Tugas – tugas sekretariat Program Pendidikan Dokter Spesialis
TUGAS TERSTRUKTUR.docx
-
Upload
deni-darmawan -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
Transcript of TUGAS TERSTRUKTUR.docx
PERAKITAN VARIETAS BARU TANAMAN MANGGA
PERSILANGAN ANTARA ARUMANIS – 143
DENGAN KLON MANGGA MERAH
Oleh :
Deni Darmawan
(A1L012195)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi AllahYang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya maka
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memberi pengetahuan
tentang budidaya tanaman varietas baru dalam tanaman Mangga, khususnya untuk saya dan
juga untuk para mahasiswa.
Jika Seandainya dalam makalah saya ini terdapat kekurangan, mohon teguran atau
arahan untuk mendapatkan makalah yang di harapkan oleh dosen pemuliaan tanaman. Karena
didalam makalah ini mungkin jauh dari sempurna dan dalam pembuatan tugas makalah
mungkin masih jauh dari yang diharapkan.
Harapan dari saya, semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat untuk ilmu
pengetahuan tentang mata kuliah pemuliaan tanaman dan agar pengetahuan tentang tanaman
mangga ini semakin luas.
Purwokerto, 18 Desember 2013
Deni Darmawan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu varietas mangga Indonesia yang memenuhi kebutuhan pasar untuk konsumsi
dalam negeri maupun ekspor ialah Arumanis-143. Varietas ini dilepas pada tahun 1984 dan
mulai berkembang luas dengan ditandainya usaha skala perkebunan sekitar tahun 1990,
sehingga 5 tahun kemudian buah mangga Arumanis-143 dapat mendominasi transaksi
bisnis buah mangga Indonesia. Namun sejalan dengan perubahan strategis yang mengikuti
pasar bebas, maka berdampak kepada perubahan perilaku konsumen, sehingga mengubah
citra bahwa buah yang menarik itu berwarna merah. Dengan demikian, agar Arumanis-143
yang daging buahnya halus, dan sangat manis, namun berkulit hijau meskipun buahnya
telah matang, tetap mendominasi bisnis buah mangga, maka Arumanis-143 perlu diperbaiki
sifatnya agar menampilkan warna kulit buah merah atau menarik.
Perubahan citra tersebut dibangun oleh bukti, bahwa pada tahun 1995 Kementerian
Pertanian melepas klon mangga Gedong Gincu dengan warna kulit buah kuning-merah yang
nilainya diperkirakan dapat menggeser ekspor Arumanis-143. Tetapi nilai tersebut belum
mampu mendongkrak laju ekspor buah mangga segar Indonesia, karena kekuatan dominasi
Meksiko dengan varietas Tomy Atkin dan Alphonso dari India, ditunjang lagi produk baru dari
Australia dengan Kensington Pride sebagai andalan ekspor, di mana buah dari tiga varietas
tersebut berwarna merah, serta pelaku ekspor buah mangga segar Indonesia yang nilainya
besar, dengan negara tujuan Singapura, Hongkong, dan Taiwan (etnik Cina), dan budaya
Cina dengan kesukaan warna merah. Mencermati tren strategis tersebut, agar Arumanis-
143 tetap menjadi komoditas ekspor, maka perlu penyediaan varietas unggul baru yang
penampilan buahnya seperti Arumanis-143 tetapi kulit buahnya berwarna merah. Upaya
perbaikan mutu genetik warna buah tersebut telah dimulai pada tahun 2000 dengan
mengumpulkan sumber daya genetik yang menampilkan ciri-ciri buah mangga ideal,
khususnya klon mangga Cukurgondang yang kulit buahnya berwarna merah. Evaluasi
terhadap koleksi klon mangga Cukurgondang tersebut diperoleh 13 klon yang kulit
buahnya mempunyai potensi berwarna merah.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah pemuliaan tanaman dan untuk mengetahui bagaimana perakitan
tanaman varietas mangga unggul baru. Diharapkan kedepannya dapat memberikan
pemahaman tentang pentingnya penyilangan guna meningkatkan mutu serta perbaikan sifat
kulit buah mangga agar berwarna merah.
