Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui didunia ini terdapat berbagai mineral-mineral yang berharga yang memiliki nilai ekonomis, salah satunya adalah emas (Au). Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius. Sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapigigi dan emas lantakan. Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Karena hal inilah diperlukan adanya beberapa cara untuk memisahkan emas dari mineral- mineral lain yang melekat dengannya agar akhirnya emas memiliki nilai jual yang lebih tinggi.Ada beberapa cara untuk memisahkan emas dari mineral-mineral yang melekat Pengolahan Bahan Galian Page 1

description

tugas pengolahan emas

Transcript of Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Page 1: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita ketahui didunia ini terdapat berbagai mineral-mineral yang

berharga yang memiliki nilai ekonomis, salah satunya adalah emas (Au). Emas

adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair

pada suhu sekitar 1000 derajat celcius. Sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen saintifik, lempengan elektrode, pelapigigi dan emas lantakan.

Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal. Karena hal inilah diperlukan adanya beberapa cara untuk memisahkan emas dari mineral-mineral lain yang melekat dengannya agar akhirnya emas memiliki nilai jual yang lebih tinggi.Ada beberapa cara untuk memisahkan emas dari mineral-mineral yang melekat bersamnya ,yaitu dengan metode amalgamasi atau metode sianidasi yang akan kita bahas pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, kami memaparkan beberapa rumusan masalah yang akan menjadi pokok bahasan, yaitu :

Apa yang dimaksud dengan emas? Bagaimana proses terbentuknya emas? Bagaimana cara mengolah emas? Adakah penambangan emas di wilayah kalimantan tengah?

Pengolahan Bahan Galian Page 1

Page 2: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Deskripsi Mineral

Deskripsi Mineral Logam : Emas (Au )

Tempat ditemukan : Sulida, Sumatra Barat

Sistem Kristal : Isometrik

Warna : Kuning – Emas

Goresan : Kuning

Kilap : Metalik

Belahan dan pecahan : Tak – ada ; hakli ( pecahan bergerigi dengan ujung yang tajam ).

Kekerasan : 2,5 – 3

Berat jenis : 19,3

Genesis : Kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui

proses hidrotermal; dan sering bersama-sama pirit dan mineral-mineral sulfida yang lain, telurid perak-emas, skhelit dan turmalin. Bila urat-urat mengandung emas melapuk, maka emas-emas akan terpisah dan kemudian mengendap sebagai deposit eluvial, atau terangkut oleh aliran air dan mengendap di suatu tempat sebagai deposit letakan (placer deposit), bersama pasir, dan atau kerikil-kerakal.

Pengolahan Bahan Galian Page 2

Page 3: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Manfaat : Sumber logam emas; dipakai untuk membuat perhiasan, instrumen-instrumen

saintifik, lempengan elektrode, pelapis gigi dan emas lantakan.

Metode Penambangan : Metode penambangan yang umum diterapkan adalah tambang bawah tanah

(underground ) dengan metode Gophering, yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih.

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol au (bahasa latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode isonya adalah xau. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius. Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.

Magma merupakan larutan silikat panas yang mengandung oksida, sulfida dan zat-zat mudah menguap (volatile) yang terdiri dari air, CO2, S, Chlorin, Fluorin dan Boron yang dikeluarkan ketika pembekuan magma terjadi.

Emas pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas permukaan yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih hasil proses hidrothermal dalam pembentukkannya harus melalui tiga proses yang meliputi proses differensiasi, migrasi dan akumulasi (pengendapan).

Proses differensiasi berlangsung pada magma sehingga dari suatu sumber magma akan terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses differensiasi ini dapat diakibatkan oleh :

1. Kristalisasi2. Gravitasi3. Pemisahan cairan4. Assimilasi

Melalui differensiasi unsur-unsur magma mengalami perubahan dan membentuk endapan mineral sulfida dan oksida magmatik yang biasanya tersebar.

Pengolahan Bahan Galian Page 3

Page 4: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Sebelum kristalisasi berakhir seluruh cairan sisa akan ditekan keluar membentuk pegmatit, dan kemudian apabila pemadatan telah atau hampir sempurna, akan terbentuk larutan sisa magma yang mudah bergerak (larutan hidrothermal). Larutan ini akan membentuk endapan logam/mineral epigenetik (Suganda).

