TUGAS PGIS

download TUGAS  PGIS

of 74

Transcript of TUGAS PGIS

BAB IPENDAHULUAN

1.1 SISTEM INFORMASI

Sistem Informasi adalah sekumpulan hardware, software, brainware, prosedur atau aturan yang diorganisasikan secara integral untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.Dan juga merupakan satu Kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan. Selain itu sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif dan efisien.

1.2 GEOGRAFIS

Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu go ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan"). Istilah geografi digunakan karena GIS dibangun secara mendasar dari geografi atau spasial. Object ini mengarah kepada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Objek bisa berupa fisik, budaya atau ekonomi alamiah. Penampakan tersebut ditampilkan pada suatu peta untuk memberikan1

gambaran yang representatif dari spasial suatu object sesuai dengan kenyataannya di bumi. Simbol, warna dan gaya garis digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berbeda pada peta dua dimensional.

Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

Saat ini teknologi komputer telah mampu membantu proses pemetaan melalui pengembangan dari automated cartography (pembuatan peta) dan Computer Aided Design (CAD).

1.3 DATA DAN INFORMASI

Data adalah keterangan yang dihasilkan dari suatu penelitian , sementara Informasi berasal dari pengolahan sejumlah data. Dalam GIS informasi memiliki volume terbesar. Setiap object geografi memiliki setting data tersendiri karena tidak sepenuhnya data yang ada dapat terwakili dalam peta. Jadi semua data harus di asosiasikan dengan objek spasial yang dapat membuat peta manjadi intelligent. Ketika data-data tersebut diasosiasikan dengan permukaan geografi yang representatif maka data-data tersebut mampu memberikan informasi dengan hanya meng-klik mouse pada objek. Namun ingat bahwa semua informasi adalah data tapi tidak semua data merupakan informasi.2

BAB IISISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

2.1 Definisi Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan)1. Yakni informasi yang mempunyai hubungan geometric dalam arti bahwa informasi tersebut dapat dihitung, diukur, dan disajikan dalam sistem koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi (data spasial) dan data semantiknya (data atribut). SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis suatu obyek dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting, dan memerlukan analisis yang kritis. Penanganan dan analisis data berdasarkan lokasi geografis merupakan kunci utama SIG. Oleh karena itu data yang digunakan dan dianalisa dalam suatu SIG berbentuk data peta (spasial) yang terhubung langsung dengan data tabular yang mendefinisikan bentuk geometri data spasial. Misalnya apabila kita membuat suatu theme atau layer tertentu, maka secara otomatis layer tersebut akan memiliki data tabular yang berisi informasi tentang bentuk datanya (point, line atau polygon) yang berada dalam layer tersebut .3

SIG juga merupakan sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan dan analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar petanya. Kemampuan tersebut membuat SIG berbeda dengan system informasi pada umumnya. Dengan SIG kita mampu melakukan lebih banyak dibanding hanya dengan menampilkan data semata-mata. SIG menggabungkan semua kemampuan, baik yang hanya berupa sekedar tampil saja, sistem informasi yang tersaji secara thematis, dan sistem pemetaan yang berdasarkan susunan dan jaringan lalu-lintas jalan, bersamaan dengan kemampuan untuk menganalisa lokasi geografis dan informasi-informasi tertentu yang terkait terhadap lokasi yang bersangkutan. Dan jangan lupa, SIG adalah sebuah aplikasi dinamis yang akan terus berkembang. Peta yang dibuat pada aplikasi ini tidak hanya akan berhenti dan terbatas untuk keperluan saat dibuatnya saja. Peremajaan terhadap informasi yang terkait pada peta tersebut dapat dilakukan dengan mudah, dan secara otomatis peta tersebut akan segera menunjukkan akan adanya perubahan informasi tadi. Semuanya itu dapat dikerjakan dalam waktu singkat, tanpa perlu belajar secara khusus. SIG sangat memungkinkan untuk membuat tampilan peta, menggunakannya untuk keperluan presentasi dengan menunjuk dan meng-kliknya, serta untuk menggambarkan dan menganalisis informasi dengan cara pandang baru, mengungkap semua keterkaitan yang selama ini tersembunyi, pola, beserta kecenderungannya.

2.2 DATABASE SIG4

Database dalam bahasa Indonesia adalah basis data atau sering pula dieja basisdata, adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut. Database dalam SIG terdiri dari dua macam,yaitu database grafis dan database teks. Database grafis (database spatial) adalah database yang berfungsi unuk mengelola elemen-elemen gambar dari suatu peta dan pada dasarnya berupa lokasi,bentuk dan dimensi spatial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya. Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid)/sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) (Barus dan Wiradisastra, 2000).

5

Gambar 2.1. Pembentukan Data Base SIG 2.3 SOLUSI YANG DIJANJIKAN OLEH SIG Berdasarkan informasi spatial yang direkam, sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka solusi yang dapat diselesaikan dengan menggunakan teknologi SIG antara lain adalah: 1. Lokasi ada apa di lokasi tertentu? maksudnya adalah mencari apa yang terdapat pada lokasi tertentu. Lokasi dapat dijelaskan dengan menggunakan banyak cara, antara lain menggunakan: nama wilayah atau koordinat geografi (lintang/bujur atau UTM). 2. Kondisi di mana lokasi suatu...? pertanyaan ini dapat diajukan melalui SIG jika pengguna akan mencari lokasi suatu objek dengan criteria tertentu. Sementara untuk menjawab pertanyaan ini,pengguna harus mengunakan fungsi-fungsi analisis spatial yang tersedia di dalam SIG. 3. Trend apa yang berubah sejak...? pertanyaan ini melibatkan dua pertanyaan

sebelumnya (lokasi dan kondisi) dan dilakukan jika akan mengetahui perubahan yang terjadi pada suatu lokasi dalam selang waktu tertentu.6

4. Pola apakah ada hubungan spatial tertentu,,,? pertanyaan ini biasa digunakan untuk melihat apakah ada pola-pola tertentu mengenai keberadaan atau penyimpangan (anomali) suatu objek. 5. Pemodelan bagaimana jika.... data spatial yang telah disimpan dalam SIG dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan berbagai fungsi yang tersedia didalam paket program SIG (aritmatik,matematik) sehingga pengguna dapat memperoleh informasi baru.

Gambar 2.3. Sumber Data SIG

2.4 MANFAAT LAIN PENERAPAN SIG 2.4.1 Variasi7

Penyimpanan data secara digital memungkinkan untuk menyajikan peta dalam berbagai bentuk (warna,jenis garis dan huruf) dan ukuran(skala). DI samping itu,reproduksi peta untuk tema dan skala yang berbeda dapat dilakukan dalam waktu yang relative singkat. 2.4.2 Efisiensi Data spatial yang telah direkam ke dalam SIG dapat digunakan oleh para pengguna dari berbagai disiplin yang berbeda dan untuk keperluan yang berbeda, sehingga biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk membangun database spatial dapat ditekan seefisien mungkin.

2.4.3 Peremajaan peta Dibanding cara manual,waktu yang diperlukan untuk meremajakan atau memperbarui peta dapat dipersingkat. Berkat data digital peremajaan peta tidak perlu dilakukan secara menyeluruh, hanya pada bagian-bagian yang mengalami perubahan tajam yang diremajakan atau dimodifikasi. Hal ini memungkinkan untuk mempertahankan isi peta dalam keadaan mutakhir (up-to-date) secara cepat dan akurat.

2.4.4

Memudahkan dalam pendataan

a. untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam. b. untuk mengetahui persebaran di kawasan laut. c. untuk pengawasan daerah bencana alam.

2.4.5 Sebagai perencanaan pola pembangunan

8

Sebagai acuan perencanaan pembangunan, agar pembangunan dapat terencana lebih awal dan tidak tumbuh berantakan, serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

2.4.6 Dalam bidang social a. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk. b.Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya. c.Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi. d.Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan. e.Untuk pendataan dan pengembangan pemukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran. 2.5 KOMPONEN SIG Komponen-komponen dalam SIG Anda telah mengetahui dari mana sumber informasi geografi diperoleh. Sekarang Anda akan mempelajari apa saja komponen-komponen dalam SIG. SIG merupakan produk dari beberapa komponen. Komponen-komponen yang terdapat dalam SIG yaitu perangkat keras, perangkat lunak dan intelegensi manusia.

2.5.1. Perangkat keras (Hardware)

9

Perangkat keras: berupa komputer beserta instrumennya (perangkat pendukungnya) Data yang terdapat dalam SIG diolah melalui perangkat keras. Perangkat keras dalam SIG terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: a. Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam jaringan komputer. Contoh: Scanner, digitizer, CD-ROM. b. Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi mengolah,menganalisis dan menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan, contoh: CPU,tape drive, disk drive. c. Alat keluaran (ouput) yang berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai data dalam proses SIG, contoh: VDU, plotter, printer.