BAB II
ISI
A. Tinjauan Pustaka
Mangga merupakan buah tropis musiman yang penting. Buah mangga memiliki
kandungan vitamin A dan C yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 1.000 IU/100 g bobot
segar dan 20 mg/100 g bobot segar (Bradley dalam Sistrunk dan Moore, 1983). Namun
demikian, tanaman mangga masih belum banyak diteliti. Perbedaan besar antara kultivar dan
daerah produksi di wilayah tropis dan subtropis menyebabkan sulitnya membuat generalisasi
fenologi tanaman, pembuahan, kebutuhan hara, perlindungan tanaman dan lain-lain (Verheij,
Sukonthasing dan Wongrakpanich, 1992).
Salah satu jenis mangga yang disukai untuk dijadikan tabulampot adalah mangga
apel karena memiliki sifat yang sangat genjah yang dapat berbuah terus menerus sepanjang
tahun tidak mengenal musim setelah berumur 2 tahun dari bibit hasil okulasi.
Mangga apel terdiri dari 2 jenis yakni mangga apel hijau dan apel merah. Mangga
apel hijau memiliki kulit berwarna hijau kebiruan dimana pada saat buah masih muda, kulit
buah akan dilapisi lapisan lilin. Setelah mangga apel hijau matang, warna kulit buah buah
akan berubah menjadi kekuningan dengan daging buah berwarna oranye dan memilik aroma
mangga gedong tetapi bertekstur daging halus dengan rasa manis sedikit asam.
Berbeda dengan saudaranya mangga apel hijau, mangga appel merah memiliki kulit
buah yang berwarna merah mencolok seperti gincu dengan semburat kuning tetapi memiliki
ketebalan kulit lebih tipis. Daging buah mangga apel merah juga lebih terasa manis
dibandingkan dengan saudaranya mangga apel hijau tetapi sama-sama memiliki aroma harum
dan bertekstur lebih manis.
Sedangkan mangga Arumanis 143 merupakan salah satu varietas mangga
unggulan asal daerah Probolinggo, Jawa Timur yang memiliki bentuk jorong, berparuh
sedikit, dan ujungnya meruncing. Pangkal buah berwarna merah keunguan, sedangkan bagian
lainnya berwarna hijau kebiruan. Kulitnya tidak begitu tebal, berbintik-bintik kelenjar
berwarna keputihan, dan ditutupi lapisan lilin. Daging buahnya tebal, berwarna kuning,
lunak, tak berserat, dan tidak begitu banyak mengandung air.
Mangga Arumanis 143 memiliki biji kecil, lonjong pipih dengan panjang antara 13-14
cm. Panjang buahnya dapat mencapai 15 cm dengan berat rata-rata per buah 450 g.
Produktivitasnya cukup tinggi, dapat mencapai 54 kg/pohon.
Tebal, tak berserat, manis kadang ada aroma nanas diujung lidah Betapa tidak
membanggakan buah mangga Arumanis memiliki kulit yang tipis sehingga mudah disayat,
daging yang tebal tak berserat sehingga tidak usah cari cungkil gigi atau dental floss usai
mengonsumsinya. Soal rasa, daging mulus kuning ini selain juicy, manis terkadang ada
aroma nanas di lidah. Kadang penampilannya nampak masih “mengkel” hijau berbintik hitam
sedikit, namun ternyata sudah siap unduh.
Ditengah tingginya permintaan akan buah mangga baik dari dalam maupun luar
negeri, mangga Arumanis 143 adalah varietas unggulan yang sangat direkomendasikan untuk
dibudidayakan dalam skala perkebunan. Pangsa pasar utama mangga segar Indonesia adalah
Timur Tengah, Hongkong, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Varietas Arumanis-
143, Manalagi-69, Golek-31 masih menjadi primadona bagi konsumen buah mangga di
beberapa negara seperti Singapura, Eropa barat, USA, dan negara timur tengah.
