Heny Suseno, Wahyu Retno Prihatiningsih
-
Upload
truongthuy -
Category
Documents
-
view
238 -
download
4
Transcript of Heny Suseno, Wahyu Retno Prihatiningsih
Hasi/ Pene/itian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
PROFIL DISTRIBUSI 210PbDALAM SEDIMEN DI SEMENANJUNG MURIAUNTUK MELENGKAPI DATA BASE LINE DAN GEOKRONOLOGI
Heny Suseno, Wahyu Retno PrihatiningsihPusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN
ABSTRAK
PROFIL DISTRIBUSI 210Pb DALAM SEDIMEN DI SEMENANJUNG MURIA UNTUKMELENGKAPI DATA BASE LINE DAN GEOKRONOLOGI. Penentuan 210Pb di SemenanjungMuria dimaksudkan untuk melengkapi kekosongan data base line, Disisi lain profil konsentrasi210Pb dalam sedimen dapat digunakan untuk keperluaan geokronologi yang merupakan salahsatu aplikasi teknik nuklir di lingkungan perairan. Cuplikan diambil dari semenanjung muria dandilakukan analisis menggunakan detektor Low Energy HPGe. Hasil analisis diperoleh data baseline 210Pb di perairan Semenanjung Muria untuk air laut dan sedimen berurut turut 6,9 - 8,4.dengan menggunakan nilai Faktor Konsentrasi 210Pb maka prakiraan konsentrasi minimal 210Pbdalam biota laut seperti fotoplankton, makroalgae, zooplankton, moluska dan krustacea berturutturut adalah 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.kg-1. Pengambilan cuplikan sedimen secara piston core tidakmampu memperoleh seluruh lapisan sedimen untuk keperluan geokronologi. Denganmenggunakan metoda pengambilan cuplikan ini hanya diperoleh lapisan sedimen 0 - 25 cm yangdapat digunakan untuk keperluan geokronologi yaitu pad a kisaran maksimal 54 tahun yang lalu.
ABSTRACT
DISTRIBUTION PROFILE OF 210PB ON THE SEDIMENT FROM MURIA PENIUSULAIS TO COMPLETING THE BASE LINE DATA AND GEOCHRONOLOGY. In the other side 210Pb
concentration profile in the sediment can be used for geochronology as one of the nucleartechnique application in the marine enviroment. Sample was taken out from Muria peniusula and
by using low energy HPGe detection, the anal~sis at sediment was conducted. From the analysisresult was obtained the base line data at 21 Pb at Muria peniusula marine of sea water andsediments were 6,9-8,4 mBgr1 and 46 - 54 Bq.kg-1. By using the value of concentration factor,minimum concentration at 210Pb on marine were biota such as photoplankton, macro algae,zooplankton, molusca and crustacea 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.kg-1 respective sediment samplewas taken out by using piston core methode cound not take out all at sediment layer forgeochronology purpose. By using this methode, only 0-25 depth at sedimen layer could be usefor geochronology with the prediction in 54 years ago, maximally.
PENDAHULUAN
Program pemantauan radionuklida di lingkungan laut mempunyai fungsi utama
untuk mengakses derajat kontaminasi radionuklida pada biota atau medianya,
mengevaluasi kecenderungan terhadap waktu, membandingkan hasil pemantauan
dengan regulasi yang berlaku, menentukan sifat relatif sumber potensial dan interpretasi
terhadap kesehatan manusia menyangkut konsumsi makanan laut[1]. Radionuklida pada
lingkungan laut yang spesifik sering mencerminkan emisi dari sumber lokal dan
remobilisasi deposit sedimen serta datang dari sumber yang jauh melalui atmosferik.
Terdapat 3 isu penting yang berhubungan dengan prilaku radionuklida di lingkungan
laut, yaitu[ 1]:
92
Hasil Pene/ilian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
Kebutuhan untuk memahami secara benar kondisi radionuklida setelah terlepas
yang bertujuan untuk memperoleh suatu pengkajian lingkungan dan
konsekuensinya terhadap kesehatan.
Pengetahuan akumulasi yang memberikan dasar kritis untuk mengkaji secara
cepat dampak dimasa depan yang diakibatkan oleh pelepasan radionuklida
terutama yang tidak terkontrol.
Radionuklida yang berada di laut dapat digunakan sebagai radiotracer untuk
mepelajari proses oceanografi.
