PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF ( …lib.unnes.ac.id/26870/1/4301412105.pdf ·...
Transcript of PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF ( …lib.unnes.ac.id/26870/1/4301412105.pdf ·...
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN
AFEKTIF ( ATTITUDE TOWARD CHEMISTRY )
DENGAN TEKNIK PEER DAN SELF ASSESSMENT
SISWA SMA NEGERI 2 SALATIGA
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
oleh
Astri Atina A’izzah
4301412105
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 28 Juli 2016
Semarang, 28 Juli 2016
Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I
Dr. Sri Susilogati S., M. Si. Dr. Endang Susilaningsih, M. S.
NIP. 195711121983032002 NIP. . 195903181994122001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen
Penilaian Afektif (Attitude Toward Chemistry) dengan Teknik Peer dan Self
Assessment Siswa SMA N 2 Salatiga “ merupakan hasil penelitian saya dengan
arahan dosen pembimbing, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 28 Juli 2016
Astri Atina A’izzah
4301412105
v
MOTTO
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya
(Q.S. Ali Imran : 159)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ayahanda tercinta Sholehan dan Ibunda
tercinta Mundiatun serta kakak dan adikku
tersayang
Teman-temanku Kost Waru dan sahabat
terkasih
Teman-temanku jurusan kimia angkatan
2012
Teman-teman Himamia Unnes
Almamaterku Unnes
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat nikmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan
Instrumen Penilaian Afektif (Attitude Toward Chemistry) dengan Teknik Peer dan
Self Assessment Siswa SMA N 2 Salatiga”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
berkat bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan waktu,
tenaga dan pikirannya demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Untuk
itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan
menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin
melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA UNNES yang telah membantu dalam
administrasi.
4. Ibu Dr. Endang Susilaningsih, M. S. dan Ibu Dr. Sri Susilogati Sumarti, M.
Si, dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan nasihat dan ilmu
dalam membimbing, mengarahkan serta memberi motivasi kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Dr. Sri Wardani, M.Si. dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi.
6. Kepala Sekolah SMA N 2 Salatiga yang telah memberikan ijin penelitian.
vii
7. Ibu Dra. Maria Suharsini, M. Si, guru kimia SMA N 2 Salatiga yang telah
memberikan ijin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.
8. Ibu, Bapak dan keluarga tersayang, ibu Mundiatun dan Bapak Sholehan atas
segala doa dan usahanya yang senantiasa memotivasi dalam mencapai cita-
cita.
9. Semua teman-teman kimia rombel 4 khususnya dan teman-teman jurusan
kimia yang membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya
Semarang, 28 Juli 2016
Penulis
viii
ABSTRAK
A’izzah, Astri Atina. 2016. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif
(Attitude Toward Chemistry) dengan Teknik Peer dan Self Assessment Siswa
SMA N 2 Salatiga . Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Dr. Endang Susilaningsih, M.S
dan Dr. Sri Susilogati Sumarti, M. Si.
Kata Kunci : Attitude toward chemistry, Instrumen penilaian Afektif, Self dan
Peer Assessment.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen
penilaian afektif (attitude toward chemistry) dengan teknik peer dan self
assessment yang layak digunakan dan efektif untuk mengukur sikap siswa
terhadap pembelajaran kimia. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian pengembangan yang mengadopsi pada penelitian pengembangan model
4-D Four-D yang langkah-langkah pengembangannnya mengacu pada langkah
pengembangan instrumen penilaian afektif Mardapi. Uji validitas instrumen
menggunakan validasi isi yang dilakukan oleh ahli instrumen. Analisis reliabilitas
instrumen menggunakan rumus Alpha cronbach.
Hasil validasi dari validator menyatakan instrumen layak digunakan untuk
mengukur sikap siswa terhadap pembelajaran kimia. Hasil analisis reliabilitas
Instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) untuk mengukur sikap
siswa terhadap pembelajaran kimia pada kegiatan pembelajaran, kegiatan
praktikum, dan kehidupan sosial secara berturut mempunyai nilai reliabilitas
0,728; 0,749; 0,768 pada saat dilakukan uji coba skala besar. Nilai reliabilitas
instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) pada kelas implementasi
untuk kegiatan pembelajaran, kegiatan praktikum dan kehidupan sosial secara
berturut-turut adalah 0,708; 0,73; 0,78. Hasil analisis keefektifan instrumen
penilaian, secara klasikal lebih dari 75% siswa masuk dalam kategori sikap baik.
Persentase ketuntasan tiap aspek juga lebih dari 75%.
Berdasarkan hasil validasi, analisis reliabilitas dan keefektifan dapat
disimpulkan bahwa instrumen penilaian afektif yang dikembangkan layak, baik
dan efektif digunakan.
ix
ABSTRACT
A’izzah, Astri Atina. 2016. Development An Affective Assessment Instrumens
(Attitude Toward Chemistry ) With Peer And Self- Assessment Techniques
On Students Of SMA N 2 Salatiga. Thesis. Chemistry Department, Faculty of
Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Dr. Endang
Susilaningsih, M. S and Dr. Sri Susilogati, M. Si.
Keywords: Attitude toward chemistry, Affective Assessment instruments, Self
and Peer Assessment.
The purpose of this study was to develop an affective assessment instruments
(attitude toward chemistry) with peer and self-assessment techniques are feasible
and effective use to measure student’s attitudes towards learning chemistry. The
method that use is the development of research which draws on research
development 4-D (Four-D) with the steps of developing use steps developing an
affective instrument of Mardapi. The validity test of the instrument using the
contents of the validation performed by the instrument. The analysis of reliability
using Alpha Cronbach formula. The results of the validation of the validator
declared worthy instrument used to measure student’s attitudes towards learning
chemistry. Results of reliability analysis affective assessment instruments (attitude
toward chemistry) to measure student’s attitudes towards learning chemistry on
learning activities, practical activities, and social life, respectively having
reliability value 0.728; 0.749; 0.768 at the time of large-scale trial. Reliability
value affective assessment instruments (attitude toward chemistry) on the
implementation class for learning activities, lab activities and social life are
respectively 0.708; 0.73; 0.78. The results of the analysis of the effectiveness of
assessment instruments, classically more than 75% of students in the category of
good attitude. Percentage of passing at every aspect is also more than 75%. Based
on validation results, the reliability and effectiveness of the analysis can be
concluded that the assessment instruments developed affective decent, good and
effective use.
