikan tiga bagian berpidato, yaitu:

1. Pendahuluan, berupa ucapan salam, pembukaanm titik tolak, danpenghantar ke dalam tema yang akan dibicarakan. Penghantar dapatberupa tujuan dari pidato akan membicarakan hal apa.

2. Isi pidato atau bahan utama, berupa penjelasan apa yang maudisampaikan, anjuran-anjuran, dan argumentasi serta pembuktian.

3. Penutup, berupa rangkuman, permintaan/permohonan, tindakankonkret yang harus dijalankan, dan harapan.

Selain itu, Evendhy (1995:55) pun menyebutkan sistematika berpidato meliputi:

1. Pembukaan pidatoPembukaan pidato sebaiknya diawali dengan mengucap salam dankalimat pembukaan. Jika pendengar sudah tertarik atas pembukaanpidato tersebut, alihkan secara bertahap perhatian mereka kepada isipidato.

2. Isi pidatoIsi pidato yang baik adalah menyampaikan suatu analisa, menonjolkanfakta dan data berikut argumentasinya sesuai dengan topik yangdisampaikan.

3. Penutup pidatoDalam menutup pidato sebaiknya pembicara memberikan kesimpulan,nasehat, ucapan doa, permintaan maaf, dan ucapan salam penutup.

Page 9: Tugas Uas Ict

Maidar dan Mukti U.S. (1991:55) memberikan penjelasan yang lebih terperinci

tentang garis besar sistematika berpidato yaitu:

1. Mengucapkan salam pembukaan dan menyapa hadirin.2. Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam bentuk

ucapan terima kasih, atau ungkapan kegembiraan, atau rasa syukur.3. Menyampaikan isi pidato, yang diucapkan dengan jelas dengan

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan b enar dan dengan gayabahsa yang menarik.

4. Menyampaikan kesimpulan isi pidato, supaya diingat oleh pendengar.5. Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada

pendengar untuk melaksanakan isi pidato.6. Menyampaikan salam penutup.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

sistematika pidato sebagai berikut:

1. Pembukaan Pidato

Pembukaan pidato meliputi; salam pembuka, menyapa hadirin,

mengucapkan terima kasih kepada hadirin yang telah datang, dan

tujuan pidato.

2. Isi Pidato

Isi pidato meliputi; penjelasan apa yang mau disampaikan, analisis,

menonjolkan fakta dan data berikukut argumentasinya sesuai dengan

topik yang disampaikan dengan jelas.

3. Penutup Pidato

Penutup pidato meliputi; kesimpulan, harapan-harapan, permohonan

maaf, dan penutup (salam penutup). Kesimpulan sebaiknya

disampaikan dengan singkat, padat, dan jelas.

Pidato yang baik memiliki beberapa kriteria. Maidar dan Mukti U.S

(1991:87) menyebutkan bahwa penilaian kemampuan berbicara dapat dilihat dari

Page 10: Tugas Uas Ict

dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan

yaitu; pengucapan vokal dan konsonan, penempatan tekanan dan intonasi, pilihan

kata (diksi), dan kalimat efektif. Lalu faktor nonkebahasaan meliputi keberanian,

kelancaran, penalaran, penguasaan topik, dan gerak-gerik atau mimik.

Faktor kebahasaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Keefektifan Ucapan

Sebagai pembicara yang baik harus membiasakan untuk mengucapkan

bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang tidak tepat dapat

mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa (vokal dan

konsonan) yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang

menyenangkan, atau kurang menarik. Pengucapan vokal dan konsonan yang tidak

jelas juga akan mengganggu pembahasan yang disampaikan.

2. Penempatan Tekanan dan Intonasi

Kesesuaian penempatan tekanan dan intonasi merupakan daya tarik

tersendiri dalam berbicara, bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.

Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan

tekanan dan intonasi yang sesuai akan menyebabkan masalah menjadi menarik.

Sebaliknya, jika penyampaiannya datar, dapt diperkirakan akan menimbulkan

kejemuan bagi pendengar.

3. Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Maksudnya agar mudah

dimengerti oleh pendengar. Pendengar akan lebih mudah paham bila kata-kata

yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu

Page 11: Tugas Uas Ict

akan lebih efektif daripada kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang jarang

dikenal oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang mendengar jika

pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya. Pilihan kata

juga disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Jika pokok pembicaraan adalah

masalah ilmiah, tentu penggunaan kata istilah tidak dapat dihindari dan pendengar

pun akan dapat memahami karena pendengarnya biasanya orang yang mengerti

bidang yang sedang dibicarakan.

4. Ketepatan Sasaran Pembicaraan (Kalimat Efektif)

Hal ini menyangkut pemakaian kalimat yang efektif. Kalimat yang efektif

mempunyai ciri-ciri keutuhan, perpautann, pemusatan perhatian, dan kehematan.

Keutuhan kalimat akan rusak bila salah satu unsur dari kalimat tidak ada atau akan

menimbulkan kerancuan. Perpautan bertalian dengan hubungan antara unsur-

unsur kalimat, misalnya antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, dalam sebuah

kalimat. Pemusatan perhatian pada bagian yang terpenting dalam kalimat dapt

dicapai dengan menempatkan bagian itu pada awal atau akhir kalimat agar pada

bagian ini mendapat tekanan waktu bicara. Kalimat efektif harus hemat dalam

pemakaian kata, sehingga tidak terjadi kemubaziran kata. Kalimat efektif mampu

membuat isi atau maksud yang akan disampaikan diterima lengkap oleh

pendengar sedangkan kalimat yang kurang atau tidak efektif dapat

membingungkan pendengar.

