TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

41
TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Tahapan Penyususnan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (Tugas 16 Desember 2014) DOSEN PENGAMPU : Dr. Darwin, M.Pd Oleh : HABIBULLAH HASIBUAN 8146132040 KELAS A1.W PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI KEPENGAWASAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DESEMBER 2014

Transcript of TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

Page 1: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

TUGAS MATA KULIAH METODE PENELITIAN PENDIDIKAN

Tahapan Penyususnan Proposal Penelitian Tindakan Kelas

(Tugas 16 Desember 2014)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Darwin, M.Pd

Oleh :

HABIBULLAH HASIBUAN

8146132040

KELAS A1.W

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

KONSENTRASI KEPENGAWASAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

DESEMBER 2014

Page 2: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

TAHAPAN PENYUSUNAN PROPOSAL PTS

1. Mengidentifikasi masalah dan menentukan fokus area :

REALITA

(apa yang dirasakan, dialami, diamati atau dipelajari)

FOKUS AREA

(Pernyataan antisipasi atau perbaikan)

Kenyataan dilapangan masih banyak masalah yang ditemukan berkenaan dengan penetapan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) oleh satuan pendidikan di SMK Kab.Aceh Selatan,

dari hasil survey terhadap beberapa sekolah SMK Kejuruan yang ada di Kab. Aceh Selatan

serta wawancara yang dilakukan dengan guru produktif kejuruan tanggal 8-18 Desember

2014, memperlihatkan bahwa masih banyak guru kejuruan yang ada tidak memahami

berkenaan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dikarenakan masih

banyak SMK yanag belum memiliki daya dukung sarana dan prasana kejuruan yang

lengkap serta tidak terpenuhinya pecapaian standar kompetensi yang ada pada KTSP,

sehingga guru tersebut dalam penetatapn KKM masih banyak masalah diantaranya: (1)

guru menetapkan KKM tanpa proses analisis; (2) guru menetapkan KKM berdasarkan

pengalaman guru mengajar dan/atau kesepakatan dengan gurumata pelajaran sejenis; (3)

guru menetapkan KKM dengan membandingkan KKM pada tahun pelajaran sebelumnya;

(4) guru menetapkan KKM atas instruksi kepala sekolah agar dapat membantu

siswa dalam memperoleh nilai yang baik saat Ujian Nasional; (5) guru belum

mengetahui bahwa KKM yang disusun sudah benar atau belum; dan (6) sejumlah guru

belum memahami secara benar tentang penerapan kriteria kompleksitas, daya dukung, dan

intake siswa dalam penyusunan KKM. Ini berarti masih kurang pahamnya guru dalam

penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga penetapan KKM tidak sesuai

dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM). Berdasarkan surat Direktur

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 1321/c4/MN/2004 tentang Pengkajian

Standar Ketuntasan Belajar Minimal(SKBM), penentuan KKM dapatpula ditentukan

dengan menghitung tiga aspek utama dalam proses belajar mengajar siswa. Secara

berurutan cara ini dapat menentukan KKM Indikator, KKM Kompetensi Dasar (KD),

KKM Standar Kompetensi (SK) dan KKM MataPelajaran. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan

disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada

Upaya meningkatkan kemampuan guru

menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) melalui lokakarya (workshop) di

SMK Negeri 1 Samadua Kabupaten Aceh

Selatan.

Page 3: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

ukuran pencapaian kompetensiyang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan pendidikan

harus menetapkan KKM setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian

kompetensi peserta didik. Penetapan KKM belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan

penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

2. Merumuskan Masalah, Tujuan & Judul Penelitian.

FOKUS AREA

(Pernyataan antisipasi atau perbaikan)

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Upaya meningkatkan kemampuan guru menetapkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) melalui lokakarya (workshop) di

SMK Negeri 1 Samadua Kabupaten Aceh Selatan.

1) Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan guru

produktif geologi pertambangan menyusun KKM ?

2) Apakah melalui lokakarya (workshop) dapat ditingkatkan

kemampuan guru produktif geologi pertambangan menyusun

KKM ?

PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

TUJUAN PENELITIAN

1) Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan guru

produktif geologi pertambangan menyusun KKM?

2) Apakah melalui lokakarya (workshop) dapat ditingkatkan

kemampuan guru produktif geologi pertambangan

menyusun KKM ?

1) Meningkatkan kemampuan guru produktif geologi pertambangan

menyusun KKM

2) Meningkatkan kemampuan guru produktif geologi pertambangan

menyusun KKM melalui lokakarya (workshop).

TUJUAN PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN

1) Meningkatkan kemampuan guru produktif geologi

pertambangan menyusun KKM

2) Meningkatkan kemampuan guru produktif geologi pertambangan

menyusun KKM melalui lokakarya (workshop).

“PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU PRODUKTIF

GEOLOGI PERTAMBANGAN MENYUSUN KRITERIA

KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI LOKAKARYA

(WORKSHOP) DI SMK KABUPATEN ACEH SELATAN”

Page 4: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

3. Mengkaji Literature Yang Relevan.

FOKUS AREA

RUMUSAN TEORI

SUMBER

(Nama/Th)

Upaya meningkatkan

kemampuan guru

menetapkan Kriteria

Ketuntasan

Minimal (KKM) melalui

lokakarya (workshop) di

SMK Negeri 1 Samadua

Kabupaten Aceh Selatan.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB)

dengan pencapaian nilai minimal tertentu yang ditentukan oleh satuan pendidikan

(Permendiknas 20/2007). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan oleh

satuan pendidikan melalui guru mata pelajaran.Tuntas tidak tuntasnya suatu

penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian nilai minimal yang

harus dicapai oleh seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai minimal dikenal dengan

KKM, yakni kriteria ketuntasan minimal dari setiap mata pelajaran. Nilai minimal

ditentukan/dirumuskan secara teoretik dan ilmiah olehsatuan pendidikan. Salah satu

prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan

kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta

didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan

dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Dalam Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dikeluarkan

oleh Depdiknas (2008:3), kriteria ketuntasan minimal harus ditetapkan

sebelum awal tahun pelajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta didik

yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik

dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah

secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva normal

sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh

hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal

untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi

kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat

terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas

dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria ketuntasan

minimal.

Berdasarkan Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)(Depdiknas,

2008:3), fungsi kriteria ketuntasan minimal adalah sebagai berikut:

1) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai

Permendiknas

(20/2007)

Depdiknas

(2008:3)

Page 5: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat

diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus

memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam

bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;

2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian

mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM

yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan

dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai

melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus

mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan;

3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi

program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan

dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM

sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang

ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta

kompetensi dasar (KD) tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara

perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana

belajar di sekolah;

4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan

antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM

merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta

didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidikmelakukan upaya

pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian.

Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti

kegiatan pembelajaran serta mengerjakantugas-tugas yang telah didesain

pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan

dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran.

Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan

pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan

penilaian di sekolah;

5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata

pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk

melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan

salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan

Page 6: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan

dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas

mutu pendidikan bagi masyarakat.

Berdasarkan hasil studi Balitbang pada tahun 1992, ditemukan bahwa guru yang

bermutu memberikan pengaruh yang paling tinggi terhadap mutu pendidikan.

Dalam studi ini, guru yang bermutu diukur dengan empat faktor utama, yaitu

kemampuan profesional, upaya profesional, kesesuaian waktu yang dicurahkan

untuk kegiatan profesional, dan kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya.

Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kemampuan profesional guru terdiri dari kemampuan entelegensi, sikap, dan

prestasinya dalam bekerja.

2) Upaya profesional guru adalah mentransformasikan kemampuan profesional yang

dimilikinya ke dalam tindakan mengajar yang nyata. Upaya profesional guru

tersebut ditunjukkan oleh kegiatannya baik dalam mengajar maupun dalam

menambah serta meremajakan pengetahuan dan kemampuannya menguasai

keahlian mengajarnya baik keahlian dalam menguasai materi pelajaran,

penggunaan bahan-bahan pengajaran, maupun mengelola kegiatan belajar siswa.

3) Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time) menunjukkan

intensitas waktu yang digunakan oleh seorang guru untuk melaksanakan tugas-

tugas guru, karena konsepsi waktu belajar (time on task) yang diukur dalam

belajar siswa secara perorangan, telah ditemukan sebagai salah satu prediktor

terbaik dari mutu hasil belajar siswa.

4) Kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya mempunyai asumsi bahwa

guru yang dipersiapkan untuk mengajar suatu mata pelajaran dianggap

bermutu jika guru tersebut mengajar mata pelajaran yang bersangkutan.

Berdasarkan hal tersebut, maka kesesuaian guru mengajar dengan mata pelajaran

yang dialaminya di LPTK merupakan persyaratan yang mutlak untuk

menilai mutu profesional seorang guru.

Pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan sebagai proses pemerolehan

keterampilan dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem persekolahan, yang

sifatnya lebih heterogen dan kurang terbakukan dan tidak berkaitan dengan

lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda (Harbinson, 1973:52).

Balitbang

(1992)

Harbinson

(1973 :52)

Page 7: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

Lokakarya (workshop) dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai

kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah guru atau pendidik yang

mempunya masalah yang relatif sama dan ingin dipecahkan bersama melalui

percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat perorangan (Sagala,

2010:181).

Menurut Badudu, (1988: 403) Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah dalam

bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata. Adapun ciri-ciri

lokakarya (workshop) antara lain : (1) masalah yang dibahas bersifat “Life

centered” dan muncul dari peserta sendiri (guru latih); (2) selalu menggunakan

secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya, sehingga

tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula,

terjadi perubahan yang berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan ini; (3)

metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode pemecahan masalah,

musyawarah, praktik, dan penyelidikan; (4) diadakan berdasarkan kebutuhan

bersama untuk memecahkan masalah pengajaran; (5) menggunakan narasumber-

resource perseon the resource material yang memberi bantuan yang besar sekali

dalam mencapai hasil; dan (6) senantiasa memelihara kehidupan seimbang

disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perilaku tingkah laku.

(Dahana dan Bhatnagar, 1980:672 ) Pelatihan merupakan proses perbantuan

(facilitating) guru untuk mendapatkan keefektifan dalam tugas-tugas mereka

sekarang dan masa yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan berpikir,

bertindak, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang sesuai. Pelatihan pada

dasarnya berkenaan dengan persiapan pesertanya menuju arah tindakan tertentu

yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat ia bekerja serta sekaligus

memperbaiki unjuk kerja, sedang pendidikan berkenaan dengan membukakan dunia

bagi peserta didik untuk memilih minat, gaya hidup kariernya.

Sagala

(2010:181)

Badudu

(1988:403)

Dahana dan

Bhatnagar

(1980:672)

Page 8: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

4. Merancang Rencana Tindakan (Action)

NO SIKLUS /TAHAPAN /KEGIATAN

WAKTU/

TEMPAT/

SAR/FAS

SASARAN HASIL

SIKLUS I

1 s.d. 14 Januari

2015 (14 hari) /

Ruang Kerja

Pengawas Sekolah,

Aula Dinas

Kurikulum, silabus,

RPP dan persiapan

pelaksanaan PTS.

Tersusun rencana

pelaksanaan PTS,

instrumen penelitian,

jadwal kegiatan dan

surat izin PTS.

A Tahap Perencanaan

(1) mengumpulkan guru melalui undangan kepala

sekolah

(2) menyusun instrumen

KERANGKA BERPIKIR: Dari kajian teori di atas dapat diduga bahwa;

Kondisi sebelum dilakukan kegiatan workshop adalah masih rendahnya

kemampuan guru dalam menyusun kriteria ketuntasan minimal. Dengan tindakan

workshop yang akan dilakukan maka diharapkan kemampuan guru dalam

menyusun kriteria ketuntasan minimal bagi guru produktif geologi pertambangan

SMK di wilayah Kabupaten Aceh Selatan akan meningkat. Adapun alur pemikiran

tindakan workshop tersebut adalah (1) penelitian pendahuluan, (2) perencanaan

(planning),(3) pelaksanaan (action),(4) observasi, dan (5) refleksi.