B. Langkah – langkah
Didaerah tropis mangga dapat tumbuh sampai daerah pegunungan setinggi 1300 m
dpl. Namun pertumbuhan dan produksinya jelek yang paling cocok yaitu didataran rendah
sampai pada ketinggian 500 m dpl.
Pertmbuhan mangga dipengaruhi oleh ketinggian tanah dari permukaan laut. Setiap
naik 130 m waktu pembungaan mangga tertunda 4 hari. Sedangkan temperatur pertumbuhan
yang optimum untuk mangga adalah berkisar 24o-27o C. Tapi masih bisa bertahan pada
temperatur 4o-10o C. Tapi pertumbuhan dan produksi akan terganggu, sedangkan pada
temperatur 42o-44o C. Masih bisa bertahan tapi pertumbuhan dan produksi terganggu.
Curah hujan minimal 1000 mm pertahun dan musim kering 4-6 bulan pertahun, setiap
bulan rata-rata hujan tidak sampai 60 mm pertahun. Angin mempengaruhi produktivitas
mangga, adanya angin kencang akan mempercepat penguapan air dari tanah, air yang
diperlukan banyak berkurang sehingga pertumbuhan mangga tidak bisa optimal. Dampakl
lain buah mangga banyak yang rontok, untuk menghindari pengaruh negatif dari angin
kencang, ditepi perkebunan mangga ditanami tanaman pematah angin.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar hasil budidaya mangga kelak lebih optimal,
antara lain:
Iklim
Tanaman ini sangat menyukai musim kering yang ada di antara 3 bulan. Masa kering ini
sendiri sangat diperlukan buah mangga sebelum dan pada saat ia berbunga. Apa bila
ditanamai di wilayah basam maka mangga akan mendapatkan banyak serangan dan bunganya
biasanya lebih banyak gugur.
MediumTanam
Tanah yang cocok untuk mangga tentu yang gembur dan sedikit berpasir. Jauh lebih baik lagi
jika ia lempung dan seimbang kadar nitrogennya. Adapun derajat keasamannya antara 5,5
sampai 7,5. Apabila kurang dari 5,5 maka sebaiknya tanah terlebih dahulu dicampur dengan
dolomite.
KetinggianTempat
Mangga sebaiknya ditanam di wilayah dataran rendah sampai menengah dengan kisaran
tempat 0 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Buah yang ditanam di dataran tinggi
biasanya kurang berkualitas jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah ke
menangah.
C. Sifat Unggul Tetua
Pemilihan tetua yang digunakan adalah mangga (arumanis – 143) yang memang
terbilang istimewa karena memiliki daging buah yang tebal, tak berserat, manis dan
terkadang ada rasa nanas diujung lidah namun memiliki kekurangan dalam hal penampilan
luar khususnya kulit buah kurang disukai atau kurang menarik karena berwarna hijau saat
masa panen. Hal ini yang membuat mangga arumanis kurang diminati dikawasan eropa,
karena orang di daerah eropa memiliki anggapan bahwa buah yang memiliki warna menarik
atau warna-warna cerah biasanya buah yang tingkat kematangannya telah sempurna, ini
dikarenakan iklim eropa yang 4 musim sehingga cenderung menyukai buah yang berwarna
cerah. Mangga tersebut disilangkan dengan mangga jenis apel merah yang memiliki corak
menarik yaitu warna merah yang cerah dan memiliki semburat kuning yang amat bagus.
Varietas ini juga memiliki aroma yang wangi serta bertekstur lembut. Maka untuk
menghasilkan varietas baru yang baik maka perlu dilakukan persilangan antara mangga
arumanis – 143 dengan mangga apel merah, dengan harapan varietas baru yang dihasilkan
nantinya memiliki daging buah yang tebal, tak berserat, manis dan terkadang ada rasa nanas
diujung lidah serta memiliki kulit luar buah yang berwarna merah.
