Tugas Semester

28
1 PERUBAHAN POLA PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA SEJALAN DENGAN PERUBAHAN POLA POLITIK YANG TERJADI H. Kurniawan Arianto, SKM NIM : 11/323232/PMU/7100, Email: [email protected] Mahasiswa Kelas Bappenas Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada ______________________________________________________________ ____________ Abstrak Kesehatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang. Kesehatan sangat menunjang dalam aktivitas setiap manusia. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk suatu bangsa yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang manusia yang lebih optimal dalam pembangunan. Pembiayaan kesehatan dalam suatu negara merupakan aspek penting yang sangat menunjang pencapaian target Indeks Pambangunan Manusia ( Human Development Index / HDI ). Banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan pembiayaan kesehatan suatu negara, salah satunya adalah faktor politik. Suasana perpolitikan suatu negara dan kebijakan pemerintahan yang sedang berkuasa ikut menentukan besarnya anggaran yang dialokasikan untuk sektor kesehatan. Paper ini mendiskusikan tentang bagaimana pola pembiayaan kesehatan di Indonesia dari masa penjajahan hingga masa sekarang disertai pengaruh politik yang terjadi dan solusi pembiayaan kesehatan Indonesia dimasa yang akan datang. Kata Kunci : Pembiayaan kesehatan, pengaruh politik, Human Development Index (HDI) Pendahuluan Paper ini mendiskusikan pentingnya pembiayaan kesehatan di Indonesia dan perubahan pola yang terjadi berhubungan dengan perubahan politik pemerintahan. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau dan berhak secara mandiri dan bertanggung jawab mementukan sendiri 2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

description

qqqqqqq

Transcript of Tugas Semester

Page 1: Tugas Semester

1

PERUBAHAN POLA PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA SEJALAN DENGAN PERUBAHAN POLA POLITIK YANG TERJADI

H. Kurniawan Arianto, SKMNIM : 11/323232/PMU/7100, Email: [email protected]

Mahasiswa Kelas Bappenas Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada__________________________________________________________________________

AbstrakKesehatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang. Kesehatan sangat menunjang dalam aktivitas setiap manusia. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk suatu bangsa yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang manusia yang lebih optimal dalam pembangunan. Pembiayaan kesehatan dalam suatu negara merupakan aspek penting yang sangat menunjang pencapaian target Indeks Pambangunan Manusia ( Human Development Index / HDI ). Banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan pembiayaan kesehatan suatu negara, salah satunya adalah faktor politik. Suasana perpolitikan suatu negara dan kebijakan pemerintahan yang sedang berkuasa ikut menentukan besarnya anggaran yang dialokasikan untuk sektor kesehatan. Paper ini mendiskusikan tentang bagaimana pola pembiayaan kesehatan di Indonesia dari masa penjajahan hingga masa sekarang disertai pengaruh politik yang terjadi dan solusi pembiayaan kesehatan Indonesia dimasa yang akan datang.

Kata Kunci : Pembiayaan kesehatan, pengaruh politik, Human Development Index (HDI)

PendahuluanPaper ini mendiskusikan pentingnya pembiayaan kesehatan di Indonesia dan perubahan pola yang terjadi berhubungan dengan perubahan politik pemerintahan. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau dan berhak secara mandiri dan bertanggung jawab mementukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya. Pemerintah Indonesia berkewajiban memberikan jaminan untuk terpenuhinya hak hidup sehat setiap warga negaranya, tanggung jawab pemerintah termasuk didalamnya pembiayaan kesehatan bagi seluruh warga negara.

Berdasarkan literatur dan catatan sejarah, tidak bisa dihindari kenyataan bahwa sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia dari waktu ke waktu cenderung mengikuti keinginan rezim pemerintahan yang berkuasa. Di saat Indonesia dipimpin dan dikuasai oleh pemimpin yang beranggapan bahwa kesehatan bukan merupakan faktor penting dalam pembangunan, kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Nilai Indeks Pembangunan Manusia ( Human Development Indeks ) tahun 2010 berada pada peringkat 108 dari 169 negara dan kembali menurun menjadi peringkat 124 dari 183 negara

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 2: Tugas Semester

2

di tahun 2011 versi UNDP1. HDI adalah ukuran keberhasilan suatu negara yang dinilai dari parameter pembangunan ekonomi, kesehatan dan pendidikan ( Astaqauliyah : 2011). Bergantinya tampuk kekuasaan pemerintahan selama beberapa dekade pemerintahan Indonesia tidak membawa perubahan yang signifikan dalam sistem pembiayaan kesehatan negara. Rendahnya anggaran negara yang diperuntukkan dalam bidang kesehatan dapat dinilai sebagai bentuk rendahnya penghargaan pemerintah akan pentingnya sektor kesehatan sebagai salah satu elemen pendukung dalam proses pembangunan manusia Indonesia. Bila hal ini terus diabaikan akan menimbulkan banyak masalah baru yang justru akan menguras keuangan negara yang lebih besar lagi. Belum adanya perencanaan kebijakan kesehatan yang tearah dari pemerintah dalam peningkatan kualitas kesehatan setiap warga negara tercermin pada minimnya anggaran kesehatan yang dialokasikan dalam APBN dan APBD.

Oleh karena itu, masalah pola pembiayaan kesehatan di Indoensia sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut dan bagaimana hubungannya dengan pengaruh peta politik dari masa ke masa di Indonesia. Tulisan ini mencoba menjelaskan masalah tersebut mengingat ke depan masalah kesehatan cenderung akan menjadi prioritas dimasa yang akan datang. Setidaknya ada beberapa alasan terkait dengan pentingnya masalah pembiayaan kesehatan : (1) Sektor Kesehatan merupakan salah satu indikator penilaian Indeks Pembangunan Manusia atau HDI ( Human Development Indeks ) ; (2) semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang ikut berkontribusi pada semakin meningkatnya dana yang diperlukan dalam pembiayaan sektor kesehatan dalam pembangunan ; (3) adanya tuntutan demokratisasi dan bertambahnya jumlah penduduk miskin dari waktu ke waktu mengharuskan negara membuat kebijakan pembiayaan kesehatan yang bisa dinikmati oleh seluruh warga negara tanpa terkecuali

Untuk membahas masalah pembiayaan kesehatan dan pengaruh politik yang terjadi dalam paper ini, bagian berikut ini akan membahas tentang pembiayaan kesehatan di Indonesia ; konsep dan pendekatan, selanjutnya praktik pembiayaan kesehatan di Indonesia pada masa penjajahan, kemerdekaan, orde lama dan orde baru dan pengaruh politiknya, bagian berikutnya menjelaskan tentang pembiayaan kesehatan Indonesia di masa reformasi, masa sekarang dan pengaruh dunia internasional. Bagian akhir akan didiskusikan tentang pembiayaan kesehatan Indonesia di masa mendatang.

Pembiayaan Kesehatan di Indonesia : Konsep dan PendekatanKesehatan adalah salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang. Kesehatan sangat menunjang dalam aktivitas setiap manusia. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa sangat besar nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk suatu bangsa yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang manusia yang lebih optimal dalam pembangunan. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bawa pemerintah Indonesia bertanggungjawab penuh dalam pemenuhan hak

1 United Nation Development Programme, Lembaga Internasional yang bernaung di Bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengatur masalah pembangunan manusia

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 3: Tugas Semester

3

hidup sehat setiap warga negara termasuk penduduk miskin dan tidak mampu. Tanggung jawab pemerintah termasuk didalamnya komponen pembiayaan kesehatan.

Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan/ atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat ( Azrul Azwar : 2004 ). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pihak yang terlibat yaitu pelaksana pelayanan kesehatan ( provider ) dan pengguna jasa pelayanan kesehatan. Bagi pelaksana upaya kesehatan terkait dengan besarnya dana penyelenggaraan upaya kesehatan, sedangkan dari sisi pengguna jasa layanan berhubungan dengan besarnya dana yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat suatu pelayanan kesehatan.

Dalam pembiayaan kesehatan suatu negara selalu mempertimbangkan keikutsetaan sektor swasta yang ikut berperan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dari sisi pemerintah, pembiayaan kesehatan dihitung pada besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi semua warga negaranya, pengeluaran dana oleh pengguna jasa pelayanan kesehatan tidak diperhitungkan sehingga total pembiayaan kesehatan Indonesia adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah ditambah dengan jumlah dana yang dikeluarkan oleh pengguna jasa pelayanan kesehatan untuk sektor swasta.

Menurut Azrul Azwar ( 2004 ), biaya kesehatan digolongkan menjadi biaya pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat. Biaya pelayanan kedokteran merupakan komponen biaya yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan atau pemanfaatan pelayanan kedokteran dengan tujuan utama lebih ke arah pengobatan dan pemulihan kesehatan ( aspek kuratif dan rehabilitatif ) dengan sumber pembiayaan dari sektor pemerintah dan swasta. Sedangkan biaya pelayanan kesehatan masyarakat adalah biaya yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan tujuan utama lebih ke upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (aspek promotiif dan rehabilitatif ) dengan sumber dana utama dari pemerintah.

Di berbagai negara, terdapat tiga model sistem pembiayaan kesehatan bagi warganya yang diberlakukan secara nasional yaitu model asuransi kesehatan sosial (Social Health Insurance , model asuransi kesehatan komersial / privat ( Commercial / Private Health Insurance ) dan model terakhir yaitu Pelayanan Kesehatan Nasional ( National Health Services ). Model asuransi kesehatan berkembang pertama kali di beberapa negara benua Eropa pada tahun 1882 dan kemudian menyebar ke benua Asia. Kelebihan model ini adalah kemungkinan cakupan yang mencapai 100 persen jumlah penduduk dan tarif yang relatif rendah dalam pembiayaan kesehatan. Model asuransi komersial mulai berkembang di Amerika Serikat. Sistem ini tidak berhasil mencapai cakupan 100 persen penduduk sehingga Bank Dunia merekomendasikan pembaruan sistem asuransi kesehatan. Berdasarkan data Bank Dunia, Amerika Serikat merupakan negara dengan pembiayaan kesehatan paling tinggi di dunia yang mencapai 13,7% dari GNP pada tahun 1997, sementara negara Jepang yang pembiayaan kesehatannya hanya 7 % dari GNP tetapi memiliki derajat kesehatan penduduk

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 4: Tugas Semester

4

yang lebih tinggi yang dibuktikan dengan tingginya usia harapan hidup penduduk Jepang yang mecapai 77,6 yahun untuk pria dan 84,3 tahun untuk wanita. ( Fatmah Arianty : 2011 )

Praktik Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Masa Penjajahan, Masa Kemerdakaan dan Orde Lama, Masa Orde Baru , Orde Reformasi dan pengaruh Politiknya

Masa Penjajahan ( Colonial Period )Sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak zaman penjajahan Belanda pada abad ke-19. Pada tahun 1807 dimasa pemerintahan Gubernur Jenderal Deandles pembiayaan kesehatan dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu pernah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan dengan tujuan penurunan angka kematian bayi yang sangat tinggi pada masa tersebut. Upaya tersebut tidak berlangsung lama karena terbatasnya dana dalam penyediaan tenaga pelatih kebidanan. Pada tahun 1930 upaya ini dilanjutkan kembali dengan mendata semua dukun bayi yang ada di Indonesia untuk diberikan pelatihan pertolongan persalinan. Pada masa penjajahan juga yiatu tahun 1851 didirikan Sekolah Dokter Java (sekarang menjadi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia ) di Jakarta yang dikepalai oleh orang Belanda yang kemudian terkenal dengan nama STOVIA ( School Tot Opleding Van Indische Arsten ) untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 juga didirikan sekolah dokter di Surabaya dengan nama NIAS ( Nederland Indische Arsten School ). Kedua sekolah doketr tersebut mempunyai peranan besar dalam pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia ( Notoatmodjo : 2005 ).

Pada masa penjajahan, pemerintah Hindia Belanda juga mendirikan berbagai fasilitas kesehatan diberbagai daerah di Indonesia sseperti Laboratorium Eykman di Bandung tahun 1888 yang juga berdiri di Medan, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Saat wabah penyakit Pes masuk ke Indonesia pada tahun 1922 dan menjadi epidemik tahun 1933-1935 terutama di pulau Jawa, pemerintah Hindia Belanda melakukan penanggulangan dengan melakukan penyemprotan dengan DDT terhadap semua rumah penduduk dan vaksinasi masal. Begitupun saat terjadi wabah penyakit Kolera pada tahun 1927 dan 1937 ( Notoatmodjo : 2005 ).

Dari berbagai catatan sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa penjajahan, pembiayaan kesehatan pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu bersumber dari pajak dan hasil bumi yang dihasilkan dari bumi Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintah Hindia Belanda, warga Indonesia yang sedang terjajah tidak bisa ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan, akses masyarakat pribumi terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki pemerintah Hindia Belanda juga dibatasi. Warga pribumi hanya berperan sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada masa ini Pemerintah Hindia Belanda tidak dapat menjamin pelayanan kesehatan berbasis kemasyarakatan yang bisa memberikan jaminan bahwa setiap penduduk memiliki status kesehatan yang baik. Pemerintah Hindia Belanda hanya mementingkan pelayanan kesehatan bagi para pegawai pemerintah Hindia Belanda, Militer belanda dan pegawai perusahaan milik pemerintah pada masa itu.

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 5: Tugas Semester

5

Pembiayaan Kesehatan Masa Kemerdekaan dan Orde LamaSejarah yang mencatat kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 menaruh harapan besar bagi segenap warga negara Indonesia dalam semua aspek kehidupan untuk menjadi lebih baik. Salah satu aspek yang menjadi harapan adalah bidang kesehatan. Perbaikan di sektor kesehatan terutama dititik beratkan pada upaya pemerataan pelayanan kesehatan yang bisa menjangkau seluruh masyarakat diwilayah negara kesatuan Republik Indonesia yang notabene merupakan negara kepulauan yang sangat luas wilayahnya. Pembiayaan kesehatan negara Indonesia pada masa tersebut sepenuhnya berada dalam domain pemerintah Republik Indonesia yang dialokasikan melalui anggaran negara. Keterbatasan anggaran belanja negara yang juga masih membutuhkan dana terutama dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan membuat aspek kesehatan belum menjadi priorotas utama pemerintahan pada masa itu dalam pembangunan.

