Tugas Teori A.T Mosher 2
Transcript of Tugas Teori A.T Mosher 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk selalu
meningkatkan produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan
produktivitas usaha tiap petani dengan menambah modal, skill, dan campur tangan
manusia. Tujuan pembangunan pertanian, antara lain adalah, meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, membuka lapangan kerja dan
meningkatkan ketahanan pangan. Misi pembangunan pertanian antara lain,
melaksanakan pembangunan pertanian dengan pendekatan agribisnis, memanfaatkan
sumber daya pertanian secara optimal dan meningkatkan aktivitas pedesaan. Peranan
pembangunan pertanian dalam pembangunan ekonomi antara lain, menyediakan
bahan pangan dan bahan baku untuk industri, menyediakan tenaga potensial sektor
nonpertanian, menghasilkan tambahan modal, dan sebagai sumber devisa.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembangunan pertanian di suatu
negara merupakan tugas yang sangat rumit jika dikaitkan dengan keadaan pertanian
di Indonesia saat ini. Mengembangkan pertanian di Indonesia tidak hanya
membutuhkan teknik dan teknologi semata. Teknik dan teknologi yang ada harus
dikombinasikan dan digunakan dengan kecerdasan, kerja keras, dan semangat yang
menggebu-gebu dari pelaku-pelaku pertanian itu sendiri. Dalam literaturnya yang
berjudul “Menggerakkan dan Membangun Pertanian” (Getting Agriculture Moving),
Mosher menyebutkan ada beberapa aspek dan syarat-syarat mutlak yang berpengaruh
dalam membangun pertanian.
Pembangunan pertanian yang berkelanjutan (sustainable) membutuhkan
pengembangan konsep dasar dari berbagai teori yang diaplikasikan ke dalam sistem
pertanian yang ada. Dengan demikian konsep dari pembangunan pertanian yang telah
dirancang dapat segera terwujud ke dalam karya nyata. Salah satu hasil nyata dari
permbangunan pertanian yang berjalan dengan baik adalah dengan terciptanya
swasembada pangan yang berkelanjutan.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun penyusunan makalah ini memiliki beberapa tujuan yang terarah
yaitu :
1. Memahami unsur-unsur pertanian, syarat mutlak dan pelancar pembangunan
pertanian A.T Mosher.
2. Mengetahui perkembangan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan
hingga saat ini.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan berbagai asumsi yang telah dikemukakan maka dapat diajukan
permasalahan :
1. Adakah aspek-aspek yang perlu di integrasikan pada teori Mosher dengan
konsep pemabangunan pertanian bekelanjutan yang berkembang sekarang?
2. Sejauh mana ide atas konsep pembangunan pertanian berkelanjutan terhadap
berbagai aspek teori A.T Mosher?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unsur - Unsur Pertanian Menurut A.T Mosher
Dalam literaturnya yang berjudul “Getting Agricultural Moving” atau dalam
bentuk saduran yang berjudul “ Menggerakkan dan Membangun Pertanian”, A.T
Mosher mengemukakan bahwa unsur-unsur pertanian adalah sebagai berikut:
1. Proses Produksi
Proses produksi di sini maksudnya adalah ketika manusia mulai
mengendalikan atau menguasai tanaman , dengan mengaturnya sedemikian
rupa sehingga menguntungkan. Berdasarkan tingkat penguasaannya maka
pertanian dibedakan menjadi dua yaitu pertanian yang primitive dan pertanian
yang ilmiah. Pada pertanian yang primitif, pelaku menerima apa adanya
keadaan tanah, curah hujan, berbagai faktor lainnya. Lain halnya dengan
pertanian yang ilmiah, mereka menggunakan “akalnya” untuk meningkatkan
penguasaannya terhadap semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
2. Petani
Petani dalam menjalankan usahatani memegang dua peranan penting yaitu
sebagai juru tani dan sebagai manajer. Petani sebagai juru tani sepertinya
sudah dapat dibayangkan tugas-tugas yang akan dikerjakan tidak akan jauh
dari bercocok tanam dan kegiatan lainnya di lapangan. Sedangkan petani
sebagai manager, kerja otak lebih diutamakan dibandingkan kerja otot. Hal
yang harus dipikirkan oleh petani sebagai seorang manajer adalah dalam
menentukan pilihan dari berbagai tanaman yang mungkin ditanam,
menentukan benih, pupuk, pestisida yang akan digunakan, dan juga
menentukan kapan harus menjual hasil-hasil buminya dan kepada siapa.
