Tugas Studek 2013.pdf

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seperti yang sudah kita ketahui bahwa semakin lama, jumlah penduduk yang ada di dunia semakin bertambah pesat. Di mana pertumbuhan penduduk yang terlalu pesat akan berdampak buruk bagi kehidupan. Contohnya dalam bidang ekonomi, dimana kelebihan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan perusahaan yang ada, akan dapat mengakibatkan banyaknya pengangguran. Dan para pengangguran ini nantinya akan dapat berpeluang untuk mengakibatkan timbulnya tidakan kriminalitas seperti pencurian dan penjambretan. Selain itu, pertambahan jumlah penduduk yang terlalu pesat juga berpengaruh terhadap keterbatasan lahan untuk membangun tempat tinggal. Seperti yang kita ketahui, bahwa lahan yang ada di bumi ini terbatas dan tidak dapat untuk diperbanyak. Oleh karena itu diperlukan sebuah pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan cara membangun tempat tinggal yang memiliki lantai lebih dari satu atau bangunan bertingkat. Dengan demikian, maka permasalahan tempat yang sempit untuk tempat tinggal dapat teratasi. Bangunan yang bertingkat memang menguntungkan pada lahan yang sempit, akan tetapi akan timbul permasalahan apa bila tiba-tiba terjadi bencana yang tidak terduga seperti kebakaran. Untuk bangunan bertingkat yang memilki jumlah lantai hanya dua, masih dapat dijangkau dengan mudah oleh para petugas pemadam kebakaran. Berbeda dengan bangunan yang memiliki ketinggian lantai lebih dari dua dan mungkin bisa hingga puluhan lantai. Jika terjadi kebakaran pada lantai tertinggi dari bangunan tersebut, maka alat pemadam milik petugas pemadam kebakaran tidak akan dapat menjangkau bagian dari gedung yang terbakar tersebut. Oleh karena itu bangunan-bangunan tinggi yang mencapai puluhan lantai harus dilengkapi dengan sistem pemadaman kebakaran yang tepat untuk bangunan tinggi.

description

tgs

Transcript of Tugas Studek 2013.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa semakin lama, jumlah penduduk yang

ada di dunia semakin bertambah pesat. Di mana pertumbuhan penduduk yang terlalu

pesat akan berdampak buruk bagi kehidupan. Contohnya dalam bidang ekonomi,

dimana kelebihan jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan perusahaan yang

ada, akan dapat mengakibatkan banyaknya pengangguran. Dan para pengangguran ini

nantinya akan dapat berpeluang untuk mengakibatkan timbulnya tidakan kriminalitas

seperti pencurian dan penjambretan.

Selain itu, pertambahan jumlah penduduk yang terlalu pesat juga berpengaruh

terhadap keterbatasan lahan untuk membangun tempat tinggal. Seperti yang kita

ketahui, bahwa lahan yang ada di bumi ini terbatas dan tidak dapat untuk

diperbanyak. Oleh karena itu diperlukan sebuah pemecahan masalah untuk mengatasi

permasalahan tersebut, yaitu dengan cara membangun tempat tinggal yang memiliki

lantai lebih dari satu atau bangunan bertingkat. Dengan demikian, maka

permasalahan tempat yang sempit untuk tempat tinggal dapat teratasi.

Bangunan yang bertingkat memang menguntungkan pada lahan yang sempit,

akan tetapi akan timbul permasalahan apa bila tiba-tiba terjadi bencana yang tidak

terduga seperti kebakaran. Untuk bangunan bertingkat yang memilki jumlah lantai

hanya dua, masih dapat dijangkau dengan mudah oleh para petugas pemadam

kebakaran. Berbeda dengan bangunan yang memiliki ketinggian lantai lebih dari dua

dan mungkin bisa hingga puluhan lantai. Jika terjadi kebakaran pada lantai tertinggi

dari bangunan tersebut, maka alat pemadam milik petugas pemadam kebakaran tidak

akan dapat menjangkau bagian dari gedung yang terbakar tersebut. Oleh karena itu

bangunan-bangunan tinggi yang mencapai puluhan lantai harus dilengkapi dengan

sistem pemadaman kebakaran yang tepat untuk bangunan tinggi.

2

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan bahaya api?