Salah satu perkembangan penting bidang kesehatan pada masa kemerdekaan adalah konsep Bandung ( Bandung Plan ) pada tahun 1951 oleh dr. J. Leimena dan dr. Patah. Konsep ini memperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan rehabilitatif tidak bisa dipisahkan. Tahun 1956, dr. J. Sulianti mengembangkan konsep baru dalam upaya pengembangan kesehatan masyarakat yaitu model pelayanan bagai pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia. Konsep ini memadukan antara pelayanan medis dengan pelayanan kesehatan masyarakat pedesaan. Proyek ini dilaksanakan di beberapa seperti Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Selatan ( Notoatmodjo : 2005 ). Kedelapan wilayah tersebut merupakan daerah percontohan sebuah proyek besar yang sekarang dikenal dengan nama pusat kesehatan masyarakat ( puskesmas ).

Kondisi ekonomi dan keuangan pada periode awal kemerdekaan amat buruk, hal ini disebabkan antara lain oleh ; (1) Tingkat inflasi yang sangat tinggi yang disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali ; (2) adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan Nopember 1945 yang menutup pintu perdagangan luar negeri Indonesia ; (3) kosongnya kas negara ; (4) eksploitasi besar-besaran dimasa penjajahan. Kondisi ini membuat pemerintahan pada masa tersebut mengambil kebijakan yang kurang menitikberatkan pada sektor kesehatan. Pemerintahan pada masa awal kemerdekaan dan orde lama pembangunannya lebih dititik beratkan pada peningkatan ekonomi, pemerintah belum memiliki kebijakan kesehatan nasional yang jelas. Pada masa itu pemerintah sempat menjalankan program pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin tetapi belum berhasil dengan baik karena pelayanan yang kurang merata dan belum mampu menjangkau seluruh masyarakat Indonesia, selain itu juga dikembangkan model sistem asuransi kesehatan tetapi masih terbatas pada kalangan pejabat pemerintahan saja ( Notoatmodjo : 2005 )

Saat masa kemerdekaan, juga dikenal masa demokrasi liberal ( periode tahun 1950-1957 ) dimana pengaruh politik pada masa ini sistem ekonomi Indonesia menggunakan prinsip-prinsip liberal dimana perekonomian sepenuhnya diserahkan kepada pasar. Hal ini membuat pengusaha pribumi yang masih lemah menjadi kalah bersaing dengan pengusaha non pribumi terutama pengusaha Tionghoa. Sistem perekonomial liberal ini akhirnya

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 6: Tugas Semester

6

memperburuk kondisi perekonomian di Indonesia. Pemerintah pada masa itu mengambil bebagai macam kebijakan untuk mengatasi masalah perekonomian negara yaitu ; (1) Pemotongan nilai mata uang pada tahun 1950 yang dikenal dengan istilah gunting Syarifuddin ; (2) program Benteng pada masa kabinet Natsir dengan upaya menumbuhkan jumlah wiraswasta pribumi dan mendorong importer nasional agar mampu bersaing dengan importir asing ; (3) nasionalisasi De Javache Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 melalui UU Nomor 24 tahun 1951 ; (4) penerepan sistem ekonomi Ali Baba pada masa kabinet Ali Sostroamijoyo yang menggalakan program kerjasama antara pengusaha pribumi dan pengusaha Tionghoa; (5) pembatalan sepihak hasil Konfrensi Meja Bundar yang isinya cenderung tidak menguntungkan Indonesia sehingga banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya ( Yustika ; 2002 )

Pada periode ini juga dikenal masa demokrasi terpimpin ( periode tahun 1959-1967), masa ini diawali dengan keluarnya Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 sehingga Indonesia menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin dan sistem perekonomian Indonesia menjurus pada sistem etatisme ( semua kebijakan diatur oleh pemerintah ) dengan harapan akan membawa kemakmuran dalam bidang sosial, ekonomi dan politik, akan tetapi kebijakan yang diambil ersebut belum mampu memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia. Beberapa kebijakan yang diambil pemerintahan pada masa itu antara lain ; (1) kebijakan devaluasi mata uang yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 yang menurunkan nilai beberapa jenis uang ; (2) pembentukan deklarasi ekonomi untuk pencapaian tahap ekonomi sosialis Indonesia, tetapi hal ini tidak berefek sama sekali karena pada tahun 1961-1962 harga barang-barang melonjak drastic mencapai 400% ; (3) devaluasi mata uang pada 13 Desember 1965 yang menjadikan nilai uang 1000 rupiah menjadi hanya bernilai 1 rupiah, kebijakan ini menaikkan tingkat inflasi negara (ronyzone.wordpress.com ; 2011). Banyaknya kegagalan dalam berbagai kebijakan ekonomi yang terjadi pada masa ini juga diperparah karena pemerintah tidak mampu melakukan penghematan dalam belanja negara, banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah. Pengaruh politik sangat kentara sekali karena pada masa ini pemerintah Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara barat. Hal ini merupakan imbas dari sistem demokrasi terpimpin yang digunakan oleh pemerintahan Presiden Soekarno yang lebih berkiblat kearah sosialis baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi.

Dari berbagai catatan sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa kemerdekaan dan orde lama, pembiayaan kesehatan pemerintah pada waktu itu bersumber hampir seluruhnya dari anggaran pemerintah. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintahan Presiden Soekarno. Warga Indonesia sudah mulai dilibatkan dan ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan, akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki pemerintah mulai dibuka. Pada masa ini Pemerintah orde lama belum mampu menjamin pelayanan kesehatan berbasis kemasyarakatan yang bisa memberikan jaminan bahwa setiap penduduk memiliki status kesehatan yang baik.

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 7: Tugas Semester

7

Pembiayaan Kesehatan Masa Orde BaruPada masa pemerintahan Presiden Soeharto, kebijakan pemerintah lebih menitikberatkan pada stabilitas nasional yang sangat besar sekali pengaruh politiknya. Soeharto beranggapan bahwa suatu negara harus mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu sebelum mencapai stabilitas dibidang lainnya. Pemerintahan Soeharto menegaskan bahwa kedaulatan dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang sosial budaya merupakan elemen penting untuk mencapai kemakmuran suatu bangsa ( www.mudrajad.com ; 2011 ). Upaya yang dilakukan pemerintahan pada masa itu dengan melakukan restrukturisasi diberbagai bidang : (1) bidang politik, dengan penegakan kedaulatan rakyat, penghapusan sistem feudal, menjaga keutuhan teritorial Indonesia dan politik bebas aktif ; (2) bidang ekonomi, dengan meniadakan ketimpangan ekonomi warisan pemerintah kolonial Belanda, menghindari sistem ekonomi neokapitalisme dan neokolonialisme dalam wujud apapun, menegakkan sistem perkonomian yang berdikari tanpa mengingkari adanya ketergantungan global ; (3) bidang sosial budaya, dengan penerapan Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa , pengenalan istilah Bhineka Tunggal Ika dan penghapusan budaya kolonial di Indonesia ( www.mudrajad.com ; 2011 ). Pembangunan nasional terus dilakukan untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berbagi kebijakan seperti penciptaan lapangan keja baru. Pendapatan perkapita penduduk juga meningkat jika dibandingkan dengan periode pemerintahan orde lama.