3. Usahatani (The Farm)
Definisi usahatani di sini adalah tanah tempat bercocok tanam. Selain itu
usaha tani juga mencakup bangunan yang dibuat di atasnya seperti sumur,
saluran irigasi, dan bangunan lainnya yang terdapat di sana.
4. Usahatani Sebagai Perusahaan
Setiap petani di dalam menjalankan usahataninya, pada hakekatnya
menjalankan satu perusahaan pertanian. Hal ini dikarenakan tujuan tiap-tiap
petani adalah ekonomis yaitu memproduksi hasil pertanian yang berasal dari
input dan untuk menghasilkan output dan mendapatkan keuntungan dari
produksinya.
2.2 Syarat - Syarat Mutlak Pembangunan Pertanian
A.T Mosher telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak
negara dan menggolong-golongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-
syarat pelancar. Terdapat lima syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya
pembangunan pertanian. Jika syarat-syarat tersebut tidak ada, maka terhentilah
pembangunan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tetapi sifatnya statis. Syarat
mutlak yang harus ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher, 1965;77)
adalah :
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani.
Harga baik atau buruk (tinggi atau rendah) pada umumnya dilihat petani
dalam hubungan dengan harga-harga saat panen sebelumnya. Pembangunan
pertanian meningkatkan produksi hasil pertanian. Untuk hasil-hasil itu perlu
ada pasaran serta harga yang cukup tinggi guna membayar kembali biaya-
biaya tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani sewaktu
memproduksikannya. Diperlukan tiga hal dalam pasaran untuk hasil usaha
tani (A.T Mosher, 1965;78), yaitu :
o Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu ada
permintaan (demand) terhadap hasil usaha tani ini.
o Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani,
sistem tataniaga.
o Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga itu. Kebanyakan
petani harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau di pasar
setempat. Karena itu, perangsang bagi mereka untuk memproduksi
barang-barang jualan, bukan sekedar untuk dimakan keluarganya
sendiri, lebih banyak tergantung pada harga setempat. Harga ini untuk
sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga yang
menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-
mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Teknologi sering diartikan
sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri.
Tetapi A.T Mosher (1965;93) mengartikan teknologi pertanian sebagai cara-
cara untuk melakukan pekerjaan usaha tani. Di dalamnya termasuk cara-cara
bagaimana petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut
hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula didalamnya benih, pupuk,
pestisida, obat-obatan serta makanan ternak yang dipergunakan, perkakas, alat
dan sumber tenaga. Termasuk juga didalamnya berbagai kombinasi cabang
usaha, agar tenaga petani dan tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.
3. Tesedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Petani pada dasarnya kesulitan dalam mencari bahan-bahan dan alat-alat
produksi yang notabene buatan dalam negeri atau local. Barang-barang buatan
dalam negeri pada umumnya lebih terjangkau daripada barang-barang dari
luar. Hal ini dibutuhkan petani untuk menekan biaya produksi sehingga
mendapatkan laba yang lebih besar. Barang lokal yang akan diperkenalkan
kepada petani sebaiknya telah melalui berbagai pengujian dan memiliki
kualitas yang tidak kalah dengan produk-produk impor agar para petani
tertarik dan akan menggunakan produk lokal ini secara terus menerus.
