Tugas MPK - Lingga Bagus Suseno - 2009410043
-
Upload
yoppi-juli-priyono -
Category
Documents
-
view
148 -
download
0
description
Transcript of Tugas MPK - Lingga Bagus Suseno - 2009410043
Universitas Muhammadiyah JakartaFakultas Teknik
TUGAS 1 Metode Pelaksanaan Konstruksi( M P K )
1. Persiapan dan perencanaan yang matang terhadap metode konstruksi sangat
penting dalam suatu tahapan proyek, dari perencanaan proses tender sampai
eksekusi pelaksanaan, metode pelaksanaan konstruksi selalu harus di evaluasi
dan di sempurnakan.
Seberapa penting menurut anda aspek metode konstruksi dalam suatau
pelaksanaan proyek ?
Jawaban :
Menurut pendapat saya penting sekali.
Alasan ……. .
2. Dalam pelaksanaan konstruksi pencampaian biaya, mutu, waktu, dan safety harus
menjadi tujuan utama yang ideal. Jelaskan kaitan masing-masing Faktor biaya,
mutu, waktu dan safety dengan metode konstruksi ?
Pondasi
3. Pondasi :
Jelaskan Metode konstruksi pelaksanaan pondasi tiang pancang ?
Jawab:
Metode Kontruksi Pelaksanaan pondasi tiang pancang :
Melakukan pengetesan terhadap tanah dilokasi rencana pondasi untuk
mengetahui jenis tanah dan kedalaman lapisan keras.
Menghitung struktur pondasi tiang pancang sehingga dapat ditentukan
kebutuhan ukuran tiang pancang, spesifikasi material dan kedalaman tiang
pancang sehingga kuat untuk menahan beban bangunan yang disalurkan
ke titik perhitungan.
Produksi tiang pancang dapat dilakukan dipabrik dengan spesifikasi
sesuai perhitungan kemudian dkirim ke lokasi proyek menggunakan
kendaraan truck besar.
Nama : Lingga Bagus
Suseno
NIM : 2009 41 0043
Mata Kuliah : Metode Pelaks.
Konst.
Dosen : Ir. M Aswanto, MT
Pengangkatan tiang pancang dapat menggunakan alat tower crane atau
mobil crane dengan posisi titik angkat sesuai perhitungan sehingga tidak
terjadi patah dalam pengangkatan.
Surveyor melakukan pengukuran dilapangan untuk menentukan titik- titik
sesuai gambar kemudian mendirikan alat teodolit untuk mengecek
ketegakan pemancangan, tiang pancang diangkat tegak lurus kemudian
posisi ujung diesel hammer dinaikan dan topi pile dimasukan pada kepala
tiang pancang.
Ketegakan posisi pemancangan dikontrol menggunakan 2 buah teodilit
yang dipasang dari dua arah untuk memastikan posisi tiang pancang
tegak dan melakukan control setiap 2 m, pemancangan dilakukan sampai
dengan elevasi kedalaman yang direncanakan.
Tiang pancang yang tersisa diatas elevasi rencana dikelupas betonya
sehingga tersisa besi tulangan yang akan dipakai sebagai stek untuk
dihubungkan dengan pile cap pada bangunan gedung atau abutmen pada
konstruksi jembatan.
Jelaskan Metode konstruksi pelaksanaan pondasi tiang bor ?
Jawab :
Metode konstruksi pelaksanaan pondasi tiang bor :
I. Metode kering :
a. Sumuran digali.
b. Sumuran diisi beton.
c. Kerangka tulangan dipasang sampai kedalaman yang dibutuhkan
metode ini untuk tanah kohesif dan muka air tanah di bawah dasar
tiang atau yang permeabilitasnya rendah.
II. Metode acuan :
a. Metode ini dipakai pada tanah granuler atau deformasi lateralnya
yang berlebihan.
b. Acuan dipakai untuk menahan masuknya air tanah
c. Sebelum acuan dipasang, adonan spesi encer (slurry ) untuk
mempertahankan lubang kemudian baru acuan dipasang dan adonan
dikeluarkan.
Sebutkan kelebihan metode pelaksanaan tiang pancang di bandingkan tiang
bor ?
Jawab :
Kelebihan Metode Tiang Pancang :
Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin.
Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada
sekeliling tiang.
Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan
oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat.
Harga relative murah bila dibanding pondasi sumuran
Sebutkan kekurangan metode pelaksanaan tiang pancang di bandingkan
tiang bor ?
Jawab :
Kekurangan Metode Tiang Pancang :
Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena faktor
angkutan.
Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih
mahal.
Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.
