tugas pengolahan limbah

3
Food to Microorganism Ratio (F/M) adalah pengukuran jumlah makanan (food) dibagi dengan jumlah microorganism dalam sistem. Beberapa perhitungan termasuk volume activated sludge dalam clarifier. F/M ratio adalah parameter operasional dari activated sludge system. F/M digunakan untuk decomposisi senyawa organik. Beberapa tipe activated sludge system dapat didefinisikan oleh F/M ratio : Extended aeration, 0.05 < F/M < 0.15 Conventional activated sludge system, 0.2 < F/M < 0.4 Completely mixed, 0.2 < F/M < 0.6 High rate, 0.4 < F/M < 1.5 Agar Activated sludge beroperasi dengan baik, maka harus ada keseimbangan dari food (BOD, COD, or TOC) yang diumpankan ke biological sistem, dan keseimbangan jumlah microogansim dalam bak aerasi. Jika F:M ratio tinggi maka mengindikasikan jumlah makanan terhadap microorganism tersedia untuk dimakan makanan itu. Jika F:M ratio tinggi, menandakan bakteri aktif dan terdispersi dan berkembang secara cepat. Tetapi dengan F:M ratio yang tinggi bakteri tidak akan membentuk floc yang baik. Mengoperasikan activated sludge proses dengan F:M ratio tinggi akan menyebabkan poor settling sludge dan akhirnya akan mengeruhkan effluent. F:M ratio yang rendah menandakan banyaknya jumlah mikrorganisme tetapi dengan jumlah makanan yang terbatas. Kondisi ini akan menyebabkan bakteri berkembang lebih besar serta membentuk lapisan lumpur (slime layer), sehingga menyebabkan bakteri kehilangan gerakan motorik dan menggumpal seehingga membentuk floc yang mengendap sempurna pada clarifier. Figure 2 menunjukkan populasi bakteri terhadap suplai makanan. F:M ratio yang terlalu tinggi atau F:M ratio yang terlalu rendah mengakibatkan floc yang terdispersi yang terendap tak sempurna dalam secondary clarifier.

description

pengaruh F/M ratio terhadap effluent

Transcript of tugas pengolahan limbah

Food to Microorganism Ratio (F/M) adalah pengukuran jumlah makanan (food) dibagi dengan jumlah

microorganism dalam sistem. Beberapa perhitungan termasuk volume activated sludge dalam

clarifier.

F/M ratio adalah parameter operasional dari activated sludge system. F/M digunakan untuk

decomposisi senyawa organik. Beberapa tipe activated sludge system dapat didefinisikan oleh F/M

ratio :

Extended aeration, 0.05 < F/M < 0.15

Conventional activated sludge system, 0.2 < F/M < 0.4

Completely mixed, 0.2 < F/M < 0.6

High rate, 0.4 < F/M < 1.5

Agar Activated sludge beroperasi dengan baik, maka harus ada keseimbangan dari food (BOD, COD,

or TOC) yang diumpankan ke biological sistem, dan keseimbangan jumlah microogansim dalam bak

aerasi. Jika F:M ratio tinggi maka mengindikasikan jumlah makanan terhadap microorganism tersedia

untuk dimakan makanan itu. Jika F:M ratio tinggi, menandakan bakteri aktif dan terdispersi dan

berkembang secara cepat. Tetapi dengan F:M ratio yang tinggi bakteri tidak akan membentuk floc

yang baik. Mengoperasikan activated sludge proses dengan F:M ratio tinggi akan menyebabkan poor

settling sludge dan akhirnya akan mengeruhkan effluent.

F:M ratio yang rendah menandakan banyaknya jumlah mikrorganisme tetapi dengan jumlah

makanan yang terbatas. Kondisi ini akan menyebabkan bakteri berkembang lebih besar serta

membentuk lapisan lumpur (slime layer), sehingga menyebabkan bakteri kehilangan gerakan

motorik dan menggumpal seehingga membentuk floc yang mengendap sempurna pada

clarifier. Figure 2 menunjukkan populasi bakteri terhadap suplai makanan. F:M ratio yang

terlalu tinggi atau F:M ratio yang terlalu rendah mengakibatkan floc yang terdispersi yang

terendap tak sempurna dalam secondary clarifier.

Figure 1: Bacterial Growth vs. Food Supply

Figure 2 : Schematic Aerobic Wastewater

Dari skema Aerobic Wastewater Treatment itu dapat dilihat umpan organik (feed) yang telah melalui

treatment awal akan dimasukkan ke bak aerasi yang berisi lumpur aktif. Lumpur aktif yang merupakan

microorganism pengurai akan memakan senyawa organik dalam feed. Jika debit feed yang

dimasukkan bak aerasi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah microorganism (high F/M ratio)

maka microorganism akan kelebihan beban untuk dapat memakan semua organik yang ada dalam

feed sehingga banyak yang sisa bahan organik yang tak teruraikan. Setelah melalui proses di bak aerasi

maka aliran yang masih mengandung bahan organik tadi akan di treatment lebih lanjut di bak

sedimentasi untuk mengendapkan lumpur aktif yang terbawa dari bak aerasi. Di bak sedimentasi

terdapat endapan lumpur aktif yang masih bisa digunakan sehingga perlu direcycle kembali ke bak

aerasi. Dari recycle tersebut sisa-sisa bahan organik yang tidak termakan akan kembali lagi di bak

aerasi sehingga akan jumlah senyawa orgainik akan terakumulasi menjadi lebih banyak. Hal ini

menyebabkan microorganism kelebihan beban untuk dapat mengkonsumsi senyawa organik di aerasi

itu, pada akhirnya akan mempengaruhi effluent dari aerobic wastewater dan air yang dihasilkan

menjadi keruh.

http://waterfacts.net/Formulas/F-M_Ratio/f-m_ratio.html