Distribusi barang juga harus diperhatikan agar tidak ada kelangkaan barang
penunjang produksi pertanian yang dapat berakibat fatal bagi petani tersebut.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani
Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi member kesempatan kepada petani untuk
menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh
pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani. Pemerintah
menciptakan kebijakan khusus yang dapat merangsang pembangunan
pertanian. Akhirnya kebijakan harga pada umumnya yang menjamin stabilitas
harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan
rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti
dalam usaha untuk meningkatkan produksi.
Jadi perangsangan yang dapat secara efektif mendorong petani untuk
menaikan produksinya adalah bersifat ekonomis (A.T Mosher,1965), yaitu:
Perbandingan harga yang menguntungkan.
Bagi hasil yang wajar. Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli
petani untuk keluarganya
5. Tersedianya perangkutan yang lancar dan kontinyu.
Dalam pembangunan pertanian terdapat unsure transportasi. Tanpa
transportasi yang efisien dan murah maka pembangunan pertanian tidak dapat
diadakan secara efektif. Pentingnya transportasi adalah bahwa produksi
pertanian harus tersebar meluas, sehingga diperlukan jaringan pengangkutan
yang menyebar luas, untuk membawa sarana dan alat produksi ke tiap usaha
tani dan membawa hasil usaha tani ke pasaran konsumen baik kota besar atau
kota kecil. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi biaya transportasi
(A.T Mosher,1965) antara lain:
Sifat barang yang harus diangkut, berapa berat atau besarnya barang
tersebut.
Jarak pengangkutan barang-barang tersebut.
Banyaknya barang yang diangkut
Jenis alat transportasi
2.3 Menggerakkan dan Membangun Pertanian
Jika kita bertanya hal apakah yang akan menggerakkan pertanian dan
mengusahakannya agar terus berjalan ke arah produktivitas yang terus meningkat?
Jawaban dari pertanyaan itu adalah “hampir segala hal”. Pertanian yang bersifat
progresif akan bersinggungan langsung dengan hampir segala aspek dalam pertanian
bahkan dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara. Aspek tersebut meliputi tata
cara bercocok tanam, perniagaan hasil pertanian, lembaga-lembaga penelitian di
bidang pertanian, hingga kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pertanian. Selain
itu, kita harus memikirkan industrialisasi dengan segala bentuknya, pendidikan
beserta contoh dan isinya, perbankan, perundang-undangan, dan efisiensi administrasi
dalam berbagai kementrian. Syarat-syarat mutlak yang sudah dibicarakan di atas juga
merupakan syarat yang harus ada dalam menggerakkan pertanian, jika salah satu saja
tidak ada maka pertanian tidak akan bergerak maju, ia akan bergerak di tempat atau
bahkan bergerak ke belakang. Selain itu syarat pelancar/penunjang juga harus
diperhatikan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Konsep Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR,
1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk
usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam”.Ciri-ciri pertanian berkelanjutan:
Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumberdaya alam dipertahankan
dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan – dari manusia, tanaman,
dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan terpenuhi
jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumberdaya lokal
digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang
dikeluarkan, dan dapat melestarikan sumberdaya alam dan meminimalisasikan
risiko.
Adil, yang berarti sumberdaya dan kekuasaan disistribusikan sedemikian rupa
sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan
begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai,
dan bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta
dalam pengambilan keputusan, di lapangan dan di masyarakat.
Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup
(manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan
yang mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang)
dan termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual
masyarakat.
Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan diri
dengan ubahan kondisi usahatni yang berlangsung terus, misalnya, populasi
yang bertambah, kebijakan, permintaan pasar, dll.
Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan
dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu
sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi kemaslahatan umat
manusia untuk generasi sekarang dan mendatang. Pertanian berkelanjutan dengan
pendekatan sistem dan besifat holistik mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan
disiplin ilmu yang sudah mapan antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan
budaya. Sistem pertanian berkelanjutan juga berisi suatu ajakan moral untuk berbuat
kebajikkan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga
matra atau aspek sebagai berikut
1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak
boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah
indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismena
dikendalikan oleh hukum alam.