4. Jelaskan metode Quality Control dalam pelaksanaan pemancangan agar di dapat
hasil pemancangan yang reliable ?
Jawab :
Metode Quality Qontrol (Pengendalian mutu) agar didapat hasil pemancangan
yang reliable adalah dengan cara melakukan beberapa pengecekan dan
pengawasan pada saat pelaksanaannya, antara lain :
Memeriksa daya dukung tanah yang akan dipancang.
Memeriksa Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
Mengecek Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan
berlangsung.Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan
penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm.
Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di
sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat
jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter.
Final set
Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai
perhitungan.
5. Apa yang di maksud dengan PDA, TEST, PIT TEST, Vertical Loading Test,
Horizontal Loading Test, Kelendering. Sebutkan pula beberapa jenis alat pancang?
Jawab :
a.) PDA Test atau Pile Driving Analyzer Test adalah suatu pengujian tiang pancang yang
dilakukan untuk mendapatkan nilai daya dukung aksial tiang, keutuhan / integritas
tiang, efisiensi energi yang ditransfer tiang pancang.
b.) PIT Test atau Pile Integrity Testing Test adalah pengujian tiang pancang yang
dilakukan untuk mengetahui keutuhan badan pondasi tiang, artinya untuk mengetahui
apakah ada bagian beton tiang yang kropos/retak atau patah.
c.) Vertical Loading Test adalah suatu pengujian pada beton dengan cara memberikan
beban secara vertikal untuk mengetahui nilai daya dukung aksial
d.) Horizontal Loading Test adalah suatu pengujian pada beton dengan cara
memberikan beban secara horizontal untuk mengetahui nilai daya dukung lateral atau
geser.
e.) Kelendering adalah metode yang digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang
pancang (beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah secara
empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang.
Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun hydraulic hammer. Biasanya
kalendering dalam proses pemancangan tiang pancang merupakan item wajib yang
harus dilaksanakan dan menjadikan laporan untuk proyek. Sebagai tambahan selain
kalendering dilakukan pengecekan dengan PDA test. Perhitungan kalendering
menghasilkan output yang berupa daya dukung tanah dalam Ton
f.) Jenis-jenis alat pancang :
Drop Hammer :
Sebuah palu berat yang diletakkan pada ketinggian tertentu diatas tiang. Palu
tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh mengenai tiang. Pada kepala tiang
dipasang cap/topi (shock absorber) untuk menghindari tiang rusak akibat
tumbukan Hammer.
Diesel Hammer :
Alat yang mempunyai satu silinder dengan dua mesin diesel, piston/ram, tangki
bahan bakar, tangki pelumas, pompa bahan bakar, injector, dan mesin pelumas.
Dalam mengoperasikannya, energy alat didapat dari berat ram yang menekan
udara di dalam silinder.
Hydraulic Hammer :
Alat yang cara kerjanya berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis.
Hammer tipe ini dapat dimanfaatkan untuk memancangkan pondasi tiang baja “H”
dan pondasi lempengan baja dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik.
Vibratory Pile Driver :
Tiang dipancang oleh getaran yang dihasilkan alat, alat ini memiliki beberapa
batang horizontal dengan beban eksentris. Pada saat pasangan batang berputar
dengan arah yang berlawanan, berat yang disebabkan oleh beban eksentris
menghasilkan getaran pada alat. Getaran yang dihasilkan menyebabkan material
disekitar pondasi yang terikat pada alat akan ikut bergetar. Alat ini baik digunakan
pada tanah lembab.
Single-Acting Hammer :
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik
olehudara atau uap yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan
oleh beratnya sendiri. Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat
ram dikalikan tinggi jatuh.
Double-Acting Hammer :
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan
untuk mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan
dan energi outputbiasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
6. Dalam pelaksanaan bore pile di dapati lokasi muka air tanah tinggi, dan tanah di
khawatirkan runtuh saat proses pemboran, Jelaskan metode pelaksanaanya untuk
mengatasi hal tersebut ?
Jawab :
Metode pemboran yang sesuai dengan kondisi muka air tanah tinggi dan
dikhawatirkan runtuh adalah Pemboran dengan menggunakan Casing.
Langkah yang diambil adalah dengan memakai casing baja yang dipancangkan
untuk membantu proses pengeboran (casing dapat dicabut bila hanya diperlukan
casing kurang dari 3m panjangnya tetapi bila lebih dari itu dan casing sulit untuk
dicabut maka casing menjadi permanen atau tidak dicabut kembali) tetapi batas
panjang casing yang dapat dipancang hanya 3m, bila kurang cukup untuk
mengantisipasi keruntuhan tanah pada lubang galian maka dapat dipakai semen
bentonite slurry yang gunanya untuk mengeraskan dinding tanah. Berat volume
beton yang lebih besar akan mendesak bentonite slurry mengalir keluar dari
lubang dan ditampung untuk dipakai pada pengeboran berikutnya.
