Tugas Metpen 3 Gentatenri 1106061371

4
Nama: Genta Tenri Mawangi NPM: 1106061371 Mata Kuliah: Metodologi Penelitian (Tugas 3 Metpen) Ulasan Tesis Anatomi Kekerasan 1 Pengantar Tesis anatomi kekerasan berusaha membongkar pemaknaan di balik kesengsaraan yang diandaikan dialami universal oleh tiap individu dan menjadi bagian dari kehidupan keseharian manusia. Diterangkan dalam pernyataan tesis, manusia mengalami kesengsaraan demi alasan eksistensial. Kesengsaraan, ungkapnya, dipahami sebagai peristiwa yang bermakna dan fondasional bagi vitalitas identitas seseorang. Kesengsaraan, bagi penulis, bukan peristiwa acak yang dialami seseorang dalam kehidupannya. Dalam membuktikan pernyataan tesisnya, penulis membuat dua rumusan masalah. Diantaranya, bagaimana memahami kesengsaraan sebagai bagian instrinsik. Maksudnya, kesengsaraan sebagai peristiwa yang bermakna/memiliki arti. Kedua, bagaimana manusia bersikap dalam hidup dengan kondisi kesengsaraan tersebut. Melihat paparan yang ditunjukkan pada Bab II berjudul Filsafat Kesengsaraan, penulis berusaha mengurai definisi dari kesengsaraan, mulai dari pandangan kaum hedonis hingga epikurean. Dilanjutkan pada Bab III Kausalitas Kesengsaraan, penulis menjelaskan sebab individu mengalami sengsara. Ada tiga hal yang diandaikan menjadi kausa sengsara, yaitu tuhan, cinta, dan eksistensi. Diikuti dengan Bab IV Eskapisme Kesengsaraan, berisi penjelasan soal kemungkinan lain kondisi sengsara yang sulit dielakkan. Dalam paparannya, penulis menggunakan ungkapan Kegilaan dari Michel Foucault dan Kematian yang diusung Albert Camus, Thomas Nagel, dan Shelly Kagan. Beranjak dari paparan singkat tesis itu, paper ini hendak mengurai problem kesengsaraan dalam kerangka teori penalaran induksi, utamanya merujuk pada gagasan Nelson Goodman (1906- 1998) dalam Fact, Fiction, and Forecast. Gagasan Goodman yang hendak dipakai dalam mengeksaminasi tesis ini mengenai 1 Tesis ditulis L.G Saraswati Putri pada Desember 2008 sebagai syarat memperoleh gelar Magister Humaniora di bidang Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. 1

description

Metamorfosis Generasi yang dapat mengubah psikologi manusia

Transcript of Tugas Metpen 3 Gentatenri 1106061371

Nama: Genta Tenri Mawangi

Nama: Genta Tenri Mawangi

NPM: 1106061371

Mata Kuliah: Metodologi Penelitian (Tugas 3 Metpen)

Ulasan Tesis Anatomi Kekerasan

Pengantar

Tesis anatomi kekerasan berusaha membongkar pemaknaan di balik kesengsaraan yang diandaikan dialami universal oleh tiap individu dan menjadi bagian dari kehidupan keseharian manusia. Diterangkan dalam pernyataan tesis, manusia mengalami kesengsaraan demi alasan eksistensial. Kesengsaraan, ungkapnya, dipahami sebagai peristiwa yang bermakna dan fondasional bagi vitalitas identitas seseorang. Kesengsaraan, bagi penulis, bukan peristiwa acak yang dialami seseorang dalam kehidupannya. Dalam membuktikan pernyataan tesisnya, penulis membuat dua rumusan masalah. Diantaranya, bagaimana memahami kesengsaraan sebagai bagian instrinsik. Maksudnya, kesengsaraan sebagai peristiwa yang bermakna/memiliki arti. Kedua, bagaimana manusia bersikap dalam hidup dengan kondisi kesengsaraan tersebut.

Melihat paparan yang ditunjukkan pada Bab II berjudul Filsafat Kesengsaraan, penulis berusaha mengurai definisi dari kesengsaraan, mulai dari pandangan kaum hedonis hingga epikurean. Dilanjutkan pada Bab III Kausalitas Kesengsaraan, penulis menjelaskan sebab individu mengalami sengsara. Ada tiga hal yang diandaikan menjadi kausa sengsara, yaitu tuhan, cinta, dan eksistensi. Diikuti dengan Bab IV Eskapisme Kesengsaraan, berisi penjelasan soal kemungkinan lain kondisi sengsara yang sulit dielakkan. Dalam paparannya, penulis menggunakan ungkapan Kegilaan dari Michel Foucault dan Kematian yang diusung Albert Camus, Thomas Nagel, dan Shelly Kagan.

Beranjak dari paparan singkat tesis itu, paper ini hendak mengurai problem kesengsaraan dalam kerangka teori penalaran induksi, utamanya merujuk pada gagasan Nelson Goodman (1906-1998) dalam Fact, Fiction, and Forecast. Gagasan Goodman yang hendak dipakai dalam mengeksaminasi tesis ini mengenai hipotesa/prediksi lawlike dan non-lawlike atau aksidental (accidental).

