Tugas Mpg Resume Skripsi
-
Upload
muhammad-kholiq-yunanto -
Category
Documents
-
view
51 -
download
7
Transcript of Tugas Mpg Resume Skripsi
Skripsi yang digunakan untuk mengerjakan tugas meresume ini adalah Skripsi yng dibuat
oleh Denny Asih Maulina dengan judul skripsi “ANALISIS TINGKAT KERAWANAN
LONGSORLAHAN DI KECAMATAN CEPOGO”.
BAB I
PENDAHULUAN
Kecamatan Cepogo termasuk dalam Kabupaten Boyolali. Jenis tanah yang
merupakan hasil letusan Gunungapi dari Gunung Merapi dan Gunung Merbabu termasuk
subur dan mengandung banyak bahan galian golongan C. Petani pada umumnya menanam
sayuran, jagung dan ketela pohon pada keadaan topografi miring dengan cara berbaris searah
kemiringan lereng, kondisi ini bisa mengurangi kemantapan lereng sehingga mengakibatkan
longsorlahan. Padatnya aktifitas penambangan pasir mengakibatkan Daerah Cepogo sekarang
tertutup untuk perizinan penambangan pasir baru. Ancaman kerusakan lahan, hilangnya
sumber air dan kerawanan longsorlahan menjadi dampak aktifitas penambangan di daerah
Cepogo.
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui tipe longsorlahan di Kecamatan Cepogo
dan Mengetahui agihan tingkat kerawanan longsorlahan di Kecamatan Cepogo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Longsor/longsoran (landslide) adalah pergerakan suatu material penyusun lereng
berupa massa batuan, tanah, atau bahan rombakan material (yang merupakan percampuran
tanah dan batuan) menuruni lereng, yang terjadi apabila gaya pendorong pada lereng lebih
besar dari pada gaya penahan. Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan,
pengangkutan atau pergerakan, dan pengendapan. Dalam penelitian ini pengklasifikasian tipe
longsorlahan menggunakan sistem klasifikasi menurut Suprapto Dibyosaputro (1992).
Identifikasi tipe longsorlahan dalam penelitian ini hanya pada tipe-tipe longsorlahan yang
termasuk kedalam tipe gerakan longsor cepat karena jejak longsoran lebih mudah diamati
secara langsung dan risiko yang ditimbulkan dapat dirasakan secara langsung di lapangan
pada sistem klasifikasi Varnes dikenal dengan istilah ”Slides”. Dalam penelitian ini tingkat
kerawanan longsorlahan ditentukan berdasarkan pengharkatan dari masing-masing parameter
pengaruh tingkat kerawanan longsorlahan. tingkat kerawanan longsorlahan, maka harkatnya
semakin kecil. Skala pengharkatan dilakukan pada parameter topografi, tingkat erosi,
permeabilitas tanah, tekstur tanah, solum tanah, penutupan lahan, dan penggunaan lahan
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali dengan
pertimbangan bahwa di kecamatan tersebut berpotensi menimbulkan longsorlahan. Penelitian
tingkat kerawanan longsorlahan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Gejala yang
diamati dalam penelitian ini adalah kondisi geologi, curah hujan, kemiringan lereng, tingkat
erosi, permeabilitas tanah, tekstur tanah dan penggunaan lahan. Penelitian dilakukan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya sehingga akan diketahui keadaan yang akan datang dengan
kondisi tanpa perubahan dan tindakan apa yang seyogyanya diambil untuk mengantisipasi
terjadinya longsorlahan
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan pengambilan
sampel wilayah (area sampling) yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan cara
mengambil wakil dari setiap wilayah yang ada
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif.
Populasi adalah seluruh satuan lahan yang ada di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali
dengan jumlah 470 satuan lahan, sampel diambil dengan teknik sampel wilayah dan
menghasilkan 49 sampel satuan lahan. Teknik pengumpulan data diperoleh dengan observasi
lapangan, wawancara mendalam dan uji laboratorium. Teknik analisis data dengan cara
scoring parameter dengan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kelongsoran dan
dengan cara overlay data primer dan sekunder yang telah dianalisis untuk menghasilkan peta
kerawanan longsorlahan sehingga data dapat ditabulasikan
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis kualitatif.