Page 12: Tugas Uas Ict

Faktor nonkebahasaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Keberanian

Seorang pembicara harus tampil dengan berani di depan pendengarnya.

Sikap percaya diri merupakan kunci utama untuk berani berbicara di depan

umum. Sikapnya harus tenang saat berbicara. Pendengar akan dapat diyakinkan

bila pembicara berbicara dengan penuh keberanian dan percaya diri yang tinggi.

Sebaliknya, jika seorang pembicara berbicara dengan malu-malu dna kurang

percaya diri maka pendengar akan meragukan kredibilitas dari pembicara, apalagi

hal yang sedang dibicarakan olehnya.

2. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar dalm berbicara akan memudahkan

pendengar menangkap isi pembicaraanya. Serin g kita mendapatka seorang

pembicara yang berbicara terputus-putus atau terbata-bata. Hal ini akan

mengganggu daya simak pendengar. Pembicara yang terlalu cepat juga akan

mempersulit pendengar menangkap pokok penbicaraan. Pembicara yang baik

harus berbicara dengan lancar, tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lambat.

3. Penalaran

Pembicara yang baik akan mempunyai penalaran yang baik pula. Gagasan

demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Pemikiran pembicara yang

disampaikan hingga mendapat suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti

hubungan kalimat dengan kaliamt harus jelas dan logis serta berhubungan dengan

pokok pembicaraan.

Page 13: Tugas Uas Ict

4. Penguasaan Topik

Seorang pembicara harus mempersiapkan topik pembicaraan sebaik

mungkin. Hal ini dilakukan agar topik yang dipilih untuk diangkat dalm

pembicaraan benar-benar dikuasai dengan baik. Topik merupakan bagian

terpenting dalam suatu pembicaraan. Penguasaan topik pembicaraan akan

berdampak keberanian dan kelancaran dalam berbicara.

5. Gerak-Gerik dan Mimik

Gerak-gerik dan mimik yang tepat daqpat menunjang keefektifan

berbicara. Pembicara juga terjaga dari kekakuan. Hal-hal yang penting selain

mendapat tekanan juga dapat dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini

dapat menghidupkan komunikasi agar pembicara juga terjaga dari kekakuan.

4. Hakikat Media Pemodelan Retorika Motivator

Media menjadi suatu alat yang digunakan sebagai alat bantu dalam dunia

pendidikan. Media dapat pula dimasukkan ke dalam bagian dari metode dan

teknik yang digunakan dan dipilih sesuai dengan kebutuhan dalam proses

pembelajaran di sekolah. Media menjadi suatu hal yang penting dan perlu

dipersiapkan.

Dengan bantuan media, maka guru dapt menutupi keterbatasan yang ada

pada dirinya. Media membantu menampilkan informasi yang mungkin sulit untuk

dihadirkan secara langsung. Media juga memperjelas penyampaian pesan yang

akan disampaikan kepada siswa. Dengan menggunakan media pembelajaran,

penyajian materi dapat menarik perhatian siswa dan diharapkan dapat memotivasi

Page 14: Tugas Uas Ict

siswa untuk belajar. Seperti yang disampaikan oleh Azhar Arsyad (2007:3) bahwa

media pembelajran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.

Secara umum menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2006:

124-125), media pendidikan mempunyai beberapa kegunaan yaitu: (1)

memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, (2) mengatasi

keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, dan (3) penggunaan media

pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

Hamalik (1986:23) menyampaikan sejumlah nilai praktis dari media pendidikan,

yaitu: (1) media pendidikan melampaui batas pengalaman pribadi siswa, (2) media

pendidikan melampaui batas-batas ruangan kelas, (3) media pendidikan

memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya,

(4) media pendidikan memberikan kesamaan dalam pengamatan, (5) media

pendidikan akan memberikan pengertian/konsep yang sebenarnya secara realistis

dan teliti, (6) media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat-minat yang

baru, (7) media pendidikan membangkitkan motivasi dan perangsang kegiatan

belajar, (8) media pendidikan akan memberikan pengalaman yang menyeluruh.

Dengan memahami fungsi media pendidikan, guru akan semakin terbantu

dalam penyampaian pelajaran kepada siswa. Sumber belajar tidak lagi selalu

berasal dari guru. Dengan menggunakan media, guru dapaqt menjadikan

pembelajaran menjadi semakin bermakna sehingga dapat lebih dipahami oleh para

siswa. Pengalaman yang diberikan kepada siswa menjadi semakin banyak.

Page 15: Tugas Uas Ict

Media pembelajaran semakin lama semakin berkembang dari yang

sedehana sampai yang rumit dan modern. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan

Zain (2006: 120), membagi media menjadi tiga jenis yaitu media auditif, media

visual, dan media audio visual. Media auditif seperti radio, cassette recorder, dan

piringan hitam. Media visual seperti film,strip, slide, foto, dan gambar. Media

audiovisual seperti film bingkai suara, film rangkai suara, dan video cassette.

Dengan berbagai jenis media yang disampaikan di atas, tentu saja seorang

guru harus cermat memilih media yang tepat untuk digunakan daqlam

pembelajaran. Hal ini cukup sulit karena setiap siswa memiliki karakteristik

sendiri-sendiri. Ada yang memiliki gaya belajar secara visual, gaya belajar secara

audio, gaya belajar secara campuran atara audio dan visual, atau yang bersifat

psikomotorik. Pengalaman langsung yang dialami siswa juga merupakan cara

belajar yang mampu menyerap informasi.