Berdasarkan catatan sejarah, sesungguhnya perkonomian Indonesia dimasa orde baru sangat spektakuler, salah satu indikatornya adalah tercapai angka pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% sepanjang 32 tahun masa pemerintahan Soeharto. Indonesia pernah mencapai swasembada pangan pada masa ini, tahun 1984 Indonesia mencapai swasembada beras. Soeharto berhasil memberlakukan dasar-dasar pembangunan berkelanjutan melalui program yang dikenal dengan Pelita. Presiden Soeharto juga berhasil mengeluarkan Indonesia dari ancaman krisis ekonomi pada tahun 1985. Menurut para ahli ekonomi keberhasilan Soeharto bersumber dari kombinasi yang baik antara kepemimpinan Soeharto dan kaum teknokrat yang memicu gerak cepat reformasi ekonomi kisaran tahun 1966 hingga 1996 ( www.mudrajad.com ; 2011 ). Pada masa tersebut, berdasarkan data dari BPS, nilai pertumbuhan domestik bruto (PDB) per kapita meningkat empat kali lipat dalam rentang waktu tersebut, angka melek huruf juga meningkat 60% pada tahun 1970 menjadi 85% pada tahun 1996. Kepemimpinan Soeharto yang bermula pada kondisi negara yang sedang tidak stabil paska tragedi berdarah 1 Oktober 1965 dengan laju inflasi 600% dan jumlah penduduk miskin lebih dari 70 juta penduduk. Kepemimpinan Soeharto mulai mengalami masa suram saat Indonesia mengalami krisis ekonomi hebat di tahun awal periode keenam masa kepemimpinan Soeharto, kondisi perekonomian Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan negara-negara Asia. Perilaku KKN aparat pemerintah terus merajalela, jumlah masyarakat miskin terus meningkat dengan tajam, terjadinya ketimpangan sosial yang sangat signifikan antara kaum kaya dan kaum miskin menyulut terjadinya kerusuhan sosial dan bernuasa sara pada tahun 1998. Krisis ekonomi besar yang melanda Indonesia juga berimbas terhadap sektor kesehatan. Kondisi keuangan negara yang tidak stabil membuat perhatian pemerintah terhadap sektor kesehatan menurun karena terfokus pada upaya perbaikan ekonomi bangsa.

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 8: Tugas Semester

8

Pemerintahan orde baru menjalankan kebijakan yang tidak mengalami perubahan signifikan sepanjang 32 tahun masa kepemerintahan, pemerintah jarang sekali melakukan perubahan arah kebijakan pembangunan karena telah dituangkan dalam Garis-garis besar haluan negara sehingga setiap perencanaan pembangunan harus mengarah pada GBHN yang telah ditetapkan pemerintah. Pemerintah sukses mengeluarkan jargon kebijakan ekonomi yang disebut trilogi pembangunan yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pemerataan pembangunan. Terlihat jelas sekali keberhasilan pemerintahan dalam menjaga stabilitas perekonomian negara karena ditunjang oleh stabilitas politik yang sangat baik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada masa orde baru selalu disusun berdasarkan asumsi perhitungan dasar yaitu laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, harga ekspor minyak mentah dan nilai tukar rupiah terhada dollar Amerika ( www.mudrajad.com ; 2011 ). Format APBN hanya dibedakan menjadi dua jenis catatan yaitu penerimaan dan pengeluaran, juga diberlakukan prinsip berimbang denga artian bahwa pengeluaran negara disesuaikan dengan oemasukan yang diterima. Kebijakan tahun fiskal dimulai setiap tanggal 1 April dan berkahir pada tanggal 1 Maret tahun berikutnya. Kebijakan ini diterapkan karena mengikuti masa panen petani pada masa itu sehingga menimbulkan kesan keberpihakan kebijakan perekonomian nasional berpihak kepada petani.

Pemerintah juga mendapatkan pinjaman luar negeri yang dimasukkan dalam komponen penerimaan negara yang jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya untuk menutupi defisit anggaran yang terus bertambah. Penerimaan pajak dari dalam negeri pada masa itu sangatlah minim sehingga pemerintah harus mencari alternatif lain sebagai sumber pembiayaan negara yaitu melalui hutang luar negeri. Prinsip fungsional diterapkan pemerintah dengan artian pinjaman luar negeri hanya boleh digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Berbagai kebijakan tersebut membuat stabilitas ekonomi Indonesia terjaga dengan baik ditunjang lagi oleh stabilitas politik yang juga baik. Kebijakan pemerintah pada masa itu pada dasarnya sangat bagus akan tetapi jumlah pinjaman luar negeri yang tercantum dalam APBN terus bertambah setiap tahunnya. Akibatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri menjadi berkurang dan dampak lainnya adalah pemerataan ekonomi sulit terwujud. Kebocoran dalam anggaran juga kerap terjadi yang membuat terjadinya tindak pidana korupsi pada masa ini. Hal lain yang lebih parah atas terus meningkatnya pinjaman luar negeri adalah ketergantungan terus menerus akan menyebabkan negara menjadi malas untuk berusaha meningkatkan penerimaan dalam negeri. Prinsip lain yang diterapkan pemerintah adalah dinamis yang berarti peningkatan tabungan pemerintah untuk pembiayaan pembangunan melalui deregulasi perbankan dan reformasi perpajakan. Jelas sekali gambaran bahwa pemerintahan orde baru sangat bergantung pada pinjaman luar negeri.

Saat kekuasaan pemerintahan beralih pada tahun 1967 dari Pemerintahan Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, kebijakan dan arah pembangunan Indonesia juga turut mengalami perubahan yang signifikan. Pada bulan Nopember 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu pada konsep Bandung ( Bandung Plan ) mengajukan konsep pusat kesehatan masyarakat. Hasil seminar

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 9: Tugas Semester

9

pada waktu itu menyepakati konsep puskesmas tipe A, B dan C. Departemen Kesehatan pada waktu itu menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Pada tahun 1968 dilaksanakan Rapat Kerja Kesehatan Nasional yang menghasilkan keputusan bahwa puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas disepakati sebagai unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dn mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya atau kabupaten ( Notoatmodjo : 2005 ). Pada tahun 1984 tanggung jawab puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat di daerah mulai ditingkatkan lagi dengan dikembangnya konsep Posyandu ( Pos Pelayanan Tepadu ) yang memberikan pelayanan kesehatan ditingkat desa dengan menitikberatkan pada pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, penanggulangan diare dan imunisasi. Pelayanan di posyandu juga merupakan momentum baru dalam melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan dengan adanya kader kesehatan yang berasal dari masyarakat dalam pelayanan posyandu di tiap desa ( Notoatmodjo : 2005 )

Pembiayaan kesehatan pada masa orde baru juga mengalami perubahan dimana kondisi perekonomian negara yang mulai meningkat, sektor privat atau swasta juga mengalami perkembangan pesat termasuk didalamnya pengelolaan rumah sakit. Pemerintah pada masa itu juga belum mampu menetapkan regulasi yang mengatur tentang pasar dibidang kesehatan. Pembiayaan kesehatan negara hampir sepenuhnya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), perencanaan pembangunan dibidang kesehatan ditetapkan melalui rencana pembangunan lima tahunan atau yang lebih dikenal dengan sebutan REPELITA mulai dali REPELITA I sampai REPELITA VI yang juga berakhir seiring dengan berakhirnya kekuasaan pemerintahan orde baru ke orde reformasi pada tahun 1998.

