Tugas Peran Fungsi Bidan Menopause

download Tugas Peran Fungsi Bidan Menopause

of 12

description

peran fungsi bidan

Transcript of Tugas Peran Fungsi Bidan Menopause

BAB I

PENDAHULUANSTATISTIK (DATA GARIS BESAR) AKI AKBSalah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian bayi dan anak. Menurut data Laporan Program Kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 2012, jumlah kematian neonatus yang dilaporkan di Jawa Barat mencapai angka 3.624 dan kematian bayi mencapai 4.650.Berdasarkan data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian/1000 kelahiran hidup. Targetnya adalah menurunkan kematian ibu dan anak sebesar dua pertiganya dari keadaan tahun 1990 dengan indikator proksi

1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup.2. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan anak (AKBal) menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup.3. Proporsi imunisasi campak pada anak yang berusia 1 tahun, mencakup 90 % dari seluruh sasaran.Rendahnya pemenuhan hak-hak reproduksi ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Bawah Lima Tahun (AKBalita). Masalah lainnya adalah masalah kesehatan reproduksi perempuan, termasuk perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman secara medis harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya kaum perempuan saja karena mempunyai dampak yang luas sekali dan menyangkut berbagai aspek kehidupan yang menjadi tolok ukur dalam pelayanan kesehatan.Dengan demikian, pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan seorang klien perlu menampung aspek pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang relevan, dengan tetap mengikuti standar pelayanan yang berlaku bagi masing masing jenis pelayanan. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja secara khusus bagi remaja bermasalah dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya, misalnya kehamilan diluar nikah, kehamilan remaja, remaja dengan ketergantungan napza, dll.BAB IIPERAN FUNGSI DAN KEWENANGAN BIDAN

1. BAYI DAN BALITAa. Data Statistik

b. Kondisi Saat Ini

c. Peran dan Fungsi Sesuai Kewenangan2. ANAK (BU NOVI)a. Data Statistik

b. Kondisi Saat Ini

c. Peran dan Fungsi Sesuai Kewenangan

3. REMAJAWorld Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai individu dalam kelompok usia 10-19 tahun dan pemuda sebagai kelompok usia 15-24 tahun. Sementara Muda mencakup rentang usia 10-24 tahun. Ada sekitar 350 juta remaja yang terdiri dari sekitar 22% dari populasi di negara-negara kawasan Asia-tenggara (SEAR). Sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 tahun dan sekitar 1 juta anak perempuan di bawah 15 tahun melahirkan paling banyak di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk. Ini sesuai dengan proporsi remaja di dunia dimana jumlah remaja diperkirakan 1,2 miliar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2015). Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja bila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah.

