Penanaman Modal Asing

25
Power Points untuk Kuliah Hukum Investasi HUKUM INVESTASI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) M. Hawin

description

PMA

Transcript of Penanaman Modal Asing

  • Power Points untuk Kuliah Hukum Investasi

    HUKUM INVESTASI PENANAMAN MODAL ASING (PMA)

    M. Hawin

  • Manfaat/Keuntungan (Benefits) PMA

    1. Meningkatkan devisa (foreign exchange) dengan melalui pendapatan dari ekspor

    2. Meningkatkan jumlah lowongan kerja 3. Transfer of technology 4. Meningkatkan public revenues melalui perpajakan 5. Links dengan pasar internasional 6. Pembangunan resource local 7. Memajukan industry local dan produksi, dll.

    Dampak Negatif (Cost & Risk) PMA

    1. Dominasi asing atas ekonomi dan campur tangan politik 2. Industri/perusahaan local (baru) mati 3. Teknologi yang tidak cocok 4. Kerusakan lingkungan 5. Berkurangnya resource local 6. Efek negative sosial

  • Fungsi Peraturan PMA 1. Memaksimalkan benefits dan meminimalkan risks 2. Mendorong PMA 3. Mengontrol PMA

    Masalah masalah yang diatur 1. Proyek-proyek investasi yang dibolehkan atau diprioritaskan 2. Joint venture 3. Bentuk-bentuk insentif 4. Bentuk / cara control 5. System administrasi peraturan PMA

  • Proyek-proyek yang dibolehkan Tidak ada Negara yang membolehkan warga Negara asing untuk menanamkan modalnya di semua aktivitas/bidang ekonomi. Biasanya, bidang-bidang tertentu akan tertutup bagi PMA karena alasan alasan, misalnya: keamanan Negara, pertahanan, pertimbangan, strategis (misalnya:telekomunikasi, air, listrik, jalan, dll).

    Proyek-proyek yang dibolehkan Yang memberikan kontribusi kepada ekonomi Negara, misalnya:

    1. Lowongan kerja 2. Devisa 3. Transfer of technology 4. Penggunaan local contents (Performance requirements)

  • Joint Venture dengan partisipasi lokal 1. Lebih mudah terintigrasi ke dalam ekonomi lokal. Lebih memungkinkan bagi

    host country untuk mengambil alih seluruh proyek 2. Lebih mudah terjadinya transfer teknologi dan management skills 3. Berkurangmya risiko dominasi asing 4. Menfasilitasi akses kepada jaringan pasar internasional partner asing 5. Lebih responsive kepada kebijakan-kebijakan pemerintah dan lebih bisa

    beroperasi untuk kepentingan local

    Lokal Venture : equity participation

    Variasi-variasi 1. Modal asing maksimal 49% untuk semua proyek. 2. Maksimal modal asing tergantung kepada sektor ekonomi yang terlibat. Bisa lebih

    dari 50%.

  • Joint Venture : the nature of technology Variasi-variasi :

    1. Teknologi harus yang baru. Misalnya, Hukum Investasi Mesir mengharuskan penggunaan mesin dan peralatan yang compatible with modern technological developments and that have not been previously

    2. Teknologi tidak harus baru. Yang penting: Menciptakan banyak lapangan kerja, menggunakan lebih sedikit energy, menggunakan lebih banyak partisipasi lokal untuk service dan spare parts.

    Performance Requirements 1. Penggunaan jumlah minimal local contents 2. Jumlah minimal produksi untuk diekspor. Diperkuat dgn syarat bawa ekspatriasi

    keuntungan boleh dgn syarat ada export earnings 3. Penggunaan tenaga local (quantity participation) 4. Penggunaan jumlah minimal local (equity participation) 5. Transfer teknologi (quality participation)

  • Insentif PMA 1. Yang menambah keuntungan investor:

    - Pembebasan / keringanan pajak - Subsidi langsung - Grants - Pembebasan / keringanan bea masuk - Perjanjian untuk membeli produk pada harga minimal tertentu.

    Insentif PMA 2. Yang mengurangi risiko bagi investor:

    - Jaminan tidak aka nada nasionalisasi kecuali dengan kompensasi yang prompt, adequate and effective.

