Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

14
Penanaman Modal Asing dalam Industri Mineral Indonesia Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan Nama: Eva AfiatanYustisiana NPM: 270110130095 Kelas: GEOLOGI C Dosen: Tim Dosen Mata Kuliah Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan

description

tmk

Transcript of Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

Page 1: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

Penanaman Modal Asing dalam Industri Mineral Indonesia

Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan

Nama: Eva AfiatanYustisiana

NPM: 270110130095

Kelas: GEOLOGI C

Dosen: Tim Dosen Mata Kuliah Teknologi dan Manajemen Kewirausahaan

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2014

Page 2: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah dengan judul ” Penanaman Modal Asing dalam Industri Mineral Indonesia”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,

karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: semua pihak

yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah

semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan

menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Semoga isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada

yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agarmakalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini

bermanfaat bagi semua pembaca.

Jatinangor, November 2014

Penulis

Page 3: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………...1

Daftar Isi………………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….….4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….….9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….….10

Page 4: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penanaman modal asing merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu Negara. Jika penanaman modal asing di suatu Negara tinggi, maka diharapkan ekonomi makro Negara tersebut akan mengalami pertumbuhan. Sebaliknya, jika penanaman modal asing rendah, maka suatu Negara akan sangat mengandalkan penanaman modal dalam negeri, yang mungkin mempunyai keterbatasan dalam hal modal dan keahlian.

Sejak akhir Mei 2013, peraturan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) nomor 5 tahun 2013 tentang pedoman dan tata cara perizinan dan nonperizinan penanaman modal telah berlaku. Peraturan ini mencabut peraturan sebelumnya yang berlaku sejak tahun 2009. Tulisan ini akan khusus membahas ketentuan-ketentuan baru tentang pendirian perseroan terbatas berbentuk penanaman modal asing (PMA).

Syarat permodalan perusahaan PMA sudah beberapa kali mengalami perubahan. Ada saatnya persyaratan permodalan begitu berat, kemudian diperlunak, lalu ada kebijakan baru sehingga menjadi lebih tinggi, dan pada akhirnya, melalui peraturan yang baru ini, struktur permodalan yang dipersyaratkan oleh BKPM untuk PMA menjadi lebih jelas.

Sumber daya mineral merupakan salah satu modal dasar nasional yang perlu dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kalau kita masih mengharapkan kontribusi sektor pertambangan dalam pendapatan negara pada masa mendatang berbagai permasalahan tersebut di atas perlu dipecahkan secara mendasar, dalam rangka perebutan foreign direct investment, yang pada saat ini Indonesia dinilai mempunyai tingkat country risk yang cukup tinggi.

2. Tujuan

Untuk memahami kegiatan permodalan asing pada bidang pertambangan di Indonesia

3. Rumusan Masalah

Bagaimana keadaan peraturan tentang penanaman modal asing? Bagaimana keadaan penanaman modal asing di Indonesia Apa manfaat dari penanaman modal asing?

Page 5: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

Ketentuan tentang PMA memang telah beberapa kali mengalami perubahan sejak mulai diundangkannya undang-undang tentang penanaman modal asing di tahun 1967. Sebelumnya, pembentukan perusahaan PMA diawali dengan pendaftaran penanaman modal. Namun, melalui peraturan baru ini, pembentukan perusahaan PMA tidak diberikan dalam bentuk pendaftaran penanaman modal, tapi dalam bentuk izin prinsip penanaman modal. Izin prinsip tersebut wajib diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya berkas aplikasi secara lengkap. Hal ini lebih lambat 2 (dua) hari kerja dari waktu yang diberikan dalam penerbitan pendaftaran penanaman modal, yaitu dalam waktu 1 (satu) hari kerja.

Besaran investasi perusahaan PMA harus lebih besar dari Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar Rupiah) atau nilai setaranya dalam satuan US Dollar, di luar tanah dan bangunan. Lalu, modal ditempatkan dan modal disetor di dalam perusahaan sekurang-kurangnya sebesar Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta Rupiah) atau nilai setaranya dalam satuan US Dollar. Investasi dalam pengertian BKPM berbeda dengan permodalan. Modal ialah sesuai dengan besaran modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor di dalam suatu perusahaan yang diatur di dalam anggaran dasar. Sedangkan, investasi terdiri dari modal dan hutang serta laba yang ditahan (untuk perusahaan yang telah berproduksi komersial dan menghasilkan keuntungan). Dengan demikian, meskipun investasi jauh di atas nilai Rp 10M, modal ditempatkan dan disetor sekurang-kurangya harus sejumlah Rp 2,5M. Meskipun secara teori hal ini dimungkinkan, dalam prakteknya BKPM seringkali mengintervensi hal tersebut dengan mewajibkan jumlah modal dengan rasio perhitungan modal dan hutang yang lebih wajar. Ketentuan tentang modal minimum sebelumnya tidak diatur. Peraturan baru ini membuat ketentuan tentang permodalan menjadi lebih jelas yang juga menegaskan bahwa perusahaan PMA bermodal kecil tidak lagi bisa masuk ke Indonesia.

