Tugas Ppt Sejarah Klmpk 2

28
Dampak Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru Pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif tercatat dalam bentuk penurunan angka kemiskinan absolut yang diikuti dengan perbaikan indikator kesejahteraan rakyat secara rata-rata seperti penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan terutama pendidikan tingkat dasar yang semakin meningkat. Dampak negatif adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa tajam. Pembangunan yang menjadi ikon pemerintah Orde Baru ternyata menciptakan kelompok masyarakat yang terpinggirkan (marginalisasi sosial) di sisi lain. Di pihak lain pembangunan di masa Orde Baru menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang syarat dengan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh. Di bidang politik, pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Pada masa Orde Baru, Golkar menjadi mesin politik guna mencapai stabilitas yang diinginkan. Sementara dua partai lainya yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai negara Demokrasi. Peleburan (fusi) parpol diciptakan tidak lain agar pemerintah bisa mengontrol parpol. Dengan menguatnya peran negara pada masa Orde Baru berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Dampaknya sebagai berikut. 1. Dampak dalam Bidang Politik a. Adanya Pemerintahan yang Otoriter Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan. b. Dominasi Golkar Golkar merupakan mesin politik Orde Baru yang paling diandalkan dalam menjadi satu-satunya kekuatan politik di Indonesia yang paling dominan. c. Pemerintahan yang Sentralistis Menguatnya peran negara juga menyebabkan timbulnya gaya pemerintahan yang sentralistis yang ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya diberi peluang yyang sangat kecil untuk mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri. 2. Dampak dalam Bidang Ekonomi a. Munculnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). b. Adanya Kesenjangan Ekonomi dan Sosial Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini mengakibatkan kesenjangan sosial di masyarakat.

description

686785656

Transcript of Tugas Ppt Sejarah Klmpk 2

Dampak Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru

Pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif tercatat dalam bentuk penurunan angka kemiskinan absolut yang diikuti dengan perbaikan indikator kesejahteraan rakyat secara rata-rata seperti penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan terutama pendidikan tingkat dasar yang semakin meningkat.Dampak negatif adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa tajam.Pembangunan yang menjadi ikon pemerintah Orde Baru ternyata menciptakan kelompok masyarakat yang terpinggirkan (marginalisasi sosial) di sisi lain. Di pihak lain pembangunan di masa Orde Baru menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang syarat dengan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh.Di bidang politik, pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Pada masa Orde Baru, Golkar menjadi mesin politik guna mencapai stabilitas yang diinginkan. Sementara dua partai lainya yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai negara Demokrasi. Peleburan (fusi) parpol diciptakan tidak lain agar pemerintah bisa mengontrol parpol.Dengan menguatnya peran negara pada masa Orde Baru berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Dampaknya sebagai berikut.1. Dampak dalam Bidang Politika. Adanya Pemerintahan yang OtoriterPresiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam mengatur jalannya pemerintahan.b. Dominasi GolkarGolkar merupakan mesin politik Orde Baru yang paling diandalkan dalam menjadi satu-satunya kekuatan politik di Indonesia yang paling dominan.c. Pemerintahan yang SentralistisMenguatnya peran negara juga menyebabkan timbulnya gaya pemerintahan yang sentralistis yang ditandai dengan adanya pemusatan penentuan kebijakan publik pada pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya diberi peluang yyang sangat kecil untuk mengatur pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri.2. Dampak dalam Bidang Ekonomia. Munculnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).b. Adanya Kesenjangan Ekonomi dan SosialPertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini mengakibatkan kesenjangan sosial di masyarakat.c. KonglomerasiPola dan kebijakan perekonomian yang ditempuh pemerintah Orde Baru berdampak pada munculnya konglomerasi di seluruh sektor usaha di Indonesia. Pemerintahan Orde Baru pada awalnya memperkirakan bahwa konglomerasi ini akan menjadi penggerak ekonomi nasional, namun pada kenyataannya pada konglomerat lebih mementingkan bisnisnya daripada negara.

Menguatnya Peran Negara Dalam Kehidupan Masyarakat

1. Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa Pemerintahan Orde BaruOrde baru lahir sebagai upaya untuk : Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama. Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia. Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa.

