TUGAS PENILAIAN AFEKTIF

download TUGAS PENILAIAN AFEKTIF

If you can't read please download the document

description

penilaian

Transcript of TUGAS PENILAIAN AFEKTIF

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

TUGAS MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN

MENGASES HASIL BELAJAR AFEKTIF

DISUSUN OLEH : RUSYDA. J NIM : 52034

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Festiyed M.Si Dr. Usmeldi,M.Pd

KONSENTRASI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al. 1992:95; Popham,1953:3). Varibel-varibel penting yang dimaksud sekurang-kurangnya meliputi pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan bebagai metode dan prosedur baik formal maupun informal, sebagaimana dikemukakan oleh Corner (1991:2-3) sebagai berikut : A general term enhancing all methods customarilly used to appraise performance of an individual pupil or group. It may refer to abroad appraisal including many sources of evidence and many aspect of pupils knowledge, understanding, skills and attitudes; An assesment instrument may be any method and procedure, formal or informal, for producing information about pupil. Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assesment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan profesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan antara lain untuk : 1. mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar 2. memonitor kemajuan siswa. 3. menentukan jenjang kemampuan siswa. 4. menentukan efektifitas pembelajaran. 5. mempengaruhi persepsi publik tentang efktifitas pembelajaran 6. mengevaluasi kinerja guru kelas. 7. mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru. Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Stiggins (1994:3,67) mengemukakan

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

lima kategori target hasil belajar yang layak dijadikan dasar dalam menentukan jenis asesmen yang digunakan oleh pengajar. Kelima hasil belajar tersebut adalah : 1. 2. Knowledge outcomes, merupakan penguasaan siswa terhadap substansi pengetahuan suatu mata pelajaran. Reasoning outcomes, menunjukkan kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuannya dalam melakukan nalar (reason) dan memecahkan suatu masalah. 3. Skill outcomes, yaitu kemampuan untuk menunjukkan prestasi tertentu yang berhubungan dengan ketrampilan yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan. 4. Product outcomes, kemampuan untuk membuat suatu produk 5. tertentu yang didasarkan pada penguasaan pengetahuan. Afektif outcomes, adalah pencapaian sikap tertentu sebagai akibat mempelajari dan mengaplikasikan pengetahuan. Aspek afektif mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang (Popham:1995). Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Menurut Krathwohl(1961) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. B. Batasan Kajian Mengingat luasnya bahan kajian asesmen maka saya membatasi ruang lingkup kajiannya yakni mengases hasil belajar afektif (Assesment affective outcomes).

3

BAB II MENGASES HASIL BELAJAR AFEKTIF A. Alasan Penilaian Aspek Afektif Menurut Stiggins (1994) asesmen afektif sangat penting dilakukan karena dua alasan: 1. Aspek afektif sebagai suatu hasil pengajaran. 2. Aspek afektif berkaitan dengan achievment. B. Prinsip-Prinsip Dasar Mengases Aspek Afetif Penilaian afektif agar bermanfaat seperti penilaian prestasi akademik harus ada target dan metode yang cocok (Stiggins:1994). Penilaian afektif agar menjadi penilaian yang berkualitas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Mulai dengan suatu visi yang jelas dari hasil belajar afektif yang akan dinilai. 2. Menyusun tujuan yang jelas 3. Mengemukakan metode yang baik. 4. Sampel yang tepat 5. Mengendalikan gangguan luar. C. Komponen-Komponen Afeksi Departemen Pendidikan Nasional Indonesia (2008) menyebutkan ada 5 komponen aspek yang harus diperhatikan oleh Guru dari ranah Afektif ini, yaitu : Sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Mari kita membahas hal ini satu demi satu. 1. SIKAP Aspek penilaian SIKAP peserta didik bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, pendidik, dan sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Jadi secara mudahnya, SIKAP berhubungan dengan suka atau tidak sukanya siswa terhadap pelajaran yang kita berikan.