Dewatering
7. Jelaskan dan uraikan beberapa metode pelaksanaan Dewatering untuk
membangun basement gedung bertingkat ?
Jawab:
Ada tiga macam cara pengeringan yang dapat dipilih, yaitu:
I. Open Pumping
Metode open pumping dipilih, bila:
Karakteristik dan tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi.
Debit rembesan air tidak besar.
Sumur / selokan untuk pemompaan tidak mengganggu atau merugikan pada
tanah / bangunan yang akan dilaksanakan.
II. Predrainage
Metode ini, menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum pekerjaan galian dimulai,
dengan menggunakan pompa well-points. Metode ini ada 2 yaitu :
Single Stage Predrainage
Multi Stage Predrainage (bila penurunan muka air tanah melebihi suction liftnya).
Metode predrainage, dipilih bila:
Karakteristik dan tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak
dengan banyak celah.
Debit rembesan cukup besar dan tersedia saluran pembuangan air
Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide.
Tidak mempunyai efek mengganggu bangunan di sekitarnya.
III. Cut Off
Metode Cut Off adalah metode yang dilakukan untuk memotong aliran bidang air
tanah, melalui cara mengurung daerah galian dengan dinding. Metode ini perlu
memperhitungkan dalamnya “D” tertentu agar tidak terjadi rembesan air masuk ke
dalam daerah galian.
Dinding cut off dapat menggunakan :
Steelsheet pile ( tidak dipakai sebagai struktur dinding permanen).
Concrete diaphragm wall (sebagai struktur dinding permanen).
Concrete secant pile (dapat dipakai sebagai dinding permanen).
Metode cut off, dipilih bila:
Kondisi sama dengan pemilihan predrainage.
Dinding cut off difungsikan juga sebagai penahan tanah atau sebagai dinding
basement.
Penurunan MAT akan mengganggu dan merugikan lingkungan sekitarnya
8. Bagaimana mengatasi rumah-rumah penduduk yang turun/miring/retak di sekitar
lokasi dewatering ?
Jawaban :
Agar kejadian tersebut tidak terjadi maka haruslah dibuatkan dinding penahan tanah
(retaining wall) terlebih dahulu sebelum dilakukan proses dewatering untuk memutus
aliran air tanah pada galian yang akan dilaksanakan.
Tetapi bila kejadian tersebut sudah terjadi maka dibuat sumur dalam dan retaining wall.
Kemudian sumur diisi dengan air yang berasal dari lokasi dewatering untuk menaikkan
muka air tanah kembali. Lalu penduduk yang rumahnya turun/miring/retak diberi ganti
rugi selayaknya.
9. Jelaskan metode Cut Off pada pelaksanaan retaining wall basement gedung ?
Jawab :
Pelaksanaan Metode Cut Off :
Prinsip metode dewatering Cut Off ini adalah memotong aliran air dengan suatu dinding
pembatas, sehingga daerah yang dikehendaki dapat terbebas dari air tanah. Ditinjau dari
pergerakan air tanah, Metode dewatering cut off ini paling baik, karena tidak terjadi aliran
air tanah, dan tidak terjadi penurunan muka air tanah di sekeliling luar daerah galian.
Jenis dinding yang digunakan beserta urut-urutan kerjanya dapat dijelaskan sebagai
berikut::
1. Steel Sheet Pile :
Tetapkan jenis profil steel sheet pile yang akan digunakan, karena steel sheet pile
tersebut juga berfungsi sebagai struktur penahan tanah.
Tetapkan model profil yang terletak pada belokan (biasanya menggunakan profil
yang ada dipotong dan disambung kembali sesuai model yang dikehendaki).
Bila diperlukan, steel sheet pile dapat disambung lebih dulu sebelum dipancang,
dengan memperhatikan agar alur sambungan dengan steel sheet pile yang lain
tetap terjaga.
Steel Sheet Pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada kedalaman
agar steel sheet pile dapat berdiri sendiri dengan stabil.
Steel sheet pile berikutnya dipancang dengan mengikuti alur sambungan dengan
steel sheet pile yang telah dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama.
Begitu seterusnya dengan steel sheet pile selanjutnya sampai sepanjang yang
kita kehendaki.