Bidang Politik Merintis stabilitas politik nasional (1996-1997) Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret 1996 menjadi TAP MPRS No. IX/MPRS/1966 Pelaksanaan sidang MPRS tanggal 5 Juli 1966 yang menghasilkan TAP MPRS No. XI/MPRS/1966 tentang Pemilu Keluarnya TAP MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang pambentukan Kabinet Ampera TAP MPRS No. XII/MPRS/1968 tentang pemberian otonomi luas kepada daerah Keluarnya TAP MPRS tentang Kepartaian, Keormasan, dan Kekaryaan Keluarnya Resolusi MPRS No. III/MPRS/1966 tentang penerapan sistem pendidikan Pancasila Peninjauan kembali oleh MPRS terhadap ketetapan-ketetapan MPRS sebelum tahun 1965. Melaksanakan Konsolidasi (sejak tahun1968)Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Menghadapi pemilu tanggal 23 Mei 1970, telah ditetapkan organisasi-organisasi yang dapat mengikuti pemilu. Ada 9 partai politik yang berhak mengikuti pemilu, yaitu : IPKI Perkindo Parmusi Partai Khatolik Murba NU PNI PI. Perti PSISetelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu : Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam) Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis). Golongan Karya (Golkar) PDI, GOLKAR, PPP Menata Hubungan Luar Negeri Masuknya Kembali Indonesia Menjadi Anggota PBB Membekukan Hubungan Diplomatik dengan Republik Rakyak Cina (RRC) Penghentian Politik Konfrontasi dengan Malaysia Berperan dalam pembentukan ASEAN Pemulihan hubungan dengan Singapura

Bidang Ekonomi,Sosial dan Budaya Membentuk pola dasar pembangunan nasional yang dilaksanakan dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan.Pemerintah menyusun pola umum pembangunan jangka waktu meliputi ku 25-30 tahun. Setiap tahap berjangka waktu lima tahun. Sesuai jangka waktu itu, maka setiap tahap disebut Pembangunan Lima Tahun atau Pelita. Pelita I Dilaksanakan : Pada tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan Orde Baru. Tujuan : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya. Sasaran : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Titik Berat : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, sebab mayoritas penduduk Indonesia hidup dari hasil pertanian Pelita II Dilaksanakan : Pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran : Pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, kesejahteraan rakyat, perluasan lapangan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%. Pelita III Dilaksanakan : Pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelaksanaan Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu: Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pemerataan pembagian pendapatan Pemerataan kesempatan kerja Pemerataan kesempatan berusaha Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. Pelita IV Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik berat : Sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Pada awal tahun 1980, terjadi resesi yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan. Pelita V Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik berat : Sektor pertanian dan industri. Pada periode ini, Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya. Pelita VI Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik berat : Pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan. Pada periode ini, terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh. Indonesia memiliki ekonomi berbasis pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting dan dominan Besarnya proyek-proyek pembangunan ng dibiayai melalui bantuan asing, seperti : IMF, World Bank, CGI, IDA, dan ADB

2. Dampak Kuatnya Peran Negara Masa Pemerintahan Orde Baru Dimensi Politik Dampak Positif : Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekusaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran negara dalam masyarakat. Situasi keamanan pada masa Orde Baru relatif aman dan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol. Dampak Negatif : Orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralistis. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2 partai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai negara demokrasi. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilhan presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya. Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat. Dimensi Ekonomi, Sosial dan Budaya Dampak Positif : Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah terencana dengan baik dan hasilnya pun dapat terlihat secara konkrit. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras). Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat. Dampak Negatif : Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam. Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial). Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997.

A. Proses Menguatnya Peran Negara pada Masa Orde BaruSejak Orde Baru dan Diangkatnya Maijen Soeharto menjadi Presiden RI.melalui ketetapan MPRS No.XXXIII/MORS/1967.12 Maret 1967.MPRS yang di ketahui oleh A.H.Nasution mencabut mandate atas kekuasaan Presiden Soekarno, telah banyak perubahan yang dicapai oleh bangsa Indonesia, langkah yang dilakukannya adalah menciptakan stabilitas ekonomi politik. Tujuan perjuangannya adalah menegakkan tata kehidupan negara yang didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945.Kabinet yang pertama kali dibentuk adalah Kabinet AMPERA dengan tugas menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional yang disebut DWI DHARMA KABINET AMPERA. Adapun programnya antara lain:a. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama sandang dan panganb. Melaksanakan Pemiluc. Melaksanakan Politik Luar Negeri yang Bebas dan Aktifd. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk. Jika dilihat dari sumber internet lain, maka rencana programnnya adalah :1) Untuk memuwujudkan kehidupan politik yang lebih baik, pada 23 Mei 1970, disusun rencana pemilihan umum.2) Kehidupan ekonomi segera direhabilitasi mengingat kondisi yang sangat memperhatikan dengan kenaikan harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi, hingga mencapai 650 %.3) Menyusun dan melaksanakan pembangunan nasional.