Asumsi universal kesengsaraan

Dalam pemaparannya, penulis tesis telah mengandaikan kesengsaraan sebagai kondisi yang universal dialami tiap individu. Hal ini terlihat dalam bagian abstrak, tertulis, kesengsaraan adalah universal bagi manusia (2008: vi). Dilanjutkan dengan ungkapan senada dalam bab selanjutnya, mengindikasikan penulis tesis berasumsi kesengsaraan merupakan kondisi umum yang dialami manusia. Tentunya, sekilas, pengetahuan semua manusia merasakan kesengsaraan merupakan kondisi yang tidak perlu lagi dipertanyakan. Pasalnya, hal itu dianggap sebagai sesuatu yang ada dengan sendirinya, dan dianggap sebagai kealamiahan manusia. Namun, hal itu akan menjadi soal ketika ada pertanyaan lewat kerangka logika apa, kesimpulan semua manusia mengalami kesengsaraan diperoleh? Bagaimana simpulan itu dapat dianggap benar? Dan apa justifikasi yang mendasarinya. Dalam paparannya, penulis tesis menggunakan pendapat dari sejumlah filosof, mulai dari kaum hedonis, epikurean, hingga paparan dari filosof era selanjutnya David Hume, Schoupenhauer, Kierkegaard, Bertrand Russell, hingga Thomas Nagel. Dalam konteks ini, tampaknya penulis hendak memakai logika induktif dengan menggunakan pendapat dari banyak pemikir/tokoh untuk membenarkan kesimpulan semua manusia mengalami sengsara. Pasalnya, jika menggunakan logika deduktif, bagaimana mengetahui semua manusia mengalami sengsara? Sebab, predikat sengsara tidak termuat dalam subjek manusia. Tidak seperti ungkapan, semua saudari adalah perempuan. Dalam konteks itu, ungkapan perempuan telah termuat dalam term saudari sebagai subjek. Berdasarkan pemahaman itu, satu hal yang dapat dipahami, kesimpulan semua manusia mengalami kesengsaraan diperoleh dari kerja nalar induktif. Persoalannya kemudian, bagaimana mengetahui kesengsaraan sebagai sesuatu yang nilainya universal? Atau, bagaimana kesengsaraan itu dapat dijustifikasi sebagai sesuatu yang nilainya universal dan niscaya? Merujuk pendapat Goodman soal the new riddle of induction, soal yang mesti diungkap dalam penalaran induktif, apakah suatu argumen atau hipotesa yang dibuat bernilai lawlike dan predikat yang dikenakan itu projectible? Pasalnya, kedua hal itu dibutuhkan demi menjadi landasan generalisasi yang dianggap lawlike dan dapat dikonfirmasi kebenarannya.

Goodman menjelaskan kedua jenis generalisasi, baik lawlike dan aksidental memuat pernyataan bukti (evidence statement). Namun hal yang membedakan keduanya, generalisasi lawlike dapat dikonfirmasi kebenarannya lewat bukti yang tersedia. Misalnya, ia mencontohkan, a piece of copper, bagian tertentu dari tembaga dapat menghantarkan listrik. Pernyataan itu, bagi Goodman dapat meningkatkan kredibilitas pernyataan lain, keping tembaga yang lain dapat menghantarkan listrik. Sehingga, kesimpulan atau prediksi yang diajukan semua keping tembaga dapat menghantarkan listrik (Goodman, 1983: 73). Akan tetapi, berbeda dengan generalisasi yang dibuat aksidental. Sulit menentukan bukti yang dapat mengkonfirmasi pernyataan lain, sehingga mampu tiba pada kesimpulan general.

Misalnya saja pada problem kesengsaraan ini. Melalui pengakuan yang ditutur individu tertentu, sebut saja A misalnya, ia mengalami hal yang diandaikan sengsara. Kemudian, berlanjut pada orang tertentu, sebut saja B, C, mengikuti urutan alfabet, hingga Z mengakui, ia mengalami kesengsaraan. Prediksi yang dibuat akhirnya, semua manusia mengalami kesengsaraan. Dalam konteks ini, predikat sengsara sifatnya kontingen. Pemaknaan atasnya kerap kali berubah. Hal itu ditunjukkan dalam paparan Bab II tesis, yang menjelaskan ragamnya pemaknaan atas kesengsaraan. Dengan begitu, generalisasi semua manusia mengalami kesengsaraan yang diasumsikan dalam tesis itu, tidak bernilai lawlike, melainkan hanya aksidental.

Pertanyaan kemudian, mengapa hal itu perlu diperbincangkan? Alasannya, merujuk pada Goodman, argumen dianggap valid sepanjang ia masuk dalam ranah lawlike. Diterangkan, pernyataan yang sifatnya lawlike dianggap mampu menerima konfirmasi dari contoh atau bukti yang dihadirkan atasnya, terlepas dari kebenaran (truth) atau kekeliruan (falsity) atau kepentingan saintifik (scientific importance) yang termuat di dalamnya (1983: 73). Dengan begitu, dasar asumsi yang menjadi fondasi seluruh paparan dalam tesis, yakni semua manusia mengalami kesengsaraan tidak valid merujuk dalam kerangka teori lawlike dan accidental yang digagas Nelson Goodman.***

Daftar Bacaan

Goodman, Nelson. Fact, Fiction, and Forecast (Fourth Edition). 1983. USA: Harvard University Press.

Putri, L.G Saraswati. Anatomi Kesengsaraan (Tesis). 2008. Depok: Universitas Indonesia.

Tesis ditulis L.G Saraswati Putri pada Desember 2008 sebagai syarat memperoleh gelar Magister Humaniora di bidang Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

1