Pemetaan radioaktif pemancar gamma dan dikonversikan kedalam satuan dosis
radiasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi dasar dosis trerkecil yang
didokumentasikan sebagai acuan dasar dan digunakan pada saat situasi darurat seperti
kecelakaan PLTN atau pelepasan material radioaktif, kehilangan sumber radioaktif dari
sebagainya [2].
Program pemantauan radionuklida di lingkungan kelautan yang dilakukan secara
berkelanjutan berguna untuk menentukan derajat, arti dan kecenderungan polusi
radionuklida yang diemisikan dari berbagai macam sumber seperti olah-ulang nuklir,
kecelakaan, operasi kapal selam nuklir, dampak ekplorasi minyak di laut dan kegiatan
penambangan.
Data Base line radionuklida di lingkungan perairan laut Semenanjung Muria telah
dilakukan oleh NEW JEK pada tahun 1992. Terdapat kekosongan data radionuklida
210Pb sehingga harus dilakukan analisis dalam air dan sedimen di perairan
Semenanjung Muria tersebut. Data base line 210Pbtersebut sang at penting mengingat
segera beroperasinya PLTU Tanjung Jati B yang akan meningkatkan konsentrasi 210Pb
dalam lingkungan perairan laut Semenanjung Muria. Hal ini karena beberapa unsur
kelumit yang terkandung dalam batu bara bersifat radioaktif, yaitu: uranium, thorium dan
produk peluruhannya. Walaupun unsur-unsur terse but secara kimia kurang toksik
dibandingkan kandungan log am berat pada batu bara seperti arsen, selenium dan
merkuri, tetapi mempunyai resiko yang berasal dari radiasi[3].
Radioisotop 210Pb(t1/222,26 tahun) merupakan radioisotop alam yang terbentuk
melalui peluruhan deret uranium dan dapat berasal dari fall out peluruhan gas radon
e22Rn) kemudian turun ke permukaan bumi selanjutnya tersedimentasi. Radioisotop ini
dalam lingkungan aquatik bercampur dalam sedimen dan terakumulasi pad a sistem
dasar air[4]. Radioisotop 210Pbdan 210pOterdapat dalam batuan fosfat, pembakaran batu
bara yang terekstrak dan dikatagorikan sebagai NORM dan dapat meningkatkan
93
Hasi/ Pene/itian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
papa ran radiasi terhadap publik [5]. Isotop 210Pb diukur karena bersifat chemotoxic,
radiotoxic, mempunyai waktu paruh yang lama (22,3 tahun), dapat terakumulasi dalam
tulang. Maksimum konsentrasi 210Pbdalam air minum di Austria sebesar 1,23Bq/l dan
Untuk Uni Eropa konsentrasinya direkomendasikan sebesar 0,2 Bq/l[6]. Disisi lain
radioisotop 222Rn merupakan anak luruh dari 226Ra dim ana 226Ra terdapat di dalam
batuan dan tanah dan akan menghasilkan 210Pb yang akan berada dalam kondisi
setimbang dengan induknya. Difusi sejumlah kecil 222Rn dari tanah dan lepas ke
atmosfer untuk selanjutnya membentuk 210Pb kemudian turun kembali kepermukaan
tanah atau permukaan sedimen. Isotop 210Pbyang turun dari atmosfer tidak berada
dalam kondisi kesetimbangan dengan 222Rn didalam tanah dan dinamakan sebagai
unsupported atau kelebihan 210Pb[7].Kelebihan 210Pbdapat dihitung melalui pengukuran
210Pb dan 226Ra dan dirunut dengan komponen-komponmen setempat. Konsentrasi
210Pb dalam sedimen tinggi dipermukaan dan menurun dengan pertambahan
kedalaman. Penurunan konsentrasi terse but berhubungan dengan peluruhannya
sehingga bagian terdalam dari sedimen berhubungan dengan waktu sedimentasi.
Hubungan konsentrasi 210Pb dengan kedalaman adalah tinier jika dibuat plot antara
kedalaman versus logaritmik konsentrasi 210Pb. Slope persamaan linier tersrsebut dapat
digunakan untuk memprediksi kecepatan sedimentasi. Penetapan konsentrasi 210Pbper
lapisan sedimen dapat digunakan untuk menentukan umur sedimen dengan jangkauan
100 tahun dari sekarang.