Keempat program ini disebut dengan Catur Karya Kabinet Ampera (Kabinet Amanat Penderitaan Rakyat).Kebijakan sosial politik orde baru, dalam bidang politik salah satu langkah yang dilakukan oleh Seokarno adalah melakukan fusi partai politik. Praktik tersebut dilakukan pada tahun 1975, dengan berdasar pada UU No. 3 tahun 1975 menghasilkan komposisi sebagai berikut :a. Kelompok Demokrasi Pembangunan ( 11 Januari 1973 ) kelompok ini terdiri atas partai Nasional Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, ikatan pendukung kemerdekaan dan Partai MURBA.b. Kelompok Persatuan Pembangunan ( 5 Januari 1973 ) kelompok ini terdiri atas Nahdlatul Ulama, Partai Muslimin Indonesia, Partai Sarikat Islam Indonesia dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Indonesia.c. Kelompok Golongan Karya yang terdiri berbagai organisasi profesi, seperti Organisasi Buruh, Organisasi Pemuda, Organisasi Tani dan Nelayan, Organisasi Semiman, dan Organisasi Masyarakat. Muncul pula berbagai organisasi profesi seperti Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia, Federasi Buruh Seluruh Indonesia, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, dan Kabinet Nasional Pemuda Indonesia.

Peran negara juga sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan penguatan : sektor militer, ekonomi dan budaya (ketiganya merupakan pijakan bagi Soeharto untuk membangun pemerintahan yang kuat).a. Sektor Militer : memperbaiki kinerja ADb. Sektor Ekonomi : menambah dana bantuan LNc. Sektor Budaya : menyebarkan organisasi turunan golkar keseluruh pelosok tanah air.

Contoh tindakan kontraa. Peristiwa Malari : 15 januari 1974 : arus investasi Jepang yang membanjiri indonesia, dan mengalahkan ruang gerak ekonomi lokal.Demonstrasi menentang investasi Jepang ketika hadir PM Jepang kakuei Tanaka, 3 mahasiswa ditangkap dg tuduhan subversif yang mengancam stabilitas negarab. Pelaksanaan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) yang membatasi hak berserikat dan berkumpul dalam rangka mengeluarkan pendapatc. Pengekangan kebebasan pers (pembredelan beberapa mass media)d. Tuduhan Subversif bagi warga negara yang melakukan tindakan kontra kebijakan pemerintah.

Kelebihan dari sistem Pemerintahan Orde Barua. Perkembangan gdp per kapita indonesiab. Sukses transmigrasic. Sukses kbd. Sukses memerangi buta hurufe. Sukses swasembada panganf. Pengangguran minimumg. Sukses repelitah. Sukses gerakan wajib belajari. Sukses gerakan nasional orang-tua asuhj. Sukses keamanan dalam negerik. Investor asing mau menanamkan modall. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

Kekurangannyadari system Pemerintahan Orde Baru :a. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotismeb. Pembangunan yang tidak merata menimbulkan kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, kaya dan miskin, jawa dan luar jawa , sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusatc. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkand. Kebebasan pers sangat terbatase. Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program "penembakan misterius" (petrus)f. Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)

C. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Masyarakat.Berikut adalah Dampak positif dari menguatnya peran negara terhadap masyarakat pada masa Orde Baru :a. Harga Sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dan BBM yang murahb. Pendidikan yang murah untuk semua jenjang pendidikanc. Terbukanya kesempatan kerjad. Rakyat pernah mengalami swasembada pangane. Berkembangnya pertanian rakyatf. Rendahnya angka kemiskinan yang diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan rakyatg. Penurunan angka kematian bayi sebagai dampak keberhasilan keluarga berencanah. Angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat sebagai dampak keberhasilan bebas tiga buta (B3B)

Selain dampak positifnya juga pasti ada juga yang namanya dampak negatif, berikut dari menguatnya peran negara terhadap masyarakat pada masa Orde Baru :a. Terbentuk pemerintahan yang bersifat ototriter, dominative, dan sentralistisb. Otoriarisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsadan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyatc. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat Indonesiad. System perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR, Soeharto selalu terlpilihe. Demokrasi yang terbentuk didasarkan pada korupsi, kolusi, dan Nepotisme (KKN) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya

Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Politik

Pada tahun 1971 Golkar yang menjadi alat kekuasaan pemerintah pada waktu itu menjadi pemenang pemilu.Untuk memenangkan Golkar,seluruh pegawai negeri sipil diharuskan menylurkan aspirasinya melalui partai ini.Dengan dukungan ABRI/TNI dan birokrasi , Golkar memenangkan pemilu hingga tahun 1997.

a. Dampak positif kebijakan politik pemerintah orde baru:1. Pemerintah mampu membangun fondasi ysng kuat bagi kekuasaan lembaga kepresidenan yang menyebabkan semakin kuatnya peran negara dalam masyarakat.2. Situasi keamanan orde baru relative aman dan terjaga dengan baik3. Dilakukan peleburan partai agar pemerintah mampu mengontrol parpol.

b. Dampak Negatif kebijakan politik pemerintah orde baru1. Terbentuk pemerintah yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.2. Pemerintah orde baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara dua partai yang lain hanya menjadi boneka agar terkesan citra sebagai negara demokrasi.3. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak.4. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR tidak mengenal rakyat daerah yang diwakilinya.5. Kebijakan politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKNDwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk pada sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh personel TNI dan Polri.6. Kondisi poltik lebih payah dengan adanya upaya penegakan hukum yang sangat lemah. Pada saat itu hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerintah yang berkuasa sehingga tidak mampu mengadili konglomerat yang telah menghabiskan uang rakyat.

1. Dampak perkembangan Teknologi Informasi dan KomunikasiPerkembangan teknologi informasi dan komunikasi dimulai pada abad ke-15, yaitu ketika mesin cetak ditemukan. Hal ini terus berkembang ketika telegraf ditemukan oleh Samuel F.B. Morse tahun 1837, telepon oleh Thomas Alfa Edison tahun 1877, dan radio oleh Gugliermo Marconi tahun 1896. Revolusi teknologi informasi dan komunikasi terjadi pada abad ke-20, ketika komputer ditemukan. Hal tersebut semakin berkembang ketika transistor ditemukan tahun 1947 oleh John Bardeen,serta penemuan mikroprosesor tahun 1971.Sejalan dengan berkembangnya teknologi, maka peran media komunikasi massa juga tumbuh dengan cepat. Peran media massa adalah sebagai media pemberi informasi berupa pesan=pesan, ide-ide atau gagasan kepada massa. Selain peran itu, media massa juga berfungsi untuk melakukan pembinaan dan pendidikan massa serta mendidik cara berpikir masyarakat agar lebih kritis dalam memahami masalah dan keberadaannya.Teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia semakin berkembang dengan dibangunnya Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Pembangunan satelit dimulai pada tahun 1975 sampai tahun 1976. Satelit pertama Indonesia itu diberi nama Satelit Palapa. Generasi pertama Satelit Palapa adalah Palapa A-1 yang diluncurkan pada tanggal 8 Juli 1976. Setelah itu, berturut-turut diluncurkan satelit-satelit sebagai berikut:a. Palapa A-2 (Maret 1977)b. Palapa B-1 ( Juni 1983)c. Palapa B-2 ( Februari 1984)d. Palapa B-2P ( Maret 1987)e. Palapa B-2R (Maret 1990)f. Palapa B-4 (Mei 1997)g. Palapa C-1 ( Februari 1996)h. Palapa C-2 (Mei 1996)Salah satu media komunikasi yang berkembang di Indonesia adalah televisi. Stasiun Televisi Pertama di Indonesia adalah Televisi Republik Indonesia ( TVRI) yang dibuka tanggal 24 Agustus 1962 oleh Presiden Soekarno. Kemunculan stasiun TV selanjutnya terjadi pada 24 Agustus 1989 dengan munculnya Rajawali Citra Televisi Indonesia ( RCTI), selanjutnya SCTV pada 24 Agustus 1990,TPI pada 23 Januari 1991, Anteve pada 1 Maret 1993, dan Indosiar pada 11 Januari 1995.Perkembangan media komunikasi pada Zaman Orde Baru ternyata tidak diiringi oleh adanya kebebasan pers. Banyak media yang dibatasi kebebasannya dalam memberitakan kepada masyarakat. Kuatnya peran pemerintah dalam dunia komunikasi membuat masyarakat tidak mengetahui banyak tentang perkembangan kondisi Negara maupun dunia Internasional.