Pada zaman orde baru juga dikenal 3 macam asuransi kesehatan : (1) Perum Husada Bakti ( sekarang PT.Askes, yang menangggung pembiayaan kesehatan bagi pegawai negeri sipil, pensiunan , veteran dan anggota keluarganya : (2) PT. ASTEK, yang didirikan pada tahun 1977 berdasarkan PP Nomor 33 Tahun 1977 ( yang kemudian berubah menjadi PT. Jamsostek pada tahun 1995 berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 1995 ) yang menanggung pembiayaan kesehatan bagi tenaga kerja sektor swasta dan BUMN : (3) PT. Asabri, yang menanggung pembiayaan kesehatan bagi anggota TNI, Kepolisian RI, PNS Departemen Pertahanan beserta anggota keluarganya ( dibentuk berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1971 yang disempurnakan lagi dengan PP Nomr 67 Tahun 1991 ) ( Kementerian Kesehatan RI ; 2011 )

Dari berbagai catatan sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa orde baru Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dalam bidang ekonomi yang juga memberikan dampak positif terhadap pembiayaan sektor kesehatan. Lahirnya konsep puskesmas dan posyandu yang bertujuan untuk meberikan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat juga terjadi pada masa ini. Pembiayaan kesehatan pada masa ini tidak lagi sepenuhnya bersumber dari anggaran pemerintah tetapi juga mulai dilakukan oleh sektor swasta yang ditandai dengan meningkatnya jumlah rumah sakit swasta yang didirikan

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 10: Tugas Semester

10

di berbagai wilayah di Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintahan Presiden Soeharto. Warga masyarakat sudah mulai dilibatkan dan ikut berpartisipasi dalam pelayanan kesehatan seperti sebagai kader kesehatan dalam program posyandu, akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki pemerintah mulai merata. Pada masa ini pemerintah orde baru sudah mulai mampu menjamin pelayanan kesehatan berbasis kemasyarakatan yang bisa memberikan jaminan bahwa setiap penduduk memiliki status kesehatan yang baik.

Pembiayaan Kesehatan Masa ReformasiTumbangnya pemerintahan orde baru pada tahun 1998 disaat kondisi perekonomian Indonesia sedang dalam masa krisis turut memberikan dampak dalam proses pembangunan. Beralihnya kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Presiden Habibie menandainya dimulainya era reformasi. Banyak perubahan besar terjadi pada masa ini seperti dalam hal ketatanegaraan dan juga kebijakan ekonomi. Pemerintahan Presiden Habibie cenderung lebih berhati-hati dalam setiap pengambilan kebijakan dibidang ekonomi, kebijakan yang dibuat diutamakan untuk pengendalian stabilitas politik negara. Saat kekuasaan kembali beralih kepada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), belum terjadi perubahan yang signifikan karena masa pemerintahan yang singkat yaitu 2 tahun. Persolan ekonomi bangsa yang diwariskan orde baru seperti maraknya perilaku KKN ( korupsi, kolusi dan nepotisme ), pemulihan ekonomi dari keterpurukan akibat krisis, pengendalian inflasi, mempertahankan kurs rupiah dan menurunnya kinerja BUMN. Pemerintahan Presiden Gus Dur yang belum banyak melakukan perubahan malah terlibat dalam kasus Bruneigate yang menyebabkan dicabutnya mandate sebagai presiden oleh MPR sehingga kekuasaan pemerintahan kembali beralih ke Presiden Megawati.

Pada masa kepemimpinan Megawati, banyak kebijakan yang diambil untuk terus memulihkan keterpurukan perekonomian nasinal antara lain ; (1) Penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 Milyar dan pengalokasian pembayaran utang luar negeri sebesar Rp. 116,3 triliun ; (2) Kebijakan privatisasi BUMN dengan menjual perusahaan milik negara dalam masa krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari pengaruh politik dan mengurangi beban negara dan hasilnya pertumbuhan ekonomi bisa di dongkrak mencapai 4,1% pada tahun 2002 ( www.mudrajad.com ; 2011 ). Namun kebijakan privatisasi BUMN mengundang kecaman dan kontroversi dari banyak ahli ekonomi karena BUMN dijual ke perusahaan asing. Pada masa ini juga dibentuknya KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ) yang bertujuan memberantas praktek korupsi disemua sektor, tetapi hasilnya belum ada gebrakan nyata pada masa-masa awal kerjanya. Maraknya perilaku KKN yang terjadi hampir disemua lini pemerintahan menyebabkan para investor berpikir ulang untuk menanamkan investasinya di Indonesia dan hal ini juga berdampak terhadap proses pembangunan nasional.

Pada masa reformasi dimana kondisi negara yang mengalami krisis ekonomi besar dimana terjadi kenaikan harga berbagai komponen barang termasuk bahan bakar minyak ( BBM ) yang meningkat membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk mengurangi dampak tersebut terhadap kehidupan warga negara. Dalam bidang pembiayaan kesehatan, kebijakan

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 11: Tugas Semester

11

yang diambil adalah program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak - jaring pengaman sosial bidang kesehatan ( PKPS BBM – JPS BK ) yang dimulai sejak tahun 1998 dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat tidak mampu disemua fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Program ini dilakukan untuk meminimalisir dampak yang dirasakan oleh masyarakat kecil dan tidak mampu terutama dalam bidang kesehatan terhadap dampak krisis ekonomi.

Berlakunya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah sebagai salah satu kompensasi kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan aspirasi warga negara diberbagai wilayah di Indonesia. Pengaruh politik terlihat kentara sekali dalam lahirnya UU Otonomi daerah, kebijakan pembangunan yang semula tersentralisasi di pemerintahan pusat, sejak diberlakukannya UU tentang otonomi daerah menjadi di desentralisasikan ke pemerintah daerah untuk mengambil alih kebijakan pembangunan didaerahnya masing-masing. Bidang kesehatan termasuk urusan yang penyelenggaraannya diserahkan pada pemerintah daerah, hal ini setidaknya menimbulkan berbagi masalah seperti ketimpangan pembangunan antara daerah yang kaya dengan daerah yang miskin. Daerah yang kaya dengan sumber daya alam tentu saja dapat mengalokasikan lebih banyak anggaran belanja daerahnya dalam bidang kesehatan, hal itu tentunya tidak bisa dilakukan oleh daerah yang memiliki sumber daya alam yang terbatas.