Gambar 2. 1 Sistem hydrothermal magmatik(Corbett & Leach, 1995)

Seperti pada gambar 2.1 Larutan hidrothermal tersebut naik ke atas permukaan melalui zona struktur seperti patahan, sesar, rekahan maupun kontak litologi, yang kemudian bercampur dengan air meteorik sehingga mengalami proses pendinginan yang akan membentuk urat-urat (vein) yang bentuknya tergantung dari rongga yang dihasilkan oleh struktur. Selama terjadi proses ini batuan yang diterobos akan mengalami ubahan (alterasi) yang diikuti oleh perubahan sifat fisik dan komposisi kimia. Perubahan meliputi: perubahan warna, porositas dan tekstur. Zona alterasi sendiri terdiri dari :

Zona silisifikasi

Zona ini biasanya sangat keras, banyak mengandung kuarsa berukuran kriptokristalin, berwarna putih agak bening, mineral pengikutnya saponit, khlorit, anhidrit, gypsum dan andalusit.

Zona argilik

Pengolahan Bahan Galian Page 4

Page 5: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Dicirikan oleh kehadiran mineral lempung (kaolinit), pirit (FeS2), kalkopirit, kuarsa selalu hadir dan biasanya terbentuk di dekat vein. Warnanya putih- kuning muda kecoklatan, permeabilitas cukup besar, jika dipegang agak lunak.

Zona potasik

Terbentuk karena adanya penambahan unsur Fe dan Mg yang diikuti oleh adanya sulfida dengan kadar rendah.

Zona propilit

Zona terluar dari sistem hidrothermal, warnanya hijau dan cukup keras, dengan mineral pengikutnya klorit, epidot, kalsit, pirit, sedangkan mineral bijih yang sering terkandung adalah galena, sphalerit sinabar.

Sistem hidrothermal berdasarkan tingkat kedalaman, tekanan dan temperaturnya, dikelompokkan menjadi 3 sistem :

1. Hipothermal2. Mesothermal3. Epithermal

Endapan emas epithermal merupakan endapan hidrothermal yang terbentuk pada temperatur rendah (50 0–300°C) pada kedalaman antara 0-1000m (Hedenquist, 1985). Ditinjau dari macam batuan yang ditempatinya (host rock), dibagi menjadi :

Batuan vulkanikBatuan sedimen

Daerah pengendapan yang luas nilainya tidak terlalu ekonomis, endapan ekonomis emas hanya dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan pengendapan dan pengkonsentrasian dalam suatu wilayah yang terbatas mengingat kandungan emas yang sangat kecil. Ada beberapa tahapan yang memungkinkan hal ini dapat terjadi :

o  Pendinginano  Interaksi air dengan batuan samping o  Pencampuran fluidao  Pendidihan fluid

2.2. Emas Berdasarkan Proses Terbentuknya

Berdasarkan proses terbentuknya, endapan emas dikatagorikan menjadi dua type yaitu :

1. Endapan primer / Cebakan Primer

Pengolahan Bahan Galian Page 5

Page 6: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Cebakan primer merupakan cebakan yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuan. Salah satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada penambangan skala kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering / coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Penambangan dengan sistem tambang bawah tanah (underground), dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana ( seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi. Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan aktifitas hidrotermal, yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan utama silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Cebakan emas primer dapat ditambang secara tambang terbuka (surface mining) maupun tambang bawah tanah (underground minning). Sementara cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.

2. Endapan plaser / Cebakan Sekunder

Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas, 1985). Proses oksidasi dan pengaruh sirkulasi air yang terjadi pada cebakan emas primer pada atau dekat permukaan menyebabkan terurainya penyusun bijih emas primer. Proses tersebut menyebabkan juga terlepas dan terdispersinya emas. Terlepas dan tersebarnya emas dari ikatan bijih primer dapat terendapkan kembali pada rongga-rongga atau pori batuan, rekahan pada tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk kumpulan butiran emas

Pengolahan Bahan Galian Page 6

Page 7: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

dengan tekstur permukaan kasar. Akibat proses tersebut, butiran-butiran emas pada cebakan emas sekunder cenderung lebih besar dibandingkan dengan butiran pada cebakan primernya (Boyle, 1979). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis melalui proses erosi, transportasi dan sedimentasi  (terendapkan karena berat jenis yang tinggi) yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer  menghasilkan endapan emas letakan/aluvial (placer deposit).