Data dasar geografi melalui unit masukan (digitizer, scanner, CD-ROM) dimasukkan ke komputer. Data yang telah masuk akan diolah melalui CPU (pusat pemrosesan data), dan CPU ini dihubungkan dengan: a. Unit penyimpanan (disk drive, tape drive) untuk disimpan dalam disket. b. Unit keluaran (printer, plotter) untuk dicetak menjadi data dalam bentuk peta. c. VDU (layar monitor) untuk ditayangkan agar dapat dikontrol oleh para pemakai dan programmer (pembuat program). Scanner : alat untuk membaca tulisan pada sebuah kertas atau gambar. CD-ROM : alat untuk menyimpan program. Digitizer : alat pengubah data asli (gambar) menjadi data digital (angka).10

Plotter : alat yang mencetak peta dalam ukuran relatif besar. Printer : alat yang mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil. CPU : (Central Processing Unit) pusat pemrosesan data digital. VDU : (Visual Display Unit) layar monitor untuk menayangkan hasil pemrosesan. Disk drive : bagian CPU untuk menghidupkan program. Tape drive : bagian CPU untuk menyimpan program. UNIT PENYIMPANAN : Printer,Ploter,Disk Drive,Tape Drive,VDU,CPU,Digitizer,Scanner,CD-ROM

2.5.2. Perangkat lunak (software) Perangkat lunak, merupakan sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data yang diperlukan.

Data hasil penginderaan jauh dan tambahan (data lapangan, peta) dijadikan satu menjadi data dasar geografi. Data dasar tersebut dimasukkan ke komputer melalui unit masukan untuk disimpan dalam disket. Bila diperlukan data yang telah disimpan tersebut dapat ditayangkan melalui layar monitor atau dicetak untuk bahan laporan (dalam bentuk peta/gambar). Data ini juga dapat diubah untuk menjaga agar data tetap aktual (sesuai dengan keadaan sebenarnya).11

2.5.3. Intelegensi manusia (brainware) Brainware merupakan kemampuan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan SIG secara efektif. Bagaimanapun juga manusia merupakan subjek (pelaku) yang

mengendalikan seluruh sistem, sehingga sangat dituntut kemampuan dan penguasaannya terhadap ilmu dan teknologi mutakhir. Selain itu diperlukan pula kemampuan untuk memadukan pengelolaan dengan pemanfaatan SIG, agar SIG dapat digunakan secara efektif dan efisien. Adanya koordinasi dalam pengelolaan SIG sangat diperlukan agar informasi yang diperoleh tidak simpang siur, tetapi tepat dan akurat. Berikut ini disajikan skema dari komponen-komponen tambahan Input dalam SIG. Data Base (dasar) Geografi dalam Transformasi (pengubahan) Penayangan dan Pelaporan Input (masukan) Data(masukan data) Komponen-komponen SIG.Perangkat keras (hardware) Perangkat lunak (sofware), Intelgensia manusia (brainware),Alat masukan (input) Alat pemrosesan.

12

Gambar 2.5. komponen SIG

Gambar 2.6. pembagian Gata SIG

BAB IIIDATA SPASIALData spasial adalah data yang memiliki referensi ruang kebumian

(georeference) dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai unit spasial. Sekarang ini data spasial menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah continental, nasional, regional maupun lokal. Para ahli geografi mengembangkan berbagai model data spasial agar kita dapat membayangkan dan memahami bentuk bumi,yang merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari bentuk aslinya. Sebagai contoh, bola dunia atau peta dunia merupakan model data spatial dari bumi, yang menggambarkan bentuk dan situasi roman muka bumi secara umum. Dengan demikian model data spasial merupakan reprentatif dari keadaan dunia nyata secara geografis. Tingkat ketelitiannya dinyatakan dalam skala yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya. Makin teliti data yang direkam. Model data spasial dilakukan dengan dua cara.

13

3.1 Model Data Vektor Pada model data vektor, unsur geografik disajikan secara digital seperti bentuk visualisasi/penyajian dalam peta hardcopy. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan : 3.1.1.Titik-titik. Entity titik meliputi semua objek grafis atau geografis yang dikaitkan dengan koordinat. Di samping koordinat-koordinat, data atau informasi yang diasosiasikan dengan titik tersebut juga harus disimpan untuk menunjukkan jenis titik yang bersangkutan.

Gambar 3.1. Model Vektor Titik 3.1.2. Garis-garis atau kurva. Entity garis dapat didefinisikan sebagai semua unsur-unsur linier yang dibangun dengan menggunakan segmen-segmen garis lurus yang dibentuk oleh dua titik koordinat atau lebih.

Gambar 3.2. Model Vektor Garis14

3.1.3. Poligon/luasan Cara yang paling sederhana untuk merepresentasikan suatu poligon adalah pengembangan dari cara yang digunakan untuk merepresentasikan arc yang sederhana yaitu merepresentasikan setiap poligon sebagai sekumpulan koordinat (x,y) yang membentuk segmen garis, dimana mempunyai titik awal dan titik akhir segmen garis yang sama (memiliki nilai koordinat yang sama). Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Di dalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon juga disimpan sebagai sekumpulan list titik-titik, tetapi dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama dengan syarat poligon tersebur tertutup. Representasi vektor suatu objek merupakan suatu usaha di dalam menyajikan objek yang bersangkutan sesempurna mungkin. Untuk itu, ruang atau dimensi koordinat diasumsikan bersifat kontinyu yang memungkinkan semua posisi, panjang dan dimensi didefinisikan dengan presisi.

3.1.4. Karakteristik Vektor Dalam model data vektor : Titik distrukturisasi dan disimpan (direcord) sebagai satu pasang koordinat (x,y). Garis distrukturisasi dan disimpan sebagai suatu susunan pasangan koordinat (x,y) yang berurutan.

15

Luasan distrukturisasikan dan disimpan sebagai suatu susunan pasangan koordinat (x,y) yang berurutan yang menyatakan segmen-segmen garis yang menutup menjadi suatu poligon. 3.1.1.1. Struktur Data Arc-node Secara kartografis penggambaran garis yang membatasi dua poligon yang bersebelahan tidak akan dilakukan dua kali. Berlaku juga pada sistem digital. Struktur arc-node merupakan cara untuk menyimpan data digital termasuk garis batas batas dalam. Pada struktur arc-node, node direferensikan membentuk segmen garis tertentu dimana segmen-segmen garis membentuk polygon. Kemudian segmen garis diawali dan diakhiri oleh masing-masing satu node. Selain itu, diantara dua node ada titik-titik verteks. 3.1.1.2. Data Vektor Dengan Topologi Secara eksplisit topologi mendefinisikan hubungan spasial diantar unsurunsur geografik. Dalam praktisnya dengan topologi hubungan spasial diengekspresikan menjadi suatu daftar (list), misalkan suatu poligon didefinisikan sebagai suatu daftar segmen garis yang membatasi sisi poligon. Hubungan spasial antara dua buah jalan yang berpotongan serta peruntukan lahan di kiri kanannya dapat dengan mudah diidentifikasi di peta dan kemudian dapat dicocokkan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Komputer menjabarkan hubungan spasial tersebut dengan apa yang dinamakan topologi. Tiga konsep utama topologi dengan struktur arc-node sebagai berikut :

Connectivity : Segmen garis bersambung satu dengan lainnya dengan Definisi area/luasan :Segmen garis yang saling bersambung yang16

perantaraan node. mengelilingi suatu area/luasan disebut sebagai polygon.

Contiguity : Segmen garis memiliki arah dan sisi kiri dan sisi kanan.

3.1.1.3. Data Vektor Dengan Spaghetti Pada model ini lembaran peta kertas ditranslasikan garis demi garis ke dalam list koordinat dalam format dijital. Sebuah titik dikodekan sebagai pasangan koordinat tunggal, sebuah garis dikodekan sebagai list atau string pasangan-pasangan koordinat, sementara area atau luasan dikodekan sebagai poligon dan direkam sebagai pasangan-pasangan koordinat closed loop yang mendefinisikan batas-batasnya. Garis-garis yang menjadi batas-batas bersama di antara poligon-poligon yang bersebelahan di-trace dan direkam dua kali (sekali untuk poligon pertama, dan sekali lagi untuk poligon yang terletak di sebelahnya). Dengan demikian, file data spasial yang dibangun dengan menggunakan model data vektor seperti ini pada dasarnya merupakan kumpulan pasanganpasangan koordinat tanpa struktur yang inherent. Karena itu digunakan istilah model spaghetti