Dari berbagai catatan sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa reformasi Indonesia mengalami krisis ekonomi besar pada kisaran tahun 1998-1999. Pemerintahan pada masa ini pernah mengalami masa-masa sulit dalam pembiayaan keuangan negara. Beban hutang luar negeri yang melonjak tajam sebagai akibat dari terpuruknya kondisi perekonomian negara membuat pemerintah mengambil berbagai maca kebijakan untuk mebiayai defist keuangan negara. Pembiayaan kesehatan pada masa ini juga mengalami masalah sebagai imbas terjadinya krisis ekonomi. Anggaran pemerintah disektor kesehatan pada periode awal reformasi juga menurun. Peran sektor swasta juiga meningkat pada masa ini yang ditandai dengan terus bertambahnya jumlah sakit swasta yang didirikan di berbagai wilayah di Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan pemerintah lebih dititik beratkan pada program untuk mengurangi dampak krisis ekonomi yang langsung dirasakan oleh masyarakat, salah satu bentuknya adalah program JPS-BK. Partisipasi masyarakat pada masa ini cenderung stagnan karena imbas krisis ekonomi. Pelaksanaan otonomi daerah juga memberikan pengaruh yang signifikan dalam kebijakan pembiayaan kesehatan. Bidang kesehatan sejak masa ini tidak lagi sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah pusat tetapi diserahkan pada pemerintah daerah, pemerintah pusat lebih banyak mengambil peran sebagi regulator dalam bidang kesehatan . Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki pemerintah mulai merata. Pada masa ini pemerintah sudah mulai mampu menjamin pelayanan kesehatan berbasis kemasyarakatan yang bisa memberikan jaminan bahwa setiap penduduk memiliki status kesehatan yang baik.

Pembiayaan Kesehatan Indonesia Masa Sekarang dan Pengaruh Dunia InternasionalPemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dimulai sejak tahun 2004 mengambil kebijakan yang cenderung controversial dan imbasnya langsung dirasakan oleh

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 12: Tugas Semester

12

masyarakat luas. Kebijakan Pengurangan subsidi BBM yang menyebabkan harga BBM melonjak drastis menyebabkan masyarakat mengalami dampak yang cukup signifikan. Kenaikan harga BBM cenderung selalu diikuti dengan kenaikan harga berbagai komponen bahan pokok dan kenaikan jasa termasuk didalamnya jasa pelayanan kesehatan terutama sektor swasta. Pemerintahan pada masa itu mengalihkan anggaran subsidi BBM ke sektor yang lebih penting yaitu sektor pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya yang ikut mendukung tercapainya kesejahteraan masyarakat. Kebijakan lainnya yang diambil pemerintah pada masa ini adalah pemberian Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) bagi masyarakat miskin. Kebijakan ini menimbulkan kontroversi karena tujuan pengurangan dampak kenaikan harga BBM bagi masyarakat miskin tidak tercapai karena banyak BLT yang diterima oleh warga yang tidak berhak.

Tahun 2006, Pemerintah berhasil melakukan pelunasan hutang luar negeri pada Dana Moneter Internasional ( IMF ) sebesar US$ 3,2 miliar, harapan Indonesia untuk bisa lepas dari pengaruh IMF yang cenderung mendikte berbagai kebijakan yang diambil pemerintah mulai muncul ( www.mudrajad.com ; 2011 ). Pada masa ini kebijakan pemerintah yang sangat memberikan kemudahan bagi investor asing pada hampir semua bidang pembangunan termasuk bidang kesehatan. Diberlakukannya UU tentang penanaman modal asing semakin membuka keran yang sangat lebar bagi masuknya asing untuk berinvestasi di Indonesia. Investasi asing dengan membangun rumah sakit berskala internasional mulai terjadi pada masa ini, hal ini tentunya berdampak terhadap meningkatnya biaya pelayanan kesehatan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama yang disediakan oleh sektor swasta. Meningkatnya jumlah penduduk miskin dari 35,10 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada tahun 2006 membuat pemerintah mengeluarkan wacana untuk kembali berhutang ke luar negeri. Birokrasi pemerintahan pada masa ini cenderung kental yang menyebabkan realisasi belanja negara seringkali tidak tercapai karena daya serap anggaran yang rendah.

Departemen Kesehatan pada masa ini yaitu tahun 2006 mengeluarkan konsep pembangunan kesehatan berkelanjutan yang kemudian dikenal sebagai Visi Indonesia Sehat 2010. Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai visi tersebut dengan mensosialisasikan hingga ketingkat daerah. Kebijakan desentaralisasi yang direvisi kembali melalui UU Nomr 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sedikit menghambat berjalannya kebijakan Indonesia Sehat 2010. Konsepsi visi Indonesia Sehat 2010 pada prinsipnya menyiratkan pendekatan sentralistik dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sebuah paradigm yang secara nyata cukup bertentangan dengan prinsip desentarlisasi yang di atur dalam UU pemerintahan daerah dimana kewenangan daerah otonom dalam penentuan arah dan model pembangunan di wilayahnya masing-masing tanpa hatus terikat dengan kebijakan pemerintah pusat.

Kebijakan desentralisasi pada beberapa hal ikut menggerus pola lama pembangunan termasuk didalamnya pembangunan bidan kesehatan. Kekuasaan otonom pemerintah daerah dalam penentuan kebijakan pembangunannya membuat konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010 menjadi tidak terlalu bermakna ( Astaqauliyah.com : 2011 ). Pada kenyataannya

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 13: Tugas Semester

13

masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang pembangunan di bidang kesehatannya sangat jauh dari kualitas baik, pada sat yang sama kecenderungan epidemiologi penyakit tidak banyak mengalami perubahan dan diperparah lemahnya infrastruktur promoif dan perventif bidang kesehatan. Pemerintah pusat akhirnya membuat kebijakan berupa penerbitan dokumen panduan pembangunan kesehatan yang kemudian dikenal sebagai sistem kesehatan nasional yang terdiri dari ; upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sumber daya obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan. Komponen pembiayaan kesehatan merupakan salah satu komponen terpenting dalam sistem kesehatan nasional.

Beberapa kebijakan dalam pembiayaan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah antara lain pada tahun 2004 pemerintah telah menerbitkan UU Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional ( UU SJSN ) dengan tujuan memberikan jaminan nasional yang komprehensif bagi seluruh warga negara Indonesia. Tahun 2005 pemerintah melalui Departemen Kesehatan meluncurkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM) yang disempurnakan bentuk dan operasionalnya pada tahun 2008 menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas ). Tahun 2010 pemerintah kembali memperkenalkan program baru yaitu Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK ) yang dananya disalurkan ke seluruh puskesmas yang ada di Indonesia. Pengaruh lembaga Internasional seperti PBB yang Indonesia menjadi anggotanya dengan konsep Millenium Development Goals ( MDGs ) menekankan beberapa target pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai oleh negara-negara berkembang di dunia termasuk Indonesia. Salah satu komponen dalam MDGs adalah bidang kesehatan yaitu target penurunan Angka Kematian Ibu melahirkan atau AKI pada tahun 2015 yang harus menurun hingga 102 / 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) menjadi 23 / 1000 kelahiran hidup. Untuk mempercepat pencapaian target tersebut pemerintah melalui Kementerian Kesehatan meluncurkan program baru yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2011 yaitu program Jaminan Persalinan ( Jampersal ) dengan tujuan menjamin seluruh pembiayaan persalinan seluruh warga negara.