Yang menarik, ketentuan tentang struktur permodalan sesungguhnya diatur di dalam undang-undang tentang perseroan terbatas. Di dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa perseroan terbatas dapat didirikan dengan modal dasar Rp 50 juta, dan modal ditempatkan dan disetor sekurang-kurangnya 25% dari modal dasar. Tentunya, angka minimal dalam struktur permodalan antara perseroan terbatas lokal dan PMA sangat-sangat berbeda. Meskipun peraturan oleh BKPM ini secara khusus mengatur perusahaan berbentuk PMA, tapi bentuk peraturan yang diterbitkan hanya berupa peraturan kepala BKPM. Sedangkan, di lain pihak, struktur permodalan untuk perseroan terbatas diatur di dalam undang-undang. Tentunya, hal ini timpang. Adalah lebih bijak dan selaras dengan asas hukum yang ada apabila pengaturan tentang permodalan untuk perusahaan berbentuk PMA diatur di dalam undang-undang, bukan di dalam peraturan kepala BKPM.

Hal lain yang menarik di dalam peraturan baru BKPM ialah tentang adanya pengaturan terhadap jangka waktu proyek sebagaimana ditetapkan dalam izin prinsip. Sebelumnya memang tidak begitu jelas berapa lama rencana bisnis yang diajukan oleh

Page 6: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

penanam modal asing harus diselesaikan. Di dalam peraturan ini, jangka waktu tersebut paling lama 3 (tiga) tahun, dengan pengecualian bagi bidang usaha tertentu yang memerlukan waktu penyelesaian proyek yang lebih lama. Artinya, BKPM memberikan batasan secara umum, yaitu 3 (tiga) tahun, tapi tetap bersikap fleksibel terhadap bidang-bidang usaha lain yang memerlukan waktu lebih lama dari 3 (tiga) tahun.

Jika jangka waktu telah berakhir dan proyek belum selesai, maka BKPM akan melakukan peninjauan lapangan. Berdasarkan hasil peninjauan, BKPM dapat memberikan izin prinsip pengganti dengan jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun, atau mencabut izin prinsip yang telah diterbitkan sebelumnya. Perpanjangan yang dapat diberikan oleh BKPM hanya satu kali. Artinya, jika setelah perpanjangan diberikan, perusahaan PMA tetap belum juga menyelesaikan proyeknya, maka izin prinsip akan dicabut.

Di dalam peraturan ini, hal kuasa dibedakan antara kuasa penandatanganan dan kuasa pengurusan. Tampaknya BKPM ingin memilah bahwa pihak yang menandatangani belum tentu melakukan pengurusan terhadap aplikasi perizinan, dan begitupun sebaliknya. Dengan demikian, jika pengurusan aplikasi PMA diberikan kepada seorang kuasa, maka ada 2 (dua) surat kuasa yang perlu disiapkan, yaitu kuasa untuk penandatanganan dan kuasa untuk melakukan pengurusan. Namun, kuasa penandatanganan tidak perlu diberikan jika Direksi perusahaan tersebut atau penanam modal asing menandatangani sendiri aplikasi yang selanjutnya akan diajukan kepada BKPM.

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan. Sebagai salah satu komponen aliran modal, PMA dianggap sebagai aliran  modal  yang relatif  stabil dibandingkan dengan  aliran modal lainnya, misalnya investasi portofolio maupun  utang luar negeri.  Berbagai kebijakan telah di lakukan oleh pemerintah Indonesia guna untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera dengan perekonomian yang ada saat ini, salah satu caranya yaitu dengan investasi  (penanaman modal) baik yang dilakukan oleh investor Domestik maupun investor Asing.

Sepanjang periode 1967 – 1988, Indonesia telah menghasilkan  tujuh generasi Kontrak Kerja dalam investasi modal asing untuk bidang pertambangan umum non batubara, diikuti oleh tiga generasi Kontrak Batubara. Analisis terhadap rincian Kontrak Kerja tersebut memperlihatkan perubahan  persyaratan kontrak  dari waktu ke waktu. Pada fase pertama, Kontrak Kerja menawarkan fasilitas bebas pajak (tax holiday). Hal ini tidak berlaku lagi pada Kontrak Kerja selanjutnya, sebagaimana dikeluhkan perusahaan-perusahaan tambang. Riset ini merekomendasikan pentingnya regulasi untuk mengelola pendapatan Indonesia yang bisa diperoleh dari keuntungan tambahan (windfall profit) akibat kenaikan harga minyak. Sementara ini peran tersebut telah dirasakan walaupun belum signifikan, namun capaian tersebut perlu ditingkatkan pada masa mendatang bagi kepentingan nasional dan masyarakat.