2. Bagaimana sistem penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan tinggi?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk memenuhi kewajiban

dalam mengikuti matakuliah Studi Ekskursi pada semester V. Selain itu untuk dapat

mengetahui apa yang dimaksud dengan bahaya api dan capa penanggulangan bahaya

kebakaran pada bangunan tinggi.

1.4 MANFAAT

Ada pun manfaat yang diperoleh dari pembuatan tugas ini adalah dapat

menambah dan memperkaya wawasan penulis maupun pembaca mengenai bahaya

api. Dan diharapkan nantinya dapat mengetahui bangaimana cara penanggulangan

bahaya kebakaran pada bangunan tinggi.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BAHAYA API

Api merupakan sebuah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses

pembakaran kimiawi yang menghasilkan panas, cahaya dan berbagai hasil kimia

lainnya. Api dapat diibaratkan sebuah pisau bermata dua, yang dapat membantu dan

dapat pula melukai. Jika dalam jumlah yang tepat, maka api akan dapat membantu

kegiatan rumah tangga dengan baik. Apabila jumlahnya berlebihan, maka api akan

dapat merugikan dan dapat menimbulkan kebakaran yang dapat menelan korban jiwa.

Api atau titik api berasal dari tiga faktor, yaitu bahan bakar, oksigen dan panas

yang hadir dalam jumlah tertentu. Jika oksigen, panas dan bahan bakar yang ada

dapat dikurang dibawah tingkat tertentu, maka titik api dapat dicegah. Prinsip ini

adalah dasar yang dipergunakan dalam praktek pencegahan dan penanggulangan

bahaya kebakaran (Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek dan Praktisi

Bangunan, S. Juwana MSAE, Ir. Jimmy).

Gambar 1. Segitiga Api terdiri dari panas,

oksigen dan bahan bakar.

Sumber: www.google.com

Titik api yang timbul pada suatu tempat memiliki beberapa mekanisme

tertentu untuk dapat menyebar ke seluruh bangunan atau gedung. Mekanisme tersebut

dapat berupa konduksi, konveksi dan radiasi. Konduksi dapat terjadi jika panas

dipindahkan secara langsung melalui suatu bentuk struktur dari sumber api yang

terdekat, sebagaimana terjadi pada pengurangan kekuatan tulangan baja pada struktur

beton bertulang jika suhu meningkat di atas 400o C. Konveksi terjadi jika gas atau

4

udara panas meningkat di dalam gedung, di mana api dengan mudah menjalar dari

tanah ke lantai atasnya melalui lubang tangga atau lubang saluran (shaft). Radiasi

merupakan penjalaran api menurut garis lurus dari bahan yang terbakar ke bahan

yang mudah terbakar (Panduan Sistem Bangunan Tinggi Untuk Arsitek dan Praktisi

Bangunan, S. Juwana MSAE, Ir. Jimmy).

Pada umumnya penjalaran dari api tersebut tergantung dari jenis barang-

barang yang ada di dalam sebuah gedung, kemampuan dari struktur bangunan untuk

dapat bertahan terhadap api dan lokasi gedung terhadap sumber api itu sendiri. Ada

pun berikut ini adalah pengklasifikasian dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh

adanya kebakaran.

1. Bahaya kebakaran ringan

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang

mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran

melepaskan panas rendah dan menjalarnya api lambat.

2. Bahaya kebakaran rendah kelompok I

Bangunan mempunyai nilai kemungkinan terbakar rendah, penimbunan bahan

yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari 2,50 meter dan

apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, penjalaran api sedang.

3. Bahaya kebakaran rendah kelompok II

Bangunan mempunyai nilai kemungkinan terbakar sedang, penimbunan bahan

yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari 4,00 meter dan

apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, penjalaran api sedang.

4. Bahaya kebakaran rendah kelompok III

Bangunan mempunyai nilai kemungkinan terbakar tinggi dan apabila terjadi

kebakaran melepaskan panas yang tinggi, sehingga penjalaran api cepat.

5. Bahaya kebakaran berat

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang

mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran

melepaskan panas sangat tinggi dan menjalarnya api sangat cepat.

5

2.2 SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN PADA

BANGUNAN TINGGI

Untuk dapat menambah kenyamanan dan keselamatan pada bangunan tinggi,

maka diperlukan sistem penanggulangan bahaya kebakaran yang sesuai dengan

standar-standar yang berlaku. Dengan demikian, maka bahaya akan terjadi kebakaran

akan dapat untuk diminimalisisr.