Video merupakan salah satu media pembelajaran dalam jenis media

audiovisual. Kemampuan video dalam menampilkan gambar dan suara

memberikan daya tarik tersendiri jika dibandingkan media visual atau media

audio. Video mampu menampilkan gambar hidup dan suara sekaligus seperti

aslinya. Media video dalam pembelajaran menjadi alat bantu dalam menayangkan

hal yang sulit dibuat atau didatangkan secara langsung saat proses pembelajaran.

Sebagai sebuah media pembelajaran, menurut Arief S. Sadiman, dkk (2008:74-75)

video memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Dapat menarik perhatian untuk periode yang singkat.2. Sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari ahli.

Page 16: Tugas Uas Ict

3. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian padapenyajian.

4. Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.5. Kamera tv bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang bergerak

atau objek yang berbahaya seperti harimau.6. Keras lemah suara yang ada bisa diatur.7. Gambar proyeksi biasa dibekukan untuk diamati dengan seksama.8. Ruangan tidak perlu digelapkan saat menyajikan.

Selain memiliki kelebihan, menurut Azhaar Arsyad (2007: 18) video juga

mempunyai kelemahan, yaitu video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan

waktu yang banyak, gambar-gambar bergerak terus hingga tidak semua siswa

mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan, video yang tersedia tidak

selalu sesuai dengan yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus

untuk kebutuhan sendiri.

Dengan adanya kekurangan dari media video, maka guru harus

mempersiapkan betul hal apa yang akan disajikan dalam video. Penggunaan video

yang sudah ada dapat mempermudah dalam persiapan. Bisa pula materi yang akan

diambil hanya sebagian dari video yang akan ditampilkan. Jangan sampai

penggunaan media video tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan

perhitungan yang matang dalam menyajikan video, maka video menjadi media

pembelajaran yang baik.

Pemodelan merupakan cara yang dilakuakn dalam pembelajaran karena

adanya suatu model yang ditiru dan pada akhirnya akan dikembangkan sesuai

dengan kreativitas siswa. Seorang guru sebagai fasilitator dalam pendidikan harus

memberikan model yang terbaik untuk menjadi bahan pembelajaran. Namun, guru

bukanlah satu-satunya model dalam pembelajaran kartena model dapat juga

Page 17: Tugas Uas Ict

didatangkan dari luar. Cara pengamatan dapat pula dilakukan untuk mempelajari

sikap dan tingkah laku model. Moleong (1989:28) berpendapat teknik pengamatan

menjadi alat yang bermanfaat. Pada saat mengamati, pengamat dapat

memperhatikan dengan seksama bagaimana sikap dan tingkah laku model yang

ditampilkan. Dalam hal ini, maka akan timbul minat dan motivasi dari pihak

pengamat untuk mencontoh atau meniru untuk mendapatkan hasil yang baik

seperti model tersebut.

Model yang diberikan dalam pembelajaran tentunya memiliki kredibilitas

yang sesuai dengan keahlian bidangnya sehingga ia layak menjadi pemodelan

yang terpercaya. Seperti yang dijelaskan Effendi (2005:34) bahwa seorang

komunikator memiliki kredibilitas disebabkan oleh etos pada dirinya yaitu

kelayakan untuk dipercaya dan kecakapan atau keahlian. Tidak semua pemodel

atau model dapat sempurna karena pemodel atau model memiliki keterbatasan

dalam suatu keahlian, namun keterbatasan itu bukan suatu hal yang menjadi fatal

karena pemodel ini dipilih termasuk yang terbaik dari model yang ada. Pemodel

yang dimaksud adalah seseorang yang dapat dijadikan contoh atau model yang

dapat ditiru tingkah laku dan sikapnya karena memiliki kelayakan untuk dipelajari

keahliannya.

Model dapat diberikan secara langsung dan tidak langsing. Model yang

dihadirkan secara langsung tentu akan memberikan pengalaman yang lebih

kepada siswa. Namun, model yang diberikan terkadang sulit dihadirkan secara

langsung baik karena masalah biaya maupun hal yang lain. Di sinilah media

berfungsi untuk mempermudah mendatangkan model secara tidak langsung yaitu

Page 18: Tugas Uas Ict

dengan rekaman video dari model yang ingin ditampilkan. Media yang digunakan

yaitu video, dapat menjadi model yang dapat ditiru dan dicontoh. Media seperti

ini dapat dikatakan sebagai media pemodelan atau dengan kata lain pemodelan

yang diberikan dengan bantuan media.

Pemodelan yang ditampilkan tergantung dari keahlian apa yang akan

dipelajari. Seperti keterampilan berbicara, tentunya pemodelan yang dibutuhkan

adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam berbicara. Untuk menunjang

kemampuan berbicara maka diperlukan retorika dalam berbicara. Secara umum,

orang memasukkan retorika dalam berpidato. Namun, pemahaman ini dirasakan

kurang tepat karena saat berbicara dalam kesempatan apa pun seorang pembicara

dapat menggunakan retorika. Pidato merupakan salah satu kegiatan yang

memanfaatkan ilmu-ilmu retorika. Berikut ini adalah pengertian retorika yang

dikemukakan oleh Gentasari Anwar (1995:15):

Retorika yaitu ilmu yang menjelaskan tentang bagaimana teknik seniberbicara di hadaqpan umu, sehingga orang merasa senang dan tertarikuntuk mendengarkan uraian atau pendapat-pendapat yang disampaikankepada orang lain dengan maksud agar orang tadi/pendengar mengetahui,memahami, menerima, serta bersedia melaksanakan segala sesuatu yangdisampaikan terhadap mereka.