x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................... ii
PERNYATAAN ..................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori ......................................................................... 10
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan ........................................... 25
2.3. Kerangka Berfikir................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 32
3.3. Subjek Penelitian .................................................................. 32
3.3. Model Penelitian .................................................................. 32
3.4. Desain Penelitian .................................................................. 33
3.5. Prosedur Pengembangan ...................................................... 35
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................ 40
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian ..................................................................... 43
4.2. Pembahasan .......................................................................... 61
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan ............................................................................... 72
5.2. Saran ..................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 75
LAMPIRAN ........................................................................................... 79
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Rekap Wawancara dengan Guru Mapel Kimia SMA N 2 Salatiga ............. 6
2.1 Taksonomi Bloom untuk Domain Afektif ................................................... 14
2.2 Indikator Sikap yang Dikembangkan oleh Harlen....................................... 15
2.3 Contoh Kuesioner Penilaian Sikap terhadapIlmu Kimia ........................... 18
2.4 Empat Subskala dan Item Cheung ............................................................... 20
3.1 Rentang Pencapaian Skor dan Kategori Sikap ............................................. 42
4.1 Kriteria Validasi Instrumen Penilaian .......................................................... 46
4.2 Skor Hasil Validasi Instrumen Penilaian ..................................................... 46
4.3 Kritik dan Saran dari Validator .................................................................... 47
4.4 Ketercapaian Sikap siswa pada Uji Coba Skala Besar ................................ 50
4.5 Hasil Analisis Reliabilitas pada Kelas Implementasi .................................. 52
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir Pengembangan Instrumen ................................ 31
3.1 Desain Penelitian Pengembangan Instrumen Penilaian
Afektif (Attitude Toward Chemistry)............................................. 34
4.1 Draf Awal Produk Instrumen Penilaian Afektif
(Attitude Toward Chemistry) .......................................................... 45
4.2 Persentase Ketercapaian Sikap Siswa dalam Pembelajaran
pada Uji Coba Skala Kecil ............................................................. 48
4.3 Persentase Pencapaian Sikap dalam Kegiatan Praktikum
pada Uji Coba Skala Kecil ............................................................ 48
4.4 Persentase Ketercapaian Sikap dalam Kehidupan Sosial
Pada Uji Coba Skala Kecil ............................................................ 49
4.5 Persentase Pencapaian Tiap aspek Sikap dalam Pembelajaran
pada Uji Coba Skala Besar ............................................................ 50
4.6 Persentase Ketercapaian Sikap dalam Kegiatan Praktikum pada
Uji Coba Skala Besar ..................................................................... 51
4.7 Persentase Pencapaian Sikap Siswa dalam Kehidupan
Sosia pada Uji Coba Skala Besar................................................... 51
4.8 Diagram Ketercapaain Ketuntasan Secara Klasikal Sikap
Siswa dalam Pembelajaran ............................................................ 53
4.9 Persentase Ketercapaian Sikap Siswa dalam Kegiatan
Pembelajaran pada Kelas Implementasi ........................................ 54
4.10 Diagram Ketercapaian Secara Klasikal Sikap dalam
Kegiatan Praktikum ....................................................................... 55
4.11 Hasil Analisis Ketercapaain Tiap Aspek Sikap dalam
Kegiatan Praktikum ....................................................................... 55
4.12 Diagran Ketercapaian Secara Klasikal Sikap Siswa dalam
Kehidupan Sosial ........................................................................... 56
4.13 Diagram Ketercapaian Sikap dalam Kehidupan sosial
Pada Kelas Implementasi ............................................................... 57
4.14 Produk Akhir Instrumen Penilaian Afektif .................................... 66
4.15 Perbandingan Persentase Pencapaian sikap antara Tahap
Uji Coba skala Besar dan Tahap Implementasi ............................. 68
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman
1. Penggalan Silabus ..........................................................................................80
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..............................................................82
3. Kisi- kisi Lembar Angket Penilaian Sikap .....................................................89
4. Produk Akhir Instrumen Penilaian Sikap ......................................................94
5. Skoring Kriteria .............................................................................................97
6. Tabulasi Data Uji Coba Skala Kecil Instrumen Penilaian
Sikap dalam Pembelajaran ........................................................................... 107
7. Tabulasi Data Uji Coba Skala Kecil Instrumen
Penilaian Sikap dalam Kehidupan Sosial ....................................................109
8. Tabulasi Data Uji Coba Skala Kecil Instrumen Penilaian
Sikap pada Kegiatan Praktikum ...................................................................110
9. Reliabilitas Instrumen Penilaian Sikap dalam Kegiatan
Praktikum pada Uji Coba Skala Besar ........................................................111
10. Analisis Instrumen Penilaian Sikap dalam Pembelajaran
pada Uji Coba Skala Besar ..........................................................................114
11. Analisis Reliabilitas Instrumen Penilaian Sikap dalam Kehidupan
Sosial pada Uji Coba Skala Besar ................................................................118
12. Analisis Uji Coba Instrumen Penilaian Sikap dalam Kegiatan
Praktikum pada Kelas Implementasi............................................................121
13. Analisis Reliabilitas Instrumen Penilaian Sikap dalam Pembelajaran
pada Kelas Implementasi .............................................................................128
14. Analisis Reliabilitas Instrumen Penilaian Sikap dalam Kehidupan
Sosial pada Kelas Implementasi ..................................................................135
15. Daftar Siswa Uji Coba Skala Kecil ..............................................................142
16. Daftar Siswa Uji Coba Skala Besar .............................................................143
17. Daftar Siswa Peserta Kelas Implementasi ...................................................144
18. Validasi Instrumen .......................................................................................147
19. Lembar Wawamcara Guru ...........................................................................156
20. Lembar Instrumen pada Pengukuran Kelas Implementasi ..........................157
21. Angket Tanggapan Siswa............................................................................162
22. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ...........................................163
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar setiap siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara hal ini tercantum dalam UU No 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kahveci (2015) dalam jurnalnya
menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan tidak hanya bertumpu pada
pengembangan kecerdasan intelektual akan tetapi pendidikan juga mempengaruhi
perkembangan emosi, perasaan, suasana hati, dan sikap. Emosi, perasaan, sikap,
dan motivasi merupakan perilaku yang termasuk dalam domain afektif. Domain
afektif ikut menentukan hasil belajar dari siswa, karena orang yang tidak memiliki
minat pada pelajaran tertentu maka sulit untuk mencapai keberhasilan studi yang
optimal (Mardapi, 2008). Minat belajar dan sikap positif terhadap ilmu sains
adalah salah satu kunci untuk mencapai tujuan pengajaran dan pembelajaran sains
(Hofstein & Naaman, 2011). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Susilo
(2012) memberikan hasil bahwa motivasi belajar siswa meningkat seiring dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Dewi et al. (2013) memberikan hasil bahwa sikap ilmiah yang tinggi
terhadap pembelajaran IPA beriringan dengan hasil belajar yang tinggi.
2
Ketercapaian tujuan pembelajaran dalam semua aspek ( psikomotorik, kognitif, dan
afektif ) dapat diketahui melalui penilaian.
Penilaian merupakan salah satu komponen pokok dalam proses pembelajaran.
Penilaian bertujun untuk mengetahui tingkat ketercapain tujuan pembelajaran dan
melihat keefektifan proses belajar mengajar (Wijayanti, 2014). Penilaian atau
asesmen seharusnya dilakukan sebagai upaya untuk mengukur tingkat ketercapaian
indikator pembelajaran dan mengumpulkan informasi perkembangan belajar siswa
pada berbagai aspek, aspek yang diukur meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif yang diwujudkan dengan adanya perubahan cara berfikir siswa, baik secara
individu maupun kelompok (Astuti et al., 2012). Penilaian yang dianjurkan oleh
kurikulum adalah penilaian yang tidak hanya terfokus pada penilaian aspek kognitif,
tetapi juga mencakup aspek afektif dan aspek psikomotorik (Dewi et al., 2013).
Proses penilaian harus dapat mengukur hasil belajar siswa baik dari aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik (Irsyad & Sukaesih, 2015). Penilaian yang dapat
mengukur semua aspek tersebut salah satunya adalah penilaian autentik (Nurjananto
& Kusumo, 2015).
Teknik penilaian diri ( self assessment) dan penilaian teman sejawat ( peer
assessment ) adalah salah satu teknik dalam penilaian autentik yang dapat digunakan
untuk mengukur sikap siswa (Majid, 2014). Penilaian diri atau self assessment dipilih
sebagai salah satu teknik dalam melakukan penilaian sikap dikarenakan teknik ini
terbukti efektif dalam mempengaruhi sikap positif siswa di dalam pembelajaran
(Basnet, 2011). Penerapan self assessment pada siswa bertujuan untuk memberikan
3
umpan balik kepada siswa agar siswa dapat memperbaiki sikap dan cara belajarnya
(Ardiana & Sudarmin, 2015). ), pendapat lain disampaikan oleh Cheung (2011), yang
menjelaskan bahwa dengan teknik penilaian self dan peer assessment siswa dapat
merefleksikan diri mereka dan rekan-rekan mereka sehingga diharapkan mereka
dapat merefleksikan sikap mereka dan meningkatkan sikap mereka ke arah yang
positif, terutama sikap mereka terhadap pembelajaran kimia.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengukur sikap siswa terhadap
ilmu pengetahuan, namun demikian sikap siswa terhadap ilmu kimia (attitude toward
chemistry) masih sangat terbatas (Kahveci, 2015). Pioner dari penelitian dengan topik
attitude toward chemistry adalah studi yang dikembangkan oleh Hosftein et al.
(1977) dengan objek penelitian siswa sekolah menengah israel yang berusia 16-18
tahun, penelitian tersebut memberikan hasil bahwa siswa mempunyai sikap lebih
positif terhadap mapel kimia dibanding dengan mapel fisika. Penelitian yang lain
dikembangkan di Yunani mencoba mengukur sikap siswa terhadap kesulitan, minat,
manfaat mata pelajaran kimia, dan pentignya kimia dalam kehidupan siswa (Salta &
Tzougraki, 2004). Mengingat masih terbatasnya penelitian tentang pengembangan
instrumen penilaian sikap terhadap ilmu kimia (Kahveci, 2015), maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan instrumen penilaian sikap
terhadap ilmu kimia (attitude toward chemistry ). Fokus penelitian ini adalah untuk
mengukur bagaimana pengaruh pembelajaran kimia terhadap sikap positif siswa
SMA, baik dalam kehidupan sehari-harinya, dalam proses pembelajaran maupun
dalam kegaitan praktikum. Sikap terhadap kimia yang dikembangkan mengacu pada
4
dimensi sikap yang dianjurkan oleh BSNP (2006) dan pengembangan sikap oleh
Harlen (1996), serta pengembangan sikap disesuaikan dengan kebutuhan.