3.2 Model Data RasterDalam model data raster setiap lokasi direpresentasikan sebagai suatu posisi sel. Sel ini diorganisasikan dalam bentuk kolom dan baris sel-sel dan biasa disebut sebagai grid. Dengan kata lain, model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik. Setiap baris matrik berisikan sejumlah sel yang memiliki nilai tertentu yang merepresentasikan suatu fenomena geografik. Nilai yang dikandung oleh suatu sel adalah angka yang menunjukan data nominal. Akurasi model17

data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya di permukaan bumi. Pada model data raster, matriks atau array diurutkan menurut koordinat kolom (x) dan barisnya (y). Pada sistem koordinat piksel monitor komputer, titik asal sistem koordinat raster terletak di sudut kiri atas. Nilai absis (x) akan meningkat ke arah kanan, dan nilai ordinat (y) akan membesar ke arah bawah seperti terlihat pada gambar di atas. Walaupun demikian. sistem koordinat ini sering pula ditransformasikan sehingga titik asal sistem knordinat rerletak di sudut kiri bawah, makin ke kanan nilai absisnya (x) akan meningkat. dan nilai ordinatnya (y) makin meningkat jika bergerak ke arah atas. Entiry spasial raster disimpan di dalam layer yang secara fungsionalitas direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber-sumber entity spasial raster adalah citra satelit, misalnya NOAA. Spot, Landsad Ikonos, dll. Kemudian citra radar, dan model ketinggian dijital seperti DTM atau DEM dalam model data raster. Model raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana saja dalam bentuk gambaran yang digeneralisasi. Dengan model ini, dunia nyata disajikan sebagai elemen matriks atau sel grid yang homogen. Dengan model data raster, data geografi ditandai oleb nilai-nilai elemen matriks persegi panjang dari suatu objek. Dengan demikian, secara konseptual, model data raster merupakan model data spasial yang paling sederhana. Data raster dapat dikonversi ke sistem koordinat geo-referensi dengan cara meregistrasi sistem grid raster ke sistem koordinat geo-referensi yang diinginkan. Dengan demikian setiap sel pada grid memiliki posisi geo-referensi. Dengan adanya sistem georeferensi, sejumlah set data raster dapat ditata sedemikian analisis spasial. sehingga memungkinkan dilakukan

18

3.2.1. Karakteristik Raster Resolusi suatu data raster akan merujuk pada ukunan permukaan bumi yang direpresentasikan oleh setiap piksel. Makin kecil ukuran atau luas permukaan bumi yang dapat direpresentasikan oleh setiap pikselnya, makin tinggi resolusi spasialnya. Piksel-piksel di dalam zone atau area yang sejenis memiliki nilai (isi piksel atau ID number) yang sama. Pada umumnya, lokasi di dalam model data raster, diidentifikasi dengan menggunakan pasangan koordinat kolom dan baris (x,y). Nilai yang merepresentasikan suatu piksel dapat dihasilkan dengan cara sampling yang berlainan: a. Nilai suatu piksel merupakan nilai rata-rata sampling untuk wilayah yang direpresentasikannya. b. Nilai suatu piksel adalah nilai sampling yang berposisi di pusat (atau di tengah) piksel yang bersangkutan. c. Nilai suatu pikset adatah nilai sample yang tertetak di sudut-sudut grid.

Gambar 3.2. Pemodelan Vektor dan Raster

19

3.3. Keunggulan dan Kelemahan Model Data Vektor dan Raster

3.3.1. keunggulan model data raster

Memiliki struktur data yang sederhana. Mudah dimanipulasi dengan menggunakan fungsi-fungsi

matematis sederhana, (karena strukturnya sederhana seperti matrik bilangan biasa).

Teknologi yang digunakan cukup murah dan tidak begitu

kompleks sehingga dapat membuat sendiri program aplikasi yang menggunakan citra raster.

Compatible dengan citra-citra satelit pengindraan jauh dan Overlay dan kombinasi data spasial raster dengan data indraja Memiliki kemampuan-kemampuan pemodelan dan analisis20

semua gambar hasil scanning data spasial. mudah di lakukan. spasial tingkat lanjut.

Metode untuk mendapatkan citra raster lebih mudah. Gambaran permukaan bumi dalam bentuk citra raster yang di Prosedur untuk memperoleh data dalam bentuk raster lebih Harga system perangkat lunak aplikasinya cenderung jauh lebih

dapat dan radar atau satelit pengindraan jauh. mudah. murah. 3.3.2. kelemahan model raster

Secara umum, memerlukan ruang atau tempat penyimpanan yang besar di computer. Banyak terjadi redudancy data baik untuk setiap layernya maupun secara keseluruhan.

Penggunaan ukunan grid yang lebih besar untuk menghemat ruang penyimpana akan rnenyebabkan kehilangan informasi dan ketelitian. Sebuah citra data raster hanya mengandung satu tematik saja sulit digabungkan dengan atribut atnibut tainnya dalam satu layer. Tampilan atau representasi, dan akurasi posisinya sangat bergantung pada ukuran pikselnya. Sering mengalami kesalahan dalam menggambarkan bentuk dan ganis-garis batas-batas suatu objek sangat bergantung pada resolusi spasialnya dan toleransi yang diberikan.

Transformasi koordinat dan proyeksi lebih sulit dilakukan. format Sangat sulit untuk merepresentasikan hubungan topologi (juga network) Metode untuk mendapatkan format data vektor melalui proses yang lama, cukup melelahkan dan relatif mahal.

3.3.3.Keunggulan Model Data Vektor Memerlukan ruang tempat penyimpanan yang lebih sedikit di computer.21

Satu layer dapat dikaitkan dengan atau mengandung banyak atribut sehingga dapat rnenghernat ruang penyimpanan secara keseluruhan

Dengan banyak atribut yang dapat dikandung oleh satu layer, banyak peta tematik lain yang dapat dihasiikan sebagai peta turunannya.

Hubungan topologi dan network dapat dilakukan dengan mudah. Memiliki resolusi spasial yang tinggi. Representatif grafis data spasialnya sangat mirip dengan peta garis buatan tangan manusia. Memmiliki batas-batas yang teliti,tegas, dan jelas sehingga sangat baik untuk pembuatan peta-peta administrasi dan persil tanah milik.

Transformasi koordinat dan proyeksi tidak sulit dilakukan.

3.3.4.Kelemahan Model Data Vektor Memiliki struktur data yang kompleks Datanya tidak mudah dimanipulasi. Pengguna tidak mudah berkreasi untuk mernbuat programnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan aplikasinya. Hal ini disebabkan oleh struktur data vektor yang lebih kompleks dan prosedur-prosedur fungsi dan analisisnya memerlukan kemampuan yang tinggi karena lebih sulit dan rumit. Pengguna harus mernbeli sistem perangkat lunaknya karena teknologinya masih mahal. Prosedurnya pun terkadang lebih sulit Tidak compatible dengan data citra satelit pengindraan jauh. Memerlukan perangkat lunak dan perangkat keras yang lebih mahal Overlay beberapa layer vektor secara simultan memerlukan waktu yang relatif lama.

22

Gambar 3.4. Perbedaan Data Vektor Dan Raster

BAB IVPROYEKSI PETAPeta merupakan gambaran permukaan bumi dalam skala yang lebih kecil pada bidang datar. Suatu peta idealnya harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :23

Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta) Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ideal dapat dipenuhi.

4.1. Pengertian Proyeksi PetaProyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan- perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran24

dengan besaran-besaran tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan ellipsoid putaran ke permukaan bidang datar.

Gambar 4.1 Proyeksi peta dari permukaan bumi ke bidang datar

Gambar 4.2 Koordinat Geografis dan Koordinat Proyeksi Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi yang mencakup daerah yang cukup luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi tidak dapat diasumsikan sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat direduksi sehingga peta yang dihasilkan dapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta ideal.

Pada globe, arah, bentuk, luas, serta jarak memiliki nilai perbandingan yang benar dengan kondisi sesungguhnya. Namun globe memiliki keterbatasan di sisi dimensi, sebab tak mungkin membuat globe yang berisi informasi secara25

detil karena skalanya terlalu kecil. Lagipula, globe tidak nyaman untuk dibawa-bawa, disamping ongkos pembuatan dalam skala massal yang relatif mahal. Sistem proyeksi peta yang baik harus memenuhi beberapa kriteria seperti: Bentuk yang terdapat di atas permukaan bumi tidak mengalami perubahan, persis seperti pada gambar peta di globe bumi. Bentuk kepala burung di muka bumi, setelah diproyeksikan ke selembar peta harus berbentuk kepala burung juga, bukan menjadi kepala unta Luas permukaan tidak berubah (setelah memperhitungkan faktor skala) Jarak antar titik di atas permukaan bumi yang diproyeksikan harus tetap (setelah memperhitungkan faktor skala) Arah dan sudut antara titik yang satu dengan yang lain harus tetap dan tidak mengalami perubahan sedikitpun (setelah memperhitungkan faktor skala). Ini menimbulkan persoalan tersendiri, sebab teknik proyeksi ke bidang datar tidak memungkinkan untuk memenuhi seluruh prasyarat tersebut.

4.2. Tujuan dan Cara Proyeksi PetaTujuan Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk:

Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk perhitungan jarak dan arah antar titik.

Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya

4.3 Klasifikasi dan Pemilihan Proyeksi PetaProyeksi peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik yang dipenuhi.26

4.3.1 Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk:

Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem

koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk perhitungan jarak dan arah antar titik.

Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan

sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk membantu topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya berkaitan dengan ruang yang luas.