Perlu dipikirkan untuk penciptaan regulasi yang mengatur perolehan negara dari adanya windfall profit dari PMS oleh adanya kenaikan harga komoditi mineral/batubara dunia sampai 3-4 kali sehingga perusahaan memperoleh keuntungan yang berlipat ganda,

Page 7: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

namun negara kurang ikut menikmatinya. Aspirasi para pemangku kepentingan (stakeholder) bidang pertambangan umum utamanya antara lain adalah kesejahteraan masyarakat dalam negara yang aman damai sentosa. Dengan demikian muara resource revenue dan resource rent ke kedua focal point itu merupakan sasaran yang perlu diupayakan dalam setiap kebijakan dan instrumennya termasuk regulasi yang disusun.

Hasil survei yang pernah dilakukan terhadap perusahaan pertambangan internasional di Indonesia mengungkapkan pada awalnya adanya faktor-faktor yang menjadi daya tarik utama bagi investasi pertambangan, yaitu oleh adanya: Right to mine adalah kepastian bahwa investor yang telah melakukan eksplorasi diberi hak untuk menambang. (berdasarkan pasal 8 ayat (10) UU No. 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing)..Right to expatriate profit adalah hak untuk membawa pulang keuntungan (mengacu pasal 19 dan pasal 20 UU No. 1 Tahun 1967). Management control yakni dihormatinya hak untuk pengendalian manajemen dalam usaha (mengacu pasal 9 dan pasal 26 UU No. 1 Tahun 1967). Equity control yakni adanya kepastian bahwa hak pemegang saham dihormati dalam pengambilan keputusan (didasarkan pada pasal 27 UU No. 1 Tahun 1967 dan pasal 12 PP No. 20 Tahun 1994). Ketentuan perpajakan yang ditetapkan sejak semula (didasarkan pasal 1 dan pasal 2 UU No 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan UU No. 1 Tahun 1967).

Manfaat finansial pengusahaan modal asing dibidang pertambangan umum telah dapat dirasakan, walaupun masih harus ditingkatkan secara terus-menerus atas dasar rambu-rambu peraturan perundangan yang berlaku. Sebagai contoh manfaat finansial sebagai national gain dari PT Newmont Nusa Tenggara secara berjumlah akan mencapai sekitar 55% dari seluruh perolehan (gross revenue) selama umur tambang sebesar US$ 15,5 miliar (Total projected mine life revenues, PT Newmont Nusa Tenggara, 1997) atau sebesar US$ 8,6 miliar. National gain tersebut sudah termasuk upah gajih pekerja/pegawai lokal/nasional perusahaan , pengembangan wilayah dan semacamnya sebagai retained benefit nasional. Dari national gain tersebut 11% jatuh ke tangan pemerintah. Contoh lain adalah PT Freeport Indonesia. Data 1992-2010 menunjukkan bahwa partisipasi PT FIC dalam pembangunan nasional sebesar US$ 28,7 miliar terbagi sebagai manfaat langsung (dividen, royalty, pajak penghasilan badan, pajak-pajak dan pungutan lain) sebesar US$ 11,4 miliar dan manfaat tidak langsung (gaji dan upah, pembelian barang dan jasa dalam negeri, pembangunan daerah dan donasi, serta re-investasi dan pengalihan) sebesar US$ 17,3 miliar (Sirait, 2001; Anonim (e), 2011). Diperkirakan manfaat finansial sebagai national gain bagi Indonesia dari PT Freeport Indonesia adalah sekitar 55% dari perolehannya.

Manfaat finansial PKP2B terdiri dari pajak langsung, pajak tak langsung, dan pendapatan negara bukan pajak. Pajak langsung mencakup PPH pasal-pasal 21, 22, 23, 25, 26, dan 29, PDBR, PBB (lumpsum). Pajak tidak langsung meliput PPnBM, PPN dan bea meterai. Pendapatan negara bukan pajak termasuk dividen, bea cukai, dead rent atau iuran tetap, royalty, BBN SWP 30 (lumpsum), dan kontribusi pada Pemda. Dalam hal national gain dari PKP2B sudah barang tentu termasuk upah gajih pekerja/pegawai lokal/nasional dan program pengembangan wilayah yang dikeluarkan oleh perusahaan. Namun belum semua perusahaan PKP2B melaksanakan program pengembangan wilayah dalam arti yang luas (Tirtosoekotjo, 2007). National gain dari PKP2B berkisar sekitar 69% pada generasi III-

Page 8: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

PKP2B dan 53% pada Generasi I-PKP2B atau rata-rata sekitar 60% yang lebih tinggi (sebesar 5%) daripada national gain pada KK.