Sikap terhadap pembelajaran kimia (attitude toward chemistry) akan nampak
apabila siswa dilibatkan dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah atau Problem
Based Learning (PBL) (Pratiwi et al., 2014). Problem Based Learning atau
pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang didasarkan pada
pemahaman konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar
dan pemecahan masalah autentik (Arends, 2007). Handayani et al. (2015) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa penyajian pembahasan permasalahan sebelum
mempelajari konsep yang dibutuhkan untuk penyelesaiannya sehingga masalah
menjadi basis dalam belajar. Penyelesaian masalah yang bersifat kompleks dan
diselesaikan dalam beberapa pertemuan, pada setiap pertemuan sikap siswa terhadap
kimia dilatih sehingga dapat mempengaruhi sikap siswa. Nakhleh (1993),
berpendapat bahwa keberhasilan dalam memecahkan masalah kimia harus
menunjukkan penguasaan konsep kimia, sementara menurut Ram (1999), Wilkonson
& Maxwell (1991) pemecahan masalah memotivasi siswa dan mendorong sikap
disiplin. Adesoji (2008), menjelaskan bahwa pengembangan strategi pemecahan
masalah adalah sarana dasar mengubah siswa terhadap ilmu pengetahuan. Penelitian
Pratiwi (2014) memberikan hasil bahwa melalui pembelajaran berbasis masalah sikap
yang dikembangkan, yaitu meliputi teliti, rasa ingin tahu, kemampuan
5
berkomunikasi, kerja keras dan menyampaikan pendapat mencapai ketuntasan
klasikal sebesar 86,29%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Akinoglu & Ruhan
(2007) memberikan hasil bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
memberikan dampak positif terhadap prestasi akademik siswa dan sikap mereka
terhadap ilmu pengetahuan. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) diharapkan dapat meningkatkan sikap siswa terhadap ilmu kimia apabila
diterapkan dalam pembelajaran kimia termasuk penyusunan instrumennya terutama
instrumen penilaian sikap. Mata pelajaran kimia kelas XI semester genap terdapat
beberapa standar kompetensi (SK), salah satunya adalah SK 4 yaitu memahami sifat-
sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. Pada SK 4 terdapat
beberapa kompetensi dasar (KD) salah satunya adalah KD 4.5 yaitu menentukan jenis
garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan pH larutan garam tersebut. KD 4.5 ini
mempelajari pokok bahasan mengenai garam hidrolisis (BSNP, 2006). Garam
hidrolisis adalah salah satu materi kimia yang memiliki konsep-konsep yang
berhubungan dengan pokok bahasan sebelumnya maupun konsep-konsep yang ada
dalam materi garam hidrolisis saling berkaitan baik secara teoritis maupun matematis
dalam penyelesaian soal. Materi garam hidrolisis juga memuat permasalahan faktual
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari sehingga materi sesuai untuk
mengaplikasikan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning dalam
meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran kimia (Apriani et al., 2015)
Observasi yang dilakukan di SMA N 2 Salatiga selama kegiatan Pengalaman
Praktek Lapangan (PPL) dan wawancara dengan guru mapel kimia memberikan hasil
6
bahwa di SMA N 2 Salatiga merupakan sekolah yang mengedepankan pendidikan
karakter bagi siswa-siswinya, namun demikian pihak sekolah belum menemukan
instrumen serta metode yang sesuai untuk menilai sikap siswa khususnya dalam
pembelajaran kimia. Penilaian sikap didasarkan pada nilai kognitifnya, jika nilai
kognitif baik maka sikap siswa juga baik. Instrumen khusus untuk menilai sikap
siswa juga belum dimiliki. Sebagian besar siswa-siswi juga belum dilibatkan dalam
proses penilaian. Rekapan wawancara dengan Guru Mapel Kimia SMA N 2 Salatiga
disajikan pada Tabel 1.1
No. Pertanyaan Jawaban
1. Panduan yang digunakan dalam
menyususn perangkat pembelajaran
dan instrumen penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 41 tahun 2007
tentang standar proses
2. Instrumen yang digunakan dalam
menilai sikap siswa
Lembar observasi
3. Dasar penilaian sikap siswa Pengamatan di dalam kelas, di
lingkungan dan di laboratorium.
Siswa yang rajin, aktif, santun dan
nilai kognitifnya baik maka nilai
afektifnya A.
4. Kesulitan dalam pengembangan
instrumen penilaian sikap
Sukar untuk melakukan
pengamatan karena jumlah siswa
yang harus di amati ada banyak.
5. Keterlibatan siswa dalam melakukan
penilaian
Siswa belum dilibatkan dalam
melakukan penilaian
6. Perlunya dikembangkan instrumen
penilaian afektif dalam pembelajaran
kimia dengan teknik peer dan self
assessment
Perlu dikembangkan
7
Berdasarkan permasalahan bahwa guru mapel kimia belum menemukan
instrumen penilaian sikap yang khusus untuk menilai sikap siswa terhadap ilmu kimia
dan pentingnya sebuah instrumen penilaian afektif dalam menilai sikap siswa
terutama dalam pembelajaran kimia maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengembangkan suatu penilaian afektif ( attitude toward chemistry ) dengan
menggunakan teknik peer dan self assessment yang efektif, efisien dan reliabel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik instrumen penilaian afektif ( attitude toward
chemistry ) dengan teknik peer dan self assessment yang dikembangkan?
2. Apakah instrument penilaian afektif (attitude toward chemistry) yang
menggunakan teknik peer dan self assessment sudah memenuhi kriteria valid dan
reliabel?
3. Apakah instrument penilaian afektif (attitude toward chemistry) yang
menggunakan teknik peer dan self assessment efektif meningkatkan sikap siswa
terhadap pembelajaran kimia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1. Mengkaji proses pengembangan instrumen penilaian afektif (attitude toward
chemistry ) dengan teknik peer dan self assessment.
8
2. Memperoleh inovasi instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry)
dengan teknik peer dan self assessment yang baru yang dapat mengukur sikap
siswa terhadap pembelajaran kimia.
3. Memperoleh instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry ) dengan
teknik peer dan self assessment yang dapat mengukur sikap siswa yang
memenuhi kriteria valid dan reliabel.
4. Memperoleh instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry ) yang efektif
meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran kimia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan instrumen
penilaian domain afektif (attitude toward chemistry ) yang efektif meningkatkan
sikap siswa terhadap pembelajaran kimia.
2. Manfaat Praktis
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1) Bagi Siswa
Segala persoalan yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
lebih memotivasi untuk memupuk sikap dan karakter yang lebih baik lagi.
9
2) Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat memandu guru
untuk menggunakan dan mengembangkan sendiri instrumen evaluasi
penilaian khususnya instrumen penilaian untuk domain afektif.
3) Bagi Sekolah
Instrument penilaian yang dikembangkan dapat dijadikan suatu alternatif
contoh alat evaluasi untuk mengukur sikap siswa pada pembelajaran kimia.
4) Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar masukan bagi penelitian lain
untuk mengembangkan instrumen penilaian afektif pada penelitian
selanjutnya
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Penilaian
Penilaian atau sering disebut dengan assessment merupakan kegiatan yang
mencakup semua proses pembelajaran. Kegiatan penilaian tidak terbatas pada
karakteristik peserta didik saja, tetapi juga menyangkut karakteristik metode
mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah. Instrumen penilaian
untuk peserta didik dapat berupa metode dan prosedur formal atau informal untuk
menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen penilaian dapat berupa
tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah dan
sebagainya. Penilaian disini juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
kemajuan belajar peserta didik (Depdiknas, 2008:3)
Gronlund & Linn (1990) menjelaskan penilaian merupakan proses
sistematis yang meliputi kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta
menginterpretasikan informasi agar dapat menentukan seberapa jauh seorang
siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Penilaian yang baik
harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam melakukan penilaian. Prinsip-prinsip
yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian antara lain : (1) proses
penilaian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran
11
( a part of, not a part from instruction ); (2) penilain harus mencerminkan masalah di
dunia nyata ( real world problem ), bukan dunia sekolah ( school work-kind of
problem); (3) penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; (4) penilaian harus
bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (baik sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan) ( Kusaeri, 2014 : 17). Penilaian dilakukan
sebagai upaya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan mengumpulkan
informasi perkembangan belajar siswa dalam berbagai domain. Domain yang diukur
meliputi domain kognitif, psikomotorik, dan afektif yang diwujudkan dengan adanya
perubahan cara berfikir siswa, baik secara individu maupun kelompok (Astuti et al.,
2012).