Dampak Menguatnya Peran Negara Selama Orde Baru(1968-1998)

1. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Masyarakat

a. Dampak positif Harga Sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) dan BBM yang murah Pendidikan yang murah untuk semua jenjang pendidikan Terbukanya kesempatan kerja Rakyat pernah mengalami swasembada pangan Berkembangnya pertanian rakyat Rendahnya angka kemiskinan yang diikuti dengan meningkatnyakesejahteraan rakyat Penurunan angka kematian bayi sebagai dampak keberhasilan keluargaberencana Angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin meningkat sebagai dampakkeberhasilan bebas tiga buta (B3B)

b. Dampak Negatif Pemerintahan Orde Baru yang bersifat sentralistik telah memasung kebebasanrakyat

2. Dampak Menguatnya peran Negara terhadap Kehidupan Politik

a. Dampak positif dari kebijakan politik pemerintah Orde Baru Pemerintah mampu membangun fondasi yang kuat bagi kekuasaan lembagakepresidenan yang menyebabkan semakin kuatnya peran Negara dalammasyarakat Situasi keamanan pada masa Orde Baru relative aman dan terjaga dengan baikkarena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yangdianggap bertentangan dengan Pancasila Dilakukan peleburan partai agar pemerintah dapat mengontrol parpol

b. Dampak negative kebijakan politik pemerintah Orde Baru Terbentuk pemerintahan yang bersifat ototriter, dominative, dan sentralistis Otoriarisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsadan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baikdan benar kepada rakyat INdonesia System perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untukmelanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihanpresiden melalui MPR, Soeharto selalu terlpilih Demokrasi yang terbentuk didasarkan pada korupsi, kolusi, dan Nepotisme (KKN) sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidakmengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya

3. Dampak Menguatnya Peran Negara terhadap Kehidupan Media Massa Pers merupakan salah satu tiang penyangga demokrasi

a. Jargon Pers Pancasila yang bebas dan bertanggung jawabPemerintahan Orde Baru-lah yang memutuskan tanggal 9 Februari sebagaihari Pers Nasional. Hal itu didasarkan pada keputusan Presiden No. 5 Tahun 1985tanggal 23 Januari 1885

b. Pemberedelan Pers Selama Orde BaruPada masa awal merintahan Soeharto, sehubungan antara pers danpemerintah cukup baik. Namun, hubungan baik antara pers dan pemerintah hanyaberlangsung lebih kurang delapan tahun.Pemerintah Orde Baru mulai represif setelah meletus peristiwa kerusuhan15 Januari 1974 (Peristiwa MalariaMahasiswa merasa tidak puas atas kondisi perekonomian nasional yangterkesan dimonopoli dan didikte oleh pihak Jepang peristiwa tersebut mendapatsorotan tajam pers di Jakarta diberangus untuk beberapa waktu. Izin terbit baruakan dikeluarkan menanatangani surat pembayaran maaf kepada pemerintah.