Selanjutnya menurut pendapat Breket dalam I Gusti Ngurah Oka (1976:44)

menerangkan bahwa retorika merupakan seni mengafeksikan pihak lain dengan

tutur, yaitu dengan cara memanipulasi (perhitungan yang matang) unsur-unsur

tutur itu dan respon pendengar. Sejalan dengan pendapat tesebut, Hendrikus

(1995:14) mengemukakan bahwa retorika berarti kesenian untuk berbicara baik,

yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan teknis. Berbeda

Page 19: Tugas Uas Ict

dengan pendapat para ahli sebelumnya, menurut Martin Steinmann Jr. Dalam I

Gusti Ngurah Oka (1976:30), retorika adalah berbicara tentang pemilihan yang

efektif terhadap bentuk cara-cara pengungkapan yang sinonim.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa retorika

adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang seni berbicara dengan penggunaan

bahasa secara baik yang bertujuan agar pendengar memahami, menerima, dan

bersedia melaksanakan hal yang disampaikan pembicara.

Retorika digunakan untuk memperlancar terjadinya komunikasi antara

pembicara dan pendengar agar tidak terjadi kesalahpahaman. Retorika tidak

sekedar banyak berbicara saja tetapi lebih kepada seberapa efektif hasilnya ketika

sedang dan setelah berbicara.

Seorang model untuk keterampilan baerbicara tentunya harus memiliki

kemampuan retorika yang baik untuk menjadi contoh. Bebrapa hal dapat dijadikan

penilaian dalam penerapan retorika. Ernest dan Nancy (1991:172-179)

mengatakan bahwa pembicara yang baik harus mengatur gerak- isyarat dan

gerakan tubuh yaitu sikap, ekspresi, wajah, kontak mata, dan gerak isyarat.

Selanjutnya Ernest dan Nancy (1991:64-65) menyebutkan pula bahwa faktor

paralinguistik yang mempengaruhi kemampuan berbicara, yaitu artikulasi, pitch,

kerasnya suara, kecepatan, dan jeda.

Menurut I Gusti Ngurah Oka (1976:3-6), dalam beretorika ada usaha dan

tindak yang dilakukan penutur agar penanggap tutur bisa terpengaruh oleh

gagasan yang tersimpul dalam topik tutur antara lain pemilihan materi bahasa

(disesuaikan dengan penanggap tutur), pemakaian ulasan (argumen), dan

Page 20: Tugas Uas Ict

penampilan tutur dengan gaya tertentu. Selain itu, Rakhmat (2000:46-52)

menyampaikan faktor kata sanagat penting, ia mengemukakan sebagaimana

pembicara yang baik, harus memilih kata dengan baik. Kata-kata harus jelas, kata-

kata-kata harus tepat, dan kata-kata harus menarik.

Faktor-faktor penilaian retorika di atas merupakan faktor yang setidaknya

harus dimiliki oleh seorang pemodel untuk keterampilan berbicara. Seorang

pemodel untuk keterampilan berbicara harus memiliki kecakapan sikap, ekspresi

wajah yang menarik, dinamika bicara yang baik, pemilihan kata yang tepat,

penyusunan kalimat yang baik, serta harus cermat dalam memilih bahasa yang

digunakan sesuai dengan siapa ia berbicara.

Dengan kriteria model yang memiliki kemampuan retorika seperti di atas,

maka yang berpeluang menjadi model untuk keterampilan berbicara ialah seorang

motivator. Kata motivator berasal dari kata motivasi. Sondang Siagian (1989:142)

menyampaikan motivasi berasal dari kata movere dalam bahasa latin, yang artinya

bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam motivasi antara lain

adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran,dorongan, dan insentif.

Motivasi menurut http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi. Diunduh 7 Januari 2012,

dapat juga berarti proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi dapat dikatakan sebuah

dorongan untuk melakukan sesuatu. Menurut French dan Raven (2006:235)

motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukkan prilaku

tertentu. Senada dengan itu, Akhmad Sudrajat, http://akhmadsudrajat.

Wordpress.com/2008/02/06/teori-teori motivasi/. Diunduh 7 Januari 2012,

Page 21: Tugas Uas Ict

menyampaikan motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang

dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan

suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi

intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Dari beberapa pendapat

di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan sesuatu kekuatan

atau dorongan yang dapat menyebabkan seseorang mampu melakukan sesuatu

kegiatan demi mencapai tujuannya.

Motivator merupakan orang yang dapat memberikan motivasi kepada

orang lain. Seorang motivator merupakan orang yang memiliki kemampuan atau

keahlian dalam membangkitkan motivasi orang lain untuk melakukan suatu

aktivitas tetrtentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Seorang motivator

harus memberikan keyakinan kepada pendengarnya akan nasihat-nasihat yang

diberikan ilehnya. Ia paham dengan psikologi pendengar. Ia mampu menguasai

massa. Pemilihan materi bahasa berupa kata-kata yang menarik dan menyusun

kaliamat yang baik menjadi hal utama untuk meyakinkan pendengar.