2.3. Proses Pengolahan Emas

Banyak cara yang bisa dilakukan dalam pengolahan emas. Mulai dari cara sangat tradisional dengan menggunakan dulang atau alat seperti kuali yang nantinya akan diisikan tanah atau batuan yang berisikan logam emas lalu digoyang-goyang sehingga nantinya logam emas akan tertinggal di dasar dulang. Proses ini bergantung pada massa jenis logam tersebut. Cara ini biasanya mengolah emas yang bersifat aluvial.

Selain itu ada juga dengan menggunakan sluice box atau dompeng dalam istilah lokalnya. Alat ini juga memanfaatkan massa jenis dari logam emas yang dicari. Alat ini menyedot pasir dan bebatuan yang ada di dasar sungai lalu menngalirkannya pada jalur yang telah di lengkapi dengan serat atau karpet. Sehingga nantinya mineral emas yang dicari akan mengendap pada serat atau fiber tersebut.

Pada pengolahan yang menggunakan  zat kimia, memiliki beberapa tipe pengolahan, yaitu dengan cara pencairan (liquid separation), amalgamasi, dan sianidasi. Dalam makalah ini kita akan membahas pengolahan dengan Amalgamasi.

Amalgamasi

Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampurkan bijih emas dengan merkuri (Hg). Dalam proses ini akan terbantuk ikatan senyawa

Pengolahan Bahan Galian Page 7

Page 8: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

antara emas, perak, dan merkuri itu sendiri yang biasa dikenal sebagai amalgam (Au – Hg). Merkuri akan membentuk amalgam dengan logam lain selain besi dan platina.

Proses ini biasanya dilakukan pada penambangan emas skala kecil atau tambang rakyat. Teknik penambangan ini memanfaatkan putaran yang diberikan oleh drum. Sehingga, batua maupun akan hancur dan merkuri akan mengikat senyawa emas yang terkandung dalam batuan tersebut. Proses amalgamasi biasanya digunakan untuk pengekstraksi emas dalam butiran kasar.

Dalam penambangan ini tentunya didukung oleh penggunaan alat-alat. Pada proses penambangan dibutuhkan peralatan sederhana seperti cangkul cangkul, sekop, pahat, linggis, palu, genset, ember, timba (goelan) dan tali tambang, pompa air, blower, kayu penyangga, sepatu tambang, helm tambang, dan perlengkapan lainnya. Namun, dalam pengolahan bijih emas primer dibutuhkan beberapa peralatan penting, yaitu :

1.      Tabung amalgamasi (gelundung), sebagai tempat menggerus batuan sekaligus berfungsi sebagai tempat amalgamasi.

2.      Kincir air atau 2. genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung amalgamasi.

3.      Batang besi baja/media giling/3. rod sebagai alat penggerus batuan.

4.      Air merkuri yang berfungsi untuk mengikat 4. emas.

5.      Kapur yang berfungsi untuk mengatur pH agar 5. kondisi luluhan mempunyai pH 9-10.

6.      Air untuk mendapatkan persentasi padatan yang 6. berkisar antara 30-60%.

7.      Dulang atau sejenisnya, sebagai tempat untuk 7. memisahkan air merkuri yang telah mengikat emas perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan (tailing).

8.      Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam untuk mendapatkan paduan (alloy) emas perak (bullion).

Dengan bahan dan tersebut, proses amalgamasi untuk memproses atau mengekstraksi emas dapat dilakukan.  Dalam proses ini dilakukan beberapa tahap untuk mendapatkan paduan antara emas dan perak (bullion). Tahapan-tahapan pengolahan tersebut adalah :

Pengolahan Bahan Galian Page 8

Page 9: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

1.      Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.

2.      Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri ( amalgamas i ) dilakukan selama + 1 jam

3.      Hasil dari proses ini berupa amalgam basah ( pasta ) dan tailing. Amalgam basah kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan merkuri dengan amalgam

4.      Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan kegiatan pemerasan ( squeezing ) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan merkuri dari amalgam ( filtrasi ). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan mengandung 60 – 70 % emas, dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih dari 80 %.

5.      Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang tertinggal berupa alloy emas.

Namun, proses yang dilakukan di atas memiliki resiko yang sangat besar. Limbah yang dihasilkan sangat berbahaya baik untuk pekarja, maupun untuk alam kita. Maka dalam penambangan ini harus di perhatikan beberapa unsur. Unsur tersebut antara lain :

1.      Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan.