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

2. MINAT Aspek penilaian MINAT bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran. Jadi secara mudahnya, MINAT berhubungan dengan keinginan atau kecenderungan hati siswa terhadap pelajaran yang kita berikan 3. KONSEP DIRI Aspek penilaian KONSEP DIRI bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh. Jadi secara mudahnya, KONSEP DIRI berhubungan dengan pengenalan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri. 4. NILAI Aspek penilaian NILAI bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negatif. Hal-hal yang bersifat positif diperkuat sedangkan yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan. Jadi secara mudahnya, NILAI berhubungan dengan pandangan dan perilaku siswa tentang mana yang baik dan mana yang buruk 5. MORAL Aspek penilaian MORAL bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi moral seseorang diperoleh melalui pengamatan terhadap perbuatan yang ditampilkan dan laporan diri melalui pengisian kuesioner. Hasil pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral seseorang. Jadi secara mudahnya, MORAL berhubungan dengan perasaan salah atau benar siswa terhadap orang lain maupun diri sendiri. Nah, kelima aspek itulah yang harus dicermati dan dinilai oleh Guru untuk menentukan nilai ranah afektif peserta didik. Jadi kita jangan hanya melihat kebaikan anak 5

saja moral anak saja. Aspek yang lain juga perlu untuk diperhatikan. Ketiga aspek yang pertama berhubungan dengan mata pelajaran yang kita berikan, dan dua aspek yang terakhir berhubungan dengan diri si anak tersebut. Ingatlah bahwa ranah afektif peserta didik sangat berpengaruh terhadap ranah kognitif dan ranah psikomotor, sehingga jika kita sebagai guru mengetahui ranah afektif peserta didik dengan tepat, maka kita akan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang tepat juga kepada siswa yang salah satunya bertujuan meningkatkan nilai afektif siswa. D. Langkah-Langkah Mengases Hasil Belajar Afektif Setidaknya ada beberapa cara yang dipakai untuk dapat menilai ranah afektif peserta didik, yaitu : 1. Pengamatan langsung di lapangan (di dalam kelas) oleh guru. 2. Melalui angket atau kuesioner yang dibagikan kepada peserta didik. 3. Melakukan wawancara langsung dengan peserta didik. 4. Melalui informasi dari rekan guru atau dari BK (Bimbingan Konseling) di Sekolah 5. Melalui kunjungan ke rumah peserta didik Tentu saja sebagai guru kita harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Peralatan ini disebut instrumen penilaian Afektif. Instrumen Afektif bukanlah berupa soal, tetapi berupa tabel-tabel yang berisi pernyataan-pernyataan terhadap kelima aspek afektif di atas (sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral). Penilaiannya dapat menggunakan skalaskala yang sudah dikenal dalam penilaian kuesioner/angket, misalnya : 1. Penilaian skala Thurstone 2. Penilaian skala Likert 3. Penilaian skala Beda Semantik, dll. Contoh-contoh mengenai penggunaan skala ini ada di bawah. Sekarang kita akan melihat bagaimana menerapkan penilaian afektif untuk kelima aspek afektif tersebut. a. Instrumen sikap Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

positif bisa negatif. Definisi operasional: sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik adalah melalui kuesioner. Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerimamenolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menetukan strategi pembelajaran yang tepat. Contoh pernyataan untuk kuesioner: b. Instrumen minat Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek. Contoh pernyataan untuk kuesioner: Catatan pelajaran fisika saya lengkap Catatan pelajaran fisika saya terdapat coretan-coretan tentang halhal yang penting Saya selalu menyiapkan pertanyaan sebelum mengikuti pelajaran fisika Saya berusaha memahami mata pelajaran fisika Saya senang mengerjakan soal fisika. Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran fisika Saya senang membaca buku fisika Tidak semua orang harus belajar fisika Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran fisika Saya tidak senang pada tugas pelajaran fisika Saya berusaha mengerjakan soal-soal fisika sebaik-baiknya memiliki buku fisika penting untuk semua peserta didik

7

c. Instrumen konsep diri Definisi konseptual : konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Contoh pernyataan untuk instrumen: d. Instrumen nilai Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau objek. Definisi operasional nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit melakukan perubahan. Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik: Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan. Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal. Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi. Saya berkeyakinan sekolah tidak akan mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat. Saya sulit mengikuti pelajaran fisika Saya mudah memahami pelajaran fisika Saya mudah menghapal suatu fisika Saya lebih mudah menghafal daripada menghitung Saya mampu membuat karangan yang baik Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika Saya bisa bermain sepak bola dengan baik Saya mampu membuat karya seni yang baik Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran fisika.

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

e. Instrumen Moral Instrumen -

Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah. Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah atas usahanya. ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik.