Untuk menunjang kemampuan berbicara, seorang motivator menggunakan

retorika. Seorang motivator memanfaatkan retorika untuk dapat meyakinkan

pendengar. Demikian pula dengan pilihan kata, sikap, gaya berbicara, sampai cara

menguasai massa, harus dimiliki oleh seorang motivator. Retorika dari seorang

motivator dapat menentukan apakah pendengar akan dapat termotivasi atau tidak

dengan nasihat-nasihat yang diberikannya.

Berdasarkan uraian teori di atas, maka media pemodelan retorika

motivator merupakan sebuah media yang digunakan untk memberikan contoh atau

Page 22: Tugas Uas Ict

model kemampuan retorika dari seorang motivator. Model ini diberikan dalam

bentuk rekaman video dari seorang motivator.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 15 JakartaMata Pelajaran : Bahasa IndonesiaKelas/Semester : XI / 2Program : IPAMateri Pokok : BerpidatoAlokasi Waktu : 12 x 45 menit (6x pertemuan)

A. Standar Kompetensi : Berbicara10. Mengungkapkan informasi melalui presentasi program/proposal dan

pidato tanpa teks.

B. Kompetensi Dasar10.2 Berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang

tepat.

C. Tujuan Pembelajaran- Siswa mampu berpidato tanpa teks dengan lafal yang tepat

- Siswa mampu berpidato tanpa teks dengan intonasi yang tepat.

- Siswa mampu berpidato tanpa teks dengan nada yang sesuai.

- Siswa mampu berpidato tanpa teks dengan sikap yang tepat.

D. Materi PembelajaranHakikat Pidato

Pidato merupakan suatu proses komunikasi atau interaksi antara si

pembicara dengan pendengarnya. Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di

depan umum atau berorasi guna menyatakan pendapatnya atau guna

memberikan gambaran tentang suatu hal.

Penggunaan pidato tidak hanya pada situasi resmi saja. Dalam situasi

semi formal pun pidato dapat dilakukan karena pidato tidak selalu berada pada

podium.

Page 23: Tugas Uas Ict

Metode Pidato

1. Membaca Teks

2. Impromptu (serta-merta/improvisasi)

3. Menghafal

4. Ekstemporan (catatan kecil atau poin-poin pidato)

Kerangka Pidato

a. Pembukaan meliputi:

1) salam dan menyapa,

2) ucapan puji syukur,

2) ucapan terima kasih, dan

3) tujuan.

b. Isi meliputi:

1) latar belakang materi atau permasalahan,

2) uraian materi.

c. Penutup meliputi:

1) kesimpulan,

2) harapan-harapan,

3) permohonan maaf, dan

4) permohonan doa restu, dan

5) penutup (salam penutup)

Kriteria Penilai Pidato

Faktor Kebahasaan:

- pengucapan vokal dan konsonan

- penempatan tekanan dan intonasi

- pilihan kata (diksi)

- kalimat efektif.

Faktor Nonkebahasaan:

- keberanian

- kelancaran

- penalaran

- penguasaan topik

- gerak-gerik atau mimik

Page 24: Tugas Uas Ict

Lafal merupakan cara pengucapan, baik vokal maupun konsonan.

Intonasi merupakan tekanan yang diberikan saat pelafalan.

Nada merupakan tinggi rendahnya suara.

Sikap merupakan gerak-gerik yang ditunjukkan saat berpidato.

Retorika dalam Berpidato

- Pemilihan perbendaharaan kata dengan baik

- Ekspresi wajah

- Penyusunan kalimat dengan baik

- Kontak mata

- Menarik bagi pendengar

- Kecakapan dalam sikap

- Mengatur ritme dan dinamika bicara

E. Metode Pembelajaran

a. Ceramah

b. Inkuiri

c. Demonstrasi

d. Tanya jawab

F. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I (2x45 menit)

Pendekatan : Kontekstual, komunikatif, dan integratif.

Langkah-langkah kegiatan :

No. Kegiatan Belajar Alokasi

Waktu

Metode

1. Kegiatan Awal

1. Guru menyapa siswa (memberikansalam dan menanyakan kabar siswa).

2. Guru mengabsen siswa.

3. Guru mengonsentrasikan dan

10 menittanya jawab

tanya jawab

ceramah

Page 25: Tugas Uas Ict

mengondisikan siswa (mulai darimemeriksa kerapihan pakaian,kerapihan kelas, dan kebersihankelas).

4. Guru melakukan apersepsi denganmelakukan tanya jawab kepadasiswa mengenai materi padapertemuan sebelumnya.

5. Guru menginformasikan kompetensiyang ingin dicapai tentang pidato.

6. Guru menginformasikan tugas-tugasyang harus dikerjakan siswa.

7. Guru menanyakan pengetahuan awalsiswa mengenai pidato.

tanya jawab

ceramah

ceramah

ceramah, tanyajawab

2. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan materi pidato.

2. Tanya jawab mengenai pidato.

3. Siswa berlatih berpidato denganmetode berpidato tanpa teks(impromtu, menghafal, danekstemporan).

4. Siswa lain memberi komentar ataspenampilan siswa yang berpidato.

70 menit

Ceramah

tanya jawab

komunikatif,inkuiri

tanya jawab,diskusi

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru melakukan refleksiterhadap proses dan hasilpembelajaran.