2.     Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan penyebab pencemar bahan berbahaya akibat peresapan kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan maupun gas yang terbawa oleh angin.

Pengolahan Bahan Galian Page 9

Page 10: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

3.      Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.

4.      Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada daerah banjir.

5.      Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.

Dengan memperhatikan aspek-aspek di atas, bencana atau dampak negatif dari proses pengolahan emas dengan cara amalgamasi ini dapat berkurang. Sehingga, alam tetap bisa memulihkan diri kembali karena kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu parah.

Selain itu, setelah proses penambangan selesai harus dilakukan tahapan reklamasi. Proses ini merupakan proses pengembalian hutan atau alam yang rusak kembali seperti semula. Proses ini biasanya dilakukan dengan cara penanaman hutan kembali dengan memanfaatkan tanah humus atau tanah subur yang diangkat untuk mendapatkan cadangan yang di tambang.

Proses reklamasi diharapkan bisa membuat bekas tambang menjadi kembali subur. Hal ini dikarenakan pada proses penambangan pasti akan merusak alam sekitar tambang tersebut.

DAMPAK NEGATIF MERKURI

Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine.

Merkuri dalam kadar rendah umumnya telah beracun bagi hewan, tumbuhan dan manusia. Merkuri sangat berguna bagi pertumbuhan kebutuhan biologis. Namun dalam kadar berlebihan akan bersifat racun.  Sehingga pada saat ini alat-alat kedokteran seperti termometer tidak menggunakan merkuri lagi.

Pengolahan Bahan Galian Page 10

Page 11: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Merkuri sangat berbahaya karena sifat mengikatnya. Bila merkuri tercampur dengan perairan laut, maka merkuri tersebut akan mengikat klor dan membentuk HgCl. Selanjutnya HgCl dengan mudah akan masuk kedalam tubuh plankton dan akan berpindah kebiota laut lain. Merkuri anorganik (HgCl) akan berubah menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang terjadi pada sedimen dasar perairan. Merkuri dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang paling umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi merkuri dalam ikan meningkat. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan sangatlah tinggi. Sehingga merkuri yang terkandung dalam ikan tersebut akan mudah berpindah ke tubuh manusia dan juga akan merusak pada manusia.

Oleh karena itu limbah merkuri yang dihasilkan pada penambangan emas rakyat tidak boleh langsung dibuang ke sungai. Limbah harus di endapkan terdahulu di kolam pengendapan sehingga kadar Hg yang tinggi bisa berkurang.

Selain itu kadar Hg dalam air sungai akan merusak biota hidup air di sungai. Merkuri akan meracuni air yang dimasukinya, sehingga akan membunuh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Merkuri juga merubah kelas air yang ada di alam ini. Contohnya saja air kelas satu yang biasanya digunakan untuk air minum masyarakat. Bila disekitar air tersebut terdapat penambangan emas rakyat, maka secara otomatis air yang ada disana akan tercemar. Air kelas satu yang memiliki kualitas bagus akan dengan mudah berubah menjadi air kelas tiga bahkan empat yang tidak akan bisa kembali ke setuasi awalnya.

Sangat banyak kerugian yang diakibatkan merkuri tersebut. Tidak hanya pada alam saja, tetapi juga berdampak kepada manusia. Banyak sekali penyakit pada manusia yang disebabkan oleh merkuri tersebut. Diantaranya adalah :1.    Toksisitas yaitu penyakit gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf yang

disebabkan kontak langsung dengan merkuri. Biasanya penderita akan erasa tidak nyaman, kesakitan, bahkan kematian.

2.   Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan dengan gangguan susunan syaraf yang sangat peka terhadap Hg dengan gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian.

3.    Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan.

4.    Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi protein, merusak mukosa saluran pencernaan, merusak membran ginjal maupun membran filter glomerulus.

5.    Merkuri juga menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal bahkan kanker kulit. Kanker kulit sangat sering teradi saat ini. Hal ini di sebabkan karena beberapa merk kosmetik memakai merkuri sebagai bahan baku pembuatan kosmetik tersebut. Biasanya, kosmetik yang memakai bahan baku merkuri adalah pada pembuatan kosmetik pemutih kulit. Proses pemutihan kulit dengan menggunakan merkuri memang relatif cepat. Namun, jika pemakaian dihentikan atau pemakaian dalam jangka penjang akan menyababkan kanker kulit.