4.3.2 Cara proyeksi peta bisa dipilah sebagai:

Proyeksi langsung (direct projection): Dari ellipsoid langsung ke bidang proyeksi. Proyeksi tidak langsung (double projection): Proyeksi dilakukan menggunakan "bidang" antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke bidang proyeksi.

Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada:

Ciri-ciri tertentu atau asli yang ingin dipertahankan sesuai dengan Ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan, Letak daerah yang akan dipetakan.

tujuan pembuatan / pemakaian peta,

4.4. Pembagian Sistem Proyeksi Peta

27

Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan.Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik. .Posisi sumbu simetri bidang proyeksi terhadap sumbu bumi:

Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan Proyeksi Miring: Sumbu simetri bidang proyeksi miring terhadap sumbu Proyeksi Transversal: Sumbu simetri bidang proyeksi | terhadap sumbu

sumbu bola bumi.

bola bumi.

bola bumi. 4.4.1.PertimbanganEkstrinsik Bidang proyeksi yang digunakan: A.ProyeksiZenithal(Azimuthal) Proyeksi yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini menyinggung bola bumi dan berpusa pada titik satutitik. kutub pada titik pusat proyeksi. Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan

Ciri-ciriProyeksiAzimuthal: Garis-garis bujur sebagai garis lurus yang berpusat pada kutub. Garis lintang digambarkan dalam bentuk lingkaran yang konsentris mengelilingi besarnya berbentuk kutub. sama. lingkaran. Sudut antara garis bujur yang satu dengan lainnya pada peta Seluruh permukaan bumi jika digambarkan dengan proyeksi ini akan

28

Proyeksi Azimuthal 1. berimpit atau

dibedakan

3

macam,

yaitu: bumi).

Proyeksi Azimut Normal(polar) yaitu

bidang proyeksinya

menyinggungkutub (sumbu

2. Proyeksi AzimutTransversal

(Equatoral)

Yaitu

bidang

proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.

3. Proyeksi Azimut Miring (Oblique) yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator, atau sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi.

B.Proyeksi

Kerucut

(Conical

Projection)

Proyeksi Kerucut yaitu pemindahan garisgaris meridian dan paralel dari suatu globe ke sebuah kerucut. Untuk proyeksi normalnya cocok untuk memproyeksikan daerah lintang tengah (miring). Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupaj ari-jari. Proyeksi kerucut dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

Proyeksi kerucut normal atau standard

Jika garis singgung bidang kerucut pada bola bumi terletak pada suatu parallel (ParalelStandar).

Proyeksi KerucutTransversal Jika kedudukan sumbu kerucut terhadap sumbu bumi tegak lurus.

Proyeksi kerucut miring ( Oblique )

Jika sumbu kerucut terhadap sumbu bumi terbentuk miring.29

C.Proyeksi Silinder atau Tabung Proyeksi Silinder adalah suatu proyeksi permukaan bola bumi yang bidang proyeksinya berbentuk silinder dan menyinggung bola bumi. Apabila pada proyeksi ini bidang silinder menyinggung khatulistiwa, maka semua garis paralel merupakan garis horizontal dan semua garis meridian merupakan garis lurus vertikal. Penggunaan proyeksi silinder mempunyai beberapa keuntungan yaitu:

1.Dapat menggambarkan daerah yang luas. 2.Dapat menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa. 3.Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus. 4.Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya. Jadi keuntungan proyeksi ini yaitu cocok untuk menggambarkan daerah ekuator, karena ke arah kutub terjadi pemekaran garis lintang. Proyeksi Azimuthal, proyeksi kerucut (conical) dan proyeksi silinder (cylindrical) termasuk kelompok proyeksi murni. Penggunaan jenis proyeksi-proyeksi murni ini sangat terbatas.

30

Tabel 4.3. Jenis proyeksi peta menurut bidang proyeksi dan posisi sumbu simetrinya

Menurut Kedudukan Bidang Proyeksi Terhadap Bumi

Proyeksi Tangent (Menyingung ): Bidang proyeksi bersinggungan dengan bola bumi. Proyeksi Secant(Memotong): Bidang Proyeksi berpotongan dengan bola bumi.

Gambar 4.4.. Kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi

4.3.2. Pertimbangan Intrinsik Sifat asli yang dipertahankan: Menurut Ketentuan Geometrik yang di Penuhi:

Proyeksi Ekuivalen: Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

Proyeksi Konform: Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan31

bumi, sehingga dengan memperhatikan faktor skala peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi.

Proyeksi Ekuidistan: Proyeksi Ekuidistan Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktorskala peta)

Cara penurunan peta:

Proyeksi Geometris: Proyeksi perspektif atau proyeksi sentral. Proyeksi Matematis: Semuanya diperoleh dengan hitungan matematis. Proyeksi Semi Geometris: Sebagian peta diperoleh dengan cara proyeksi dan sebagian lainnya diperoleh dengan cara matematis. Pertimbangan dalam pemilihan proyeksi peta untuk pembuatan peta skala besar adalah:

Distorsi pada peta berada pada batas-batas kesalahan grafis Sebanyak mungkin lembar peta yang bisa digabungkan Perhitungan plotting setiap lembar sesederhana mungkin Plotting manual bisa dibuat dengan cara semudah-mudahnya

KELASTransversal Konform 1.Bid. Proyeksi 2. Persinggungan 3. Posisi Pertimbangan INTRINSIK 4. Sifat 5. Generasi Normal Ekuidistan Geometris Oblique/Miring Ekuivalen Matematis Semi Geometris Bid. Datar Tangent Bid. Kerucut Secant Bid. Silinder Polysuperficial

32

4.5. Pemilihan proyeksi peta Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu

Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan Ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan

dipenuhi

Dalam melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini: Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya menggunakan proyeksi kerucut, normal, konform, dan

menyinggung di titik tengah wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi LAMBERT. Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utaraselatan, umumnya menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang berada tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse Mercator (UTM). Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal, konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.

33

4.6. Istilah-Istilah Dalam Proyeksi Peta Peristilahan Dalam Proyeksi Peta,Beberapa ketentuan yang berhubungan dengan pemodelan bumi sebagai spheroid adalah: a. Meridian dan meridian utama. b. Paralel dan paralel NOL atau ekuator. c. Bujur (longitude j ), Bujur Barat (0 180 BB) dan Bujur Timur (0 180 BT) d. Lintang ( latitude l ), Lintang Utara (0 -90 LU) dan Lintang Selatan ( 0 90 LS)

Bidang Datum Dan Bidang Proyeksi: * * Bidang Bidang datum proyeksi adalah adalah bidang bidang yang yang akan akan digunakan digunakan untuk untuk

memproyeksikan titik-titik yang diketahui

koordinatnya (j,l).

memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y). Ellipsoid: a. Sumbu panjang (a) dan sumbu pendek (b) b. Kegepengan (flattening) f = (ab)/b

c. Garis geodesic adalah kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada permukaan elipsoid. d. Garis Orthodrome adalah proyeksi garis geodesic pada bidang proyeksi. e. Garis Loxodrome ( Rhumbline) adalah garis (kurva) yang

menghubungkan titik-titik dengan azimuth a yang tetap34

4.7. PROYEKSI POLYEDER Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi titik nol ( 0 , 0) bagian derajat tersebut. Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis paralel standard (0), ) sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab Untuk wilayah Indonesia menunjukan garis meridian standarnya (0 ). penomoran bagian derajatnya adalah :

Paralel standar : dimulai dari I ( 0=6050 LU) sampai LI ( 0=100 50 LU) Meridian standar : dimulai dari 1 (0=110 500 BT) sampai 96 ( 0=19 050

BT) Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta ( jakarta = 106 0 480 270,790BT) 20

(0 , 0) 20

parallel standr

35

Meridian standard Gambar 4.5 Bagian derajat Proyeksi Polyeder

4.7.1. Penerapan Proyeksi polyeder di Indonesia Sistem Penomoran Bagian Derajat Proyeksi Polyeder Peta dengan proyeksi Polyeder dibuat di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II, meliputi peta-peta di pulau Jawa, Bali dan Sulawesi. Wilayah Indonesia dengan 94 40 BT 141 BT dan 6 LU 11 LS dibagi dalam 139 x LI bagian derajat, masing-masing 20 x 20.Tergantung pada skala peta, tiap lembar bisa dibagi lagi dalam bagian yang lebih kecil. Cara Menghitung Pojok Lembar Peta Proyeksi Polyeder:Setiap bagian derajat mempunyai sistem koordinat masing-masing. Sumbu X berimpit dengan meridian tengah dan sumbu Y tegak lurus sumbu X di titik tengah bagian derajatnya.Sehingga titik tengah setiap bagian derajat mempunyai koordinat O. Koordinat titik-titik lain seperti titik triangualsi dan titik pojok lembar peta dihitung dari titik pusat bagian derajat masin-masing bagian derajat. Koordinat titik-titik sudut (titik pojok) geografis lembar peta dihitung berdasarkan skala peta, misal 1 : 100 000, 1 : 50 000, 1 : 25 000 dan 1 : 5 000. Pada skala 1 :50 000, satu bagian derajat proyeksi polyeder (20 x 20) tergambar dalam 4 lembar peta dengan penomoran lembar A, B, C dan D. Sumbu Y adalah meridian tengah dan sumbu X adalah garis tegak lurus sumbu Y yang melalui perpotongan meridian tengah dan paralel tengah. Setiap lembar peta mempunyai sistem sumbu koordinat yang melalui titik tengah lembar dan sejajar sumbu X,Y dari sistem koordinat bagian derajat.\36

4.7.2. Keuntungan dan Kerugian Sistem Proyeksi Polyeder Keuntungan proyeksi polyeder: Karena perubahan jarak dan sudut pada satu bagian derajat 20 x 20, sekitar 37 km x 37 km bisa diabaikan, maka proykesi ini baik untuk digunakan pada pemetaan teknis skala besar.