    - Jaminan untuk bias menggunakan forum internasional dalam penyelesaian sengketa. Misal ICSID (International Center for the Settlement of Investment Disputes)

    - Proteksi pasar untuk investor (dengan quata atau tarif bea masuk yg tinggi baagi competing products)

  • Kontrol PMA 1. Kontrol devisa dan repatriasi 2. Kontrol harga produk 3. Kontrol tenaga kerja 4. Kontrol equity

    JOINT VENTURE 1. Equity joint venture 2. Contractual joint venture

    Biasanya harus berbentuk badan hukum. Sebagai sarana control oleh pemerintah.

  • PMA DI INDONESIA 1. UU No. 1 / 1967 tentang Penanaman Modal Asing, yang dirubah oleh UU No.

    11 / 1970 (UUPMA). 2. PP No. 20 / 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan

    dalam rangka Penanaman Modal Asing. 3. Keputusan Menteri Negara Investasi/ Kepala Koordinasi Penanaman Modal

    Nomor 38/SK/1999, yaitu Pedoman dan Tatacara Penanaman Modal yang didirikan dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

    Perbandingan Hal Dulu (stlh UUPMA) Sekarang (PP 20/1994) 1. 100% asing Tidak boleh kec. di

    daerah terpencil Bole kec. pd sector infrastruktur

    2. Divestasi Dlm 20 th, 51% hrs milik local

    a. Dlm 15 th jumla divestasi terserah para piak asal minimal 5%

    b. JV tdk hrs divestasi

    3. Jumlah minimal investasi

    a. 1 juta USD b. 250.000 USD

    Tdk ada minimalnya. Tapi sesuai kelayakan san kewajaran

    4. Status pihak asing Hrs Badan Hukum Bisa juga perorangan 5. Status pihak lokal WNI atau badan hokum

    milik Indonesia penuh Perish. PMA jg boleh kec. pd infrastruktur

  • Perbandingan

    Hal Dulu Sekarang 6. Pendirian anak perush Tdk mungkin a. Boleh bila perush

    PMA sdh beroperasi scr komersial

    b. Anak perush. Boleh 100% dimiliki oleh asing

    7. Jangka waktu 30 th. Perpanjangan tdk jelas

    30 th stlh komersial. Dpt diperpanjang, 30 th tiap perpanjangan

    8. Pendirian Joint Venture Minimal 20% hrs milik lokal (dari modal dasar)

    Minimal 5% dari modal disetor hrs milik lokal

    Perkembangan Straight Investment

    UUPMA 1974 PP 17/92 PP 20/94 100% boleh kec. unt. infrastruktur

    Tidak boleh Boleh unt. Daerah terpencil

    Boleh kec. unt. Infrastruktur

  • Keharusan Partisipasi Lokal 51% (Indigenization : Indonesianisasi Saham)

    UUPMA SK BKPM/74 PP 17/92 PP 20/94 Tdk ada keharusan

    10 th setelah ada izin usaha

    20 th setelah beroperasi secara komersial

    Tdk ada keharusan

    Contoh-contoh insentif PMA 1. Hak transfer dalam valuta asing

    (Pasal 18, 19, 20, dan 24 UUPMA): - Keuntungan bersih operasi perusahaan - Keuntungan penjualan saham - Biaya tenaga asing - Biaya training orang Indonesia di luar negeri - Pokok & bunga pinjaman asing - Kompensasi nasionalisasi

  • Contoh-contoh insentif PMA 2. Jamirian tidak ada nasionalisasi kecuali untuk kepentingan negara (Pasal 21

    UUPMA). 3. Jaminan pemberian kompensasi jika terjadi nasionalisasi (Pasal 22(1) UUPMA).

    Kompensasi sesual persetujuan para pihak sesuai dengan azas-azas hukum internasional jang berlaku. Jadi kompensasi harus prompt, adequate and effective.

    Contoh-contoh insentif PMA 3. Prosedur penyelesaian sengketa secara khusus yaitu arbitrase (Pasal 22(2)

    UUPMA). Apakah ada jaminan bias memakai forum internasional? Apakah bias

    menggunakan ICSID?