Dalam metode kualitatif kesimpulan terakhir digunakan logika dan penalaran hal tersebut
didasarkan pada penemuan di lapangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tipe iklim di wilayah Kecamatan Cepogo termasuk tipe iklim C yang sifatnya agak
basah. Bulan basah adalah suatu bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 100
milimeter. Kondisi geologi daerah Cepogo dapat diketahui berdasarkan stratigrafi daerah
Cepogo yang menunjukkan litologi penyusun dan urutan umur dari litologi tersebut.
Geomorfologi daerah penelitian merupakan perbukitan berelief halus hingga kasar
dengan ketinggian berkisar antara 400 hingga lebih dari 1500 meter di atas permukaan laut
tanah di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi lima macam tanah meliputi:
a. Andosol Coklat
b. Komplek Regosol Kelabu dan Litosol
c. Litosol Coklat
d. Regosol Coklat dan Regosol Kelabu
Di Kecamatan Cepogo air tanah dangkal masih bisa ditemui khususnya pada daerah
dengan topografi datar sampai dengan berombak yaitu di wilayah Cepogo bagian timur
seperti Desa Jelok, Desa Bakulan, Desa Candigatak dan Desa Cabeankunti. Air tanah dangkal
tersebut mempunyai kedalaman air tanah 15 sampai dengan 17 meter.
Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik secara
permanen atau siklus terhadap sekumpulan sumberdaya lahan dengan tujuan untuk
memperoleh manfaat dari lahan guna mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya baik berupa
kebendaan maupun spiritual ataupun kedua-duanya. Pertanian di Kecamatan Cepogo hanya
menggunakan satu jenis irigasi yaitu irigasi sederhana diantaranya Desa Sumbung, Desa
Paras, Desa Jelok dan Desa Mliwis . Lahan kering di Kecamatan Cepogo digunakan untuk
berbagai macam kegiatan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk.
Daerah penelitian terdapat 49 satuan lahan. Kondisi fisik daerah penelitian cukup
bervariasi. Untuk mempermudah pembahasan data lapangan yang diperoleh peneliti maka
data yang cukup bervariasi. Parameter kemiringan lereng di daerah penelitian bervariasi
dengan kategori datar, berombak, bergelombang, berbukit dan bergunung. Data kemiringan
lereng diperoleh dari GPS. Ketinggian tempat (elevasi) di daerah penelitian bervariasi. Data
ketinggian tempat diperoleh dari GPS dan Peta RBI. Ketinggian 25-347 di atas permukaan
laut (dpl) terdapat di Desa Jelok, Desa Candigatak, Desa Gubug, sebelah timur Desa Bakulan
dan sebagian kecil wilayah Desa Kembangkuning; untuk ketinggian 348-669 (dpl) terdapat di
sebagian besar wilayah Desa Gubug dan sebagian kecil wilayah di timur dan utara Desa
Kembangkuning; untuk ketinggian 670-991 (dpl) terdapat di sebagian kecil wilayah selatan
Desa Gubug, Desa Cabeankunti, sebelah barat Desa Bakulan, Desa Paras, Desa Sumbung,
Desa Mliwis, Desa Cepogo bagian timur, sebagian besar wilayah Desa Kembangkuning,
sebagian kecil wilayah timur Desa Genting, wilayah timur Desa Sukabumi, wilayah timur
Desa Gedangan dan sebagian kecil timur Desa Jombong; untuk ketinggian 992-1313 (dpl)
terdapat di sebagian kecil wilayah sebelah barat Desa Kembangkuning, wilayah barat Desa
Cepogo, wilayah tengah Desa Genting, hampir sebagian besar wilayah Desa Sukabumi,
sebagian besar wilayah Desa Gedangan, Desa Wonodoyo, dan sebagian besar wilayah Desa
Jombong; untuk ketinggian 1314-1636 (dpl) terdapat di sebagian wilayah barat Desa Genting,
sebagian kecil wilayah barat Desa Sukabumi, bagian barat Desa Wonodoyo dan bagian barat
Desa Jombong; ketinggian 1637-1958 (dpl) terdapat di wilayah barat Desa Wonodoyo dan
sebagian kecil wilayah barat Desa Jombong; ketinggian 1959-2280 (dpl) terdapat di Kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi Desa Wonodoyo