Pengolahan Bahan Galian Page 11

Page 12: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Sangat banyak dampak negatif yang diakibatkan merkuri tersebut. Penggunaan merkuri pada penambangan emas tidak hanya merugikan kepada pekerja tambang tersebut, namun juga berdampak kepada alam dan masyarakat sekitar penambanggan.

Sianidasi

Proses sianidasi dilakukan menggunakan larutan NaCN encer. Bahan yang akan diolah dapat berupa bijih emas yang telah digiling atau Hg dari proses amalgamasi. Proses ini didasarkan pada sifat emas dan perak yang dapat larut dalam garam sianida dengan adanya oksigen. Larutan yang terbentuk kemudian ditambahkan serbuk seng untuk mengendapkan emas dan perak. Proses penambahan seng ini disebut proses Merill Crowe. Berikut adalah reaksi yang terjadi dari setiap proses:

Au(s) + 8NaCN(aq) + O2(g) + 2H2O(l) ―→ 4NaAu(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)

4Ag(s) + 8NaCN(ag) + O2(g) + 2H2O(l) ―→ 4NaAg(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)

NaAg(CN)2(aq)   +   Zn(s) ―→ 2NaCN(aq) + Zn(CN)2(aq) + 2Ag(s)

NaAu(CN)2(aq)   +   Zn(s)  ―→ 2NaCN(aq) + Zn(CN)2(aq) + 2Au(s)

Sebenarnya selain seng aluminumpun dapat digunakan untuk mengendapkan emas dan perak namun harganya relatif lebih mahal, sehingga pengendapan lebih sering digunakan seng. Selain aluminium logam alkali dan alkali tahan misalnya natrium dan magnesium dapat pula digunakan untuk mengendapkan emas dan perak, namun larutan dari proses sianidasi mengandung air dalam jumlah yang cukup banyak, maka akan terjadi reaksi yang hebat apabila ditambahkan logam alkali maupun logam alkali tanah.

Pengendapan yang terbentuk berkaitan dengan deret volta atau deret atau urutan kereaktifan logam, dimana logam-logam yang berada disebelah kiri dapat mereduksi (mengantikan) logam-logam yang ada disebelah kanannya dalam senyawaannya. Deret volta atau deret kereaktifan logam adalah sebagai berikut:

 Li  K  Ba  Sr  Ca  Na  Mg  Al  Mn  Zn  Cr  Fe  Ni  Co  Sn  Pb  H  Cu  Hg  Ag  Pt  Au

Emas yang diperoleh melalui proses amalgasi atau sianidasi belum dalam keadaan murni karena masih bercampur dengan logam lain. Umumnya perak, arsen, tembaga dan mungkin logam-logam yang lain yang dapat direduksi oleh seng berdasarkan urutan kereaktifan logam. Untuk memperoleh emas murni umumnya dilakukan dengan proses elektrolisis.

Pada tahap ini emas yang diperoleh dilarutkan lagi dalam NaCN kemudian dielektrolisis, reaksi yang terjadi pada tahap pelarutan adalah sebagai berikut:

Au(s) + 8NaCN(aq) + O2(g) + 2H2O(l) ―→ 4NaAu(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)

Pengolahan Bahan Galian Page 12

Page 13: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

4Ag(s) + 8NaCN(ag) + O2(g) + 2H2O(l) ―→ 4NaAg(CN)2(aq) + 4NaOH(aq)

Pada proses elektrolisis digunakan emas murni sebagai anoda dan emas kotor sebagai katoda. Selama proses elektrolisis berlangsung ion-ion emas akan bergerak menuju anoda kemudian mengendap pada batangan emas murni yang digunakan sebagia anoda. Reaksi yang terjadi pada tahap elektrolisis adalah sebagai berikut:

Katoda   : Au3+ (aq) + 3e  ―→ Au(s) + 3e

Anoda    : 2H2O(l) ―→ O2(g) + 4H+(aq) + 4e

Produk yang diperoleh dari proses elektrolisis, emas dan perak masih bersatu sehingga perlu dilakukan elektrolisis berlanjut untuk memisahkan emas dan perak. Pemisahan emas dan perak dapat dilakukan melalui dua tahap.