Adapun penanggulangan bahaya kebakaran pada umumnya dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran secara pasif, dan yang kedua adalah pencegahan

dan penanggulangan bahaya kebakaran secara aktif.

Yang dimaksud dengan pencegahan dan penanggulangan secara pasif

merupakan sistem yang bertumpu pada rancangan bangunan yang memungkinkan

orang untuk dapat keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi kebakaran

atau dalam kondisi darurat lainnya. Sedangkan pencegahan dan penanggulangan

secara aktif yaitu merupakan sistem yang mempergunakan peralatan-peralatan

tertentu yang ikut berperan dalam pencegahan maupun penanggulangan bahaya

kebakaran.

2.2.1 SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PASIF

Sistem yang bertumpu dari rancangan bangunan ini terdiri dari konstruksi

tahan api, pintu keluar, koridor dan jalan keluar, kompartemen darurat, evakuasi

darurat, dan pengendali asap.

A. KONSTRUKSI TAHAN API

Konsep konstruksi tahan api terkait pada kemampuan dinding luar, lantai, dan

atap untuk dapat menahan api di dalam bangunan atau kompartemen. Dahulu, sistem

yang mengukur ketahanan terhadap kebakaran dihitung dalam jumlah jam, dan

kandungan bahan struktur tahan api. Namun sekarang, hal ini dianggap tidak cukup,

6

dan spesifikasi praktis yang digunakan adalah suatu konstruksi yang mempunyai

tingkat kemampuan untuk bertahan terhadap api. Definisi ini menyatakan beberapa

ketentuan yang terkait pada kemampuan struktur untuk tahan terhadap api tanpa

mengalami tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang berarti, dan

mencegah menjalarnya api keseluruh bangunan. Berdasarkan Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985, ketentuan pencegahan dan penanggulangan

bahaya kebakaran pada gedung dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :

Bangunan Kelas A :

Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan

sekurang-kurangnya 3 jam.

Bangunan Kelas B :

Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan

sekurang-kurangnya 2 jam.

Bangunan Kelas C :

Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan

sekurang-kurangnya setengah jam.

Bangunan Kelas D :

Bangunan yang tidak mencakup kelas A, B, dan C, tidak diatur dalam

ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus, seperti : instalasi nuklir dan bangunan-

bangunan yang digunakan sebagai gudangnya bahan-bahan yang mudah meledak.

Pada umumnya, bahan bangunan yang terbaik yang dapat bertahan terhadap

api adalah dengan mempergunakan bahan yang terbuat dari baja. Bahan baja dapat

dipergunakan sebagai tulangan kolom dan balok pada struktur sebuah bangunan.

Meskipun dapat bertahan terhadap api, bahan baja juga akan melelh jika terkena

panas yang sangat tinggi. Oleh karena itu perlu diberikan perlindungan juga, agar

panas dari api yang merambat, tidak cepat merusak baja. Perlindungan terhadap baja

dapat dilakukan dengan melakukan pengecoran dengan beton, ditutupi dengan panel

7

vermiculite, atau disemprot dengan lapisan vermiculite atau disemprot dengan lapisan

tahan api.

Gambar II. Bentuk perlindungan baja terhadap api.

Sumber : www.google.com

B. PINTU KELUAR

Beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh pintu keluar diantaranya adalah:

a. Pintu harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam.

b. Pintu harus dilengkapi dengan minimal tiga engsel.

c. Pintu juga harus dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis (door closer).

8

d. Pintu dilengkapi dengan tuas atau tungkai pembuka pintu yang berada di luar ruang

tangga (kecuali tangga yang berada di lantai dasar, berada di dalam ruang tangga),

dan sebaiknya menggunakan tuas pembuka yang memudahkan, terutama dalam

keadaan panik (panic bar).

e. Pintu dilengkapi tanda peringatan: ”TANGGA DARURAT TUTUP KEMBALI”.

f. Pintu dapat dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas maksimal 1 m2 dan

diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu.

g. Pintu harus dicat dengan warna merah.