Orde Baru & Dampaknya

Sejarah membuktikan, peranan negara yang terlalu kuat dan dominan dalam mengatur sendi-sendi kehidupan rakyatnya akan berdampak tidak baik bagi kehidupan demokrasi dan kebebasan warganegara. Pemerintah Orde Baru dalam perjalanannya menunjukkan gejala-gejala tersebut. Walaupun semangat Orde Baru pada awalnya amat luhur, yaitu menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, perjalanan politiknya diwarnai oleh usaha-usaha pemanfaatan Pancasila dan UUD 1945 itu untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Tindakan-tindakan pelanggengan kekuasaan ini berbanding lurus dengan makin menguatnya lembaga kepresidenan dalam kehidupan kenegaraan. Lembaga kepresidenan pada akhirnya menjadi center of power, menjadi pusat segala kekuasaan yang berjalan. Karena presiden merupakan kepala negara, maka dengan terpusatnya kekuasaan pada tangan presiden mengkibatkan peranan negara makin lama makin kuat dan mendominasi seluruh alat-alat negara yang ada dibawahnya.Dalam pasal-pasal UUD 1945 (sebelum amandemen) yang mengatur tentang kewenangan presiden, secara eksplisit dapat kita tangkap bahwa kewenangan presiden memang begitu besar dalam mengatur alat-alat negara. Kewenangan ini benar-benar dimanfaatkan oleh Orde Baru untuk melanggengkan sekaligus mempertahankan kekuasaannya, sehingga kekuasannya dapat berjalan sedemikian lama. Dalam hal ini pasal 7 UUD 1945 (sebelum amandemen) punya peranan besar, pasal ini menyebutkan bahwa masa jabatan presiden berlangsung selama 5 tahun dan selanjutnya dapat dipilih kembali, tidak ada pembatasan maksimal sampai berapa kali presiden boleh menduduki jabatannya. Presiden menafsirkan pasal ini dengan dengan terus menerus mencalonkan dirinya kembali setiap lima tahun.Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan presiden dapat berkuasa begitu lama bisa kita simpulkan dari pemaparan sebelumnya mengenai aspek-aspek politik dalam pemerintahan Orde Baru, yaitu: kontrol presiden yang besar terhadap rekrutmen politik baik pada institusi pemerintah maupun non-pemerintah; posisi presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata; otoritas personal (gelar) presiden yang dijadikan sumber legitimasi kekuasaan; dan sumberdaya keuangan presiden yang amat besar. Pada masa pemerintahan Orde Baru, struktur kinerja dan peran Negara menjadi sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan epnguatan 3 sektor utama, yaitu sektor militer, ekonomi, dan budaya. Soeharto berpendapat bahwa menguatnya negara merupakan langkah yang jitu dalam mendukung kelancaran pembangunan.Penguatan sektor militer dilakukan dengan cara memperbaiki kinerja Angkatan Darat. Penguatan sektor ekonomi dilakukan dengan menambah jumlah dana bantuan luar negeri. Penguatan sektor budaya dilakukan dengan cara menyebarkan organisasi-organisasi turunan Golongan Karya ke seluruh pelosok Indonesia. Kekuatan ketiga dari sektor itulah yang menjadi dasar pijkan oeharto untuk membangun pemerintahan yang kuat. Menurutnya, semua lini kehidupan masyarakat harus dikuasai secara optimal untuk menciptakan sebuah sistem pemerintahan sosial dan politik yang efisien dan tepat guna.Menguatnya peran negara dalam kehidupan masyarakat Indonesia dimasa Orde Baru merupakan kekuatan utama bagi Soeharto dalam meraih kepentingan nasional dan internasional. Dalam hal politik dan partisipasi masyarakat, terjadi fusi partai-partai politik dalam 3 organisasi berikut ini.1. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)3. Golongan Karya