TAT A KERJA
Bahan
Wadah cuplikan, sedimen dan air laut yang diambil dari Semenanjung Muria, gas N2
untuk pendingin detector
Alat
Spektrometer gamma yang dilengkapi dengan detektor HPGe dengan rentang energi 0
- 600 KeV, oven, mortal dan ayakan.
METODA
Cuplikan air laut dan sedimen diambil dari 6 lokasi perairan Semenanjung Muria
dengan jarak 1 Km dari bibir pantai menggunakan perahu nelayan. Air permukaan
diambil menggunakan ember dan sedimen diambil menggunakan piston grap. Sedimen
dikeluarkan dari piston grab pad a lapisan 0 - 40 cm. Seluruh sedimen dikeringkan
94
Hasil Penelitian clan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
menggunakan oven pad a suhu 10Soe selama 1 minggu dan dihaluskan menggunakan
mortar kemudian diayak sampai dengan ukuran 100 mesh. Sedimen dan air tersebut
kemudian dicacah menggunakan spektrometer gamma selama 1 minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kandungan 210Pb dalam Air Laut dan Sedimen
Analisis 210Pb dapat dilakukan secara tidak langsung melalui produk
peluruhannya yaitu 210Siatau 210pOmenggunakan alat spektrometer alfa maupun beta.
Analisis yang menggunakan metoda spektrometer alfa maupun beta lebih sensitif
namun memerlukan pemisahan kimia yang harus ditetapkan recoverinya. Analisis
secara langsung dapat dilakukan menggunakan spektrometer gamma (46,S Kev)
dengan probabilitas 4%. Analisis menggunakan spektrometer gamma sangat sulit
dilakukan tetapi saat ini dapat mudah dilakukan dengan menggunakan detektor n
HPGe[8]. Analisis 210Pb pad a contoh lingkungan dihadapkan pada absorpsi energi
rendah gamma dari contoh tersebut. Absorbsi energi gamma oleh wadah cuplikan biasa
dijumpai energi dibawah 100 Kev. Koreksi tidak perlu dilakukan jika cuplikan diukur
menggunakan matriks dan wadah yang sama dengan standard.[9] Hal lain yang dapat
dilakukan adalah membuat variasi ketebalan cuplikan, komposisi kimia cuplikan dan
efesiensi kalibrasi melalui pengukuran material reference (acuan) harus dilakukan[10].
Langkah pertama analisis 210Pbadalah melakukan kalibrasi detektor Low Energy
Germanium/n-HPLEGe menggunakan matriks yang sama dengan cuplikan. Untuk
kalibrasi cuplikan air laut digunakan larutan 152Eudan 166Ho. Kalibrasi detektor untuk
analisis 210Pbdalam sedimen menggunakan matriks sedimen yang mengandung 166Ho.
Spektrum yang dihasilkan dari pencacahan kedua standar kalibrasi terse but ditunjukkan
pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Kalibrasi energi standar 152Eudan 166Ho
95
Hasil Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006
Gambar 2. Kalibrasi energi standar 166Ho
ISSN 0852 - 2979
Berdasarkan analisis maka diperoleh persamaan garis hubungan antara channel dan
energi masing-masing:
1. Untuk air 3.686e-001 KeV + 3.331e-002*Ch
2. Untuk sedimen 4.377e-001 KeV + 3.330e-002*Ch
Kelayakan hasil kalibrasi dilakukan dengan menganalisis larutan 210Pb dan diperoleh
ketepatan spektrum 210Pbpada nom or chanel hasil kalibrasi.
Kalibrasi efesiensi dari dua standar tersebut ditunjukkan pad a Gambar 3 dan 4
Gambar 3. Kalibrasi effisiensi standar 152Eudan 166Ho
96
Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006
Gambar 4. Kalibrasi effisiensi standar 166Ho
ISSN 0852 - 2979
Mengacu pada program pemantauan radionuklida di lingkungan perairan harus
didukung oleh kapabilitas laboratorium yang cukup untuk mengukur konsentrasi cuplikan
yang konsentrasinya berdekatan dengan latar belakang (background), maka untuk
keakuratan data diperoleh dengan menganalisis Certifate Refference Material (CRM).
HasH analisis CRM (Sea Water IAEA-381 untuk air (aut dan Marine Sediment IAEA-315
untuk sedimen) akan menunjukkan kemampuan intrumentasi spektrometer gamma yang
dHengkapi detektor HPLEGe.