C. KORIDOR DAN JALAN KELUAR

Setiap koridor harus

dilengkapi dengan papan

petunjuk arah keluar, demi

memudahkan evakuasi pada

saat terjadi bencana. Tanda

exit juga harus dilengkapi

dengan anak panah penunjuk

pintu keluar. Tanda keluar

juga harus dilengkapi dengan

lampu yang dapat menyala

pada saat situasi darurat,

dengan cahaya yang tidak

kurang dari 50 lux.

Gambar III Papan penunjuk arah keluar

Sumber: www.google.com

9

D. KOMPARTEMEN DARURAT

Gambar IV Ruang

penampungan sementara pada

saat terjadi bencana

Sumber : www.google.com

Pada bangunan tinggi

di mana mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat adalah suatu hal

yang mustahil, kompartemen dapat menyediakan penampungan sementara bagi

penghuni atau pengguna bangunan untuk menunggu sampai api dipadamkan atau

jalur menuju pintu keluar sudah aman.

E. EVAKUASI DARURAT

Evakuasi darurat pada umumnya dapat melalui tangga yang dilengkapi

dengan penghisap asap (exhaust) dan pengalir udara segar (blower), untuk membuat

tangga bebas dari gas atau asap yang dapat mengganggu jalannya evakuasi. Selain itu

pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lift darurat yang dapat mempermudah

evakuasi. Dinding keseluruhannya juga harus dapat menahan api dan tidak terdaat

bahan-bahan yang tidak

mudah untuk terbakar.

Gambar V Tangga dan lift

darurat

sumber : www.google.com

10

Berikut ini adalah persyaratan tangga darurat :

1. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang mempunyai ketahanan

kebakaran kebakaran selama 2 jam

2. tangga dipisahkan dari ruangan lain dengan dinding beton yang tebalnya 15

cm atau tebal tembok 30 cm dan mempunyai ketahanan terhadap api selama 2

jam

3. Bahan finishing lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak

licin, dengan handrail terbuat dari besi.

4. Lebar tangga minimum 120 cm

5. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan api selama 2 jam

6. Semua pintu membuka ke arah tangga kecuali pintu paling atas dan paling

bawah yang langsung berhubungan dengan luar dan membuka keluar.

7. letak pintu kebakaran paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam jarak

radius 30 meter.

F. PENGENDALI ASAP

Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya

perbedaan suhu ruangan. Pada bangunan tinggi, perambatan asap juga disebabkan

oleh dampak timbunan asap yang yang mencari jalan keluar dan dapat tersedot

melalui lubang vertikal yang ada, seperti ruang tangga, ruang luncur lift, ruang

saluran vertikal (shaft) atau atrium. Perambatan ini dapat pula terjadi melalui saluran

tata udara yang ada dalam bangunan.

11

Gambar VI Gambar

tirai penghalang asap

Sumber :

www.google.com

Beberapa media yang

dapat digunakan

untuk mengendalikan

asap sangat tergantung dari fungsi dan luas bangunan, di antaranya:

Jendela, pintu, dinding/partisi, dan lain-lain yang dapat di buka sebanding

dengan 10% luas lantai.

Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap otomatis.

Sistem ini dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan

peralatan mekanis (exhaust fan atau blower).

Gambar VII Pengendali asap pada bangunan tinggi

Sumber : www.google.com

Ventilasi di atap gedung dapat secara permanen terbuka atau dibuka dengan

alat bantu tertentu atau terbuka secara otomatis.

12

Gambar VIII Ventilasi pada atap bangunan dapat mempermudah bagi petugas

pemadam kebakaran untuk memadamkan api dari atas gedung

Sumber : www.google.com

Pada awalnya penggunaan atrium tidak diperbolehkan, karena dikhawatirkan

menjadi cerobong asap pada saat terjadi kebakaran. Tetapi sekarang banyak bangunan

tinggi yang dilengkapi dengan atrium dengan syarat-syarat sebagai berikut :

Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara di atas bangunan.

Pintu keluar yang berada pada sekeliling atrium harus menggunakan pintu

tahan api.

Bangunan dengan fungsi hotel, apartemen dan asrama hanya boleh

mempunyai atrium maksimal 110 m² dan dilengkapi dengan pintu keluar yang

tidak menuju atrium.

Adanya pemisahan vertikal, sehingga lubang atrium maksimal terbuka

setinggi tiga lantai.