2. Guru dan siswa merencanakanpembelajaran untuk pertemuanberikutnya.

3. Guru mengucapkan salam untukmengakhiri kelas.

10 menit

refleksi

tanya jawabpenugasan

tanya jawabceramah

Page 26: Tugas Uas Ict

Pertemuan II (2x45 menit) Pendekatan : Kontekstual, komunikatif, dan integratif. Langkah-langkah kegiatan :

No. Kegiatan Belajar AlokasiWaktu

Metode

1. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas (kebersihan danketertiban kelas) dan mengabsen siswa.

2. Guru dan siswa bersepakat menentukan tujuanpembelajaran.

3. Siswa dan guru meninjau kembali pembelajaranyang telah berlangsung pada pertemuansebelumnya

10 menittanyajawab

tanyajawab

ceramah

tanyajawab

ceramah

2. Kegiatan Inti

1. Guru memberikan contoh tayangan video darimotivator bisnis sebagai model dalam berpidato.

2. Guru meminta siswa memberikan pendapatmengenai tayangan video dari motivator bisnis.

3. Guru menyimpulkan pendapat dari siswamengenai kriteria yang seharusnya dimiliki olehorang yang berpidato dari model yang telahditayangkan, yaitu mengenai retorika darimotivator bisnis.

4. Perwakilan beberapa orang siswa diminta majuke depan untuk berpidato dengan metodeimpromptu. Hal ini dilakukan sebagai latihanberpidato.

5. Guru meminta siswa yang tidak maju untukmemberikan komentar kepada siswa yang majuke depan untuk berpidato.

70 menit

LCD,diskusi

tanyajawab

ceramah

tanyajawab

diskusi

metodeimpromptu

tanyajawab

diskusi

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru melakukan refleksi terhadapproses dan hasil pembelajaran.

2. Guru dan siswa merencanakan pembelajaran

10 menit

refleksi

tanyajawab

Page 27: Tugas Uas Ict

untuk pertemuan berikutnya.

3. Guru mengucapkan salam untuk mengakhirikelas.

penugasan

Pertemuan III (2x45 menit)

Pendekatan : Kontekstual, komunikatif, dan integratif.

Langkah-langkah kegiatan :

No. Kegiatan Belajar AlokasiWaktu

Metode

1. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas (kebersihandan ketertiban kelas) dan mengabsen siswa.

2. Guru dan siswa bersepakat menentukantujuan pembelajaran.

3. Siswa dan guru meninjau kembalipembelajaran yang telah berlangsung padapertemuan sebelumnya.

10 menittanya jawab

tanya jawabceramah

tanya jawabceramah

2. Kegiatan Inti

1. Siswa diberikan contoh tayangan videodari motivator bisnis sebagai modeldalam berpidato.

2. Guru meminta siswa memberikan pendapatmengenai tayangan video dari motivatorbisnis.

3. Guru menyimpulkan pendapat dari siswamengenai kriteria yang seharusnya dimilikioleh orang yang berpidato dari model yangtelah ditayangkan, yaitu mengenai retorikadari motivator bisnis.

4. Perwakilan beberapa orang siswa dimintamaju ke depan untuk berpidato denganmetode menghafal. Hal ini dilakukansebagai latihan berpidato.

70 menit

LCDdiskusi

tanya jawabceramah

tanya jawab

diskusi

menghapal

Page 28: Tugas Uas Ict

5. Guru meminta siswa yang tidak maju untukmemberikan komentar kepada siswa yangmaju ke depan untuk berpidato.

tanya jawab

diskusi

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru melakukan refleksiterhadap proses dan hasil pembelajaran.

2. Guru dan siswa merencanakanpembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

3. Guru mengucapkan salam untukmengakhiri kelas.

10 menit

refleksi

tanya jawabpenugasan

. Pertemuan IV (2x45 menit) Pendekatan : Kontekstual, komunikatif, dan integratif. Langkah-langkah kegiatan :

No. Kegiatan Belajar AlokasiWaktu

Metode

1. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas (kebersihan danketertiban kelas) dan mengabsen siswa.

2. Guru dan siswa bersepakat menentukan tujuanpembelajaran.

3. Siswa dan guru meninjau kembalipembelajaran yang telah berlangsung padapertemuan sebelumnya.

10 menittanya jawab

tanya jawabceramah

tanya jawabceramah

2 Kegiatan Inti

1. . Siswa diberikan contoh tayangan videodari motivator bisnis sebagai modeldalam berpidato.

2. Guru meminta siswa memberikan pendapatmengenai tayangan video dari motivatorbisnis.

70 menitLCD

diskusi

tanya jawabceramah

tanya jawab

Page 29: Tugas Uas Ict

3. Guru menyimpulkan pendapat dari siswamengenai kriteria yang seharusnya dimilikioleh orang yang berpidato dari model yangtelah ditayangkan, yaitu mengenai retorikadari motivator bisnis.

4. Perwakilan beberapa orang siswa dimintamaju ke depan untuk berpidato denganmetode menghafal. Hal ini dilakukansebagai latihan berpidato.

5. Guru meminta siswa yang tidak maju untukmemberikan komentar kepada siswa yangmaju ke depan untuk berpidato.

diskusi

menghapal

tanya jawab

diskusi

3. Kegiatan Akhir

1- Siswa dan guru melakukan refleksiterhadap proses dan hasil pembelajaran.

2- Guru dan siswa merencanakanpembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

3- Guru mengucapkan salam untukmengakhiri kelas.