HasH analisis 210Pbdiperairan Semenanjung Muria ditunjukkan pada Tabel1.
Tabel1. Konsentrasi 210Pbdalam air (aut dan Sedimen Semenanjung Muria.
110045'00"LS ; 06°25'48,30"BT110046'00"LS; 06°23'37,26"BT110047'00"LS ; 06°23'6,48" BT110048'00"LS ; 06°23'1,62"BT110049'00"LS; 06°23'19,44"BT
110050'00"LS; 06°24' 13,36"BT
8,26,97,58,08,4
8,0
5446525051
49
HasH analisis merefleksikan konsentrasi 210Pbyang merupakan keadaan C1wal
sebelum terdapat kegiatan penambangan, operasional PLTU dan sebagainya yang akan
meningkatkan konsentrasi 210Pbdalam air dan sedimen Semenanjung Muria. Sumber
utama dari 210Pb terse but adalah fail out, sedimentasi proses pengikisan batuan di
97
Hasi/ Pene/itian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
daratan dan penggunaan pupuk. Dalam konteks program pemantauan lingkungan
diperairan laut, maka interpretasi data analisis dalam lingkup yang lebih luas harus
dilakukan. Hal ini karena program pemantauan radionuklida di lingkungan perairan
mempunyai fungsi utama untuk mengkaji derajad kontaminasi radionuklida dalam biota
dan atau medianya, mengevaluasi kecenderungannya terhadap fungsi waktu,
membandingkan hasil pemantauan dengan panduan atau komitmen lingkungan,
menentukan sifat dari sumber potensial dan menafsirkan resiko terhadap kesehatan
manusia dalam hal pola konsumsi makanan laut[11]. Hal lain yang menjadi pertimbangan
adalah bahwa radionuklida pada lingkungan kelautan spesifik sering merefleksikan emisi
yang berasal dari sumber lokal, remobilisasi sedimen, dan sumber-sumber kontaminan
yang datang dari lokasi yang jauh.
Data hasH analisis 210Pb dalam air laut dapat digunakan untuk mengestimasi
kandungannya dalam organisme laut yang sebagian digunakan sebagai bahan pangan.
Pentingnya data kandungan radionuklida tersebut berdasarkan bahwa studi radioekologi
kelautan juga mempunyai tujuan untuk memperoleh kemampuan secara baik dan cepat
untuk mengkaji akibat lepasan radionuklida ke lingkungan perairan laut dari sisi
kesehatan dan faktor ekonomi[12]. Badan standarisasi makanan di Inggris melakukan
monitoring dan evaluasi untuk menjamin bahwa tingkatan radionuklida dalam batasan
yang am an pad a sumber makanan. Survey terhadap prakiraan dampak radiologis
radionuklida alam yang terkandung dalam makanan non budidaya dilakukan di Inggris.
Radionuklida alam yang diamati adalah 210pO,210Pbh,234U,238U,230Th,232Thdan 226Ra.
Kontribusi utama radioanuklida adalah 210pOdan 210Pbyaitu 95% dari total dosis. [13].
Prakiraan kandungan radionuklida 210Pbdalam biota laut dapat dilakukan dengan
menggunakan nilai Faktor Konsentrasi radioisotop terse but pada berbagai biota seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Faktor Konsentrasi Pb-210 Dada oraanisme laut[13]
Faktor Konsentrasi merupakan rasio konsentrasi 210Pbdalam biota (Bq.Kg-1) terhadap
konsentrasinya dalam air (Bq.I-1). Hasil perhitungan menunjukkan konsentrasi minimal
98
Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
210Pb dalam fotoplankton, makroalgaa, zooplankton, moluska dan krustacea berturut
turut adalah 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.Kg'1. Prakiraan dosis yang berasal dari kontribusi
konsumsi biota laut terse but belum dapat dilakukan karena pada lingkup penelitian ini
tidak dilakukan pengambilan data melalui angket untuk pol a konsumsi biota-biota
tersebut dalam 1 tahun.