Pemisahan vertikal ini berlaku pula bagi ruang pertemuan dengan kapasitas

300 orang atau lebih dan perkantoran yang berada di bawah apartemen, hotel,

atau asrama.

Mezanin dibuat dengan bahan yang tahan api sekurang-kurangnya dua jam.

Ruangan yang bersebelahan dengan mezanin dibuat dengan bahan tahan api

sekurang-kurangnya satu jam.

Jarak dari lantai dasar ke lantai mezanin sekurang-kurangnya adalah 2,2

meter.

Mezanin tidak boleh terdiri dari dua lantai.

13

10 % dari luas mezanin dapat ditutup misalnya untuk kamar kecil, ruang

utilitas dan kompartemen).

Gambar IX Dimensi atrium

Sumber : www.google.com

Ruang mezanin yang

tertutup harus

mempunyai dua pintu

keluar.

Jarak tempuh antar

pintu keluar

maksimum adalah 35

meter.

2.2.2 SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN AKTIF

A. ALAT PENGINDRAAN DAN PERINGATAN DINI (DETEKTOR)

Bangunan dilengkapi dengan sistem tanda bahaya (alarm system) jika terjadi

kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali kebakaran, sedang

sub-panelnya dapat dipasang disetiap lantai berdekatan dengan kotak hidran.

Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan cara memecahkan

kaca tombol saklar tanda kebakaran atau bekeraj secara otomatis, dimana tanda

bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor asap atau panas)

atau sistem sprinkler.

14

GambarX Sistem

tanda bahaya

kebakaran

Sumber :

www.google.com

Ketika detektor berfungsi, hal itu akan terlihat pada monitor yang ada pada

panel utama pengendali kebakaran, dan tanda bahaya dapat dibunyikan secara

manual, atau secara otomatis, di mana pada saat detektor berfungsi terjadi arus

pendek yang akan menyebabkan tanda bahaya tertentu berbunyi. Persyaratan

pemasangan detektor panas :

a. Dipasang pada posisi 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langit-

langit.

b. Pada satu kelompok sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah.

c. Untuk setiap luas lanatai 46 m² dengan tinggi langit-langit 3,00 meter.

d. Jarak antar detektor tidak lebih dari 7,00 meter untuk ruang aktif, dan tidak

lebih dari 10,00 meter untuk ruang sirkulasi.

e. Jarak detektor dengan dinding minimum 30 cm.

f. Pada ketinggian berbeda, dipasang satu buah detektor untuk setiap 92 m² luas

lantai.

15

g. Dipuncak lekukan atap ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detektor untuk

setiap jarak memanjang 9,00 meter.

Persyaratan pemasangan detektor asap :

a. Untuk setiap luas lantai 92 m².

b. Jarak antar detektor maksimum 12,00 meter di dalam ruang aktif dan 18,00

meter untuk ruang sirkulasi.

c. Jarak detektor dengan dinding minimum 6,00 meter untuk ruang aktif dan

12,00 meter untuk ruang sirkulasi.

d. Setiap kelompok sistem dibatasi maksimum 20 buah detektor untuk

melindungi ruangan seluas 2000 m².

Persyaratan pemasangan detektor api :

a. Setiap kelompok dibatasi dibatasi maksimum 20 buah detektor.

b. Detektor yang dipasang di ruang luar harus terbuat dari bahan yang tahan

karat, tahan pengaruh angin dan getaran.

c. Untuk daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi

sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tanda bahaya palsu.

B. SELANG PEMADAM KEBAKARAN

16

Selang pemadam kebakaran berfungsi untuk memdamkan api pada saat terjadi

kebakaran pada sebuah gedung. Pada umumnya disetiap gedung dilengkapi dengan

selang pemadam kebakaran pada bagian in door maupun out door.

Teknis dari penggunaan selang pemadam kebakaran adalah sebagai berikut :

a. Buka kotak penyimpanan selang pemadam kebakaran

b. Tarik keseluruhan selang pemadam kebakaran

c. Buka katup dari selang pemadam kebakaran

d. Semprotkan pada bagian bangunan yang terkena api

Teknis dari penggunaan selang pemadam kebakaran out door hampir sama

dengan selang pemadam kebakaran in door. perbedaannya sebelum membuka katup

selang, harus terlebih dahulu menyambungkan selang pada keran hydrant yang ada di

out door

C. FIRE EXTINGUISHER

Fire Extinguisher merupakan alat pemadam api sederhana berupa tabung yang

didalamnya terdapat cairan yang biasanya terdapat ditempat-tempat umum. Fire

Extinguisher karbon dioksida dipergunakan untuk memadamkan cairan, dan

peralaatan elektronik. Tidak bisa dipergunakan kayu, kertas dan kain

17

Fire Extinguisher ABC Powder dipergunakan untuk memadamkan cairan,

peralatan elektronik, kayu, kertas dan kain, dan gas.