Di daerah penelitian terdapat empat tingkat erosi dengan kategori baik, sedang, jelek
dan sangat jelek. Agihan tingkat erosi dengan kategori baik terdapat di sebagian besar
wilayah Desa Kembangkuning, sebagian wilayah Desa Gubug, sebagian kecil wilayah utara
Desa Cepogo dan wilayah utara Desa Cabeankunti; untuk kategori kelas erosi sedang terdapat
di sebagian kecil wilayah barat dan tengah Desa Kembangkuning, sebagian besar wilayah
Desa Cepogo, Desa Cabeankunti, Desa Mliwis, Desa Sumbung, Desa Paras, wilayah timur
Desa Jombong, Desa Bakulan, Desa Jelok, bagian timur Desa Gedangan, bagian timur Desa
Sukabumi, dan bagian timur Desa Genting; untuk kategori kelas erosi jelek terdapat di
sebagian besar wilayah bagian barat Desa Genting, Desa Sukabumi, Desa Gedangan, Desa
Sumbung bagian tengah, wilayah barat dan selatan Desa Jombong, wilayah barat Desa
Cepogo, dan wilayah timur Desa Wonodoyo; sedangkan untuk kategori tingkat erosi sangat
jelek terdapat di wilayah Desa Jombong bagian barat dan sebagian besar wilayah Desa
Wonodoyo
Di daerah penelitian tipe longsorlahan runtuhan material campuran ini banyak
ditemui pada talut jalan dan pada dinding tebing galian C. Secara administrasi persebaran tipe
longsorlahan ini terdapat di wilayah bagian tengah Desa Wonodoyo ditemukan satu titik
longsor yang berada di talut jalan menuju Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, di
bagian barat Desa Genting ditemukan tiga titik longsor dan satu titik longsor di bagian timur,
tiga titik di bagian barat dan satu titik di bagian tengah Desa Cepogo, satu titik di bagian barat
Desa Kembangkuning
Analisis tingkat kerawanan longsorlahan Sumantri diperoleh tiga klas kerawanan
longsorlahan di daerah penelitian yaitu:
Klas I = merupakan satuan lahan yang mempunyai tingkat kerawanan sangat tinggi atau klas
I dalam potensi kelongsoran dengan luas wilayah kelongsoran 1.303,46 Ha
Klas II = merupakan satuan lahan yang mempunyai potensi kelongsoran klas II atau potensi
kelongsoran tinggi dengan luas wilayah potensi longsor 2.669,89 Ha
Klas III = merupakan satuan lahan yang mempunyai bahaya kelongsoran cukup tinggi atau
klas kerawanan III dengan luas 1.529,25 Ha
Berdasarkan pembahasan hasil analisis data dari penelitian ini dapat disimpulkan:
1. Tipe longsorlahan di Kecamatan Cepogo adalah tipe nendatan tanah (slump) dan runtuhan
material campuran (debris fall). Tipe longsorlahan yang paling banyak dijumpai di
Kecamatan Cepogo adalah tipe runtuhan material campuran sebanyak 21 lokasi yang
tersebar hampir merata di Kecamatan Cepogo dan paling sedikit adalah tipe nendatan
tanah sebanyak 3 lokasi yaitu di Desa Genting, Desa Cepogo dan Desa Gedangan.
2. Agihan tingkat kerawanan longsorlahan di Kecamatan Cepogo terbagi dalam tiga klas
kerawanan longsorlahan dengan tujuh klas prioritas pengelolaan lahan.
a. Klas I merupakan klas yang mempunyai tingkat kerawanan longsorlahan paling tinggi
dengan masukan Prioritas Pengelolaan Lahan (PPL) sangat intensif terdapat pada
satuan lahan SmkKregklQmiV, SmkKregklQmoV, TegKregklQmiII,
TegKregklQmoIV, dan TegRegckQmiI. Mempunyai luas 3.360,3 Ha atau 25,43% dari
seluruh luas wilayah Kecamatan Cepogo.
b. Klas II merupakan klas yang mempunyai tingkat kerawanan longsorlahan tinggi
dengan memperoleh masukan PPL bervariasi. Pembagian daerah kerawanan
longsorlahan pada klas II adalah sebagai berikut:
1) Klas II dengan PPL sangat intensif terdapat pada satuan lahan Kbn Kregkl Qmi II,
Teg Kregkl Qmi IV, Pmk Kregkl Qmi II, Teg LC Qme II, Rmpt Kregkl Qmo V,
Teg Regck Qmi II, Teg AC Qmi IV, Pmk Regk Qmi I. Mempunyai luas daerah
kerawanan1.233,6 Ha atau 22,63% dari luas seluruh daerah penelitian.