  • KONTROL PMA DI INDONESIA 1. Penetapan negative list a. Tertutup secara penguasaan penuh (Ps. 6(1) UUPMA & Ps. 2 PP 20/94). Jadi hrs berpatungan. b. Tertutup sama sekali (Ps. 6(2) UUPMA). 2. Partisipasi tenaga kerja (quantity participation. Ps. 9, 10 dan 11 UUPMA).

    Kontrol PMA (lanjutan) 3. Partisipasi modal (equity participation). Dengan PP 20/94, telah teradi perubahan

    yang mendasar. Dikatakan menjual Negara kepada pihak asing. 4. Partisipasi kemampuan (quality participation. Ps. 12 UUPMA).

  • Kontrol PMA (lanjutan) 5. Prosedur tertentu:

    - Permohonan kepada Ketuan Bapepam - Sebelum SK Meninves 38/99, harus dengan persetujuan Presiden.

    6. Perseroan Terbatas (PT) sebagai bentuk usaha (Ps. 3 UUPMA) 7. Persyaratan kandungan local (local content)

    World Trade Organization (WTO) melaksanakan beberapa perjanjian multilateral : 1. Perjanjian Multilateral di bidang perdagangan barang.

    Misalnya: - General Agreement on Tariffs and Trade 1994 (GATT) - Agreement on Trade-Related Investment Measures (TRIMs)

    2. General Agreement on Trade in Services (GATS) 3. Agreement on Trade- Related Aspets of Intellectual Property Rights (TRIPs) 4. Perjanjian-perjanjian plurilateral di bidang kapal udara sipil, pengadaan

    pemerintah, dll

  • Agreement on Trade-Related Investment Measures (TRIMs)

    TRIMs: Kebijakan-kebijakan investasi yang berkaitan dengan perdagangan barang.

    Negara anggota dilarang membuat TRIMs yang melanggar prinsip National Treatment (Pasal III GATT) dan kewajiban penghapusan restriksi kuantitatif terhadap impor (Pasal XI(1) GATT).

    Prinsip National Treatment Article 111(4):

    The products of the territory of any contracting party imported into the territory of any other contracting party shall be accorded treatment no less favourable than that accorded to like products of national origin in respect of all laws, regulations and requirements affecting their internal sale, offering for sale, purchase, transportation, distribution or use . . .

  • TRIMs yang melanggar prinsip National Treatment:

    1. Persyaratan kandungan lokal (local content). 2. Persyaratan pembelian/pemakaian bahan impor yang dibatasi sejumlah atau senilai produk yang akan diekspor (trade balancing requirement)

    TRIMs yang melanggar kewajiban penghapusan restriksi kuantitatif

    terhadap impor

    1. Pembatasan impor bahan baku sampai sejumlah atau senhlai produksi lokal yang diekspor.

    2. Pembatasan impor dengan pembatasan akses devisa sampai sejumlah devisa yang d hasilkan.

    3. Pembatasan ekspor berdasarkan jenis barang, jumlah maupun nilai barang, atau proporsi dengan jumlah/nilai produksi lokal.

  • ARBITRASI SEBAGAI SALAH SATU SARANA PENYELESAIAN

    SENGKETA M. Hawin

    Fakultas Hukum Univertsitas Gadjah Mada

    Kelebihan Arbitrasi Internasional

    Keputusan netral; Lebih dapat dilaksanakan; Tidak begitu formal; Rahasia terjaga; Bisa lebih murah; Bisa lebih cepat.

  • Macam- macam Arbitrasi: Institusional:

    - International Chamber od Commerce (ICC); - American Arbitration Association (AAA); - London Court of International Arbitration (LCIA). - Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) - International Centre for the Settlement of Investment Disputes ( ICSID).

    Masing-masing punya Aturan Prosedur.

    Ad Hoc: - Bisa pakai UNCITRAL Rules

    Peranan UNCITRAL (United Nations Commission on International Trade Law) Mengeluarkan UNCITRAL Rules untuk Arbitrasi; Mengeluarkan UNCITRAL Model Law yang bias diikuti oleh suatu Negara.