Kerugian proyeksi polyeder: a. Untuk pemetaan daerah luas harus sering pindah bagian derajat, memerlukan tranformasi koordinat, b. Grid kurang praktis karena dinyatakan dalam kilometer fiktif, c. Tidak praktis untuk peta skala kecil dengan cakupan luas, d. Kesalahan arah maksimum 15 m untuk jarak 15 km

4.7.3. Proyeksi Tranverse Mercator Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder, tranversal, conform dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya menyinggung bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral, faktor skala (k) adalah 1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan semakin meningkat pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang paralel semakin akan meningkat pada lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Dengan adanya distorsi yang semakin membesar, maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah dalam zone-zone yang sempit (daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh dua37

meridian). Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3. Setiap zone mempunyai meridian sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder.

Gambar 4.6 Proyeksi Mercator

4.8. Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) merupakan proyeksi Peta yang banyak di pilih dan di gunakan dalam kegiatan pemetaan di Indonesia karena di nilai memenuhi syarat2 ideal yang sesuai dengan bentuk, letak dan luas Indonesia. adalah : faktor skala k=1, Spesifikasi UTM antara lain meridian standart yang

(1) menggunakan bidang silender yang memotong bola bumi pada dua mempunyai (2) Lebar zone 6 dihitung dari 180 BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 BT dengan nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri, (3) setiap zone memiliki meridian tengah sendiri dengan faktor perbesaran38

= (5)

0.9996, proyeksinya bersifat konform. Menurut Frans (iagi.net) UTM

(4) Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 LU dan 80 LS dan menggunakan silinder yg membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi), sehingga garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yg berhimpit dengan garis bujur pada ellipsoid. Akibatnya, titik2 pada garis tersebut terletak pada kedua bidang, sehingga posisinya walaupun dipindahkan (diproyeksikan), dari ellipsoid ke silinder, tidak akan mengalami perubahan (distorsi).

Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifatsifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah : a. Proyeksi : Transvere Mercator dengan lebar zone 60. b. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator d. Satuan : Meter e. Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian sentral f. Ordinat Semu (U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi Utara dan 10.000.000 meter di Selatan g. Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral) h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 1 dari 1800 BB s/d 1740 bagian

Ekuator untuk belahan bumi bagian

BB,Tzone 2 dari 1740 BB s/d 1680 BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 1740 B s/d 1800 BT.

39

i. Batas Lintang : 840 LU dan 800 LS dengan lebar lintang untuk masingmasing zone adalah 80, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 120. j. Penomoran bagian derajat lintang : Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi huruf I dan O tidak digunakan).

Gambar 4.7. Pembagian Zone Proyeksi UTM Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90 0 BT sampai meridian 144 0 BT dengan batas lintang 11 0 LS sampai 6 0 LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan zone 54.

40

4.8. Gambar Proyeksi UTM

UTM merupakan sistem proyeksi silinder, konform, secant, transversal. Dengan ketentuan sebagai berikut:

Bidang silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian Lebar zone 6 dihitung dari 180 BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180 BT dengan Perbesaran di meridian tengah = 0,9996. Batas paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84 LU dan 80 LS.

standar dengan faktor skala 1.

nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri.

41

Pada kedua gambar tersebut, ekuator tergambar sebagai garis lurus dan meridian-meridian tergambar sedikit melengkung. Karena proyeksi UTM bersifat konform, maka paralel-paralel juga tergambar agak melengkung sehingga perpotongannya dengan meridian membentuk sudut siku. Ekuator tergambar sebagai garis lurus dan dipotong tegak lurus oleh proyeksi meridian tengah yang juga terproyeksi sebagai garis lurus melalui titik V dan VI. Kedua garis ini digunakan sebagai sumbu sistem koordinat (X,Y) proyeksi pada setip zone. Sistem grid pada proyeksi UTM terdiri dari garis lurus yang sejajar meridian tengah. Lingkaran tempat perpotongan silinder dengan bola bumi tergambar sebagai garis lurus. Pada daerah I, V, II dan III, VI, IV gambar proyeksi mengalami pengecilan, sedangkan pada daerah IA, IIB, IIIC dan IVD mengalami perbesaran. Garis tebal dan garis putus-putus pada gambar menunjukkan proyeksi lingkaran-lingkaran melalui I, II, III dan IV yang tidak mengalami distorsi setelah proyeksi. Konvergensi Meridian Ukuran lembar peta dan cara menghitung titik sudut lembar peta UTM Susunan sistem koordinat Ukuran satu lembar bagian derajat adalah 6 arah meridian 8 arah paralel (6 x 8) atau sekitar (665 km x 885 km). Pusat koordinat tiap bagian lembar derajat adalah perpotongan meridian tengah dengan "paralel" tengah. Absis dan ordinat semu di (0,0) adalah + 500.000 m, dan + 0 m untuk wilayah di sebelah utara ekuator atau +10.000.000 m untuk wilayah di sebelah selatan ekuator.

42

4.9. Proyeksi Tranverse Mercator 30 (TM-30)Proyeksi TM-30 adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifatsifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi TM-30 adalah :

a. Proyeksi

: Transverse Mercator dengan lebar zone 30

b. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator d. Satuan : Meter e. Absis Semu (T) : 200.000 meter + X

f. Ordinat Semu (U) : 1.500.000 meter + Y g. Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral) h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 46.2 dari 930 BT s/d 960

BT,zone 47.1 dari 960 BT s/d 990 BT, zone 47.2 dari 990 BT s/d 102 BT, zone 48.1 dari 1020 BT s/d 1050 BT dan seterusnya sampai zone 54.1 dari 1380 BT s/d 1410BT i. Batas Lintang : 60 LU dan 110 LS Proyeksi TM-30 digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada Ellipsoid World Geodetic System 1984 ( WGS 84) yang kemudia disebut sebagai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95) Tabel 4.2 Daftar Zone Proyeksi UTM dan TM-3 0 untuk Wilayah Indonesia

43

BAB V PERANAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DALAM SIG

5.1.Definisi Global Positioning System GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan waktu di mana saja di muka bumi setiap saat, dengan ketelitian penentuan posisi dalam fraksi milimeter sampai dengan meter. Kemampuan jangkauannya mencakup seluruh dunia dan dapat digunakan banyak orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z, 1995). Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke belakang dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS seperti gambar berikut :

5.2. Sistem GPSUntuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi di atas, GPS dikelola dalam suatu sistem GPS yang terdiri dari dari 3 bagian utama yaitu bagian angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai, seperti gambar berikut :

44

SATELIT .21 + 3 satelit .periode orbit : 12 jam. altitude orbit : 20200 km

SISTEM KONTROL . Sinkronisasi waktu .Prediksi orbit .Injeksi data

5.2.1. Bagian Angkasa Terdiri dari satelit-satelit GPS yang mengorbit mengelilingi bumi, jumlah satelit GPS adalah 24 buah. Satelit GPS mengorbit mengelilingi bumi dalam 6 bidang orbit dengan tinggi rata-rata setiap satelit 20.200 Km dari permukaan bumi.

45

Konstelasi Satelit di Luar Angkasa Setiap satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal-sinyal gelombang pada 2 frekuensi L-band (dinamakan L1 dan L2).Dengan mengamati sinyal-sinyal dari satelit dalam jumlah dan waktu yang cukup, kemudian data yang diterima tersebut dapat dihitung untuk mendapatkan informasi posisi, kecepatan maupun waktu. 5.2.2. Bagian Pengontrol Adalah stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit yang berfungsi untuk memonitor dan mengontrol kelaikgunaan satelit-satelit GPS.Stasiun kontrol ini tersebar di seluruh dunia, yaitu di pulau Ascension, Diego Garcia, Kwajalein, Hawai dan Colorado Springs.Di samping memonitor dan mengontrol fungsi seluruh satelit, juga berfungsi menentukan orbit dari seluruh satelit GPS.

46

5.2.3. Bagian Pengguna Adalah peralatan (Receiver GPS) yang dipakai pengguna satelit GPS, baik di darat, laut, udara maupun di angkasa.Alat penerima sinyal GPS (Receiver GPS) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal-sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, maupun waktu.