10 menit

refleksi

tanya jawabpenugasan

Page 30: Tugas Uas Ict

. Pertemuan V (2x45 menit) Pendekatan : Kontekstual, komunikatif, dan integratif. Langkah-langkah kegiatan :

No. Kegiatan Belajar AlokasiWaktu

Metode

1. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas (kebersihan danketertiban kelas) dan mengabsen siswa.

2. Guru dan siswa bersepakat menentukan tujuanpembelajaran.

3. Siswa dan guru meninjau kembalipembelajaran yang telah berlangsung padapertemuan sebelumnya

10 menit

tanya jawab

tanya jawabceramah

tanya jawabceramah

2. Kegiatan Inti

1. Siswa diberikan contoh tayangan videodari motivator bisnis sebagai model dalamberpidato.

2. Guru meminta siswa memberikan pendapatmengenai tayangan video dari motivatorbisnis.

3. Guru menyimpulkan pendapat dari siswamengenai kriteria yang seharusnya dimilikioleh orang yang berpidato dari model yangtelah ditayangkan, yaitu mengenai retorikadari motivator bisnis.

4. Perwakilan beberapa orang siswa dimintamaju ke depan untuk berpidato denganmetode menghafal. Hal ini dilakukansebagai latihan berpidato.

5. Guru meminta siswa yang tidak maju untukmemberikan komentar kepada siswa yangmaju ke depan untuk berpidato.

.

70 menit

LCDdiskusi

tanya jawabceramah

tanya jawab

diskusi

menghapal

tanya jawab

diskusi

3. Kegiatan Akhir 10 menit

Page 31: Tugas Uas Ict

1. Siswa dan guru melakukan refleksiterhadap proses dan hasil pembelajaran.

2. Guru dan siswa merencanakanpembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

3. Guru mengucapkan salam untukmengakhiri kelas.

refleksi

tanya jawabpenugasan

. Pertemuan VI (2x45 menit) Pendekatan : Kontekstual, komunikatif, dan integratif. Langkah-langkah kegiatan :

No. Kegiatan Belajar AlokasiWaktu

Metode

1. Kegiatan Awal

1. Guru mengkondisikan kelas (kebersihan danketertiban kelas) dan mengabsen siswa.

2. Guru dan siswa bersepakat menentukan tujuanpembelajaran.

3. Siswa dan guru meninjau kembalipembelajaran yang telah berlangsung padapertemuan sebelumnya.

10 menittanya jawab

tanya jawabceramah

tanya jawabceramah

2 Kegiatan Inti

1. Siswa diberikan contoh tayangan videodari motivator bisnis sebagai modeldalam berpidato.

2. Guru meminta siswa memberikan pendapatmengenai tayangan video dari motivatorbisnis.

3. Guru menyimpulkan pendapat dari siswamengenai kriteria yang seharusnya dimilikioleh orang yang berpidato dari model yangtelah ditayangkan, yaitu mengenai retorika

70 menitLCD

diskusi

tanya jawabceramah

tanya jawab

diskusi

Page 32: Tugas Uas Ict

dari motivator bisnis.

4. Perwakilan beberapa orang siswa dimintamaju ke depan untuk berpidato denganmetode menghafal. Hal ini dilakukansebagai latihan berpidato.

5. Guru meminta siswa yang tidak maju untukmemberikan komentar kepada siswa yangmaju ke depan untuk berpidato.

menghapal

tanya jawab

diskusi

3. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru melakukan refleksiterhadap proses dan hasil pembelajaran.

2. Guru dan siswa merencanakanpembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

3. Guru mengucapkan salam untukmengakhiri kelas.

10 menit

refleksi

tanya jawabpenugasan

G. Alat / Media

Buku tulis, buku teks, papan tulis, video, dan LCD

H. Sumber

a. Retorika: Suatu Pendekatan Terpadu, Ernest G. Bormann dan Nancy C.Bormann, Erlangga, 1991, hlm 172-179.

b. Retorika: Suatu Tinjauan Pengantar, I Gusti Ngurah Oka, Tarate (Bandung),1976, hal 5-6.

c. Retorika Modern: Pendekatan Praktis, Jalaluddin Rakhmat, Rosdakarya(Bandung), 2000, hlm. 46-52.

d. Teknik Berpidato dan Menguasai Masa, Evendhy M. Siregar, CV SaranaAksara Pelita (Jakarta), 1995, hlm 32.

e. Terampil Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI, Gunawan BudiSantoso, Wendi Widya R.D., dan Uti Darmawati, Pusat Perbukuan DepartemenPendidikan Nasional, 2008, hlm 2.

Page 33: Tugas Uas Ict

f. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, Maidar G. Arsjaddan Mukti U.S., Erlangga (Jakarta), 1991, hlm 66 dan

g.. Internet : http://id.wikipedia.org/wiki/Pidato.

h. Internet : http://youtube.com.

I. Penilaian

1. Indikat : - Mampu membawakan pidato dengan lafal, intonasi, nada, dan

sikap yang tepat.

- Mampu menanggapi pidato yang disampaikan teman.

- Mampu memperbaiki cara berpidato dan isi pidato

berdasarkan tanggapan atau masukan dari teman.

2. Teknik : Tes unjuk kerja

3. Bentuk : Uji petik kerja produk

4. Instrumen

1. Berpidatolah dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat ! (tema

bebas)

2. Tanggapilah pidato yang dibawakan oleh temanmu!

3. Perbaikilah cara berpidato dan isi pidato berdasarkan tanggapan atau

masukan dari teman!