2.1.2 Penilaian Domain Afektif
2.1.2.1 Hakikat Penilaian Domain Kognitif, Psikomotorik, Afektif
Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek
kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut taksonomi Bloom
secara hierarkis terdiri atas mengingat (remember), memahami (comprehension),
menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan evaluasi
(evalution). Pada tingkat pengetahuan, peserta didik dituntut untuk menyatakan
jawaban atas pertanyaan dengan kata-katanya sendiri. Pada tingkat aplikasi, peserta
didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam suatu situasi yang baru.
Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam
12
beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat, dan
menemukan hubungan sebab dan akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut
merangkum suatu cerita, komposisi, hipotesis, atau teorinya sendiri, dan
mensintesiskan pengetahuan. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi
informasi, termasuk di dalamnya melakukan judgement 15 (pertimbangan) terhadap
hasil analisis untuk membuat keputusan (Depdiknas, 2008:6).
Kemampuan psikomotorik melibatkan gerak adaptif (adaptive movement) atau
gerak terlatih dan keterampilan komunikasi berkesinambungan (non-discursive
communication) (Depdiknas, 2008:6). Gerak adaptif terdiri atas keterampilan adaptif
sederhana (simple adaptive skill), keterampilan adaptif gabungan (compound adaptive
skill), dan keterampilan adaptif kompleks (complex adaptive skill). Kemampuan
komunikasi berkesinambungan mencangkup gerak expresif (expressive movement)
dan gerak intrepretatif (interpretative movement). Keterampilan adaptif sederhana
dapat dilatihkan dalam beberapa mata pelajaran, seperti bentuk keterampilan
menggunakan peralatan laboratorium . Keterampilan adaptif gabungan, ketrampilan
adaptif kompleks, dan ken komunikasi berkesinambuangan baik gerak ekspresif
maupun gerak interpretatif dapat dilatihkan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai-
nilai. Kondisi ini tidak dapat di deteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui
angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik
berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, sedangkan berkelanjutan
13
memiliki arti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus
(Depdiknas, 2008:7). Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar yang
memiliki peran yang sangat penting. Keberhasilan pada ranah kognitif dan
psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang
memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang
mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran
yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak
tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat
peserta didik. Pencapaian hasil belajar yang optimal, dalam mencapai program
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus
memperhatikan karakteristik afektif peserta didik (Depdiknas, 2008:2). Laporan hasil
belajar peserta didik, terhadap komponen pengetahuan yang umumnya representasi
aspek kognitif, komponen praktik yang melibatkan aspek psikomotorik dan
komponen sikap yang berkaitan dengan kondisi afektif peserta didik terhadap mata
pelajaran tertentu. Pelaksanaan penilaian dan evaluasi pada domain afektif ini
mengacu pada teori taksonomi pembelajaran dari Bloom. Bloom mengkategorikan
domain afektif dimulai dari perilaku yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks, Taksonomi Bloom untuk domain afektif dapat dilihat pada Tabel 2.1
14
No Kategori Penjelasan Kata Operasional
1. Receive/
Menerima
Kemampuan untuk menerima
stimulus atau rangsang dari luar
yang datang kepada dirinya
dalam bentuk masalah, situasi,
dan gejala yang termasuk dalam
jenjang ini adalah keinginan dan
kesadaran untuk menerima
stimulus, mengontrol atau
menyeleksi gejala-gejala dan
rangsangan yang datang dari
luar.
Menanyakan,
memilih,
mendeskripsikan,
memberikan,
mengikuti,
menyebutkan
2. Respond/
Menanggapi
Kemampuan berpartisipasi aktif
dalam pembelajran dan selalu
termotivasi untuk segera
bereaksi atau mengambil
tindakan atas suatu kejadian
Menjawab,
membantu,
menaati,
memenuhi,
menyetujui,
mendiskusikan,
membaca,
melaporkan,
menceritakan
3. Value/Menilai Kemampuan menunjukkan nilai
yang dianut untuk membedakan
mana yang baik dan kurang baik
terhadap suatu kejadian atau
objek, dan nilai tersebut
diekspresikan ke dalam perilaku
Memilih,
membedakan,
mengikuti,
mengusulkan,
menolak
4. Organize/
Mengorganisasi
Kemampuan menyatukan nilai-
nilai yang berbeda,
menyelesaikan atau
memecahkan masalah,
membentuk suatu sistem
Mengubah,
mengatur,
menggabungkan,
membandingkan,
mempertahankan,
menggabungkan,
membandingkan,
mempertahankan,
menggeneralisasi,
dan memodifikasi
5. Characterize/
Mengkarakterisasi
Kemampuan mengendalikan
perilaku berdasarkan nilai yang
dianut dan memperbaiki
hubungan intrapersonal dan
interpersonal dan sosial.
Melakukan,
melaksanakan,
memperlihatkan,
menunjukkan,
mempengaruhi,
mempraktekkan
Tabel 2.1 Taksonomi Bloom untuk Domain Afektif
15
Taksonomi Bloom yang memuat jenjang soal ini selanjutnya dikembangkan menjadi
indikator. Indikator didefinisikan sebagai tolak ukur ketercapaian suatu kompetensi
dasar, indikator dirumuskan dengan menggunkan kata kerja operasional yang dapat
diukur. Indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik, yang
dapat diamati atau diobservasi oleh guru sebagai representasi sikap yang dinilai
(Majid, 2014). Indikator sikap yang dikembangkan oleh Harlen dapat dilihat pada
Tabel. 2. 2
Sikap yang dinilai Contoh Indikator
Sikap ingin tahu 1. Antusias mencari jawaban
2. Perhatian pada objek yang diamati
3. Antusias pada proses sains
4. Menanyakan setiap langkah kegiatan
5.
Sikap berpikir kritis
a.
1. Menanyakan setiap perubahan/hal baru
2. Mengulangi kegiatan yang dilakukan
3. Tidak mengabaikan data meskipun kecil
4.
b. Sikap berpikiran terbuka
dan kerjasama
1. Menghargai pendapat/ temuan orang lain
2. Mau merubah pendapat jika data kurang
Menerima saran dari teman
Tidak merasa selalu benar
Menganggap setiap kesimpulan adalah alternatif
Berpartisipasi aktif dalam kelompok
c. Sikap peka terhadap
lingkungan sekitar
Perhatian terhadap peristiwa sekitar.
Partisipasi pada kegiatan sosial.
Menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
d. Respek terhadap
data/fakta
Obyektif/jujur.
Tidak memanipulasi data.
Tidak purbasangka.
Mengambil keputusan sesuai fakta.
Tidak mencampur fakta dengan pendapat
Tabel 2.2 Indikator Sikap yang Dikembangkan oleh Harlen
16
2.1.2.2 Karakteristik Domain Afektif
Karakteristik afektif yang penting ada empat yaitu sikap, minat, konsep diri,
dan nilai.
2.1.2.2.1 Sikap
Fishbein dan Ajzan (1975) menjelaskan bahwa sikap adalah suatu
presdisposisi yang dipelajari untuk menanggapi secara positif atau negatif terhadap
suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Obyek sekolah adalah siswa terhadap
sekolah, sikap siswa terhadap mata pelajaran, ranah siswa ini penting untuk
ditingkatkan ( Popham, 1996). Sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran kimia
harus lebih positif dibandingkan sebelum mengikuti pembelajaran kimia. Perubahan
sikap ini yang menjadi indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
2.1.2.2.2 Minat
Getzel (1966) menjelaskan bahwa minat adalah sutu disposisi yang
terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh
obyek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan melalui tujuan pencapaian.
Minat merupakan krakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia minat adalah kecenderungan yang tinggi dari hati terhadap
sesuatu.