Secara umum Receiver GPS dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Receiver militer 2. Receiver tipe navigasi 3. Receiver tipe geodetik

5.3. Kemampuan GPSBeberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana saja di bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu.Ketelitian dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya, beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode pengolahan datanya.

47

5.3.1. Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS Penentuan posisi dengan GPS dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Ketelitian data terkait dengan tipe data yang digunakan, kualitas receiver GPS, level dari kesalahan dan bias. 2. Geometri satelit, terkait dengan jumlah satelit yang diamati, lokasi dan distribusi satelit dan lama pengamatan. 3. Metoda penentuan posisi, terkait dengan metoda penentuan posisi GPS yang digunakan, apakah absolut, relatif, DGPS, RTK dan lain-lain. 4. Strategi pemrosesan data, terkait denganreal-time atau post processing, strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias, pemrosesan baseline dan perataan jaringan serta kontrol kualitas. 5.4. Segmen Penyusun System GPS Secara umum ada tiga segmen dalam sistem GPS yaitu segmen sistem kontrol, segmen satelit, dan segmen pengguna. Satelit GPS dapat dianalogikan sebagai stasiun radio angkasa, yang diperlengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal sinyal gelombang.Sinyal-sinyal ini selanjutnya diterima oleh receiver GPS di/dekat permukaan bumi, dan digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan, maupun waktu.Selain itu satelit GPS juga dilengkapi dengan peralatan untuk mengontrol attitude satelit. Satelit-satelit GPS dapat dibagi atas beberapa generasi yaitu ; blok I, blok II, blok IIA, blok IIR dan blok IIF. Hingga april 1999 ada 8 satelit blok II, 18 satelit blok II A dan 1 satelit blok II R yang operasional. Secara umum segmen sistem kontrol berfungsi mengontrol dan memantau operasional satelit dan memastikan bahwa satelit berfungsi sebagaimana mestinya48

Segmen pengguna terdiri dari para pengguna satelit GPS di manapun berada. Dalam hal ini alat penerima sinyal GPS ( GPS receiver ) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal -sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan dan waktu. Komponen utama dari suatu receiver GPS secara umum adalah antena dengan pre-amplifier, bagian RF dengan pengidentifikasi sinyal dan pemroses sinyal, pemroses mikro untuk pengontrolan receiver, data sampling dan pemroses data ( solusi navigasi ), osilator presisi , catu daya, unit perintah dan tampilan, dan memori serta perekam data.

5.5. Metoda-metoda Penentuan Posisi dengan GPSPada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan satelit GPS adalah pengikatan ke belakang dengan jarak, yaitu mengukur jarak ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Perhatikan gambar berikut :

49

Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS (sumber Abidin H.Z) Penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas beberapa metoda diantaranya : Metoda absolut, Metoda relatif (differensial).

5.5.1. Metoda Absolut Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi yang hanya menggunakan 1 alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan cara absolut ini adalah sebagai berikut : 1. Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi). 2. Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus. 3. Hanya memerlukan satu receiver GPS. 4. Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) atau bergerak (kinematik). 5. Ketelitian posisi berkisar antara 5 sampai dengan 10 meter. Aplikasi utama untuk keperluan navigasi, metoda penentuan posisi absolut ini umumnya menggunakan data pseudorange dan metoda ini tidak dimaksudkan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi. 5.5.2. Metoda Relatif (Differensial)

50

Yang dimaksud dengan penentuan posisi relatif atau metoda differensial adalah menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah diketahui koordinatnya, pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua titik dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya dari data hasil pengamatan diproses/dihitung akan didapat perbedaan koordinat kartesian 3 dimensi (dx, dy, dz) atau disebut juga dengan baseline antar titik yang diukur.

Karakteristik umum dari metoda penentuan posisi ini adalah sebagai berikut : 1. Memerlukan minimal 2 receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya. 2. Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui. 3. Konsep dasar adalah differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias. 4. Bisa menggunakan data pseudorange atau fase. 5. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan dm. 6. Aplikasi utama : survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi dan navigasi dengan ketelitian tinggi.

5.6. Tipe Alat (Receiver) GPSAda 3 macam tipe alat GPS, dengan masing-masing memberikan tingkat ketelitian (posisi) yang berbeda-beda. Tipe alat GPS pertama adalah tipe Navigasi (Handheld, Handy GPS).Tipe nagivasi harganya cukup murah,51

sekitar 1 4 juta rupiah, namun ketelitian posisi yang diberikan saat ini baru dapat mencapai 3 sampai 6 meter. Tipe alat yang kedua adalah tipe geodetik single frekuensi (tipe pemetaan), yang biasa digunakan dalam survey dan pemetaan yang membutuhkan ketelitian posisi sekitar sentimeter sampai dengan beberapa desimeter. Tipe terakhir adalah tipe Geodetik dual frekuensi yang dapat memberikan ketelitian posisi hingga mencapai milimeter.Tipe ini biasa digunakan untuk aplikasi precise positioning seperti pembangunan jaring titik kontrol, survey deformasi, dan geodinamika. Harga receiver tipe geodetik cukup mahal, mencapai ratusan juta rupiah untuk 1 unitnya.

5.7. Sinyal dan Bias pada GPSGPS memancarkan dua sinyal yaitu frekuensi L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition).Sinyal L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (receiver GPS) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur Anti-Spoofing diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y. Ketika sinyal melalui lapisan atmosfer, maka sinyal tersebut akan terganggu oleh konten dari atmosfer tersebut. Besarnya gangguan di sebut bias. Bias sinyal yang ada utamanya terdiri dari 2 macam yaitu bias ionosfer dan bias troposfer. Bias ini harus diperhitungkan (dimodelkan atau diestimasi atau melakukan teknik differencing untuk metode diferensial dengan jarak baseline yang tidak terlalu panjang) untuk mendapatkan solusi akhir koordinat dengan ketelitian yang baik. Apabila bias diabaikan maka dapat memberikan kesalahan posisi sampai dengan orde meter.

52

5.8. Metode Penentuan Posisi dengan GPSMetoda penentuan posisi dengan GPS pertama-tama terbagi dua, yaitu metoda absolut, dan metoda diferensial. Masing-masing metoda kemudian dapat dilakukan dengan cara real time dan atau post-processing. Apabila obyek yang ditentukan posisinya diam maka metodenya disebut Statik. Sebaliknya apabila obyek yang ditentukan posisinya bergerak, maka metodenya disebut kinematik. Selanjutnya lebih detail lagi kita akan menemukan metoda-metoda seperti SPP, DGPS, RTK, Survei GPS, Rapid statik, pseudo kinematik, dan stop and go, serta masih ada beberapa metode lainnya.

5.9. Kegunan Dari GPS5.9.1.Militer GPS digunakan untuk keperluan perang, seperti menuntun arah bom, atau mengetahui posisi pasukan berada. Dengan cara ini maka kita bisa mengetahui mana teman mana lawan untuk menghindari salah target, ataupun menetukan pergerakan pasukan. 5.9.2.Navigasi GPS banyak juga digunakan sebagai alat navigasi seperti kompas. Beberapa jenis kendaraan telah dilengkapi dengan GPS untuk alat bantu nivigasi, dengan menambahkan peta, maka bisa digunakan untuk memandu pengendara, sehingga pengendara bisa mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 5.9.3. Sistem Informasi Geografis Untuk keperluan Sistem Informasi Geografis, GPS sering juga

diikutsertakan dalam pembuatan peta, seperti mengukur jarak perbatasan, ataupun sebagai referensi pengukuran.53

5.9.4 System Pelacakan kendaraan Kegunaan lain GPS adalah sebagai pelacak kendaraan, dengan bamtuan GPS pemilik kendaraan/pengelola armada bisa mengetahui ada dimana saja kendaraannya/aset bergeraknya berada saat ini.

5.9.5.Pemantau Gempa Bahkan saat ini, GPS dengan ketelitian tinggi bisa digunakan untuk memantau pergerakan tanah, yang ordenya hanya mm dalam setahun. Pemantauan pergerakan tanah berguna untuk memperkirakan terjadinya gempa, baik pergerakan vulkanik ataupun tektonik

5.10. Peluang Aplikasi dan Bisnis dari GPS/SIG di Indonesia

Integrasi Sistem (ITS, ECDIS, VTS). Aplikasi : Transportasi (Darat,Laut,Udara),Kemiliteran, Kehutanan, Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan.

Pengadaan dan Pendistribusian Peta-Peta Dijital (dalam bentuk CD ROM). Penguatan Infrastruktur Komunikasi Data.