Tahap pertama: campuran emas dan perak dimasukan ke dalam kain kanvas. Kain kanvas ini bertindak sebagai pembungkus sekaligus sebagai anoda pada proses elektrolisis. Katoda digunakan perak murni sedangkan elektrolitnya digunakan perak nitrat encer yang telah diasamkan dengan asam nitrat. Selama proses elektrolisis berlangsung perak pada anoda akan larut dalam dalam elektrolit dan bergerak menuju katoda. Pada katoda ion Ag2+ direduksi menjadi padatan Ag yang akan melekat pada katoda. Padatan perak yang terbentuk dapat diambil secara periodik, dicuci kemudian dicetak. Perak yang diperoleh dengan cara ini mempunyai kemurnian 99,9%. Berikut reaksi yang terjadi di ruang katoda dan anoda:

Katoda : Ag2+ + 2e  ―→ Ag

Anoda    : 2H2O(l) ―→ O2(l) + 4H+(l) + 4e

Dari proses elektrolisis di atas emas tidak ikut melarut karena emas menempati urutan paling rendah dalam seri elektrokimia. Emas yang diperoleh dari proses elektrolisi perak di atas belum dalam keadaan murni karena masih mengandung sedikit perak. Untuk memperoleh emas murni maka dilakukan elektrolisis pada tahap kedua.

Tahap kedua: pada tahap ini emas yang diperoleh dari proses elektrolisis perak di atas dijadikan sebagai anoda, katoda menggunakan emas murni sedangkan yang bertindak sebagai elektrolit adalah larutan aurik klorida (AuCl3) yang telah diasamkan dengan asam klorida. Selama proses elektrolisis berlangsung emas dari anoda, larut dalam elektrolit membentuk ion Au3+ yang bergerak menuju katoda. Pada katoda ion Au3+ direduksi menjadi padatan emas yang akan melekat pada katoda. Emas yang terbentuk diambil secara periodik, dicuci kemudian dicetak. Emas yang diperoleh melalui cara ini mempunyai kemurnian 99,95%. Berikut rekasi yang terjadi di ruang katoda dan anoda:

Katoda   : Au3+ (aq) + 3e ―→ Au(s) + 3e

Anoda    : 2H2O(l) ―→ O2(g) + 4H+(aq) + 4e

Pengolahan Bahan Galian Page 13

Page 14: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

Pada proses elektrolisis perak yang masih terkandung dalam emas ikut larut dalam elektrolit tetapi akan segera bereaksi dengan klorida dari elektrolit membentuk padatan AgCl yang dapat digunakan untuk proses selanjutnya.

Gambar Tabung untuk proses sianidasi

Alur Pengolahan Emas

Pada umumnya proses pengolahan emas diakukan dengan cara sianidasi dan amalgamasi. Namun, karena alasan kesehatan dan kerusakan lingkungan yang disebabkan, amalgamasi jarang digunakan kembali sehingga alur pemurian emas yang digunaan saai tini adalah Komnusi, Pelindian, Solod-Liquid Separation, Vacum Deaeration, Presipitasi, Filtration, Smelting, sehingga akan dihasilkan Dore Bullion.

Tahapan Pemurnian Emas

Pengolahan Bahan Galian Page 14

Page 15: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

1. Kominusi terdiri dari tahap crushing dan grinding untuk membebaskan emas dari mineral pengotornya secara fisik.

2. Tahap selanjutnya adalah leaching dengan leaching agent mengguakan sodium sianid (NaCN) untuk melarutkan mineral emas dan perak yang ada.Yang terdapat dalam bijih menggunakan reaksi kimia sebagai berikut :

4Au + 8NaCN + + ―> 4NaAu + 4NaOH

4Ag + 8NaCN + + ―> 4NaAg + 4NaOH

Pada reaksi pelindian ini memerluka oksigen agar emas teroksidasi menjadi

kationnya ( ) yang kemudian kation emas ini membentuk kompleks

aurosianid Au yang larut dan stabil dalam larutan pelindian

3. Kemudian dilakukan proses solid liquid dengan cara curent counter decantation (CCD) dalam sejumlah thickener dan filtrasi menggunakan press filter.

4. Kemudian melakukan proses deaerasi yaitu megeluarkan atau mengurangi oksigen menggunakan vacum deaerator. Hal ini bertujuan mencegah pelarutan kembali presipitat Au dan Ag serta pelarutan serbuk seng dengan oksigen karena dapat meningkatkan konsumsi seng.