2.1.2.2.3 Konsep Diri
Konsep diri menurut Smith adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki olehnya. Konsep diri bermanfaat untuk
17
membantu siswa mengetahui kekurangan, kelemahan, serta kekutan diri sendiri,
sehingga ini penting untuk menentukan jenjang karir siswa. Konsep diri juga penting
bagi sekolah untuk memotivasi peserta didik untuk belajar dengan tepat
2.1.2.2.4 Nilai
Rokeach (1968) menjelaskan, nilai adalah suatu keyakinan yang dalam
tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan dianggap jelek.
Adersen juga menjelaskan bahwa target nilai cenderung menjadi ide, tetapi sesuai
dengan definisi sebelumnya oleh Rokeach, target dapat juga berupa sesuatu seperti
sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat pula menjadi negatif selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai
yang diacu.
Instrumen yang dikembangkan berfokus pada pengukuran sikap terhadap
pembelajaran kimia, dari keempat karakteristik domain afektif yang meliputi sikap,
minat, konsep diri dan nilai. Karakteristik sikap dipilih karena, sikap terutama sikap
ilmiah dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa terhadap suatu kejadian, gejala
serta prinsip-prinsip dalam sains, jadi dengan mengembangkan sikap positif terhadap
mata pelajaran kimia, konsep ilmu kimia juga akan dikuasai (Juhanda et al. , 2015).
2.1.3 Attitude Toward Chemistry
Sikap terhadap ilmu pengetahuan berkaitan dengan perasaan positif atau
negatif terhadap ilmu pengetahuan (Can, 2012). Attitude toward Chemistry dapat
didefinisikan sebagai sikap positif ataupun negatif terhadap pembelajaran kimia.
Sikap merupakan hasil yang dianggap penting dari kegiatan pembelajaran seperti
18
halnya prestasi akademik. Beberapa studi telah menjelaskan bahwa pembangunan
sikap positif siswa terhadap pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi
akademiknya (Khan & Ali, 2012). Pengaruh tersebut dapat diketahui dengan cara
melakukan penilaian pada sikap siswa terhadap pembelajaran kimia.
Mahdi (2014) menjelaskan bahwa ada empat aspek yang digunakan untuk
menilai sikap siswa terhadap pendidikan kimia aspek tersebut antara lain persepsi
terhadap kimia, pemahaman konsep pengetahuan kimia, pemahaman aplikasi ilmu
kimia, dan karir. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
meliputi dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Masing – masing
terdiri dari beberapa pernyataan atau pun pertanyaan. Contoh kuesioner penilaian
sikap terhadap ilmu kimia dapat dilihat pada Tabel 2.3
No Pernyataan Skor
3 2 1
1. Kimia adalah mata pelajaran yang mudah
2. Kimia adalah mata pelajaran yang sulit
3. Kimia adalah mata pelajaran yang menarik
4. Adanya perhitungan matematika di kimia membuat kimia tidak
mudah dipahami
5. Ada terlalu banyak rumus kimia yang sulit untuk diingat
6. Adanya kegiatan praktikum di dalam kimia, membuat saya tertarik
mengambil kimia
7. Kimia adalah mata pelajaran yang menantang, itu sebabnya saya
menyukai kimia
8. Kimia adalah mata pelajaran yang membosankan, oleh sebab itu saya
tidak menyukainya
9. Tidak mudah untuk mengingat fakta-fakta dan menghubungkannya
dengan istilah dalam kimia
10. Sangat sulit untuk memahami konsep dan prinsip-prinsip kimia.
11. Sulit untuk menarik pengetahuan untuk menunjukkan pemahaman
tentang penggunaan ilmu kimia yang bermanfaat bagi masyarakat
12. Tidak mudah untuk menyeleksi, mengatur dan menyajikan informasi
Tabel. 2.3 Contoh Kuesioner Penilaian Sikap Terhadap Ilmu Kimia
19
Cheung (2011) mengembangkan sebuah instrumen untuk mengukur sikap
siswa terhadap pelajaran kimia berdasarkan tiga kelas tanggapan sikap yang diberi
istilah Attitude Toward Chemistry Lesson Scale (ATCLS) yang bisa didefinisikan
menjadi skala sikap terhahap pelajaran kimia. ATCLS dikembangkan dalam beberapa
tahap, skala yang asli berisi 20 item dengan format Likert. Siswa menanggapi item
pada skala rating 7 dengan label sangat tidak setuju, cukup tidak setuju , sedikit tidak
setuju, tidak yakin, sedikit setuju, cukup setuju, dan sangat setuju. Tes keandalan dan
analisis faktor konfirmatori mengakibatkan kuesioner dikerucutkan menjadi 12 item
yang terbagi menjadi 4 subskala yang masing-masing berisi 3 item. Subskala pertama
berfokus pada perasaan siswa terhadap teori pelajaran kimia di sekolah, subskala
kedua mengukur apakah siswa menyukai pembelajaran kimia di laboratorium
sekolah. Subskala ketiga adalah kognitif di alam dan mengevaluasi tentang
bagaimana pentingnya dan bagaimana guna nya ilmu kimia. Subskala keempat
tentang kimia secara jelas dan logis
13. Menjelaskan dan menginterpretasikan prinsip dan konsep ilmu kimia
itu tidak mudah
14. Kimia dalah mata pelajaran yang sulit dan menyajikan data tentang
kimia itu tidak mudah
15. Untuk menerapkan pengetahuan kimia dan memahami situasi yang
akrab dan asing memerlukan waktu yang lama
16. Sangat sulit untuk membuat hubungan antara topik-topik yang
berbeda
17. Saya mempertimbangkan untuk mengambil kimia karena ilmu kimia
akan membantu di kehidupan sehari-hari
18. Saya mempertimbangkan mengambil kimia untuk pekerjaan saya di
masa depan
19. Guru-guru di GCSE (General Certificate of Secondary Education)
20. Mengetahui bahwa akan ada banyak bantuan yang
ditawarkan oleh guru-guru dan sekolah membantu
saya untuk memutuskan apakah akan mengambil kimia.
20
berkaitan dengan kecenderungan perilaku siswa di sekolah. Empat subskala dan item
Cheung dapat dilihat pada Tabel 2.4
2.1.4 Self dan Peer Assessment
Kompleksitas model pembelajaran yang diterapkan seyogyanya diikuti dengan
pengguanaan penilaian yang kompleks, sehingga semua aspek siswa dapat diukur,
dan penilaian autentik dapat digunakan sebagai alternatif dalam melakukan penilaian.
Subskala Item
Suka teori pelajaran kimia Q1. Saya menyukai kimia lebih dari mata pelajaran lain
yang ada di sekolah
Q.5 Kimia adalah pelajaran yang menarik
Q.9 Kimia adalah salah satu mata pelajaran favorit saya
Suka bekerja di
laboratorium kimia
Q.2 Saya suka melakukan percobaan kimia
Q.6 Ketika saya bekerja di Laboratorium kimia, saya
merasa saya sedang melakukan sesuatu yang penting
Q. 10 Melakukan percobaan kimia di sekolah sangat
menyenangkan
Evaluasi keyakinan tentang
kimia
Q3. Kimia sangat berguna untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
Q7. Masyarakat harus memahami kimia, karena kimia
membawa pengaruh bagi kehidupan
Q11. Kimia adalah salah satu ilmu yang sangat penting
untuk dipelajari
Kecenderungan sikap untuk
belajar kimia
Q.4 Saya akan menghabiskan lebiha banyak waktu
untuk membaca buku kimia.
Q.8 Saya suka mencoba menyelesaikan permasalahan-
permasalahan baru dalam kimia
Q.12 Apabila saya punya kesempatan saya akan
melakukan proyek dalam kimia
Tabel 2.4 Empat Subskala dan Item Cheung
21
Jenis penilaian atau assessment yang dapat dikembangkan antara lain peer dan self
assessment (Astuti et al., 2012).