Contoh pernyataan untuk instrumen moral Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati. Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya. Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya. Bila menghadapi kesulitan, saya selalu meminta bantuan orang lain. Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu. Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri. Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya. Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya. Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar Bila ada orang yang bercerita, saya tidak selalu mempercayainya.

E. Contoh Cara Mengasesnya 1. Skala Thurstone : minat terhadap pelajaran fisika No 1 2 3 Pernyataan 7 Catatan pelajaran fisika saya lengkap Catatan pelajaran fisika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting Saya selalu menyiapkan pertanyaan 9 6 5 Skala 4 3 2 1

4 5 6

sebelum mengikuti pelajaran fisika Saya berusaha memahami mata pelajaran fisika Saya senang mengerjakan soal fisika. Saya berusaha selalu hadir pada pelajaran fisika 2. Skala Likert : sikap terhadap pelajaran fisika

No 1 2 3 4 5

Pernyataan 4 Saya senang membaca buku fisika Tidak semua orang harus belajar fisika Saya jarang bertanya pada guru tentang pelajaran fisika Saya tidak senang pada tugas pelajaran fisika Saya berusaha mengerjakan soal-soal fisika sebaikbaiknya 3. Skala beda semantik 7 6 5 4 3 2 1 3

Skala 2

1

Menyenangkan Sulit Bermanfaat Menantang Banyak F. Identifikasi Komponen-Komponen Afektif

Membosankan Mudah Sia-sia Menjemukan Sedikit

Komponen ranah afektif menurut Bloom dan Davit Kratwohl (1961) dapat dibagi atas lima tingkatan antara lain: 1. Tingkat receiving atau attending Pada tingkat receiving peserta didik memiliki keinginan memperhatikansuatu fenomena khusus atau stimulus misalnya kelas kegiatan musik, buku dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan yaitu kebiasaan positif. 2. Tingkat responding

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari prilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada perolehan renpon, keinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus, misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian dan sebagainya. 3. Tingkat valuing Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisai dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan ketrampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis internalisai dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan prilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal dengan jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. 4. Tingkat organization Pada tingkat organization, nilai yang satu dengan nilai lainnya dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup. 5. Tingkat characterization Tingkat ranah afektif tertinggi adalah nilai characterization. Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan prilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi dan sosial. G. Hasil Belajar Afektif Menurut Andersons (1981) , beberapa macam hasil belajar afektif yang relevan dalam setting sekolah terdiri dari : 1. Sikap Sikap merupakan suatu kecendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak 11

suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik dan sebagainya. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, sistuasi, konsep atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham:1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya fisika, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran fisika dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. 2. Interest (Minat) Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990:583), minat atau keinginan adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. 3. Motivation (Motivasi) 4. Value (Nilai) Definisi tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

personal dan memberi kontribusi positif terhadap masyarakat. 5. Academic self-concept (Konsep diri) Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar pserta didik dengan tepat.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai 13

hasil pembelajaran yang optimal. Komponen ranah afektif mencakup lima aspek yaitu : Sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sedangkan ranah afektif dikelompokkan menjadi beberapa tingkatan antara lain : tingkat rceiving, responding, valuing, organization dan characterization. B. Saran 1. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal sebaiknya pendidik selalu menggunakan asemen afektif karena asesmen afektif mempengaruhi hasil pembelajaran kognitif dan psikomotor. 2. Asesmen afektif dapat digunakan untuk membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. 3. Selain itu ikatan emosional sering diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan asessmen afektif.

DAFTAR PUSTAKA Andersen, Lorin. W. (1981). Assessing Affective Chracteristic in The Schools. Boston: Allyn and Bacon. Asmawi, Z. dan Nasution, N. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud Departemen Penididkan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2008. SERI PENILAIAN KTSP : PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN AFEKTIF. Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Mendikdasmen Depamen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2005), Penilaian Afektif. Online : Tersedia di http://www.dikmenum.go.id Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Popham, W. J (1995). 4th Ed. Classroom Assessment, What Teacher to Know. UCLA

MENGASES HASIL BELAJAR EFEKTIF OLEH RUSYDA. J

05-06-2010

Stiggins (1994), Student Centered Classroom Assessment, New York: Mc Millan College Publishing Company, Inc

15