Jakarta, 9 Januari 2012

Mengetahui,

Guru Bahasa Indonesia

Kepala SMAN 15 Jakarta

Drs. H. Imran Matroji A.S., M.M. Lenny Aprina, S. Pd.NIP/NRK 196208051989031007/148479 NIP 131865203

Page 34: Tugas Uas Ict

LAMPIRAN

Tabel Kriteria Penilaian

NOASPEK

KEBAHASAANSKOR KRITERIA

1. Pengucapan Vokal dan Konsonan

7-104-6

0-3

Sangat Baik : Pengucapan vokal dan konsonan jelas.Baik : Pengucapan vokal dan konsonan jelas tetapi terkadang

melakukan kesalahan pengucapanKurang : Siswa sering melakukan kesalahan pengucapan.

2. Penempatan tekanan dan intonasi

7-10

4-6

0-3

Sangat Baik : Penggunaan tekanan dan intonasi tepat dan tidakmenimbulkan salah pengertian

Baik : Penggunaan tekanan dan intonasi sudahtepat tetapiterkadang masih ada yang datar

Kurang : Penggunaan tekanan dan intonasi sering datar

3. Pilihan Kata (diksi)

11-156-100-5

Sangat Baik : Pilihan kata sangat baikBaik : Pilihan kata sudah baik tetapi masih ada kurang tepatKurang : Pilihan kata sering tidak tepat

4. Kalimat efektif

7-10

4-6

0-3

Sangat Baik : Kalimat yang digunakan efektif, struktur kalimat sangatbaik dan tidak menimbulkan kerancuan

Baik : Masih menggunakan kalimat yang kurang efektif danmasih ada struktur kalimat yang tidak baik

Kurang : Menggunakan kalimat yang tidak efektif dan maknanyatidak jelas

Page 35: Tugas Uas Ict

NO.ASPEK

NONKEBAHASAANSKOR KRITERIA

1. Keberanian

7-104-60-3

Sangat Baik : Sangat berani dan penuh percaya diriBaik : Cukup berani namun terlihat masih tegangKurang : Tegang, gugup, dan ragu-ragu

2. Kelancaran Berbicara

7-104-60-3

Sangat Baik : Berbicara sangat lancarBaik : Berbicara cukup lancar tetapi terkadang terbata-bataKurang : Pengucapan terbata-bata

3. Penalaran

7-104-60-3

Sangat Baik : Cara berfikirnya sistematisBaik : Cukup sistematis tetapi terkadang masih berbelit-belitKurang : Tidak sistematis dan berbelit-belit

4.Penguasaan Topik

Pembicaraan

11-15

5-10

0-5

Sangat Baik : Masalah pembicaraan dikuasai dengan baik dan argumenyang diberikan sesuai dengan topik pembicaraan

Baik : Argumen cukup baik, namun masih kurang menguasaimasalah pembicaraan.

Kurang : Tidak menguasai masalah pembicaraan

5.Gerak-gerik atau

Mimik

7-10

4-60-3

Sangat Baik : Sesuai dengan situasi saat berbicara (fleksibel) dansewajarnya

Baik : Agak kakuKurang : Terlalu kaku dan sedikit bergerak

Page 36: Tugas Uas Ict

LEMBAR PENILAIAN KEMAMPUAN BERPIDATO

No. Nama

Faktor Kebahasaan Faktor Nonkebahasaan

JumlahPengucapanVokal danKonsonan

Tekanandan intonasi

Pilihankata

(diksi)

Kalimatefektif

Keberanian Kelancaran PenalaranPenguasaan

topikGerak-

gerik/mimik

10 10 15 10 10 10 10 15 10 1001.2.3.4.5.6.7.8.9.

10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25

Page 37: Tugas Uas Ict

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar . 2007. Media Pembelajaran, (Jakarta:Raja Grafindo Persada)

Arsyad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan BerbicaraBahasa Indonesia. (Jakarta:Erlangga,), hlm.17.

Anwar, Gentasari. 1995. Retorika Praktis: Teknik dan Seni Berpidato.(Jakarta:Rineka Cipta).

Bormann, Ernest G. dan Nancy C. Bormann. 1991. Retorika: Suatu PendekatanTerpadu. (Jakarta: Erlangga).

Efendi, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi. (Bandung: Rosdakarya).

Hendrikus, Dori Wuwur. 1995. Retotika: Terampil Berpidato, Berdiskusi,Berargumentasi. Bernegosiasi.(Yogyakarta: Kanisius).

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Melajar Mengajar.(Jakarta: Rineka Cipta).

Moleong, Lexy. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jkarta: Erlangga).

Oka, I Gusti Ngurah. 1976. Retorika: Suatu Tinjauan Pengantar (Bandung:Tarate).

.Rakhmat, Jalaluddin . 2000. Retorika Modern: Pendekatan Praktis,

(Bandung:Rosdakarya).

Sadiman, Arief S. dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, danPemanfatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada).

Siregar, Evendhy M. 1995. Teknik Berpidato dan Menguasai Massa, (Jakarta:CV SaranaAksara Pelita).

Siagian, Sondang P. 1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: BinaAksara).

Sule, Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah. 2006. Pengantar Managemen,(Jakarta: Prenada Media).

Akhmad Sudrajat, http://akhmadsudrajat. Wordpress.com/2008/02/06/teori-teorimotivasi/. Diunduh 7 Januari 2012.

Page 38: Tugas Uas Ict

http://organisasi.org/pengertian pidto-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan. diunduh tanggal 7 Januari 2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/motivasi. Diunduh 7 Januari 2012.