2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus
mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain,
untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem
ekologi maupun diluar sistem ekologi.
3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus
selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung
tinggi oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan
mengusahakan peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra
ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau
dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya,
pencemaran udara karena bau kotoran ayam.
3.2 Identifikasi Ide Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan terhadap Teori
Mosher
Dari beberapa konsep dan ide-ide pembangunan pertanian yang berkelanjutan
di atas dapat dilihat bahwa aspek teori Moshes sudah tercakup begitu dalam dan
merupakan salah satu dasar dari pemikiran pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dan bahkan telah berkembang jauh melebihi teori-teori yang
dikemukakan oleh Mosher. Terdapat beberapa aspek yang bahkan “tertinggal” oleh
pemikiran Moshes. Dalam teorinya Mosher menyampingkan pertanian yang dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Hal ini
membuktikan bahwa perkembangan pertanian yang bersifat berkelanjutan telah
berkembang menjadi lebih modern dan lebih memikirkan lingkungan yang mulai
tidak bersahabat bagi manusia. Tidak hanya interaksi antara manusia ke manusia,
konsep pembangunan pertanian berkelanjutan juga menyadari interaksi antara
manusia kepada lingkungan sekitarnya merupakan aspek yang penting.
Untuk mencapai pembangunan pertanian berkelanjutan dalam konteks
globalisasi dan demokratisasi ekonomi dengan menggunakan aspek A.T Mosher
perlu adanya suatu perubahan sistem yang sesuai.
Perubahan yang dihadapi dalam sistem pertanian berkelanjutan yaitu:
1. Membangun pemerintah yang baik dan memposisikan pertanian sebagai sektor
andalan perekonomian nasional.
Pemerintah sebagai agen pembangunan harus memiliki cara penyelenggaraan
pemerintah yang baik(good goverment) sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian yaitu; bersih (clean), berkemampuan(competent),
memberikan hasil positif(credible), dan secara publik dapat dipertanggung
jawabkan(accountable).
2. Mewujudkan kemandirian pangan dalam tatanan perdagangan dunia yang bebas
dan tidak adil
Di negara Indonesia juga menghadapi permasalahan dalam negeri yang berkaitan
dengan produksi pangan yaitu:
Upaya meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi jumlah petani gurem,
sementara pada saat bersamaan muncul gejala pelambatan produktivitas dan
penurunan nilai tukar petani;
Upaya mempertahankan momentum pertumbuhan tinggi produksi pangan dan
membalikkan kecenderungan deselerasi pertumbuhan produksi menjadi
akselerasi;
Upaya mengatasi fenomena ketidakpastian produksi; dan
Upaya meningkatkan daya saing produk pangan.
3. Mengurangi jumlah petani miskin, membangun basis bagi partisipasi petani dan
pemerataan hasil pembangunan
Faktanya, sebagian besar mata pencaharian penduduk di pedesaan bergantung
pada sektor pertanian. Maka hal ini berarti bahwa permasalahan kemiskinan
terkait dengan sektor pertanian.
4. Meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian
Pertumbuhan sektor pertanian yang makin cepat akan memacu pertumbuhan
sector-sektor lain secara lebih cepat melalui kaitan ke belakang dan ke depan
dalam kegiatan produksi dan konsumsi. Dengan demikian, sektor pertanian akan
lebih dikenal sebagai pengganda tenaga kerja, dan bukan sekedar pencipta
kesempatan kerja.
