Tugas Pengantar Energy (S3)

6
TUGAS PENGANTAR ENERGI TENTANG TEKNOLOGI BATUBARA Disusun oleh : K.M. IDRIS BAYU SAPUTRA 0311!030"3 Kel#s : A UNI$ERSITAS SRI%I&AYA

description

tugas pengantar energi

Transcript of Tugas Pengantar Energy (S3)

TUGAS PENGANTAR ENERGITENTANG TEKNOLOGI BATUBARA

Disusun oleh :K.M. IDRIS BAYU SAPUTRA03121403063Kelas : A

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Batubara adalah sumber energi fosil yang masih cukup besar di Indonesia, tetapi belum pernah dimaksimalkan potensinya. Diperkirakan cadangan batubara Indonesia sekitar 42,6 miliar ton. Dinyatakan bahwa batubara masih dapat diproduksi 100 tahun ke depan.

Pemerintah pernah memberikan pernyataan mengenai hal ini bahwa penggunaan batubara sudah dirintis sejak 20 tahun lalu (1993), namun masih terbatas pada sektor ketenagalistrikan saja, yaitu sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Padahal potensi batubara sangatlah luas pemanfaatannya, mulai dari keperluan rumah tangga (memasak), industri dan transportasi. Untuk keperluan rumah tangga dan industri, batubara dapat dikemas menjadi briket (batubara yang dipadatkan); sedangkan untuk transportasi, batubara dapat diubah menjadi cair (liquefied), yang fungsi dan kegunaannya samad engan BBM jenis premium atau minyak solar.

Untuk itu pemerintah berusaha untuk terus mensosialisasikan pemakaian briket batubara sebagai bahan bakar alternatif penggantiminyak (tanah). Salah satunya adalah dengan membangun pabrik-pabrik briket batubara di Palimanan (Cirebon, Jawa Barat) dan Gresik (Jawa Timur). Sedangkan untuk mengubah batubara menjadi zat cair yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar, Departemen ESDM melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan DESDM bekerjasama dengan sebuah perusahaan Jepang yang berpengalaman di bidang itu.

Namun ketergantungan masyarakat pada minyak tanah masih sangat tinggi, sehingga respon masyarakat terhadap briket batubara juga rendah. Artinya memang tidak mudah mempopulerkan batubara.

Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selainsolar(diesel fuel) yang telah umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan hargasolarindustri Rp. 6.200/liter).Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia. Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya, Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOxdan CxHycara ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika dikonversi menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara yang dipertimbangkan dalam hal ini adalahpencairan danpenyubliman batu bara.Membakar batu bara secara langsung direct burning telah dikembangkan teknologinya secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, cara-cara pembakaran langsung seperti:fixed grate,chain grate,fluidized bed,pulverized, dan lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.

Baru-baru ini hampir semua daerah di Indonesia mengalami krisis kelangkaan minyak baik jenis bensin, solar maupun minyak tanah. Sangat ironis memang, Indonesia yang merupakan salah satu negara eksportir minyak mentah justru mengalami krisis kelangkaan minyak di dalam negerinya sendiri. Hal ini terjadi karena kilang minyak yang kita miliki tidak mampu mengolah minyak mentah yang kita miliki (karena kondisi kilang yang sudah tua), sehingga kita harus mengimpor minyak mentah kualitas tinggi dari negara lain yang saat ini harganya melambung tinggi. Sementara minyak mentah yang kita miliki harus diekspor untuk diolah melalui kilang-kilang modern milik negara maju.

Fenomena antrian panjang di SPBU-SPBU mewarnai keseharian berita di media cetak dan elektronika. Bahkan dibeberapa daerah si pengantri harus menginap di SPBU untuk mendapatkan bahan bakar kendaraannya. Kondisi ini sebenarnya memiliki potensi komplik yang besar baik antara pemilik SPBU dengan konsumen maupun antar sesama konsumen. Perlakuan pilih kasih dari pemilik atau aksi serobot dari sesama pengantri berpotensi menimbulkan keributan. Karena itu kondisi seperti ini jangan dibiarkan berlarut-larut dan mesti diatasi secepatnya dan diantisipasi melalui pembuatan kebijakan-kebijakan pemerintah agar dimasa yang akan datang tidak terulang kembali.

Diantara kebijakan yang dapat diambil pemerintah adalah membangun kilang-kilang minyak dengan teknologi modern sehingga mampu mengilang minyak mentah yang kita miliki. Disamping itu perlu pula ditemukan sumber bahan bakar alternatif yang murah karena cadangan minyak dan gas yang kita miliki semakin menipis, akibat makin meningkatnya tingkat konsumsi bahan bakar minyak Indonesia.

Salah satu sumber bahan bakar alternatif yang murah dan tersedia keberadaannya dalam jumlah besar adalah batubara. Namun penggunaannya dalam bentuk aslinya sebagai bahan bakar masih menyisakan beberapa masalah diantaranya sulit dinyalakan, sulit dikendalikan dan memberikan asap.