Pembiayaan kesehatan pada masa ini terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2010 anggaran Kementerian Kesehatan mencapai 27,7 Triliun rupiah dan meningkat manjadi 27,8 Triliun Rupiah ( naik 172,7 milyard ) pada tahun 2011. Kementerian Kesehatan menganggarkan dana sebesar 6,3 Triliun Rupiah untuk pembiayaan program jampersal dan Jamkesmas, anggaran BOK untuk seluruh puskesmas di Indonesia mencapai 904,5 milyard Rupiah. Anggaran Jamkesmas diperuntukkan bagi pembiayaan kesehatan 76,5 juta jiwa warga miskin di seluruh Indonesia ( Kementerian Kesehatan RI ; 2011 ). Tahun 2011, pemerintah juga memperluas cakupan pelayanan program Jamkesmas selain bagi masyarakt miskin juga diberikan kepada gelandangan, pengemis, anak terlantar serta masyarakat miskin yang tidak punya identitas, masyarakat miskin penghuni panti-panti sosial, korban bencana paska tanggap darurat dan masyarakat miskin penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan. Keterlibatan pemerintah daerah pada masa ini juga ditunjukkan dengan adanya program Jaminan Kesehatan Daerah ( Jamkesda ) yang diperuntukkan bagi warga suaru daerah yang belum tercakup dalam program Jamkesmas.

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 14: Tugas Semester

14

Dari berbagai catatan sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa sekarang pembiayaan sektor kesehatan mulai menjadi prioritas pembangunan. Pembiayaan kesehatan pada masa ini tidak lagi sepenuhnya bersumber dari anggaran pemerintah tetapi juga dilakukan oleh sektor swasta yang ditandai dengan meningkatnya jumlah rumah sakit swasta yang didirikan di berbagai wilayah di Indonesia. Kebijakan pembiayaan kesehatan masyarakat tidak lagi sepenuhnya berada dalam kendali penuh pemerintahan pusat, seiringnya berjalannya sistem otonomi daerah, setiap daerah otonom berhak menentukan perencanaan sendiri pembangunan kesehatan di daerahnya. Partisipasi masyarakat terus meningkat dalam upaya kesehata yang bersumber masyarakat (UKBM) seperti posyandu dan kader kesehatan. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki pemerintah mulai merata seiring dengan bertambahnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang mulai menjangkau daerah pedesaan di Indonesia. Pada masa ini pemerintah sudah mulai mampu menjamin pelayanan kesehatan berbasis kemasyarakatan dengan program Jamkesmas dan Jampersal.

Pembiayaan Kesehatan Indonesia di Masa MendatangLahirnya UU Nomor 40 tahun 2009 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan harapan baru bagi sistem pembiayaan kesehatan Indonesia dimasa yang akan datang. Dalam UU tersebut terdapat empat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu ; (1) PT. Askes, yang diperuntukan bagi semua PNS, penerima pension, perintis kemerdekaan, veteran dan anggota keluarganya dengan jumlah peserta tahun 2010 mencapai 3,7 juta PNS ( belum termasuk anggota keluarga yang ikut ditanggung biaya kesehatannya yaitu 1 orang isteri/suami dan 2 orang anak ) ; (2) PT. Jamsostek, yang diperuntukkan bagi semua pekerja sektor BUMN dan swasta yang telah bekerjasama dengan Jamsostek ; (3) PT. Asabri, yang diperuntukkan bagi anggota TNI dan POLRI ; (4) PT. Taspen, yaitu dana tabungan pegawai negeri sipil ( Kementerian Kesehatan RI ; 2011 ). UU SJSN No. 40 Tahun 2004 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas jaminan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar hidup yg layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Ini merupakan cikal bakal terbentuknya Sistem Jaminan Sosial Nasional Bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada tanggal 28 Oktober 2011, DPR dan pemerintah mengesahkan Undang-undang tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial ( BPJS ) yang di bagi menjadi ; (1) UU BPJS 1 yang diasumsikan akan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 dengan tujuan penyelenggaraan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk menampung pengalihan program Jamkesmas, Askes, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek dan PT. Asabri ; (2) UU BPJS 2 yang diasumsikan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 atau selambat-lambatnya 1 Juli 2015 dengan tujuan pengelolaan jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pension yang merupakan transformasi dari PT. Jamsostek.

Dari berbagai kebijakan yang telah diambil pemerintah diatas, kebijakan pembiayaan kesehatan Indonesia dimasa yang akan datang bertujuan untuk menjamin kesehatan semua warga negara Indonesia tanpa terkecuali. Hal itu diaspirasi melalui disahkannya UU tentang

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 15: Tugas Semester

15

sistem jaminan sosial nasional yang pada hakekatnya bertujuan agar semua warga negara dijamin oleh suatu sistem nasional yang dikelola oleh negara, jaminan yang diberikan tidak hanya sebatas jaminan kesehatan, tetapi juga jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Pemerintah bersama DPR baru saja mengesahkan UU tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial ( BPJS ) yag mengatur tentang Badan Publik yang akan melaksanakan sistem jaminan sosial nasional sperti yang telah dimanatkan dalam UU No. 40 Tahun 2004. Dengan disahkannya UU BPJS, jalan panjang rakyat Indonesia untuk bisa menikmati jaminan kesehatan dan jaminan sosial lainnya dari negara masih sangat panjang karena penerapan UU BPJS baru akan diberlakukan pada awal tahun 2014.

Catatan PenutupBerdasarkan diskusi di atas, ada beberapa poin penting yang bisa disimpulkan dalam paper ini. Pertama, kebijakan pembiayaan kesehatan sebagai salah satu instrumen dalam pembangunan manusia Indonesia sejak zaman penjajahan hingga masa sekarang saat masa pemerintahan periode kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus mengalami fluktuatif baik dalam hal anggaran negara dalam APBN maupun bentuk kebijakan pembangunan kesehatan yang diaplikasikan di masyarakat. Kedua, Faktor poltik sangat kentara sekali kelihatan pengaruhnya dalam penetapan anggaran negara dalam APBN termasuk anggaran bidang kesehatan. Pengaruh politik juga terlihat dalam pengambilan kebijakan pembangunan kesehatan yang diterapkan pada setiap masa kepemerintahan, seperti pada zaman orde baru dimana pemerintahan pada masa itu mengambil kebijakan berupa pembangunan puskesmas diseluruh Indonesia, kebijakan pada masa itu cenderung lebih terarah karena adanya GBHN yang menjadi pedoman dalam penetapan kebijakan pembanguan setiap lima tahun dalam PELITA. Kebijakan pembiayaan kesehatan terus mengalami perubahan di setiap masa kepemerintahan yang dipengaruhi oleh siapa yang memimpin negara dan kekuatan DPR sebagai perumus anggaran belanja negara bersama pemerintah yang sangat berbeda saat masa orde baru dan orde reformasi. Ketiga, sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, terdapat beberapa faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti diperhatikan yaitu ; (1) besaran (kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang disediakan pemerintah maupun sumbangan sektor swasta ; (2) tingkat efektifitas dan efisiensi penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran yang ada, dimana di Indonesia, proporsi anggaran pembangunan kesehatan tidak pernah mencapai angka dua digit dibanding dengan total APBN/APBD. Berikut penulis jabarkan dalam bentuk tabel beberapa bentuk perubahan pola pembiayaan kesehatan di Indonesia dari masa ke masa.