2) Klas II dengan PPL intensif terdapat pada satuan lahan Pmk Kregkl Qmi III, Teg AC
Qmi III, Rmpt AC Qmi IV, Teg Kregkl Qmi III. Mempunyai luas daerah kerawanan
599,92 Ha atau 11% dari luas seluruh daerah penelitian.
3) Klas II dengan PPL cukup intensif terdapat pada satuan lahan Htn Kregkl Qmo V,
Smk AC Qmi V, Pmk Kregkl Qmo IV, Smk Kregkl Qmi IV. Mempunyai luas
daerah kerawanan 104,26 Ha atau 1,91% dari luas seluruh daerah penelitian.
4) Klas II dengan masukan PPL sedang terdapat pada satuan lahan Teg AC Qme IV,
Teg AC Qmi V . Mempunyai luas daerah kerawanan 49,61 Ha atau 0,91% dari luas
seluruh daerah penelitian.
5) Klas II dengan masukan PPL rendah terdapat pada satuan lahan Pmk AC Qme IV
Teg Kregkl Qmo III, Pmk AC Qmi III, Teg LC Qme IV, Pmk Kregkl Qmo III, Teg
LC Qmi IV. Mempunyai luas daerah kerawanan 279,31 Ha atau 5,12% dari luas
seluruh daerah penelitian.
6) Klas II dengan masukan PPL sangat rendah terdapat pada satuan lahan Smk Kregkl
Qmi III, Teg LC Qme I, Teg LC Qmi II. Mempunyai luas daerah kerawanan 410,41
Ha atau 7,53% dari luas seluruh daerah penelitian.
7) Klas II dengan tidak perlu masukan PPL terdapat pada satuan lahan Kbn Kregkl
Qmi IV, Pmk Regck Qmi II, Kbn Regck Qmi I, Swh Regck Qmi II, Kbn Regck
Qmi II, Teg Kregkl Qme IV, Pmk LC Qme II, Teg Regk Qme I, Pmk LC Qme IV,
Teg Regk Qmi I, Pmk LC Qmi IV . Mempunyai luas daerah kerawanan 807,52 Ha
atau 14,81% dari luas seluruh daerah penelitian.
c. Klas III merupakan klas yang mempunyai tingkat kerawanan longsorlahan cukup tinggi
dengan memperoleh masukan PPL bervariasi. Pembagian daerah kerawanannya adalah
sebagai berikut:
1) Klas III dengan masukan PPL sangat intensif terdapat pada satuan lahan
PmkAcQmiIV Mempunyai luas daerah kerawanan 17,66 Ha atau 0,32% dari
seluruh luas daerah penelitian.
2) Klas III dengan tidak perlu masukan PPL terdapat pada satuan lahan KbnRegkQmiI
dan SwhKregklQmiII. Mempunyai luas daerah kerawanan 107,72 Ha atau 1,98%
dari luas seluruh daerah penelitian.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil implikasi hasil penelitian sebagai berikut
:
1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
penggunaan lahan, supaya lahan dapat digunakan sesuai dengan kemampuannya. Apabila
lahan digunakan sesuai dengan kemampuannya maka lahan dapat lestari dan dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan penduduk.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam
mengatasi bahaya longsorlahan di daerah penelitian.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah tingkat
menengah khususnya pada mata pelajaran geografi dalam sub pokok bahasan kerusakan
sumberdaya alam sehingga dari ini diharapkan siswa mempunyai kemampuan
memprediksi persebaran sumberdaya alam dan pemafaatannya berdasarkan prinsip
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta dapat memberi contoh pemanfaatan
sumberdaya alam berdasarkan prinsip ekoefisien.