Sebelum terjadinya fusi partai-partai politikt tersebut, Golkar memperoleh kemenangan mutlak pada Pemilu 1971 dengan jumlah 236 suara di kursi DPR. Kemenangan mutlak Golkar pada Pemilu 1971 mengindikasi 2 hal utama. Pertama, adanya moyalitas PNS yang menjadi penyumbang suara terbesar bagi kemenangan Golkar. Kedua, adanya kekuatan Golkar yang telah berakar di masyarakat. Di dalam Golkar sendiri, terdapat pengerucutan kepemimpinan pada satu figur, yakni Soeharto.Menguatnya peran negara di masa Orde Baru juga tidak terlepas dari strategi agregasi yang diterapkan oleh Soeharto. salah satu strateginya adalah adanya sistem Reward and Punishment terhadap orang-orang yang mendukung dan menentang kekuatan Orde Baru.Salah satu rekaman kelam sejarah pada masa Orde Baru adalah terjadinya Pristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) adalah peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi akibat adanya arus investasi Jepang yang membanjiri Indonesia dan mengalahkan ruang gerak sektor ekonomi lokal.Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), Jan P. Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974, disertai demonstrasi dan kerusuhan. Massa melakukan penghancuran dan pembakaran terhadap produk-produk Jepang, khususnya mobil dan motor buatan Jepang di berbagai jalan-jalan di Jakarta. Pada peristiwa Malari, tiga orang mahasiswa ditangkap oleh aparat dan diadili pada 2 Agustus 1974. Mereka adalah Hariman Siregar, Sjahrir, dan Muhammad Aini Chalid. Mereka secara sepihak dituduh melakukan kegiatan subversif yang mengancam stabilitas negara.Usai terjadi demonstrasi yang disertai kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto memberhentikan Soemitro sebagai Panglima Kopkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala Bakin Soetopo Juwono digantikan oleh Yoga Sugama.Di kampus, diadakan Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK). Sejak tahun 1978, sistem tersebut membatasi hak-hak warga negara untuk berserikat dan berkmpul dalam rangka mengeluarkan dan menyatakan pendapat. Berbagai pergerakan yang disinyalir berbeda haluan dengan asas tunggal Pancasila langsung dihukum dengan dakwaan subversif. Selain itu, menguatnya peran negara juga terlihat dari pengekangan kebebasan pers dan media. Dibredelnya harian Tempo, Detik dan Editor pada bulan Juli 1994 menjadi contoh nyata hadirnya sikap otoritarianisme Orde Baru. Pembredelan pada tahun 1994 ini merupakan pembredelan yang kedua bagi Tempo. Sebelumnya media ini pernah dibredel oleh pemerintahan Orde Baru pada tahun 1982.Pembredelan 1994 ibarat hujan, jika bukan badai dalam ekologi politik Indonesia secara menyeluruh. Sebelum dibredel pada 21 Juni 2004, Tempo menjadi majalah berita mingguan yang paling penting di Indonesia. Pemimpin Editornya adalah Gunawan Mohammad yang merupakan seorang panyair dan intelektual yang cukup terkemuka di Indonesia. Pada 1982 majalah Tempo pernah ditutup untuk sementara waktu, karena berani melaporkan situasi pemilu saat itu yang ricuh. Namun dua minggu kemudian, Tempo diizinkan kembali untuk terbit. Pemerintah Orde Baru memang selalu was-was terhadap Tempo, sehingga majalah ini selalu dalam pengawasan pemerintah. Majalah ini memang popular dengan independensinya yang tinggi dan juga keberaniannya dalam mengungkap fakta di lapangan. Selain itu kritikan- kritikan Tempo terhadap pemerintah di tuliskan dengan kata-kata yang pedas dan bombastis. Goenawan pernah menulis di majalah Tempo, bahwa kritik adalah bagian dari kerja jurnalisme. Motto Tempo yang terkenal adalah enak dibaca dan perlu. Meskipun berani melawan pemerintah, namun tidak berarti Tempo bebas dari tekanan. Apalagi dalam hal menerbitkan sebuah berita yang menyangkut politik serta keburukan pemerintah, Tempo telah mendapatkanberkali-kali maendapatkan peringatan. Hingga akhirnya Tempo harus rela dibungkam dengan aksi pembredelan itu. Namun perjuangan Tempo tidak berhenti sampai disana. Pembredelan bukanlah akhir dari riwayat Tempo. Untuk tetap survive, ia harus menggunakan trik dan startegi.Salah satu trik dan strategi yang digunakan Tempo adalah yang pertama adalah mengganti kalimat aktif menjadi pasif dan yang kedua adalah stategi pinjam mulut. Semua strategi itu dilakukan Tempo untuk menjamin kelangsungannya sebagai media yang independen dan terbuka. Tekanan yang dating bertubi-tubi dari pemerintah tidak meluluhkan semangat Tempo untuk terus menyampaikan kebenaran kepada masyarakat. Setelah pembredelan 21 Juni 1994, wartawan Tempo aktif melakukan gerilya, seperti dengan mendirikan Tempo Interaktif atau mendirikan ISAI (Institut Studi Arus Informasi) pada tahun 1995. Perjuangan ini membuktikan komitmen Tempo untuk menjunjung kebebasan pers yang terbelenggu ada pada zaman Orde Baru. Kemudian Tempo terbit kembali pada tanggal 6 Oktober 1998, setelah jatuhnya Orde Baru.

Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-Politik MasyarakatPada pemerintahan Orde Baru struktur,kinerja dan peran negara menjadi sangat kuat karena didukung oleh pemusatan dan penguatan 3 sektor utama,yaitu sektor militer,ekonomi dan budaya. Menurut pak Harto penguatan negara merupakan langkah yang jitu dalam mendukung kelancaran pembangunan, adapun cara yang dilakukan meliputi :

1. Penguatan sektor militer, dilakukan dengan cara memperbaiki kinerja 'Angkatan Darat'. Latar Belakang karir pak Harto sebagai Mayor Jenderal membuat beliau mendapat dukungan dari basis militer yang cukup kuat2. Penguatan sektor ekonomi, dilakukan dengan cara menambah jumlah dana bantuan luar negeri, karena sistem ekonomi gagas adalah ekonomi liberal maka mendapat dukungan dari dunia internasional3. Penguatan sektor budaya dilakukan dengan cara menyebarkan organisasi-organisasi membantu GolKar ke pelosok. Hal ini sangat membantu karena GolKar yang sejak tahun 1964 sudah muncul itu memiliki posisi yang sangat penting. Pada waktu itu tidak boleh ada organisasi masyarakat selain yang bernaung dibawah organisasi GolKar.