Self assessment adalah penilain yang dilakukan melalui analisis terhadap diri
sendiri, sementara peer assessment adalah penilaian yang dilakukan oleh teman
sejawat. Boud (1992) menjelaskan, penilaian teman sejawat merupakan bentuk
alternatif penilaian yang melibatkan siswa untuk memutuskan apakah nilai dari teman
- teman mereka telah memberikan kontribusi untuk proses pembelajaran. Model
penilaian afektif berbasis self dan peer assessment adalah model penilaian inovatif
yang sedang dikembangkan di dunia pendidikan karena model penilaian ini dapat
memberikan dampak positif terhadap perkembangan kepribadian siswa (Muslich,
2014). Self assessment mengembangkan keterampilan siswa dan kesadaran kritis
yang memungkinkan siswa mampu untuk mengelola diri, dan mengidentifikasi
langkah-langkah selanjutnya dalam belajar dan untuk bergerak maju. Penilaian teman
sejawat atau peer assessment menawarkan umpan balik anatar siswa dan
memungkinkan siswa untuk membuat perbandingan satu sama lain. Manfaat lain dari
peer dan self assessment siswa termotivasi untuk belajar dan bersikap dengan baik
karena siswa terlibat langsung dalam penilain sehingga mereka mengetahui aspek-
aspek saja yang dinilai (Luca & Mcloughlin, 2013). Kelebihan dan manfaat yang
didapatkan dari teknik penilaian peer dan self assessment inilah yang dijadikan dasar
penilaian ini sebagai teknik yang dipilih untuk melakukanpengukuran sikap terhadap
pembelajaran kimia.
22
2.1.5 Validitas dan Reliabilitas
Validitas merupak ukuran valid tidaknya sutau instrumen penilaian. Suatu
instrumen dikatakan valid jika instrumen penilaian mampu mengukur apa yang akan
diukur (Ghozali, 2013). Instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila
instrumen dapat menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan tujuan pengukuran tersebut (Matondang, 2009). Validitas suatu
instrumen berhubungan dengan tingkat akurasi dari suatu alat terhadap penilaian yang
dilakukan. Pengujian validitas menurut Sugiyono (2012) meliputi :
1. Pengujian Validitas Konstrak (Construck Validity)
Pengujian validitas konstrak menggunakan pendapat dari para ahli (judgment
experts). Para ahli dimintai pendapat mengenai instrumen yang telah dikembangkan,
selanjutnya para ahli akan memberikan keputusan apakah instrumen dapat digunakan
tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan ataukah dirombak total. Jumlah pakar yang
digunakan minimal tiga orang dan pada umumnya par ahli merupakan pakar pada
bidang instrumen penilaian.
2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Pengujian validitas ini dilakukan pada instrumen penilaian berbentuk tes,
pengujian dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi
pelajaran yang diajarkan. Secara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen penilaian, atau matrik
pengembangan instrumen. Kisi-kisi tersebut memuat variabel yang diteliti, indikator
23
sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah
dijabarkan dari indikator.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan ( untuk mencari
kesamaaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang
terjadi di lapangan. Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang
tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas ekstenal yang tinggi
pula. Penelitian mempunyai validitas eksteernal bila hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti.
Instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) ini menggunakan
validitas isi expert judgement pakar instrumen untuk mendapatkan kevalidan suatu
instrumen penilaian yang diinginkan sesuai dengan tujuan penilaian. Kevalidan
instrumen penilaian dari pakar diharapkan dapat digunakan untuk penilaian sikap
siswa terhadap pembelajaran kimia.
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu instrumen
penilaian mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika instrumen tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2006). Pelaksanaan untuk menguji
reliabilitas suatu instrumen ada lima cara yang meliputi:
1. Reliabilitas Tes Tunggal (Internal Consistency Reliability)
Tes tunggal merupakan tes yang dilakukan terhadap sekelompok subyek
dengan satu kali uji tes, sehingga hanya diperoleh satu kelompok data. Teknik
perhitungan reliabilitas dibagi menjadi dua, yaitu :
24
1) Teknik Belah Dua (Split-Half Technique).
Teknik belah dua dilakukan dengan cara membagi tes menjadi dua bagian
yang relatif sama, sehingga masing-masing test mempunyai dua macam skor, yaitu
skor belahan pertama dan skor belahan kedua
2) Teknik Non Belah Dua (Non Split-Half Technique).
Koefisien reliabilitas dengan menggunakan teknik belah dua memiliki
kelemahan yaitu banyaknya butir soal harus genap dan dapat dilakukan dengan cara
yang berbeda sehingga menghasilkan nilai yang berbeda. Teknik non belah dua ini
dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Perhitungan koefisien
reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson.
2. Tes ulang (test retest)
Tes ulang (test retest) merupakan uji reliabilitas instrumen penilian yang
dilakukan beberapa kali terhadap responden. Instrumen penilaian dikatakan reliabel
apabila hasil uji pertama dan kedua memiliki nilai yang relatif tetap.
3. Tes ekuivalen (alternate test).
Instrumen tes ekuivalen merupakan pertanyaan yang berbeda dalam segi
bahasa tetapi maksud dari isinya sama. Instrumen ini diujikan sekali denga dua
instrumen yang berbeda pada responden yang sama. Reliabilitas instrumen dihitung
dengan mengkorelasikan antara instrumen yang satu dengan instrumen data yang
ekuivalen.
25
4. Gabungan
Instrumen tes gabungan dilakukan dengan cara menguji instrumen yang
ekuivalen secara berulang dengan responden yang sama. Reliabilitas instrumen
dengan cara mengkorelasikan dua instrumen tersebut pada pengujian kedua dan
seterusnya.
5. Internal consistency
Internal consistency merupakan pengujian reliabilitas dengan cara mengujikan
instrumen satu kali, kemudian data dianalisis dengan teknik tertentu. Analisis data ini
dapat menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR.20,
KR.21 dan Anova Hoyt (Sugiyono, 2012).
Instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) dengan teknik self dan
peer assessment ini menggunakan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach.
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
Ma’murah et al. (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan instrumen evaluasi pembelajaran IPA terpadu berbasis ICT yang
memounyai kriteria valid, baik dan praktis. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian dan pengembangan (Research and Development), yaitu metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefekifan produk
tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat
memenuhi kriteria valid, efektif dan praktis. Kontribusi penelitian tersebut terhadap
26
penelitian yang akan dilakukan adalah, metode penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan instrumen penilaian ini yaitu metode Research and Development
akan digunakan untuk mengembangkan instrumen penilaian afektif memodifikasinya
sesuai dengan kebutuhan.
Cheung (2011) mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur sikap siswa
sekolah menengah terhadap pelajaran kimia dengan menggunakan Attitude Toward
Chemistry Lesson Scale (ATCLS). Attitude Toward Chemistry Lesson Sclae
merupakan kuesioner yang mencakup 4 subskala yang masing-masing berisi 3 item.
Subskala pertama berfokus pada perasaan siswa terhadap teori pelajaran kimia di
sekolah, subskala kedua mengukur apakah siswa menyukai pembelajaran kimia di
laboratorium sekolah. Subskala ketiga adalah kognitif di alam dan mengevaluasi
tentang bagaimana pentingnya dan bagaimana guna nya ilmu kimia. Subskala
keempat berkaitan dengan kecenderungan perilaku siswa di sekolah. Keempat
subskala ini yang akan diadaptasi untuk pembuatan kuesioner untuk menilai respon
siswa terhadap pembelajaran kimia.
Penelitian Mahdi (2014) yang berjudul “ Student Attitude towards Chemistry :
an Eximination of Choices and Preferences “ . penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk menyelidiki apa yang membuat siswa memilih atau tidak memilih kimia dan
menyelidiki faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pelajaran kimia. Mahdi (2014)
menjelaskan ada empat aspek untuk menilai sikap siswa terhadap pendidikan kimia
termasuk persepsi siswa terhadap kimia, pemahaman konsep ilmu kimia, aplikasi
ilmu kimia, serta pemahaman dan karir. Tehnik yang digunakan untuk mengukur
27
semua aspek tersebut adalah tehnik angket atau kuesioner. Hasil penelitian tersebut
adalah rentang nilai rata-rata antara 2,33 ( pilihan tidak yakin ) hingga 1.5 (pilihan
setuju). Persepsi siswa terhadap kimia menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
setuju bahwa kimia adalah mata pelajaran yang menarik (pernyataan 3A; 23, atau
63.9%), terlalu banyak rumus kimia yang sulit untuk diingat (pernyataan 5A, 22, atau
61.1%), kimia mata pelajaran yang menantang (pernyataaan 7A, 21, atau 58.3%).
Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa siswa-siswa memberikan respon
positif terhadap sebagian besar pernyataan yang mendukung pendidikan, meskipun
kimia dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit. Hasil analisis angket
menunjukkan bahwa kimia dalah mata pelajaran yang menarik dan tidak
membosankan. Kontribusi dari penelitian ini terhadap penelitian yang akan dilakukan
adalalah kuesioner yang dikembangkan oleh mahdi akan diadaptasi untuk menilai
respon siswa terhadap pembelajaran kimia, dari 20 butir pernyataan dalam angket
akan dimabil 13 pernyataan untuk diadaptasi.