Berikut ini adalah teknis penggunaan dari fire extinguisher :

a. Pull the pin

Tarik pin yang terdapat pada bagian atas tabung pemadam. Pin tersebut akan

melepaskan sistem penguncian pada pemadam tersebut sehingga dapatmengeluarkan

racun api untuk memadamkan api.

b. Aim at the base of fire

Arahkan tabung racun api tersebut ke sumber dasar api, bukan pada kobaran

api.

c. Squeeze the lever slowly

Tekan tuas pemadam secara perlahan-lahan. Jika tuas dilepaskan, maka racun

api akan berhenti disemburkan.

18

d. Sweep from side to side

Arahkan pemadam racun api dengan gerakan menyapu, yaitu dari satu sisi ke

sisi yang lain hingga api benar-benar padam. Semburkan pemadam dari jarak yang

aman, dan semburkan lebih dekat setelah api mulai padam. Pastikan Anda membaca

terlebih dahulu instruksi yang terdapat di tabung pemadam, karena masing-masing

tipe pemadam menganjurkan jarak aman yang berbeda-beda.

D. SPRINKLER

Cara kerja Sprinkler hampir sama

dengan detektor asap atau pun detektor

panas. Yang membedakan adalah sprinkler

akan mengeluarkan air dengan kepadatan

pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit.

Dengan daerah kerja maksimum yang

diperkirakan 84 m2 untuk kebakaran dengan

kategori ringan. Untuk kebakaran dengan kategori sedang, kepadatan pancaran yang

19

direncanakan 5 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 72 ~ 360 m2.

Untuk di kebakaran dengan kategori berat maka Sprinkler akan menyemprotkan air

dengan kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5 ~ 12,5 mm/men dengan daerah

kerja maksimum yang diperkirakan 260 m2. Pada umumnya Sprinkler dipasang

dengan pipa bertekanan tinggi ( min 0,5 kg/cm2). Dan springkler dirancang untuk

suhu 68o C dan memancarkan air dengan radius 3,50 meter.

20

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari serangkaian pembahasan sebelumnya, maka didapatkan sebuah

kesimpulan yaitu yang dimaksud dengan bahaya api adalah Api merupakan sebuah

oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses pembakaran kimiawi yang

menghasilkan panas, cahaya dan berbagai hasil kimia lainnya. Di mana jika dalam

jumlah yang tepat, maka api akan dapat membantu kegiatan rumah tangga dengan

baik. Apabila jumlahnya berlebihan, maka api akan dapat merugikan dan dapat

menimbulkan kebakaran yang dapat menelan korban jiwa.

Sistem penanggulangan bahaya kebakaran pada bangunan tinggi terdiri dari

pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran secara pasif, dan pencegahan dan

penanggulangan bahaya kebakaran secara aktif. Yang dimaksud dengan pencegahan

dan penanggulangan secara pasif merupakan sistem yang bertumpu pada rancangan

bangunan yang memungkinkan orang untuk dapat keluar dari bangunan dengan

selamat pada saat terjadi kebakaran atau dalam kondisi darurat lainnya. Sedangkan

pencegahan dan penanggulangan secara aktif yaitu merupakan sistem yang

mempergunakan peralatan-peralatan tertentu yang ikut berperan dalam pencegahan

maupun penanggulangan bahaya kebakaran.

3.2 SARAN

Ada pun saran yang dapat diberikan adalah, dalam merancang sebuah

bangunan, baik itu bangunan dengan satu lantai mau pun dengan banyak lantai, harus

tetap memperhatikan sistem utilitas dari bangunan tersebut, tidak hanya perlindungan

dari bahaya kebakaran, dapat pula dari sistem transportasinya, sistem penangkal petir,

penghawaaan dan lain-lain.