Untuk mengatasi hal tersebut para peneliti telah mengembangkan teknologi pengubahan batubara ke bentuk bahan bakar yang menyenangkan. Diantara teknologi tersebut adalah sebagai berikut:1. Pengubahan batubara menjadi bahan bakar gas (teknologi gasifikasi)2. Pengubahan batubara menjadi bahan bakar cair (teknologi likuifaksi)3. Pembentukan suspensi batubara-air (teknologi coal-water fuel)4. Pengubahan batubara menjadi bahan bakar padat tak berasap (teknologi briquette)Teknologi gasifikasi adalah teknologi pengubahan batubara ke dalam fasa gas dengan cara mereaksikan batubara dengan media gasifikasi. Media gasifikasi yang sering digunakan adalah campuran udara-uap air atau campuran udara-carban dioksida. Bila gas yang dihasilkan dimurnikan maka kualitas gas tersebut dapat menyamai kualitas gas alam (natural gas) dengan nilai pembakaran 11.600 kJ/m3. Para peneliti Indonesia dari Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi (BPPT) dan Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) sedang mempersiapkan teknologi ini agar dapat diterapkan dalam skala komersial di Indonesia.

Teknologi likuifaksi adalah teknologi pencairan batubara dengan bantuan panas dan penambahan zat kimia tertentu. Cairan yang terbentuk tersebut selanjutnya difraksionasi/ dikilang untuk menghasilkan berbagai macam bahan bakar cair seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain. Teknologi ini sudah lama di kuasai negara maju seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Penguasaan negara Jerman yang baik terhadap teknologi inilah yang merupakan salah satu faktor yang mendukung kemenangan Jerman dalam Perang dunia I. Teknologi ini juga secara intensif sedang dikaji oleh peneliti-peneliti BPPT dan PPTM untuk diterapkan secara komersial.

Teknologi coal-water fuel adalah teknologi pembuatan campuran homogen serbuk batubara-air dengan cara mengaduk campuran pada kecepatan tinggi (6000 rpm) sampai terbentuk suatu suspensi yang stabil. Campuran terdiri dari 60 sampai dengan 78 % serbuk batubara dan sisanya air dengan ukuran serbuk minimal 75 mikron. Bahan bakar jenis ini dapat menggantikan fungsi minyak tanah sebagai bahan bakar cair untuk keperluan rumah tangga.

Berbeda dengan tiga teknologi sebelumnya (yang menghasilkan bahan bakar berwujud cair dan gas), teknologi briquette adalah teknologi pembentukan bahan bakar berwujud padat yang menyenangkan yakni mudah dinyalakan dan tidak berasap. Caranya adalah batubara/ arangnya dibubukkan kemudian dicampurkan dengan bahan pengikat dan bahan penyulut lalu dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknologi ini pernah mendapat perhatian khusus dari pemerintah tahun 1993, yakni dengan dikeluarkannya keputusan presiden tentang program penggantian bahan bakar rumah tangga dari minyak tanah ke briket batubara untuk pulau Jawa.

Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi yang memiliki cadangan batubara cukup besar di Indonesia seyogyanya mulai merencanakan pemanfaatan batubara yang dimiliki. Harus ada upaya yang sistematis dari Pemerintah Daerah untuk melakukan program diversifikasi pemanfaatan batubara, sehingga batubara tidak hanya dipakai dalam bentuk aslinya tapi juga diolah kebentuk lain yang lebih mempunyai nilai ekonomis.

Penanggulangan Lingkungan Akibat Penambangan Batubara

Pertambangan dan lingkungan ibarat dua keping mata uang yang saling mengkait. Munculnya aspek lingkungan merupakan salah satu faktor kunci yang ikut diperhitungkan dalam menentukan keberhasilan kegiatan usaha pertambangan.Kegiatan pertambangan, mulai dari eksplorasi sampai eksploitasi dan pemanfaatnnya mempunyai dampak terhadap lingkungan yang bersifat menguntungkan/positif yang ditimbulkan antara lain tersedianya aneka ragam kebutuhan manusia yang berasal dari sumber daya mineral, meningkatnya pendapatan negara.Adapun dampak negatif yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan rona lingkungan (geobiofisik dan kimia), pencemaran badan perairan, tanah dan udara.Agar pemanfaatan sumber daya mineral memenuhi kaidah optimalisasi antara kepentingan pertambangan dan terjaganya kelestarian lingkungan, maka dalam setiap kegiatan sektor pertambangan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan dan pengawasan diperlukan berbagai telaah lingkungan.Mengingat sektor pertambangan merupakan sektor yang mempunyai ciri khas karena menyangkut sumber daya alam tak terbarukan dan kegiatannya melekat dengan perubahan alam dan sosial, maka telaah lingkungan yang mengikutinya akan bersifat spesifik pula. Untuk itulah perlunya dibentuk suatu wahana yang menampung kegiatan yang bersifat multi disiplin meliputi bidang fisika-kimia-biologi serta sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat.Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban daripermintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini. Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :

1.Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).

2.Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).

3.Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement)

4.Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.