2. Profil Konsentrasi 210Pbdalam Sedimen di Semenanjung Muria
Profil konsentrasi 210Pb dalam sedimen dapat digunakan untuk menetukan
geokronologi serta kecepatan sedimentasi di lingkungan perairan. Terdapat 3 proses
yang mempengaruhi profil konsentrasi unsupported 210Pbdalam tiap lapisan sedimen,
yaitu: peluruhan radioaktif, sedimentasi dan percampuran sedimen. Jika percampuran
partikel sedimen dianggap sebagai proses difusi, maka variasi konsentrasi unsupported
210Pbterhadap waktu mengikuti persamaan:
a(pC)1 at = a I az(Ka(pC) I az) - sa(pC)az - l(pC) (1)
dimana C adalah unsupported 210Pb(Bq.g'\ pada waktu t, p adalah densitas sedimen
(g.cm'3), K adalah koefisien difusi atau percampuran (cm.tahun'1), z adalah kedalaman
sedimen terhadap lapisan permukaan yang bersentuhan air, S adalah kecepatan linier
sedimentasi (cm.tahun'\ A. adalah konstanta peluruhan 210Pb (0,031 tahun'1). Asumsi
pad a saat kesetimbangan nilai K, S dan p konstan terhadap waktu dan kedalaman,
maka persamaan (1) dapat ditulis kembali menjadi
K(a2C I az2 )- s(ac I az )- lC = 0 (2)
Tiga pemecahan dari persamaan diferensial ini dapat diutulis dengan kondisi umum
batasan C(z) = Co untuk r z=O dan C(z) = 0 untuk z tidak terhingga. Untuk fluks konstant
dan kondisi spesifij K = 0, maka persamaan (2) menjadi
C(z)=Coexp[-(lzIS)] (3)
Formulasi ini mengasumsikan konstanta konsentrasi mula-mula dari unsupported 210Pb
pada antar muka sedimen dan air. Harga rasio CI adalah rasio kecepatan deposisi
radionuklida (Bq.cm'2y1) terhadap kecepatan deposisi sedimen (g.cm'2y1) pada antar
muka. Jika kecepatan sedimentasi konstan terhadap interval waktu t maka persamaan
(3) menjadi
C(z) = [<pISp(z)][exp[-(lz IS)] (4)
Dimana <p adalah fluks radionuklida (Bq.cm'2.tahun'1) dan p adalah densitas setempat
pada kedalaman z.
99
Hasi/ Penelitian don Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
Plot log C(Z) terhadap kedalaman akan menghasilkan garis lurus jika deposisi
radioisotop (cp) dan sedimen (Sp) konstant. Formulasi ini dinamakan konstanta fluks
keeepatan sedimentasi. Menggunakan asumsi fluks konstan dan kesetimbangan antara
suplay dan peluruhan, waktu yang dipakai untuk mendeposisikan lapisan sedimen pada
ketipisan z dalam proses deposisi kontinyu menjadi
t = 1/ A In[A", / A(z)] (5)
Oaimana Ao adalah total unsupported 210Pb(Bq.em-2) didalam kolom sedimen dan A(z)
konsentrasi unsupported 210Pb(Bq.em-2) pada lapisan z.
Hasil analisis 210Pbpad a lapisan-Iapisan sedimen di 2 lokasi pengeboran yang
berada 1 Km dari muara Sungai besar di Semenanjung Muria ditunjukkan pad a
Gambar 5.
.D
~ 100N'w!II
~ 10<1>
f/)<:a~OJa
...J5 15 20 25 30 40
Tebal kedalaman lapisan sedimen (em)
Gambar 5. Profil konsentrasi 210Pbpada lapisan sedimen Semenanjung Muria.
Hasil analisis profil konsentrasi pada teballapisan sedimen 5 sampai dengan 40
em tersebut tidak dapat digunakan untuk menentukan proses geokronologi di
Semenanjung Muria karena plot log C(z) terhadap kedalaman tidak menghasilkan garis
lurus. Hal ini disebabkan oleh proses pengambilan sedimen menggunakan core piston
tidak sempurna sehingga terdapat kemungkinan lapisan atas bereampur dengan lapisan
dibawahnya. Namun demikian jika data tebal sedimen yang digunakan adalah 5 sampai
dengan 25 em, maka umur sedimen ditentukan menggunakan persamaan (5) dan
diperoleh hasil seperti ditunjukkan pad a Gambar 6.
100
Hasi/ Pene/itian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006
60
50
§ 40.c:! 30
5 20E::J 10
o5 15 20 25
ISSN 0852 - 2979
Lapisan sedimen (em)
Gambar 6. Umur lapisan Sedimen semenanjung Muria.