Pemancangan tahap berikutnya adalah memancang steel sheet pile satu per satu
sampai kedalaman yang dikehendaki. Untuk menjaga agar steel sheet pile tidak
keluar dari interlocking selama proses pemancangan, disarankan menggunakan
Vibro Hammer yang dilayani dengan Crane. Disarankan dipancang bagian tengah
lebih dulu.
Bila pemancangan telah selesai sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki
yaitu sampai pada lapisan impermeable, barulah pekerjaan galian dapat dimulai.
Bila diperlukan steel sheet pile dapat diperkuat dengan strutting yang dipasang
bersamaan mengikuti pekerjaan galian. Bermacam-macam jenis perkuatan dapat
dilakukan, tergantung hal-hal yang mempengaruhinya. Bila galian terlalu lebar,
penggunaan strutting tidak efisien, sebagai gantinya diperlukan bracing.
Bila diinginkan daerah galian bebas dari struktur penahan, maka dapat digunakan
sistem angkur.
Bila pada kaki steel sheet pile terdapat lapisan impermeable (clay) yang
ketebalannya tidak cukup kuat menahan tekanan air, agar tidak terjadi peristiwa
quick sand, di luar dinding steel sheet pile dipasang pressure relief well (Sumur
pelepasan tekanan).
Bila lapisan impervious letaknya sangat dalam, untuk memperkecil hydraulic
gradient (untuk mengurangi tinggi tekanan air) pemancangan steel sheet pile
dapat diperdalam. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya peristiwa quick
sand. Air tidak akan muncul pada dasar galian karena telah kehabisan tinggi
tekanan airnya.
2. Concrete Diaphragm Wall.
Diaphragm Wall ini dibuat dari beton yang dicor di dalam tanah membentuk
dinding yang dapat berfungsi sebagai cut off dewatering dan sebagai struktur
penahan tanah
3. Secant Piles
Yaitu tiang yang saling bepotongan sehingga membentuk dinding yang rapat.
4. Slurry Trenches
Yaitu : Untuk Construction Dewatering; Untuk Penjagaan polusi terhadap air
tanah; Untuk Pengendalian seepage pada dam/tanggul.
Upper Struktur
10. Jelaskan dan uraikan beberapa metode pelaksanaan shear wall pada gedung
bertingkat ?
Jawab :
Beberapa metode pelaksanaan Shear Wall pada gedung bertingkat antara lain :
a. Metode Climbing Form
Form work jenis ini biasanya digunakan untuk pengecoran shear wall. Untuk
pengecoran core wall walaupun dapat menggunakan climbing form tetapi tidak
disarankan karena akan menghambat kemajuan pelaksanaan di samping tingkat
akurasinya juga kurang.
Pelaksanaan dengan menggunakan climbing form memerlukan bantuan tower
crane untuk memindahkan form work dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yang
lebih tinggi.
Segmen pertama dicor seperti mengecor dinding biasa, dengan tingkat akurasi
yang tinggi, karena akan menjadi pedoman pengecoran dinding shear wall
selanjutnya. Pada ujung dinding disediakan lubang dengan memasang pipa,
untuk keperluan memasang angker sebagai penahan climbing form work.
b. Metode Slip Form
Form work jenis ini biasanya digunakan untuk core wall (lebih cocok untuk core
wall yang berbentuk lingkaran).
Pada sistem ini pengecoran core wall dilakukan secara menerus (kontinu)
dengan kecepatan naik kurang lebih 30 cm tiap jam, menggunakan beton
dengan slump rendah .
Sistem ini dapat bergerak keatas sendiri dengan menggunakan beberapa jack
yang merambat pada steel rod yang tertanam dalam dinding core .
Pada awalnya, satu segmen pengecoran yang pertama dapat dilakukan dengan
cara manual dengan ketelitian yang tinggi. Bentuk core yang dibuat secara
manual ini akan menjadi pedoman seterusnya ke atas, dimana disekitar core
tersebut telah tertanam steel rod yang diperlukan bagi merambatnya slip form ke
atas .
Setelah segmen pertama selesai, maka seluruh rangkaian slip form distel, dan
seterusnya hanya tinggal bergerak ke atas saja secara menerus sampai
ketinggian yang diinginkan.
Bila tebal dinding core mengalami perubahan, maka pada tempat berubahnya
ketebalan dinding core, slip form distel kembali, begitu seterusnya.
.
c. Metode Auto Jump Form
Form work jenis ini biasanya digunakan untuk core wall yang berbentuk persegi .
Pengecoran bertahap, segmen demi segmen setinggi satu tingkat (empat meter).