Nilai ekspor mineral keras (pertambangan umum) tahun 90-an meningkat dengan kontribusi sebesar 2,5% dalam ekspor nasional pada tahun 1990, dan mencapai puncaknya patahun 1996 sebesar 6,1% namun kemudian nampak mulai melorot menjadi 6,0% pada tahun 1997 dan dapat bertahan 5,5% pada tahun 1998 walaupun pada kurun waktu krisis ekonomi. Nilai nominal pada tahun 1996 dan 1997 mencapai sekitar US$ 3 miliar setahun, walaupun sebelum 1992 berada di bawah US$ 1 miliar. Kontribusi mineral keras pada PDB meningkat dari sejak tahun 70-an hanya sebesar sekitar 1%, menjadi 1 – 2 % pada tahun 80-an dan naik di atas 3% sejak tahun 1995, seterusnya meningkat ke puncaknya menjadi 4,75% pada tahun 1998 yang seolah-olah tidak terpengaruh kondisi krisis. Namun demikian pengaruhnya dalam kurun pasca krisis ekonomi mulai terlihat menurun yaitu menjadi 3,43% pada tahun 1999, 3,34% pada tahun 2000, dan sekitar 1,26% pada tahun 2008 (Badan Pusat Statistik, 2009; PT Freeport Indonesia Company,1997). Dari angka kontribusi tersebut sekitar 50%-65% dari kontraktor PMA, dan pada tahun 2008 mempunyai kontribusi sekitar 0,5% dalam PDB. Menurunnya kontribusi pada PDB tersebut, disamping disebabkan oleh menurunnya harga komoditi mineral di pasar dunia walaupun beberapa tahun terakhir harga komoditi mineral telah meningkat 3-4 kali namun jumlah produksinya tetap sehingga nilai nominalnya relatif meningkat tidak terlalu besar dalam PDB, juga lesunya investasi yang enggan masuk ke Indonesia.

BAB III

Page 9: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

PENUTUP

Kesimpulan

Walaupun dengan telah adanya UU tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang baru No.4 Tahun 2009 baru ada satu calon PMA, peran penanaman modal di bidang pertambangan mineral dan batubara, baik PMA maupun PMDN sejauh potensi sumber dayanya masih memadai, diharapkan masih handal baik dari segi ekonomi maupun segi nonekonomi.

Sumber daya mineral adalah tidak terbaharukan, sehingga setiap pengusahaan terhadap sumber daya mineral perlu dipikirkan secara integral dengan proses transformasi struktural bagi keberlanjutan ekonomi penduduk setempat dari ekonomi pertambangan ke arah ekonomi nonpertambangan. Transformasi struktural juga merupakan salah satu konsep pemecahan bagi masalah PETI.

Dari modal asing tersebut tentu saja memiliki manfaat finansial yang didapatkan secara langsung yaitu berupa upah/gaji serta kontribusi di bidang perpajakan di Indonesia apalagi ketika nilai ekspor mineral sedang meningkat.

Walaupun pada dasarnya kontrak karya harus dihormati, namun dalam suasana reformasi dan otonomi daerah sekarang ini aspirasi masyarakat tentang perlu adanya perubahan isi kontrak karya bahkan UU di bidang energi dan sumber daya mineral perlu pula mendapat perhatian. Kesemua hal tersebut dapat diwacanakan melalui koridor yang benar dan komunikasi intensif dari para stakeholders. Dengan demikian permasalahan tersebut dapat dipecahkan berdasarkan makna kepastian hukum secara adil, baik dan benar. Termasuk dalam kontek ini adalah pemecahan masalah pertambangan tanpa izin (PETI) baik secara hukum maupun sosial-ekonomi.

Page 10: Tugas TMK Penanaman Modal Asing Dalam Industri Mineral Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

https://angelinasinaga.wordpress.com/2013/05/31/penanaman-modal-asing-dan-penanaman-modal-dalam-negeri/http://eddyleks.blog.kontan.co.id/2013/07/12/tantangan-bagi-penanam-modal-asing-baru-di-indonesia/http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/314#.VFK3lTSUcl8http://www.tekmira.esdm.go.id/km/batubara/km_ukar0613.doc

Tirtosoekotjo,S.,2007. Peran Pertambangan Batubara Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Peluang dan Tantangan. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia – IMA, Lomba Debat Pertambangan AntarSMU/SMK se Jawa Barat, disajikan di UNISBA Bandung.