5.11. Ada banyak hal yang dapat mengurangi kekuatan sinyal satelit

1.Kondisi geografis 2.Hutan 3.Air54

4.Kaca film mobil, terutama yang mengandung metal. 5.Alat-alat elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik. 6.Gedung-gedung 7.Sinyal yang memantul,

5.12. Kegunaan GPS untuk SIG .Gps Untuk Ground Truthing .Gps Sebagai Pengkorelasi Data .Gps Sebagai Pendijitasi Bumi .Gps Membawa Sig Ke Lapangan .Gps Untuk Pemanggilan Data Dan Analisa

5.13. Aplikasi GPS Beberapa aplikasi dari GPS diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Survei dan pemetaan. 2. Survei penegasan batas wilayah administrasi, pertambangan dan lain-lain. 3. Geodesi, Geodinamika dan Deformasi. 4. Navigasi dan transportasi. 5. Telekomunikasi. 6. Studi troposfir dan ionosfir. 7. Pendaftaran tanah, Pertanian. 8. Photogrametri & Remote Sensing. 9. GIS (Geographic Information System).55

10. Studi kelautan (arus, gelombang, pasang surut). 11. Aplikasi olahraga dan rekreasi

BAB VIPENGEMBANGAN APLIKASI SIG DALAM PENGELOLAAN SDA

56

6.1. Aplikasi SIG dalam Pengelolaan SDAPada bab-bab sebelumnya kita telah mempelajari konsep SIG. Untuk memberi gambaran penggunaannya, kita akan mengulas dua contoh aplikasi yang diambil dari pelatihan SIG untuk Dinas Kehutanan dan Bappeda Kutai Barat. Contoh ini dibuat berdasarkan relevansinya dengan Kutai Barat, yang disesuaikan dengan data yang dimiliki pada saat ini.Tahapan dan langkah-langkah yang diterapkan merupakan hasil diskusi peserta.Perlu diketahui bahwa contoh sederhana ini tidak menggambarkan kurangnya kemampuan SIG untuk menganalisa permasalahan yang lebih kompleks.

6.2. Prioritas Area Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)Formulasi permasalahan Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) sangat pentinguntuk memulihkan kembali fungsi lahan yang kritis.Yangdimaksud dengan lahan kritis adalah lahan yang telahmengalamikerusakan sehingga kehilangan atau berkurangfungsinya sampai pada batas toleransi. Sasaran kegiatanRHL adalah lahan-lahan dengan fungsi lahan yang adakaitannya dengan kegiatan rehabilitasi dan penghijauan,yaitu fungsi kawasan hutan lindung, fungsi kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan dan fungsi kawasan budidayauntuk usaha pertanian.

Kriteria yang digunakan Kriteria kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan mengacu kepada dokumen Standar dan Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan, yang merupakan57

Lampiran dari SK Menteri Kehutanan No. 20/Kpts-II/2001 tentang Pola Umum dan Standar serta Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Dari peta Kabupaten Kutai Barat diatas, daerah yang keberadaan data yang relatif lengkap adalah daerah di dalam kotak merah. Oleh karena itu, upaya pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan akan difokuskan pada daerah tersebut. Jika data untuk daerah lainnyasudah terkumpul, langkahlangkah yang sama bisa diterapkan untuk seluruh luasan Kutai Barat

Metodologi Sebelum kita bisa menentukan langkah-langkah yang diperlukan, kita harus memformulasikan permasalahan, menyesuaikan dengan data yang ada dan memilih operasi yang perlu diambil untuk menjawab permasalahan.Langkah-langkah yang perlu dijalankan adalah identifikasi data dasar, pemrosesan data dasar menjadi data yang dapat menentukan tingkat kekritisan suatu area, dan yang terakhir adalah analisa hasil.

6.3. Identifikasi Data Dasar58

Dalam hal pembuatan peta Lahan Kritis (LHK), kita mengidentifikasi datadata dasar yang berkaitan dengan kekritisan lahan sebagai berikut: DEM (Digital Elevation Model) dari peta kontur yang diambil dari Peta Rupabumi Indonesia, skala 1:50.000 produksi Bakosurtanal. DEM adalah suatu citra yang secara akurat memetakan ketinggian dari permukaan bumi.DEM ini dibuat dari peta kontur, peta aliran sungai dan peta titik tinggi dengan resolusi 30 meter. Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan, diperoleh dari Departemen Kehutanan. Peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Propinsi, diperoleh dari Bappeda Tk I. Peta Kebakaran Hutan 1997/1998 produksi GTZ/IFFM. Peta Kesesuaian Lahan 1:250.000 produksi RePPProT.

6.4. Proses Pengolahan Data DasarDari data dasar yang ada, kemudian kita prosesmenjadi data yang dapat digunakan untuk menentukantingkat kekritisan suatu area. Proses yang dijalankanadalah:

Kelas kelerengan dibuat dari data dasar DEM dengan cara membuat peta lereng, kemudian diklasifikasikan (1:0-8%, 3:8-15%, 5:15-25%, 7:25- 40%, 10:>40%).

Kelas fungsi dibuat dari peta TGHK (1:perairan, 2:area penggunaan lain, 4:hutan produksi yang bisa konversi, 6:hutan produksi, 6:hutan produksi terbatas, 10:hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata).

Kelas peruntukkan dibuat dari peta RTRWP (1:kawasan lindung dan perairan, 7:kawasan budi daya kehutanan, 10:kawasan budi daya non- kehutanan).

59

Kelas kerusakan dibuat dari peta Kebakaran hutan (1:no data, 5:tingkat kerusakan rendah, 7: tingkatkerusakan sedang, 10: tingkat kerusakan tinggi).

Dari

peta kesesuaian lahan dibuat peta jenis tanah untuk

menghasilkan kelas erosi (1:gambut, 3:allu- vium, 5:balsa tuff, 7:limestone, 10:sandstone). Kelas vegetasi dibuat dari peta penutupan lahan (1:hutan, 2:karet, 3:belukar tua, 8:belukar muda dan semak, 10:alang-alang dan daerah terbuka).

6.5. Pelaksanaan PemodelanUntuk keperluan pemodelan, kelas-kelas yang di dapatkan ini kemudian di-overlay berdasarkan skema pembobotan yang dibuat berdasarkan pengalaman pemodel sebagaiberikut: kelas lereng (15). kelas fungsi (5). kelas peruntukkan (5). kelas kerusakan (10). kelas vegetasi (50). kelas erosi (15).

Berikut disajikan urut-urutan proses di atas dalam bentuk diagram alur: DATA DASAR

PROSES

HASIL

60

6.6. Perangkat lunak untuk PemodelanAnda bisa menggunakan beberapa perangkat lunak yangmempunyai fasilitas pengolahan data raster seperti IDRISI,ArcView Spasial Analyst dan sebagainya.Dalam pelatihan,kami menggunakan ekstension ModelBuilder yangmerupakan bagian dari Spasial Analyst (untuk versi 2 atauyang lebih baru). Langkah-langkah yang diperlukan jikamenggunakan ModelBuilder:1.

Aktifkan perangkat lunak ArcView dan buka sebuah view kosong. Masukkan kedalam view tersebut,seluruh data dasar yang akan digunakan dalamproses seperti yang terdapat pada diagram alurdiatas.

2.

Setelah itu, aktifkan ekstension ModelBuilderdengan cara memilih File - Extensions.Beri tandacentang pada ModelBuilder. Perhatikan bahwa adatambahan ikon Model pada menu utama, klik ikontersebut dan pilih Start Model Builder yang akanmembuka satu windows tersendiri.

3.

Kemudian, pada window tersebut masukkan datadasar yang

akan diproses dengan mengklik tombolyang merupakan tombol input akan muncul kotakdengan nama Data. Misalkan kita akan mulaidengan memasukkan data DEM, maka klik kotakdata tadi, dan ganti dengan Theme. Isi propertiesnya seperti nama, berasal dari data yang mana, fieldapa yang akan dijadikan acuan dan diakhiri oleh OK.

61

4. Tahap kedua adalah memasukkan proses apa yangakan dikenakan pada data kita tadi, dengan mengkliktombol yaitu

tombol proses. Sekarang muncul elipse bertuliskan Function untuk menginformasikan fungsi apa yang akan kita lakukan terhadap data dan

5. kotak bertuliskan Derived Data yang merupakan tempat data baru yang dihasilkan.Hubungkan kota Theme yang berisi data DEM kita dengan elipse Function dengan menggunakan tombol

6.

Kemudian klik Function dan pilih Terrain yang berisi fungsi untuk membuat Slope, Aspect,Hillshade, Contour. Untuk data kita memilih Slope. Sekarang windows ModelBuilder akan tergambar seperti berikut.

62

Lakukan hal yang sama untuk semua data dasar yangakan digunakan pada proses pemodelan dengan fungsiyang disesuaikan dengan tujuan seperti yang telahdijabarkan dalam metodologi. Setelah seluruh datadasar yang kita inginkan masuk kedalam ModelBuilderdan di proses maka hasilnya seperti terlihat padahalaman 118. 7. Tahap selanjutnya adalah proses overlay dari seluruh data, pilih Add Process Overlay Weighted Overlay..seperti gambar berikut:

8.

Kemudian muncul menu selanjutnya, dan masukkannilai bobot, seperti yang sudah ditentukan, yaitukelas lereng (15), kelas fungsi (5), kelasperuntukkan (5), kelas kerusakan (10), kelasvegetasi (50), kelas erosi (15). Jumlah bobot harussama dengan 100. Maka pada layar tampaksebagai berikut:

9.