Metode pemuliaan persilangan kembali merupakan jalan yang tepat dari perbaikan
varietas yang meliputi sejumlah besar atribut tetapi kekurangan dalam beberapa karakter.
Seperti yang ditunjukkan oleh namanya, metode tersebut menggunakan sederet persilangan
kembali dari varietas yang akan diperbaiki dalam sifat-sifat yang diperbaiki dipelihara
dengan cara seleksi.
Pada tahap akhir dari persilangan kembali gen yang dipindahkan, tidak seperti semua
gen lainnya, akan menjadi heterogen. Persarian sejenis seuntai persilangan kembali
menghasilkan sifat homozigositas terhadap pasangan gen ini dan bila dipadukan dengan
seleksi, akan menghasilkan varietas dengan sifat adaptasi, daya hasil dan kualitas sifat-sifat
induk yang diulang, tepat sama tidak unggul dibandingkan dengan induknya dalam sifat khas
dalam program pemuliaan dilakanakan. Metode ini, tingkat pengontrolan genetik yang tinggi
terhadap populasinya.
Setelah di lakukan persilangan antara kedua tetua tersebut maka akan diperoleh hasil
tanaman mangga dengan kulit buah berwarna merah. Hasil persilangan tersebut akan diberi
nama mangga Arumared, pemberian nama ini disesuaikan dengan sifat buah yang sama
seperti arumanis namun memiliki kelebihan yaitu warna merah pada kulit buah.
Kemudian untuk melakukan pelepasan varietas unggul baru tersebut perlu evaluasi
terhadap penampilan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara namun tiga prinsip dasar
perlu diperhatikan, yaitu:
1. Agroekosistem di mana evaluasi/pengujian dilakukan perlu dikarakterisasi secara tepat.
2. Calon varietas tanaman yang paling sesuai dialokasikan pada setiap agroekosistem dan
3. Pengelompokan varietas mempunyai umur dan sifat tumbuh hampir sama.
Dan apabila pengujian yang lain juga berhail, maka varietas baru dapat dilepas oleh badan
terkait pelepasan varietas unggul di Indonesia yaitu Kementrian Pertanian.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan yaitu dalam
melakukan perakitan varietas baru perlu ditentukan sifat apa yang akan kita cetak atau kita
hasilkan, selanjutnya kita dapat memilih dan mencari tetua yang sesuai dengan yang kita
inginkan.
Makalah ini belum bisa ditentukan berhasil atau tidaknya karena ini hanya sebuah
makalah tanpa adanya penelitian lebih lanjut. Mungkin untuk kedepannya dapat diteruskan
dengan adanya penelitian dari makalah ini sehingga diperoleh varietas baru mangga yang
akan memperkaya komoditi hortikultura Indonesia dan dapat meningkatkan kualitas ekspor
Indonesia dibidang hortikultura khususnya mangga.
DAFTAR PUSTAKA
Verheij, . W. M., S. Sukonthasing, M. Wongrakpanich. 1992. Mangifera indica l. Dalam:
Verhweij, E. W. M. and R. E. Corenel (eds).
Ashari, s. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 482p.
Galleta, G. J. 1983. Pollen and seed Management. In: James, N. M. and J. Janick (eds).
Methods in Fruit Breeding. Indiana.
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1988. Tropical Fruits. CAB International. UK. 445p.
Singh. Et al. dalam galletta. 1983.
Balai Penelitian Tanaman. 2003. Pewarisan Warna Merah Buah Mangga Klon Cukurgondang
pada Arumanis-143. Laporan akhir penelitian. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok.
Oche, V.A., M. Soule, N. djikman, and C. Werburg. 1991. Tropical. New York. 689 pp.
Purnomo, s. 2000. Buku Komoditas Mangga. Balai penelitian Tanaman Buah, Solok. 6 hlm.