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 16: Tugas Semester

16

Tabel 1. Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia

Komponen yang dikaji

Masa Penjajajahan

Masa Kemerdekaan

dan Orde Lama

Masa Orde Baru Masa Orde Reformasi

Masa Sekarang

Jumlah Anggaran Tidak diketahui Tidak diketahui 678 Milyard 5,6 Triliun 27,8 Triliun

Sistem Perencanaan Anggaran

Diatur Pemerintah Hindia Belanda

Berubah seiring perubahan peta politik

GBHN, terarah dalam PELITA

Berubah karena peralihan kekuasaan

Setiap Tahun dalam APBN

Persentase terhadap PDB

Tidak diketahui Tidak diketahui 0,8-1 % 1,2% 2,4 %

Pengambil Keputusan

Pemerintah Hindia Belanda

Pemerintah OrdeLama

Presiden Soeharto berkuasa penuh dan cenderung otoriter

Presiden Bersama DPR

Kesepakatan Bersama Pemerintah dan DPR

Pengaruh Politik Kerajaan Belanda Berkuasa penuh

Sering berubah Pemerintah cenderung otoriter Sangat Kuat

Lebih Demokratis, Sangat Kuat

Sangat Kuat

Kebijakan Pembiayaan Kesehatan

Pelatihan Dukun Bayi, pendirian STOVIA dan sekolah dokter lainnya

Konsep Bandung Plan ( cikal bakal puskesmas ), laboratorium kesehatan

Mulai merata, konsep Puskesmas

Indonesia Sehat 2010

Jamkesmas, BOK, Jampersal

Sasaran Warga Belanda, Miliiter Belanda

Pejabat pemerintah, sebagian rayat

Mulai merata, Belum Menjangkau seluruh rakyat

Belum Menjangkau seluruh rakyat

Akses belum merata, terutama warga daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan

Kondisi Keuangan Negara

Sangat miskin Miskin Stabil Defisit Meningkat

Sumber : Diolah oleh penulis dari berbagai sumber.

Rendahnya kesadaran pemerintah untuk meletakkan sektor kesehatan sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan minimnya anggaran dalam APBN yang dialokasikan untuk sektor kesehatan. Sekto kesehatan juga belum bisa diperlakukan sebagai komoditas politik yang layak dan laku dijual di Indonesia yang sedang berada dalam masa tarnsisi demokrasi. Organisasi kesehatan dunia ( WHO ) telah menetapkan standar anggaran pembangunan ksehatan suatu negar didunia harus mencapai kisaran minimal 5% dari GDP ( Gross Domestic Product ) atau Pendapatan Domestik Bruto ( PDB ). Pemerintah Indonesia saat ini hanya mampu mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar 2,4% dari PDB atau sekitar 2,5 % dalam alokasi APBN ( Arum Atmawikarta ; 2011 ). Tahun 2011 pemerintah mengalokasikan anggaran kesehatan sebesar 27,8 Triliun Rupiah dalam APBN, 6,3 Triliun Rupiah diantaranya dialokasikan untuk program Jamkesmas dan Jampersal dengan tujuan utama percepatan pencapaian target MDGs pada tahun 2015 untuk sektor kesehatan. Pertemuan para Bupati/Walikota seluruh Indonesia sebagai pemegang kekusaan daerah otonomi pada tahun 2003 pernah membuat kesepakatan agar setiap pemerintah daerah menyediakan anggaran

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 17: Tugas Semester

17

pembangunan kesehatan sebesar 15% dalam APBD. Namun hal itu nampak hanya sebatas kesepakatan diatas kertas saja, hal ini dibuktikan bahwa banyak daerah yang belum atau tidak mampu melaksanakan kesepakatan tersebut dengan berbagai alasan terutama masalah keterbatasan dana. Ada juga daerah yang bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya yaitu Kabupaten Jembrana Propinsi Bali yang menggratiskan setiap pelayanan kesehatan bagi semua warganya. Kebijakan bidang kesehatan lain adalah pengalokasian anggaran kesehatan yang lebih diprioriataskan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan aspek promotif dan preventif dengan perbandingan anggaran 1:3. Ketimpangan ini seharusnya tidak diterapkan di Indonesia karena sebagai negara berkembang yang masih berupaya pengentasan penyakit infeksi tropik akibat masalah lingkungan seharusnya lebih memprioritaskan aspek promotif dan preventif sehingga negara tidak hanya berupaya mengobati penyakit saja tetapi mencari penyebab penyakit dan mengatasinya.

Kebijakan pemerintah dalam pengalokasian anggaran kesehatan seharusnya lebih bijak, Kementerian Kesehatan seharusnya menggunakan anggaran yang berbasis kebutuhan masyarakat Indonesia. Seringkali kita temukan kejadian dilapangan beberapa Puskesmas mendapatkan alokasi fasilitas peralatan medis canggih dan ambulan lengkap disatu sisi, disisi lain ketersediaan tenaga kesehatan baik dokter, bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya belum tersedia di puskesmas tersebut sehingga pemanfaatan peralatan menjadi tidak fungsional. Masalah lain adalah tingginya biaya pendidikan perguruan tinggi, akademi dan sekolah tenaga kesehatan bagi masyarakat menyebabkan tenaga kesehatan yang dihasilkan dari pendidikan tinggi seperti ini cenderung memasang tarif yang tinggi saat memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang pada akhirnya kembali masyarakat yang harus menanggung beban tersebut. Dimasa mendatang, pemerintah dalam menetapkan pembiayaan kesehatan telah memenuhi standar minimal 5% dari PDB dan minimal 15% dalam APBN sehingga sektor kesehatan bisa menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan di Indonesia dan menjamin terpenuhinya hak setiap warga negara untuk hidup sehata dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Page 18: Tugas Semester

18

Daftar Pustaka

Arum Atmawikarta, 2004 “ Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi “ Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, BAPPENAS RI, Jakarta

Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan , Edisi ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta

BAPPENAS RI, 2009, “ Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium Indonesia “, Penerbit BAPPENAS RI, Jakarta

Kementerian Kesehatan RI, 2011 “ Alokasi Anggaran Kesehatan 2011 “ JakartaNotoatmodjo, Soekidjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta

JakartaPrijono Tjiptoherijanto, 1994 “ Ekonomi Kesehatan “ , Penerbit PT. Rineka Cipta JakartaPohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta, Penerbit Rajawali pers.PT. Jamsostek ( Persero ) “ Laporan Tahunan 2010 “ JakartaYustika, Ahmad Erani. 2002. Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian Indonesia.

Jakarta : PT. Grasindo.www.depkes.go.id , diakses tanggal 11 Nopember 2011www.kompas.com, di akses tanggal 4 Nopember 2011www.ph_gmu.ac.id, diakses tanggal 11 Nopember 2011www.askes.com, di akses tanggal 3 Nopember 2011www.mudrajad.com, diakses tanggal 11 Nopember 2011www.astaqauliyah.wordpress.com, diakses tanggal 11 Nopember 2011www.ronyzone.wordpress.com, diakses tanggal 11 Nopember 2011

2011 Perubahan Pola Pembiayaan Kesehatan Di Indonesia Sejalan Dengan Perubahan Politik Yang Terjadi. Written By H. Kurniawan Arianto, SKM