5. Membangun system agribisnis terkoordanatif
Struktur agribisnis kita saat ini dapat digolongkan sebagai tipe dispersal. Struktur
dispersal dicirikan oleh tiadanya hubungan organisasi fungsional disetiap
tingkatan usaha. Jaringan ahribisnis praktis hanya diikat dan dikoordinir oleh
mekanisma pasar (harga). Hubungan diantara sesama pelaku pelaku agribisnis
praktis bersifat tidak langsung dan impersonal. Dengan demikian pelaku
agribisnis hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan tidak menyadari bahwa
mereka saling membutuhkan. Bahkan hubungan diantara pelaku agribisnis
cenderung berkembang menjadi bersifat eksploitatif yang pada akhirnya
menjurus ke kematian bersama.
6. Melestarikan sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup
Permasalahan lingkungan hidup yang dihadapi banyak berkaitan dengan
penurunan kualitas lingkungan di wilayah hulu yang berakibat langsung pada
kualitas lingkungan di wilayah hilir. Penurunan luas baku lahan pertanian,
khususnya lahan sawah, yang telah berlangsung sejak paruh kedua decade 1980-
an, saat ini cenderung makin besar seiring dengan peningkatan konversi ke non
pertanian, khususnya di pulau Jawa,. Pada beberapa tahun terakhir, luas baku
lahan sawah di luar Jawa juga telah mengalami penurunan.
7. Membangun system iptek yang efisien
Permasalan utama yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan dengan pemanfaatan
IPTEK pertanian adalah belum terbangunnya secara efisien system IPTEK
pertanian mulai dari hulu (penelitian tinggi dan strategi) sampai hilir (pengkajian
spesifik lokasi dan diseminasi penelitian kepada petani). Selain itu, efisiensi
system IPTEK pertanian ini perlu didukung dengan sistem pendidikan pertanian
yang mampu menghasilkan peneliti yang berkemampuan (competent) dan
produktif (credible). Juga perlu dibangun kembali sistem penyuluhan petani yang
lebih efektif dan efisien.
BAB IV
KESIMPULAN
Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk selalu
meningkatkan produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi pendapatan
dan produktivitas usaha tiap petani dengan menambah modal, skill, dan
campur tangan manusia.
Unsur - unsur pertanian menurut A.T Mosher meliputi proses produksi,
petani, usahatani (the farm), dan usahatani sebagai perusahaan.
Syarat - syarat mutlak pembangunan pertanian yang dikemukakan oleh
Mosher merupakan syarat yang harus ada dalam membangun pertanian.
Konsep pertanian yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan
dipertajam dengan kajian pemikiran, model, metode, dan teori berbagai
disiplin ilmu sehingga menjadi suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan
bagi kemaslahatan umat manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.
Konsep klasik Mosher tersebut perlu disesuaikan dengan memperhatikan
empat faktor di bawah ini, yaitu :
o Pemanfaatan sumber daya tanpa harus merusak lingkungannya
(resource endowment).
o Pemanfaatan teknologi yang senantiasa berubah (technological
endowment).
o Pemanfaatan institusi atau kelembagaan yang saling menguntungkan
pembangunan pertanian (institutional endowment).
o Pemanfaatan budaya untuk keberhasilan pembangunan pertanian
(cultural endowment).
DAFTAR PUSTAKA
Krisnandhi .S .1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. C.V YASAGUNA:
Jakarta
http://agrimaniax.blogspot.com/2010/06/konsep-pembangunan-pertanian.htm Diakses
pada tanggal 19 September 2010
http://informasi34.blogspot.com/2008/12/teori-teori-pertanian.html Diakses pada
tanggal 19 September 2010
http://www.deptan.go.id/renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.pdf. Diakses
pada tanggal 19 September 2010
http://eone87.wordpress.com/2010/01/24/agriculture-sustainable-
pertanianberkelanjutan/ Diakses pada tanggal 19 September 2010
http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online Diakses pada tanggal 19 September 2010
TEORI A.T MOSHER DAN KAITANNYA DENGAN KONSEP
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
“Dibuat berdasarkan tugas Mata Kuliah Pembangunan Pertanian Semester 5”
Disusun Oleh:
Kukuh Dwi Oktantyo
150110080075
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010