Pengolahan Bahan Galian Page 15

Page 16: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

5. Tahap berikutnya adalah sementasi, tahap ini dilakukan dengan menggunakan serbuk seng dan dilakukan didalam larutan bening untuk mencegah proses pasivasi seng akibat tertutupi padatan yang tersuspensi dalam slurry sehingga dapat memoercepat laju proses presipitasi. Proses presipitasi adalah sebagai berikut :

2NaAu + Zn ―> Zn + 2Au

2NaAg + Zn ―> Zn + 2Ag

6. Sesudah itu dilakukan filtrasi Au-Ag. Larutan yang sudah dipisahkan dari presipitate Au-Ag dapat digunakan kembali dalam CCD dan presipitate Au-Ag dilebur menjadi bullion dan siap dikirim ke peurnian bullion.

2.4. Emas di Kaliman Tengah

Lahan di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) potensial dijadikan lokasi pertambangan emas dan sudah banyak pertambangan logam muliadigarap

Pengolahan Bahan Galian Page 16

Page 17: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

masyarakat. Selain itu penambang emas rakyat juga banyak terdapat di hulu Sungai Barito, hulu SungaiKahayan, Sungai Rungan, dan sungai-sungai lainnya yang membuktikan Kalteng potensitambang emas di provinsi ini sangat besar.Sedangkan sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam penambangan emas adalah PT Indomoro yang berada di wilayah Kabupaten Murung raya.

Penambangan emas sekaligus tambang puya/tambang rakyat ini menyebar di mana-mana menggunakan mesin penyedot hingga menimbulkan persoalan lingkungan.Berdasarkan pendataan yang dilakukan Dinas Pertambangan Kalteng, terdapat sekitar 7.000 unitmesin untuk penambang emas dan puya di seluruh Kalteng.Penambangan emas dan puya ini berada di Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Timur,Kotawaringin Barat, Barito Utara, dan kabupaten lainnya.Sementara data di Dinas Pertambangan dan Energi Kalteng menunjukan bahwa endapantambang emas di wilayah ini terdapat di Kabupaten Kapuas seperti di Kecamatan Kapuas Hulu,Kecamatan Kapuas tengah dan Kecamatan Timpah.Sementara di Kabupaten Gunung Mas endapan logam mulai ini berada di Kecamatan Tewah,Kahayan, Rungan, Manuhing, Sepang, dan Kecamatan Kurun.Wilayah Kota Palangkaraya endapannya berada di Sungai Takaras Kecamatan Bukit Baru, diKabupaten Murung Raya berada di Kecamatan Sumber Barito, Permata Intan, dan KecamatanTanah Siang.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Emas (Au) merupakan salah satu mineral yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan biasanya emas ditemukan di urat-urat pyrit sehinggi harus dilakukan proses pemisahan emas dari mineral lainnya.

Berdasarkan proses terbentuknya emas terbagi 2 yaitu : cebakan sekunder dan cebakan primer.

Ada 2 proses pengolahan emas, yaitu : Amalgamasi : Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara

mencampurkan bijih emas dengan merkuri (Hg). Biasanya proses ini digunakan pada pengolahan tambang rakyat karena bahan yang mudah didapat dan harga pengolahan yang lebih murah.

Sianidasi : sianidasi dilakukan menggunakan larutan NaCN encer. Bahan yang akan diolah dapat berupa bijih emas yang telah digiling atau Hg dari

Pengolahan Bahan Galian Page 17

Page 18: Tugas Pengolahan Emas (Iqbaluddin Permana H1C112043)

proses amalgamasi. Proses ini wajib dipakai oleh perusahaan-perusahaan karena lebih ramah lingkungan.

Persebaran emas ini juga banyak terdapat di wilayah kalimantan tengah salah satunya di wilayah kabupaten murung raya, dimana terdapat perusahaan PT.Indomoro (IMK) yang beroperasi disana. Dan juga terdapat banyak tambang tradisional di Kabupaten Kapuas, Kotawaringin Timur,Kotawaringin Barat, Barito Utara, dan kabupaten lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/85428979/Daerah-Potensial-Emas-Kalteng

http://id.wikipedia.org/wiki/Emas

http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2110364-pengertian-emas/

https://pengolahanlogamemas.wordpress.com/tag/pengolahan-emas/

http://www.mineraltambang.com/amalgamasi.html

http://wanibesak.wordpress.com/tag/proses-pengolahan-bijih-emas-secara-sianidasi/

Pengolahan Bahan Galian Page 18