Dampak menguatnya peran negara dimasa Orde Baru adalah terjadi penggabungan partai-partai politik dalam 3 organisasi berikut :

1. PDI gabungan dari PNI, PARKINDO, P Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), dan P. Murba.2. PPP, gabungan dari NU, Partai Muslim Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Indonesia.3. Partai Golkar, gabungan dari berbagai organisasi profesi, seperti Organisasi Buruh, Organisasi Pemuda, Organisasi Petani dan Nelayan, Organisasi Seniman, dan Organisasi Masyarakat.

Sebelum terjadinya fusi partai-partai tersebut, Golkar sudah memperoleh kemenangan mutlak pada Pemilu 1971 dengan perolehan 236 suara dikursi DPR. Kemenangan itu menghasilkan 2 hal utama :

1. Adanya monoloyalitas PNS yang menjadi penyumbang suara terbesar pada waktu itu, semua PNS harus memilih Golkar.2. Kekuatan Golkar telah mengakar kuat dihati masyarakat karena Sekber Golkar bersama militer dan masyarakat berhasil menumpas PKI diawal 1960-an.

Menguatnya posisi Golkar di masa pemerintahan Orde Baru menunjukkan kuatnya peran pemerintah dalam menentukan perkembangan kehidupan masyarakat. Seiring dengan itu, Pancasila menjadi satu-satunya asas yang boleh digunakan oleh seluruh pergerakan nasional baik dalam parpol, gerakan mahasiswa maupun Lembaga Swadaya Masyarakat. Segala jenis pergerakan nasional tidak boleh melenceng dari garis-garis besar Pancasila. Prinsip itu di politisir bahwa tidak boleh ada bentuk kegiatan lain selain yang berada dibawah kekuasaan organisasi Golkar. Dan kepemimpinan dalam Golkar sendiri terpusat pada figur Soeharto.

Menguatnya peran negara di masa Orde Baru juga tidak terlepas dari strategi agresi yang diterapkan oleh Soeharto. Salah satu strateginy adalah sistem reward and punishment, yakni pemberian 'hadiah' bagi orang-orang yang pro terhadap pak Harto dan hukuman bagi pihak-pihak yang kontra terhadap pak Harto.Salah satu rekaman kelam sejarah Indonesia pada masa Orde Baru adalah terjadinya Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974. Pada Peristiwa Malari, 3 orang mahasiswa ditangkap oleh aparat dan diadili pada 2 Agustus 1947. Mereka adalah Hariman Siregar, Sjahrir, dan Muhammad Aini Chalid.Sejak tahun 1978, sistem Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) membatasi hak-hak warga negara untuk berserikat dan berkumpul dalam rangka mengeluarkan dan menyatakan pendapat. Diberedelnya harian Tempo, Detik, dan Editor pada Juni 1994, menjadi contoh nyata hadirnya sikap otoritarianisme Orde Baru. Pemberedelan pada 1994 itu, merupakan pemberendelan yang kedua bagi Tempo. Sebelumnya, media ini pernah diberedel oleh pemerintah Orde Baru pada 1982.

Perkembangan Bahasa dan Karya Sastra pada masa Orde BaruAngkatan pertama adalah angkatan '66 - 70'an, hadirnya angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah Horison, yang membawa semangat pelopor dalam kesenian Indonesia. Corak aliran diantaranya adalah, corak serrealis, arketip, absurd, dan arus kesadaran. Sebelumnya masyarakat Indonesia menggunakan ejaan Suwandi yang penyempurnaannya dilakukan setelah Indonesia merdeka, dan saat ini ejaan yang di sempurnakan pada masa Orde Baru itu dikenal dengan istilah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).Diantara pengarang angkatan sebelumnya yang mengambil bagian dalam perkembangan sastra pada masa ini adalah, Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo, serta H. B. Jassin.

Angkatan '80-anPada tahun '80-an, majalah sastra Horison yang mewadahi sastrawan Indonesia sudah tidak terbit lagi. Pada masa ini, hadir pula penulis-penulis wanit, diantaranya adalah Marga T. dan Mira W. yang pada setiap karangannya selalu menyuguhkan cerita fiksi romantis, dengan tokoh utamanya seorang wanita. Karya sastra masa ini selalu menunjukkan rasa idealisme.Pengarang lain yang hadir pada masa itu adalah Remy Sylado, Yudhistira Ardhinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Adjidarma, dan Kurniawan Junaidi. Hadir jenis sastra lainnya yang disebut sastra, yang di pelopori oleh Hilman dengan serial Lupus-nya. Teater yang paling menonjol adalah Teater Koma yang dibentuk oleh Riantimo, dengan banyak pertunjukan yang dilakukan di berbagai teater.