  • Beberapa Konvensi ttg Arbitrasi Geneva Protocol 1923; Geneva Convention 1927; New York Convention 1958; Inter American Convetion on International Commercial Arbitration; ICSID Convention.

    PerUUan di bidang Arbitrasi di Indonesia

    UU No. 30/1999 tentang Arbitrasi dan Alternative Penyelesaian Sengketa

  • Hal-haI yang penting dalam Arbitrasi

    Jumlah wasit: I atau 3; Cara pemiiihan wasit (Arbitrator); Wasit yang independen dan tidak memihak:

    - Tidak boleh mempunyai hubungan dekat dengan wasit (Lihat Pasal 12 (1) UU No. 30/ 1999)

    - Selama berlangsungnya arbitrasi, suatu pihak yang sengketa tidak boleh mengadakan hubungan sendirian dengan wasit;

    Tempat Arbitrasi; Pilihan hukum

    Syarat-syarat wasit di Indonesia Pasal 12(1) UU No. 30/1999: - Cakap melakukan tindakan hukum; - Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampal dengan

    derajat kedua dengan salah satu pihak yang bersengketa; - Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan

    arbitrasi; - Mempunyai pengala man serta menguasai secara aktif di bidangnya paling

    sedikit 15 tahun.

  • Pilihan Hukum yang dilakukan: Hukum substantive yang mengatur kontrak para pihak; Hukum yang mengatur perjanjian arbitrasi; Hukum acara arbitrasi; Hukum Perdata Internasional.

    Namun, wasit bias memutus perkara memakai: - Prinsip ex aequo et bono: memutus berdasarkan kaedah-kaedah yang adil,

    kejujuran, dan iktikad baik; - Lex marcatoria: kebebasan kebiasaan-kebiasaan umum dalam perdagangan Pasal 56 (1) UU No. 30/1999: boleh memakai asalkan secara tegas ditentukan dalam perjanjian arbitrasi.

  • Prinsip Party Autonomy Peraturan nasional yang memaksa

    Pelaksanaan Keputusan Arbitrasi Internasional

    Pelaksanaan secara sukarela; Pelaksanaan melalui keputusan pengadilan (apabila ada pihak yang tidak mau

    melaksanakan keputusan arbitrasi)

    The New York Convention (UN Convention on Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards), 1958.

  • The New York Convention di Indonesia

    Disyahkan dengan Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 1981. Didukung oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 taun 1990 tentang Tata Cara

    Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing.

    Beberapa ketentuan penting dalam the New York Convention: Pasal III :

    Setiap Negara peserta harus mengakui keputusan arbitrase sebagai mengikat dan melaksanakannya

    Ada pengecualiannya (lihat Pasal V dan VI)

  • Inti Pasal V dan VI: keputusan arbitrasi asing bisa tidak diakui/dilaksanakan apabila: - Perjanjian (klausula) Arbitrasinya tidak sah; - Pihak yang kalah tidak diberitahu secara layak tentang penunjukan wasit,

    acara arbitrasi, dan tidak bisa berbicara; - Tidak memutuskan persoalan yang diminta; - Komposisi panel wasit atau acara arbitrasinya tidak sesuai dengan Party

    Autonomy

    Pasal V dan VI (lanjutan): keputusan arbitrasi asing bisa tidak diakui/dilaksanakan bila:

    - Materi sengketa tidak bisa diarbitrasikan menurut hukum Negara yang mau melaksanakan kepututsan arbitrasi (contoh di Indo: perceraian);

    - Pengakuan dan pelaksanaannya akan bertentangan dengan public policy Negara yang akan melaksanakannya;

    - Telah dibatalkan oleh pihak yang berwenang di Negara dimana keputusan arbitrasi dikeluarkan.

  • Apakah Keputusan Arbitrasi Asing bisa dilaksanakan di Indonesia? Yani Haryanto V. MAN Sugar Ltd. Kontrak pembelian gula antara Yani and MAN.

    Keputusan Arbitrasi Inggris tidak bisa dilaksanakan karena kontrak pembelian gula tersebut dianggap batal demi hukum karena ia bertentangan dengan Peraturan Pemerintah yang memberikan hak monopoli untuk mengimpor gula hanya kepada BULOG.