Beberapa tahun terakhir mulai dilaksanakan beberapa model pelayanan kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan, hak dan selera remaja di beberapa propinsi, dan diperkenalkan dengan sebutan pelayanan kesehatan peduli remaja atau disingkat PKPR. Sebutan ini merupakan terjemahan dari istilah adolescent friendly health services (AFHS), yang sebelumnya dikenal dengan youth friendly health services (YFHS).Pelayanan kesehatan remaja sesuai permasalahannya, lebih intensif kepada aspek promotif dan preventif dengan cara peduli remaja. Memberi layanan pada remaja dengan model PKPR ini merupakan salah satu strategi yang penting dalam mengupayakan kesehatan yang optimal bagi remaja kita. Pelayanan kesehatan peduli remaja diselenggarakan di puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya di mana remaja berkumpul. Program Kesehatan Remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak awal dekade yang lalu. Selama lebih sepuluh tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa ceramah, tanya jawab dengan remaja tentang masalah kesehatan melalui wadah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Karang Taruna, atau organisasi pemuda lainnya dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh Puskesmas.Hingga akhir tahun 2008, sebanyak 1611 dari 8114 puskesmas di seluruh Indonesia (22,39%) melaporkan telah melaksanakan PKPR dengan jumlah tenaga yang dilatih untuk menangani PKPR ini sejumlah 2866 orang. Sementara itu beberapa rumah sakit seperti rumah sakit Kariadi, Semarang, rumah sakit Fatmawati di Jakarta, dan rumah sakit Hasan Sadikin Bandung, telah melakukan pengembangkan tim kesehatan remaja atau poliklinik kesehatan remaja (IDAI, 2013).Perilaku beresiko pada remaja diantaranya seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan lainnya. Perilaku seksual pra nikah pada remaja laki-laki dan perempuan di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 cenderung meningkat pada umur 10-24 tahun, meskipun angkanya masih dibawah 5%. Selain itu ditemukan juga prevalensi perilaku merokok setiap hari pada penduduk umur 15 tahun ke atas sebesar 28,2%. Kesehatan kelompok remaja menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menemukan bahwa 10% perempuan merokok dan 5% mengonsumsi minuman beralkohol sedangkan pada laki-laki 80% merokok dan 40% mengkonsumsi minuman beralkohol. Untuk penggunaan obat-obatan terlarang kurang dari 1% untuk perempuan dan 4% untuk laki-laki.Masalah prioritas kesehatan pada remaja yaitu kehamilan remaja, gizi (anemia dan KEK), HIV/ AIDS, penyalahgunaan NAPZA, perkawinan dan kehamilan dini. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan adalah penyebab kedua kematian untuk anak perempuan 15-19 tahun secara global. Lebih dari 30% perempuan di negara berpenghasilan rendah dan menengah menikah sebelum usia 18, sekitar 14% sebelum usia 15. Setiap tahun, sekitar 3 juta anak perempuan berusia 15 sampai 19 menjalani aborsi tidak aman. Bayi yang lahir dari ibu remaja menghadapi resiko kematian jauh lebih tinggi, 2-4 kali dibandingkan bayi yang lahir dari ibu berudia 20 sampai 24 tahun (WHO, 2015).Dari 18,9 juta kasus baru infeksi penyakit menular (sifilis, gonore, klamidia, trikomoniasis, infeksi HPV) setiap tahun, hampir 48% atau 9,1 juta terjadi pada remaja berumur 15 24 tahun. Bayi dari ibu remaja memiliki berat lahir rendah dan lebih cenderung berkinerja buruk di sekolah. Mereka juga cenderung berisiko lebih besar mengalami kekerasan dan penelantaran. Ada sekitar 214.750 kasus aborsi pada tahun 2002 di Amerika Serikat terjadi pada remaja antara 15 19 tahun (natgeopagraph).Kenyataan ditengah-tengah masyarakat perempuan mendapatkan perilaku diskriminatif. Gender menjadi suatu permasalahan yang tidak pernah tuntas dibahas. Pada akhirnya perempuan tetap tidak mempunyai hak untuk mengambil keputusan terbaik yang berhubungan dengan dirinya. Salah satunya perempuan muda yang terpaksa menikah dikarenakan tekanan dari orangtua agar lepas dari beban keluarga dan tekanan ekonomi.Secara umum dalam penanggulangan masalah pada remaja, peran bidan adalah sebagai fasilitator dan konselor yang bisa dijadikan tempat mencari jawaban dari suatu permasalahan yang dihadapi oleh remaja. Contoh peran yang bisa dilakukan oleh bidan adalah membangun komunikasi dengan remaja, memberikan penyuluhan dan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.Konseling merupakan kegiatan yang dapat mewakili PKPR. Salah satunya VCT (Voluntary Counseling and Testing for HIV/AIDS) adalah konseling khusus diikuti oleh pemeriksaan laboratorium untuk HIV/AIDS atas dasar sukarela. VCT memerlukan keterampilan dan sarana khusus, dan hanya dilakukan oleh petugas terlatih khusus untuk penanggulangan HIV/AIDS (natgeopagraph)..Kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja1) Pemerintah, masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan lingkungan yang kondusif agar remaja dapat berperilaku hidup sehat untuk menjamin kesehatan reproduksinya.

2) Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang berkualitas termasuk pelayanan informasi dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.

3) Upaya kesehatan reproduksi remaja harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan remaja dengan disertai upaya pendidikan kesehatan reproduksi yang seimbang.

4) Upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal, dengan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola pendidikan pada sistem pendidikan yang ada.

5) Upaya kesehatan remaja harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berkesinambungan melalui prinsip kemitraan dengan pihak-pihak terkait serta harus mampu membangkitkan dan mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja.

Target yang akan dicapai pada komponen kesehatan reproduksi remaja yaitu:

a) Penurunan prevalensi anemia pada remaja menjadi kurang dari 20%.

b) Cakupan pelayanan kesehatan remaja melalui jalur sekolah 85%, dan melalui jalur luar sekolah 20%.

c) Prevalensi permasalahan remaja secara umum menurun4. WANITA USIA SUBURa. Data StatistikPelayanan pada wanita usia subur, meliputi pelayanan prakonsepsi, kehamilan, persalinan dan kontrasepsi

BU KEKET..

Data Statistik untuk pelayanan kontrasepsi dalam hal penggunaan alat kontrasepsi (cara modern maupun cara tradisional), terjadi peningkatan dari data angka nasional, yaitu 55,8 % pada tahun 2010 dan 59.7 % pada tahun 2013.

Dengan variasi antar provinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai yang tertinggi di Lampung (70,5%). Dari 59,7 persen yang menggunakan KB saat ini, yaitu; Cara modern 59,3 persen

Kontrasepsi Hormonal 51,9 Persen

Kontrasepsi Non-Hormonal 7.5 persenBerdasarkan metode yang digunakan:

10,2 persen penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang

49,1 persen Non- metode kontrasepsi jangka panjang

b. Kondisi Saat Ini

BU KEKET

Pelayanan Kontrasepsi

Konseling penggunaan kontrasepsi pasca pernikahan ( penundaan kehamilan )

Konseling penggunaan kontrasepsi pasca persalinan ( kontrasepsi jangka panjang,jangka pendek,kontrasepsi mantap dll )

Pemberiaan kontrasepsi hormonal( suntik dan pil )