Berdasarkan Gambar 6, maka umur lapisan sedimen berkisar antara 0 sampai dengan
53 tahun. Umur sedimen ini dapat digunakan untuk mengetahui sejarah polusi di
Semenanjung Muria 53 tahun yang lalu sampai saat ini jika dilakukan analisis polutan
pad a setiap lapisan sedimen tersebut.
KESIMPULAN
1. Data base line 210Pbdi perairan Semenanjung Muria untuk air laut dan sedimen
berurut turut 6,9 - 8,4 mBqr1 dan 46 - 54 Bq.Kg-1.
2. Menggunakan nilai Faktor Konsentrasi 210Pbmaka prakiraan konsentrasi minimal
210Pbdalam biota laut seperti fotoplankton, makroalgaa, zooplankton, moluska
dan krustacea berturut-turut adalah 82; 0,82; 82 dan 82 Bq.Kg-1.
3. Pengambilan cuplikan sedimen menggunakan piston core tidak mampu
diperoleh seluruh lapisan sedimen untuk keperluan geokronologi. Menggunakan
metoda pengambilan cuplikan ini hanya lapisan sedimen 0 - 25 cm yang dapat
digunakan untuk keperluan geokronologi yaitu pada kisaran maksimal 54 tahun
yang lalu.
DAFT AR PUST AKA
1. Friedlander, B.R, Gochfeld, M., Burger, J., Powers, C.W. (2005), Radionuclides in the
Marine Environment, A CRESP Science Review Consortium for Risk Evaluation with
Stakeholder Participation.
2. Rybach, L.; Schwarz, G.F.; Medici, F.; Construction of radioelement and dose-rate
baseline maps by combining ground and airborne radiometric data, the project framework
of the Swiss Federal Nuclear Safety Inspectorate.
3. Annom, Radioactive Elements in Coal and Fly Ash: Abundance, Forms, and Environmental
Significance, U.S. Geological Survey Fact Sheet FS-163-97 October, 1997
4. Jefer, W.H (1999), Determining of Ages of Recent Sediment Using Measurement of Trace
101
Basil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852 - 2979
Radioactivity, Workshop of Nuclear Regulatory Commission Region I, USA.
5. Jia, G., Belli, M., Blasi, M., Marchetti, A., Rosamillia, S., Sunsone, U. (2000), 210Pband
210pODetermination in Environmental Sample, Appl Radiation and Isotopes 53(2000) 115120
6. Kralik, C.; Friedrich, M.; Determination of 210Pb in Water, AAHFS - Food Control and
Research Vienna
7. Zapata, F and Garcia-agudo, E. Future prospects for the 137Cs technique for estimating
soil erosion and sedimentation rates. Acta Geologica Hispanica, v. 35 (2000), nO3-4. p.197-205
8. Tanner, P.A., Pan, S.M., Mao, S.Y., Yu, K.N.. V Ray Spektrometric and a Counting Methods
Comperation for Determination of 210Pbin Eustarine Sediment, Appl Spectroscopy Vol
54(10),2000, 1443-1446
9. Oczkowski, H.L.; Gamma Spectrum Analysis for Environmental Nuclides, J.
Geochronometria Vol. 20, pp 39-44, 2001
10. Seppo Klemola. Jukka Mattila and Tarja K. Ikaheimonen, Determination Of Pb-210 In
Sediment Samples By Gamma Ray Spectrometry: Application Of An Efficiency Transfer
Method, Finnish Centre for Radiation and Nuclear Safety, Helsinki. Finland
11. Friedlander, B.R; Gochfeld, M; Burger, J; Powers, C.W; Radionuclides in the Marine
Environment. A CRESP Science Review. 2005
12. Palsson, S.E.; Marine Radioecology: Final Report of the Nordic Nuclear Safety Research
Project EKO-1 , NKS Secretariat. Building 100. PO Box 49 DK-4000 Roskilde 1998
13. Green, N.; Hammond, D.J.; Davidson, M.F.; Wilkin, B.T.; Williams, B.; The Radiological
Impact of Naturally-Occuring Radionuclides in Food from the Wild, BMRB International.London
14 T.M. Krishnamoorthy, Collection and Preparation of Lake Sediments for Dating and Trace
Element Analysis by Nuclear Techniques, IAEA-TECDOC-1360 International Atomic
Energy Agency, Viena, 2003
102