Sistem ini dapat bergerak sendiri keatas tanpa bantuan tower crane dan
mempunyai ruang kerja yang tertutup dan cukup aman. Sistem ini
pergerakannya dilayani oleh beberapa jack yang merambat pada jack rod yang
bertumpu pada dinding yang telah dicor. Jack rod ini dapat digeser keatas oleh
hydraulic jack yang ada, pada waktu seluruh rangkaian form work bertumpu pada
shear key support sistem, jadi jack rod tidak tertanam dalam beton dinding core .
Penyetelan form work untuk core wall dilakukan sekali saja yaitu pada saat
pengecoran segmen awal. Kecuali bila ada perubahan ukuran core wall pada
tahap berikutnya
Pada sistem ini biasanya core wall berjalan mendahului slab, minimum satu
lantai tergantung program kerjanya
Menurut penelitian yang pernah dilakukan, sistem ini akan menjadi lebih murah
dibandingkan sistem yang lain bila jumlah lantai yang dicor lebih dari 15 lantai.
Pengangkatan form work setelah segmen pertama cukup keras, stationary jack
rods diturunkan sampai menumpu pada permukaan beton segmen pertama,
menggunakan hydraulic jack. Kemudian form work bagian luar digeser keluar,
dan form work bagian dalam dikendorkan.
Seluruh rangkaian form work diangkat ke atas oleh hydraulic jacks, sampai
adjustable shear key menumpu pada cekungan yang tersedia, dan baru
kemudian stationary jack rods ditarik keatas oleh hydraulic jack.
Pengecoran segmen berikutnya setelah dipasang penulangan untuk core wall,
form work ditutup dan diikat dengan form tie. Pengecoran satu segmen
berikutnya dapat dilakukan. Begitu seterusnya siklus pengecoran setiap
segmennya.
Hubungan dengan slab dapat dilakukan dengan secara langsung, dengan cara
mengganti form work dinding bagian luar.
Cara seperti ini, terpaksa manghambat prose lajunya pengecoran core wall,
karena harus menunggu persiapan pengecoran slab.
Cara lain yang tidak mengganggu laju pengecoran core wall adalah dengan
menyediakan starter bar atau menyediakan lubang (block out) pada dinding core,
yang berhubungan dengan slab .
Starter bar untuk slab, dapat ditanam, kemudian dengan pembongkaran
seperlunya starter bar tersebut dapat dibuka, untuk menyambung tulangan slab
yang ada. Untuk cara ini perlu ketelitian pada saat memasang starter bar
Pemasangan lokasi starter bar ini harus diteliti karena sangat dipengaruhi oleh
elevasi dari slab yang bersangkutan
Untuk kemudahan dalam pengupasan sebaiknya starter bar tersebut dipasang
menempel pada form work.
Cara seperti tersebut di atas tidak digunakan bila starter bar yang harus
dipasang berukuran besar, karena akan sulit proses pembengkokannya. Bila
tulangan yang akan dipasang cukup besar, misalnya hubungan untuk balok,
maka biasanya menggunakan block out yang dipasang pada dinding core wall
Block ini nantinya dicor kembali setelah penulangan balok terpasang, sehingga
menjadi satu struktur dengan dinding core wall.
11. Sambungan bekas tulangan / splice pada kolom, sebaiknya di tempatkan di tengah
kolom atau rata dengan level plat lantai ? berikan pendapat saudara !
Jawab :
Sambungan tulangan kolom ( lewatan sambungan kolom ) sebaiknya harus ditempatkan
di tengah kolom.
Karena bagian tengah kolom tulangan pokok akan menjadi lebih tebal untuk mendukung
kekuatan kolom agar tidak melendut akibat gaya tekan dan buckling (tekuk) yang
kemungkinan terjadi pada kolom.
12. Jelaskan beberapa metode pelaksanaan bekisting slob / balok ?
Jawaban :
Metode konvensional yaitu bekisting yang memakai balok dan papan kayu.
Metode semi konvensional yaitu bekisting yang memakai balok dan papan kayu dan
dikombinasikan dengan bahan baja.
Metode bekisting system yaitu bekisting yang memakai bahan baja dalam
pelaksanaannya ( Pemasangan dan pembongkaran bekisting ).
Prestress
13. Jelaskan perbedaan signifikan antara beton bertulang dengan beton prestress ?
Jawab :
Perbedaan beton prestress / pratekan dengan beton bertulang adalah : beton betulang
mengkombinasikan beton dan tulangan baja dengan cara membiarkan keduanya bekerja
secara pasif dengan tidak memberi pembagian tahanan beban, sedangkan : beton
pratekan mengkombinasikan beton kekuatan tinggi dengan baja secara aktif dengan cara
menarik baja dan menahannya pada beton sehingga membuat beton dalam keadaan
tertekan.