Setelah dilakukan overlay, kita mendapatkan hasil akhirberupa Peta Lahan Kritis, seperti terlihat padahalaman 119.

63

Tabel luas lahan (ha) berdasarkan prioritas rehabilitasi per kecamatan *)Tidak ada data karena tertutup awan pada saatpengambilan citra dan tidak tercakup dalam peta Bakosurtanal.

Catatan: Untuk data yang masih berbentuk vektor, anda bisamengubahnya menjadi raster di dalam ModelBuilder,sebelum anda bisa mengoperasikannya. Hasil yang diperoleh sangat tergantung kepadaasumsi yang dipakai; semakin dekat asumsi yangdipakai dengan kenyataan, semakin akurat estimasiyang dihasilkan. Keterbatasan data juga mempengaruhi hasilestimasi, contoh: citra yang tertutup awan danketiadaan peta kontur untuk sebagian area menjadifaktor penghambat dalam mendapatkan estimasidari seluruh area. Dalam menginterpretasi hasil estimasi untukperencanaan, kita harus mempertimbangkan banyakfaktor lain seperti kebijakan, masyarakat lokal,perusahaan yang terkait, ketidaktersediaan data,dsb.

6.7. Estimasi Potensi Rotan di DAS Kedang Pahu

64

6.7.1. Formulasi permasalahan Aplikasi selanjutnya adalah aplikasi untukmenggunakan SIG untuk

mengestimasi potensi rotanyang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedang Pahu.Pada aplikasi ini, kita melihat potensi rotan dariberbagai aspek, berdasarkan data penunjang danpengalaman lapang yang kita miliki.Dalam aplikasi ini,suatu daerah dikategorikan berpotensi rotan tinggiapabila secara biofisik rotan bisa tumbuh dengan baik,dan secara infrastruktur dan secara legal bisadijangkau oleh masyarakat untuk pemanenan. 6.7.2. Asumsi yang digunakan 1. Rotan yang bisa dipanen ada di daerah dengantutupan lahan belukar tua (di atas 10 tahun) dan hutan. 2. Berjarak kurang dari 4 km dari pemukiman atau kurangdari 4 km dari sungai yang bisa dicapai kurang dari 8jam perjalanan menggunakan ketinting dari pemukiman. 3. Secara biofisik areal tersebut cocok untuk tumbuhnyarotan. 4. Seandainya terkena kebakaran pada tahun 1997hanya sampai tingkat 0-1. 5. Tidak terdapat pada area di sekitar jalan logging,HTI, perkebunan dan pertambangan.

6.7.3. Metodologi Setelah memformulasikan permasalahan yang ada danmenyesuaikannya dengan data yang ada, maka kitadapat menentukan langkah-langkah yang akandijalankan. 6.7.4. Identifikasi data dasar65

Data-data dasar yang dapat dikumpulkan adalah: Peta Jaringan Sungai.Data tersebut diambil dari peta topografi skala 1:50.000 dari BAKOSURTANAL. Peta Jaringan Jalan. Diambil dari peta topografi skala 1:50.000 produksi Bakosurtanal dan delineasi dari Landsat TM. Peta Pemukiman. Diambil dari peta topografi skala 1:50.000 produksi Bakosurtanal. Peta Penutupan Lahan 1996. Merupakan hasil klasifikasi citra Landsat TM. Peta Kebakaran Hutan 1997/1998 produksi GTZ/ IFFM. Peta Kesesuaian Lahan 1:250.000 produksiRePPProT. 6.7.5. Proses pengolahan data dasar. Dari data jaringan sungai dilihat dari dua aspekyaitu aspek biofisik dan aspek aksesibilitas:

Aspek biofisik Potensi rotan dihitung berdasarkan estimasimengenai tempat dimana dia dapat tumbuh yang direpresentasikan menurut jaraknya dari sungai.Kemudian dari jarak yang didapat diberi skor menurut prioritas ditemukannya (1:0-0.5 km, 3: >5.0 km, 8:3.0-5.0 km, 10:0.5-3.0).

Aspek aksesibilitas Potensi rotan dihitung berdasarkan tingkatkemudahannya dicapai melalui sungai. Darijarak yang didapat diberi skor (2:>4 km, 5:2-3km, 8:1-2 km, 10:0-1 km).Sama halnya dengan jaringan sungai, data jaringan jalan juga dilihat dari dua aspek:66

Aspek biofisik Potensi rotan dihitung berdasarkan kemungkinan tumbuhnya di sekitar jalan. Mula-mula buat buffer5 km untuk masing-masing kelas jalan dengan asumsi bahwa lebih dari 5 km sudah tidak ada pengaruh jalan terhadap kemungkinan tumbuhnya rotan. Kemudian beri skorberdasarkan kelas jalan (1:Jalan PU, 3: Jalanaspal, 5: Jalan tambang, 7:Jalan logging, 10:Jalanswadaya).

Aspek aksesibilitas Potensi rotan dihitung berdasarkan kemudahandicapai dari lokasi pemukiman.Pertama-tamabuat buffer sebesar 30 km dari pemukiman,kemudian ekstrak hanya jalan kelas 1, 3 dan 4yang tercakup dalam buffer. Beri skorberdasarkan jarak tempuh (1:>6 km, 5:4-6 km,10:0-4 km).

1.Berdasarkan

aksesibilitasnya

dari

pemukiman,potensi

rotan

dihitung

berdasarkan kemauan petaniberjalan kaki dari pemukiman untuk mencapai areadimana rotan ditemukan. Skor dibuat berdasarkanwaktu tempuh (1:>10 jam, 4:7-10 jam, 8:4-7 jam,10:0-4 jam). 2.Berdasarkan tumbuhnya penutupan rotan, lalu lahan yang ada dicarikemungkinan potensinya daerah

diberiskor

berdasarkan

(1:daerah

terbuka,alang-alang, karet, 2:semak, 6:hutan, 8:belukarmuda, 10:belukar tua). 3.Dari peta kebakaran hutan dicari tingkat kerusakankarena kebakaran, lalu diberi skor potensikemungkinan tumbuhnya rotan (1:tingkat kerusakansedang dan tinggi, 10: tidak terbakar dan tingkatkerusakan rendah). 4.Berdasarkan peta Kesesuaian Lahan untuk agro-forest,beri skor potensi rotan (1:tidak sesuai, 10:sesuai).

67

5.Dari peta DEM dibuat peta kelerengan, kemudianberi skor potensi rotan (1:>40%, 4:25-40%, 6:15-25%, 8:8-15%, 10:0-8%).

6.8.6.Pelaksanaan pemodelan Overlay-kan hasil yang didapat berdasarkan skemapembobotan yang dibuat berdasarkan pengalamanpemodel, sebagai berikut:

Overlay multiple layer potensi rotan berdasarkanmasing-masing variabel dengan skema pembobotanyang disesuaikan dengan expert judgement,menggunakan ArcView/Model Builder. Adapun hasil proses data dasar yang dijalankan untukmengestimasi potensi rotan yang ada adalah sebagaiberikut:

6.8.7. Hasil proses data dasar

68

BIO-vegetasi

BIO-sungai

AKSES-jalan

BIO-kebakaran

69

BIO-jalan

AKSES-sungai

AKSES-pemukiman

BIO-lereng

70

BIO-kesesuaian

71

Peta Potensi Rotan Peta ini dihasilkan dari overlay yang dilakukan terhadap data sepert diatas. Hasil akhir yang didapatadalah daerah yang merah yaitu yangmempunyai potensi rotan tinggi.

Hasil akhir: Peta Potensi Rotan

Tabel estimasi potensi rotan per kecamatan per kelompok potensiKecamatan Damai Muara Lawa Bentian Besar Tidak ada data* (ha) 69010,02 7741,62 20690,55 Rendah (ha, %**) 3060,63 (4,55) 29,97 (0,09) 2183,94 (2,46) Sedang (ha, %**) 15432,12 (24,01) 3989,97 (13,32) 12956,85 (14,94) Tinggi (ha, %**) 48834,9 (99,94) 25979,22 (99,95) 73782,72 (99,98)

72

Catatan: 1. Hasil estimasi yang diperoleh sangat tergantung kepada asumsi yang dipakai; semakin dekat asumsi yangdipakai dengan kenyataan, semakin akurat estimasi yang dihasilkan. 2.Keterbatasan data juga mempengaruhi hasil estimasi, contoh: citra yang tertutup awan dan ketiadaan peta kontur untuk sebagian area menjadi faktor penghambat dalam mendapatkan estimasi dari seluruh area.

3.Dalam menginterpretasi hasil estimasi untuk perencanaan business dan management terutama yang berbasiskan masyarakat lokal, kita harus mempertimbangkan banyak faktor lain seperti kebijakan, institusi, pasar, persepsi masyarakat, mata pencaharianlain, dsb.

Daftar pustaka Written by mayhoneys Friday, 17 October 2008 04:3273

74