Pemasangan kontrasepsi IUD/AKDR

Pemasangan kontrasepsi Implant

Konseling penggunaan kontrasepsi kondom pria dan wanita

Konseling penggunaakontrasepsi mantap ( tubektomi dan vasektomi )

c. Peran dan Fungsi Sesuai Kewenangan

BU KEKET

Peran Fungsi sesuai kewenangan bidan pada Permenkes 1464 pada pasal 10 meliputi masa prakehamila, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. Dimana, dalam ayat 2 di jelaskan bahwa, pelayanan kesehatan tersebut, meliputi :

Pelayanan konseling pada masa kehamilan

Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

Pelayanan persalinan normal

Pelayanan ibu nifas normal

Pelayanan ibu menyusui

Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

Dalam ayat selanjutnya (ayat 3), pelayanan yang diberikan diperinci menjadi wewenang yang dapat dilakukan. Dimana bidan memiliki kewenangan untuk :

Episiotomi

Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2

Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

Fasilitas/ bimbingan inisiasi memyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif

Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum

Penyuluhan dan konseling

Bimbingan pada kelompok ibu hamil

Pemberian surat keterangan kematian

Pemberian surat keterangan cuti bersalin

Wewenang tersebut diatas adalah wewenang yang dapat dilakukan oleh seluruh bidan yang teregistrasi. Untuk bidan yang menjalankan program pemerintah, ada wewenang tambahan yang diatur dalam pasal 13 ayat 1 Permenkes 1464. Diantaraya : Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kotrasepsi dalam rahim, dan alat kontrasepsi bawah kulit.

Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah, dan anak sekolah Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan tehadap Infeksi Menular Seksual ( IMS ) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah .Sedangkan, untuk beberapa keterampilan tambahan, seorang bidan harus melakukan pelatihan terleih dahulu, agar memiliki kewenangan. Keterampilan tersebut dijabarkan pada ayat 3, yang menyakan bahwa, pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk dan memberikan peyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) baru dapat dilakuan jika bidan tersebut sudah mendapatkan pelatihan.

5. MENOPAUSE DAN KLIMAKTERIUM

a. Data Statistik

Umur menopause pada wanita Indonesia sekitar 49 tahun pada tahun 2000 dari semula 46 tahun pada tahun 1980. Usia rata rata menopause :

Kejadian menopause dini :RISKESDAS/SDKI

b. Kondisi Saat Ini

Salah satu fase hidup wanita adalah klimakterium. Fase ini dimulai sejak haid mulai tidak teratur dan adanya keluhan keluhan berkisar diantara umur 45 tahun sampai 55 tahun Dimana pada fase ini, wanita mulai mengalami penurunan hormone estrogen secara bertahap yang berdampak pada perubahan fisiologis yang memerlukan adaptasi. Perubahan fisiologis yang terjadi dapat menimbulkan keluhan yang berbeda pada setiap wanita. Klimakterium merupakan suatu masa peralihan yang normal yang berlangsung beberapa tahun.Tahapan pertama adalah pre menopause. Pada masa ini klimakterium kira-kira dimulai 6 tahun sebelum masa manopouse. Fungsi organ reproduksi mulai menurun, kadar estrogen mulai turun dan hormon genedotropin mulai meningkat sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda manopause. Selanjutnya, adalah menopause.

Menopouse merupakan periode berhentinya haid secara alamiah atau masa dimana seorang wanita mengalami perdarahan haid terakhir dan tidak pernah mendapatkan haid lagi. Menopouse menyebabkan perubahan fisik dan psikis wanita. Perubahan psikis sangat bergantung pada tiap individu, diantara perubahan yang terjadi adalah munculnya rasa khawatir akan adanya pertambahan usia, amerasa tua, tidak menarik lagi, dan takut tidak bisa memenuhi kebutuhan seksual suami. Menjadi lebih sensitif dan emosional. Sedangkan, perubahan fisik yang terjadi adalah penurunan elastisitas kulit, berkurangnya kelembaban kulit, timbul pigmensi pada kulit, payudara mulai lembek, vagina menjadi kering, dyspareunia, Perasan panas dan berkeringat pada malam hari, tidak dapat menahan bak, penambahan berat badan, ganguan mata dan nyeri tulang dan sendi.Setelah melalui fase menopause, wanita akan memasuki fase pasca menopouse , Masa ini berlangsung sekitar 6-7 tahuan sesudah manopouse. Pada masa ini kadar estrogen sudah pada titik rendah. Pada pasca manopouse juga mengalami gangguan vegetatif, psikis, dan organis.. Jadi masa perimenopause terdiri atas premenopause (usia 45-48), menopause (usia 49- 51) dan postmenopause (usia 52-55)Saat ini bidan jarang melakukan pengkajian kondisi wanita pada fase klimakterium, sehingga keluhan keluhan selama masa ini masih banyak dialami.

c. Peran dan Fungsi Sesuai Kewenangan

Kewenangan bidan pada ase klimakterium dan menopause tidak tersurat di dalam Permenkes 1464, akan tetapi tersirat pada pasal 12, butir a sebagai berikut ;

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondomDalam hal ini pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, termasuk penyuluhan dan konseling dilakukan oleh bidan dari awal masa remaja hingga memasuki fase klimakterium dan menopause. (Pedoman pelaksanaan promkes)