Luca & Mcloughlin (2013) dalam penelitiannya mencoba mengembangkan
keterampilan dalam pendidikan. Keterampilan ini meliputi keterampilan tim,
kemampuan memecahkan masalah, keterampilan pengambilan keputusan,
kemampuan komunikasi, keterampilan literasi informasi, dan manajemen waktu.
Pengembangan keterampilan tersebut, peserta didik harus terlibat dalam tugas-tugas
yang akan membantu siswa merefleksikan kesuksesan mereka sendiri dalam
menyelesaikan tugas. Literatur tentang belajar dan pengaturan diri dan mandiri.
Penilaian sejawat adalah strategi penting yang digunakan untuk membantu
28
mengembangkan keterampilan ini serta membantu untuk mempromosikan,
mentransfer keterampilan untuk tempat kerja.. Kontribusi dari penelitian ini terhadap
penelitian yang akan dilakukan adalah teknik penilaian diri (self assessment) dan
penilaian teman sejawat (peer assessment), teknik ini dipilih karena dengan teknik
penilaian ini siswa dapat merefleksikan diri mereka dan rekan-rekan mereka sehingga
diharapkan mereka dapart merefleksikan sikap mereka dan meningkatkan sikap
mereka ke arah yang positif, terutama sikap mereka terhadap pembelajaran kimia.
Muslich (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan
model penilaian afektif yang sesuai dengan kurikulum karena fakta dilapangan masih
banyak guru yang belum melakukan penilaian sesuai dengan petunjuk penilaian
efektif. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian
yang berusaha merancang dan menerapkan suatu model penilaian afektif dengan
menggunakan spesifikasi tertentu sehingga dapat meningkatkan proses dan hasil
pendidikan yang lebih baik.. Muslich (2014) menerapkan teknik Peer dan Self
Assessment untuk melakukan penilaian sikap. Teknik ini dipilih karena Peer dan Self
Assessment memberikan beberapa keuntungan, diantaranya dapat menumbuhkan rasa
percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk mengevaluasi dan
menilai dirinya sendiri, peserta didik menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya,
karena ketika mereka melakukan penilaian harus melakukan introspeksi terhadap
kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya dan dapat mendorong, membiasakan, dan
melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk objektif
dalam melakukan penilaian. Kontribusi penelitian ini untuk penelitian yang akan
29
dilakukan adalah teknik penilaian Peer dan Self Assessment akan digunakan untuk
melakukan penilaian sikap.
Astuti et al. (2012) mengembangkan sebuah instrumen asesmen autentik
untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran dalam semua aspek.
Pengembangan instrumen ini dilakukan atasa dasar bahwa asesmen seharusnya
dilakukan sebagai upaya untuk mengukur tingkat ketercapaian indikator
pembelajaran dan mengumpulkan informasi perkembangan belajar siswa pada
berbagai aspek, aspek yang diukur meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif
yang diwujudkan dengan adanya perubahan cara berfikir siswa, baik secara individu
maupun kelompok. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa asesmen hanya dilakukan
pada tingkat kognitifnya saja. Metode yang digunakan untuk mengembangkan
instrumen ini adalah jenis R & D (Research & Development) . R & D yang dilakukan
mengacu pada Sugiyono (2011) dengan modifikasi sesuai kebutuhan penelitian.
Efektivitas instrumen asesmen dihitung melalui perubahan hasil belajar siswa,
penghitungan peningkatan nilai tes menggunakan indeks gain dan pengaruh posistif
instrumen terhadap hasil belajar menggunakan analisis regresi ganda. Penelitian
tersebut memberikan hasil bahwa instrumen yang digunakan lyak digunakan dan
intrumen mempunyai reliabilitas 0,999, berdasarkan uji efektivitas, instrumen efektif
meningkatkan hasil belajar siswa. Kontribusi penelitian tersebut terhadap penelitian
yang akan dilakukan adalah penelitian tersebut menguatkan bahwa penilaian
seharusnya tidak hanya mencakup aspek kognitif saja, akan tetapi aspek psikomotor
dan afektif juga harus dilakukan.
30
2.3 Kerangka Berfikir
Penilaian merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan dan proses
pelaksanaan pembelajaran. Kondisi riil sekolah dan indikator pembelajaran dalam
pencapaian standar kompetensi menjadi acuan penggunaan berbagai metode dan
prosedur penilaian yang digunakan. Penilaian dilakukan utnuk mengukur tingkat
ketercapaian indikator pembelajaran dan mengetahui perkembangan belajar siswa.
Aspek yang diukur meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Realitanya
menunjukkan bahwa penilaian yang telah dilaksanakan cenderung terpusat pada
aspek kognitif saja. Kondisi ini lah yang menyebabkan penilaian pada aspek lain
terutama pada aspek afektif belum sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
Observasi yang dilakukan di SMA N 2 Salatiga memberikan hasil bahwa guru
belum menemukan cara yang tepat untuk melaksanakan penilaian pada domain
afektif, akibatnya penilaian pada domain afektif belum sesuai dengan prosedur yang
ditentukan.
Domain afektif yang meliputi minat, sikap, konsep diri dan nilai merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ketercapaian hasil belajar, karena
ketercapaian hasil belajar pada aspek lain ( kognitif dan psikomotorik ) sangat
dipengaruhi oleh minat siswa terhadap belajar. Penilaian pada domain menjadi
penting untuk mengetahui sikap siswa di dalam pembelajaran kimia dan perubahan
sikap yang dialaminya setelah mengikuti pembelajaran. Keterlibatan siswa di dalam
proses penilaian juga dapat memotivasi siswa untuk belajar dan bersikap lebih baik.
Teknik penilaian yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses penilaian
31
adalah self dan peer assessment, maka dari itu perlu dikembangkan instrumen
penilaian domain afektif dengan teknik peer . Kerangka Berpikir Pengembangan
Instrumen dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengembangan Instrumen
Analisis intrumen
penilaian afektif di
SMA N 2 Salatiga
Analisis kesulitan guru
dalam penyususnan
instrumen afektif
Analisis kondisi
sekolah terutama sarana
dan prasarana
Analisis instrumen
penilaian afektif yang
sesuai dengan prosedur
yang ditentukan
Perumusan masalah tentang
instrumen penilaian domain
afektif
Perumusan desain instrumen
penilaian domain afektif
Validasi pakar, uji coka skala
kecil, revisi desain instrumen
penilian domain afektif
Validasi pakar, uji coba skala
besar, revisi desain instrumen
penilaian domain afektif
Pelaksanaan pengukuran
domain afektif di SMA N 2
Salatiga
Instrumen penilaian domain
afektif yang valid,reliable, dan
efektif
72
BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian
pengembangan instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) dengan
teknik self dan peer assessment adalah sebagai berikut ini:
1) Instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) mempunyai
karakteristik menggunakan teknik self dan peer assessment dalam
pelaksanaan pengukurannya. Instrumen penilaian afektif yang dikembangkan
merujuk pada model penelitian pengembangan Four-D, dan dengan
memodifikasi langkah-langkah pengembangan instrumen afektif Mardapi.
Langkah –langkah pengembangan instrumen penilaian afektif (attitude
toward chemistry) hasil modifikasi tersebut meliputi 1) tahap define yang
terdirir dari analisis kebutuhan dan analisis teoretis dan praktis 2) tahap
design yang terdiri dari: penentuan spesifikasi instrumen penilaian; penentuan
skala instrumen; penentuan sistem penskoran; 3) tahap develop yang terdiri
dari: penulisan instrumen penilaian; validasi instrumen penilaian; melakukan
uji coba; analisis instrumen penilain; 4) tahap dissemination yang terdiri dari
pelaksanaan pengukuran dan penafsiran hasil pengukuran.
2) Instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) yang telah divalidasi
oleh ahli instrumen dinyatakan layak dan dapat digunakan untuk mengukur
sikap siswa terhadap pembelajaran kimia. Kelayakan tersebut dibuktikan
73
dengan instrumen penilaian mendapatkan skor 12 dari ketiga validator, dan
berdasarkan pada skoring kriteria, perolehan skor antara10 sampai dengan 13
berarti instrumen dinyatakan valid atau layak.
3) Instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) untuk mengukur sikap
siswa terhadap pembelajaran kimia pada kegiatan pembelajaran, kegiatan
praktikum, dan kehidupan sosial secara berturut mempunyai nilai reliabilitas
0,708; 0,73; 0,78. Nilai reliabilitas semua instrumen penilaian lebih dari 0,7,
sehingga instrumen penilaian afektif (attitude toward chemistry) reliabel
digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap pembelajaran kimia.
4) Pelaksanaan uji coba skala besar persentase siswa yang memperoleh sikap
baik, pada pembelajaran, kegiatan praktikum, dan kehidupan sosial secara
berturut-turut 68,42%, 75%, 84,21%. Persentase siswa yang masuk kategori
sikap baik pada kelas implementasi untuk instrumen yang sama secara
berturut-turut 84%, 82%, dan 90%. Artinya ada peningkatan pencapaian,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan instrumen penilaian
afektif (attitude toward chemistry) dengan teknik self dan peer assessment
efektif dapat meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran kimia.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diberikan dalam penelitian
sebagai berikut;
74
1) Diharapkan melakukan kajian lebih dalam terhadap instrumen penilaian
afektif (attitude toward chemistry) untuk mendapatkan kualitas instrumen
yang lebih baik pada penelitian selanjutnya.
2) Diharapkan guru mengimplementasikan instrumen penilaian afektif (attitude
toward chemistry) denga teknik self dan peer assessmnet untuk mengukur
sikap siswa terhadap pembelajaran kimia.
75
DAFTAR PUSTAKA
Adesoji, S.A., 2008. Managing Student's Attitude Towards Science Through
Problem-Solving Instructional Strategy. Journal of Anthropologist, X(1):
21-24.
Akinoglu, O. & Ruhan, O., 2007. The Effects of Problem Based Active Learning
In Science Education On Student's Academic Achievment, Attitude and
Concept Learning. Educational Journal, III(1): 71-81.
Apriani, D., Rudibyani, R.B. & Sofya, E., 2015. Model Problem Solving dalam
Meningkatkan Kemampuan Memfokuskan Pertanyaan Pada Materi
Hidrolisis. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, IV(2): 442-55.
Ardiana, M. & Sudarmin, 2015. Penerapan Self Assessment untuk Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, IX(01): 1459-67.
Arends, R.I., 2007. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill Companies.
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Astuti, W.P., B., P.A.P. & Rahayu, E.S., 2012. Pengembangan Instrumen
Asesmen Autentik Berbasis Literasi Sains Pada Materi sistem Ekskresi.
Lembaran Ilmu Kependidikan, XLI.
Basnet, B., 2011. Is Self-Assessment Effective In Enhancing Student Learning ?
In AAEE Conference. Fremantle
Can, H.b., 2012. Student's Attitude toward School Chemistry : The Effect of
Interaction Between Gender and Grade Level. Asia-Pasific Forum and
Science Learning and Teaching, XIII(1).
Cheung, D., 2011. Evaluating Student Attitudes toward Chemistry Lesson to
Enhance Teaching In The Secondary School. Educacion Quimica,
XXII(2): 117-22.
Dewi, N.L., Nyoman, D. & Sadia, I.W., 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA. Jurusan
Pendidikan Dasar, III.
Ghozali, I., 2013. Aplikasi Analisis Multivariative dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
76
Gronlund, N.E. & Linn, R.L., 1990. Measurement and Evaluation in Teaching.
New York: MacMillan Puplishing Company.
Handayani, D.A.T., Karyasa, W. & Suardana, N., 2015. Komparasi Peningkatan
Pemahaman Konsep dan Sikap Ilmia siswa SMA yang Dibelajarkan
dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based
Learning. V.
Harlen, W., 1992. Teaching of Science. London: David Fulton Publisher.
Hofstein, A. & Naaman, R.M., 2011. High-School Students Attitudes Toward and
Interest In Learning Chemistry. Educacion Quimica.
Irsyad, M. & Sukaesih, S., 2015. Pengembangan Asesmen Autentik Pada Materi
Interaksi Makhluk Hidup dengan Lingkungan untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Unnes Science Education Journal, IV.
Juhanda, A., Wulan, A.R. & Fitriani, a., 2015. Pengembangan Assessmen
Portofolio Elektronik (APE) dalam Menilai Sikap Ilmiah dan Penguasaan
Konsep Siswa SMA pada Laporan Praktikum Pencemaran Lingkungan.
Peran Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi
Unggul dan Berdaya Saing Global, 21 Maret.
Kahveci, A., 2015. Assessing HighSschool Students’ Attitudes Toward Chemistry
With Shortened Semantic Differential. Chemistry Education Research And
Practice, (2): 283-92.
Kamus, T.P.P., 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Khan, G.N. & Ali, A., 2012. Higher Secondary School Student's Attitude Toward
Chemistry. Asian Social Science, VIII.
Kusaeri, 2014. Acuan dan Teknik Penilaian Penilaian Proses dan hasil Belajar
dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Luca, J. & Mcloughlin, C., 2013. A Question of Balance : Using Self and Peer
Assessment Effectively in Teamwork. Jurnal Of Education and Practice,
IV.
Mahdi, J.G., 2014. Student Attitude Toward Chemistry : an Examination of
Choices and Preferences. American Journal of Educational Research,
II(6): 351-56.
Majid, A., 2014. Penilaian Autentik Proses Dan Hasil Belajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
77
Ma'muroh, H., Asrizal & Kamus, Z., 2014. Pembuatan Instrumen Penilaian
Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis ICT untuk Mengukur Kompetensi
Siswa SMP Kelas VIII. Pillar Of Physics Education, I.
Mardapi, D., 2008. Teknik Penyususnan Instrumen Tes dan Nontes. Yogayakarta :
Mitra Cendikia Press.
Matondang, Z., 2009. VALIDITAS DAN RELIABILITAS SUATU
INSTRUMEN PENELITIAN. JURNAL TABULARASA PPS UNIMED,
87-97.
Muslich, M., 2014. Pengembangan Model Assessment Afektif Berbasis Self
Assessment dan Peer Assessment di SMA Negeri 1 Kebonmas. Jurnal
Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, II.
Nakhleh, M.B., 1993. Are Your Students Conceptual Thinkers or Algorithmic
Problem Solvers? Journal of Chemical Education, LXX: 52-55.
Nasional, D.P., 2008. Kmus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Noviyanti, L., Indriyanti, D.R. & Ngabekti, R., 2014. Pengembangan Instrumen
Self dan Peer Assessment Berbasis Literasi Sains di Tingkat SMA.
Lembar Ilmu Kependidikan, XLIII.
Nurjananto, N. & Kusumo, E., 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian
Autentik untuk Mengukur Kompetensi Peserta Didik Materi Senyawa
Hidrokarbon. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, IX: 1575-84.
Popham, W.J., 1996. Classroom Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Pratiwi, Y., Redjeki, T. & Masykuri, M., 2014. Pelaksaan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Redoks Kelas X SMA N 5
Surakarta Pada Tahun Pelajaran 2013/104. Jurnal Pendidikan Kimia,
III(3): 40-48.
Ram, P., 1999. Problem Based Learning In Undergraduate Education. Journal of
Chemical Education, LXXVI: 1122-26.
Salta, K. & Tzougraki, C., 2004. Attitudes Toward Chemistry Among 11th Grade
Students in High Schools In Greece. Sci.Educ, LXXXVIII: 535-47.
Shofiyah, H. & Wasis, 2013. Penerapan Self Assesment (Penilaian Diri) Pada
Kegiatan Praktikum untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMAN 1 Sidayu. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, III: 139-42.
78
Siswaningsih, W., Dwiyanti, G. & Gumilar, C., 2013. Penerapan Peer Assessment
dan Self Assessmnet pada Tes Formatif Hidrokarbon untuk Feedback
Siswa SMA Kelas X. Jurnal Pengajaran MIPA, XVIII: 107-15.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Susilo, A.B., 2012. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP. Journal of Primary Educational, I(1).
Thiagarajan, Sivasailam, dkk. (1974). Instructional Development for Training
Teachers of Exceptional Children. Washinton DC: National Center for
Improvement Educational System.
Wijayanti, A., 2014. Pengembanagn Autentic Assessment Berbasis Proyek
dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Mahasiswa.
Wilkinson, W.K. & Maxwell, S., 1991. The Influence of College Student's
Epistemological Style on Selected Problem Solving Processes. Research in
Higher Education, XXXII: 333-350.