HIPOTESIS TINDAKAN:

Dari uraian kerangka pemikiran di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian

ini adalah lokakarya (workshop) dapat meningkatkan kemampuan guru guru

produktif geologi pertambangan dalam menyusun kriteria ketuntasan minimal di

SMK Kabupaten Aceh Selatan

Page 9: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

(3) menyusun jadwal lokakarya (workshop): hari,

tanggal, jam, dan tempat

(4) menyiapkan materi lokakarya (workshop)

(5) meminta guru membawa bahan-bahan seperti:

kurikulum, silabus, RPP, dan sebagainya; dan

(6) menyiapkan konsumsi untuk lokakarya

(workshop).

Pendidikan Kab.

Aceh Selatan. Prop.

Aceh.

B Tahap Pelaksanaan

(1) Hari pertama:

- Pengarahan Kepala Sekolah

- Pemaparan Kriteria Ketuntasan Minimal

(2) Hari kedua:

- Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal

masing-masing mata pelajaran

-Tanya jawab

- Presentasi kelompok kecil

- Revisi

(3) Hari ketiga adalah presentasi visual Kriteria

Ketuntasan Minimal.

15 s.d. 17 Januari

2015 (3 hari) /

Ruang Aula Dinas

Pendidikan Kab.

Aceh Selatan. Prop.

Aceh.

Guru Produktif

sebanyak 15 orang.

(1) Guru Produktif

memiliki

pemahaman dalam

melakukan tahapan

penetapan KKM

(2) Terpantau

perkembangan

kemampuan guru

produktif dalam

presentasi visual

KriteriaKetuntasan

Minimal

C Tahap Pengamatan/ Pengumpulan Data

(1) Melakukan pemantauan terhadap kesiapan mental

dan fisik guru

(2) Kesiapan bahan-bahan yang dibawa guru pada saat

KKM.

(3) Kesiapan Laptop

(4) Kehadiran guru

(5) Hasil sementara:

-Proses pelaksanaan lokakarya (workshop)

-Kualitas KKM

-Respon Guru

18 s.d. 20 Januari

2015 (3 hari) /

Ruang Aula Dinas

Pendidikan Kab.

Aceh Selatan. Prop.

Aceh.

Guru Produktif

sebanyak 15 orang.

(1) Proses

pelaksanaan

lokakarya

(workshop)

(2)Kualitas KKM

Page 10: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

D Analisis dan Refleksi

(1) Analisis kompleksitas, daya dukung, dan intake per

indikator.

(2) Penetapan KKM indikator yang terdapat pada KD.

(3) Penetapan KKM KD, rata-rata dari indikator yang

terdapat pada KD.

(4) Penetapan KKM SK rata-rata dari KD yang terdapat

pada SK.

(5) Penetapan KKM mata pelajaran rata-rata dari SK

yang terdapat pada mata pelajaran.

(6) Penetapan KKM oleh guru, disahkan oleh Kepala

Sekolah.

(7) KKM disosialisasikan kepada peserta didik, orang

tua, dan Dinas Pendidikan.

(8) KKM dicantumkan dalam LHB.

Apabila kurang dari 85 % guru tidak memenuhi indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan, berarti tindakan

dianggap belum berhasil. Oleh karena itu perlu dilakukan

perbaikan dan dilaksanakan pada siklus II.

21 s.d. 27 Januari

2015 (7 hari) /

Ruang Aula Dinas

Pendidikan dan

SMK Samadua

Kab. Aceh Selatan.

Prop. Aceh.

Penetapan KKM

oleh guru produktif

dan KKM

dicantumkan dalam

LHB

(1) Hasil penetapan

KKM berdasarkan

analisis

kompleksitas, daya

dukung dan intake

per indikator; (2)

Penetapan KKM SK

rata-rata dari KD

yang terdapat pada

SK; (3) Penetapan

KKM oleh guru,

disahkan oleh

Kepala Sekolah

Page 11: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

i

Proposal Penelitian Tindakan Sekolah

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU GEOLOGI PERTAMBANGAN

MENYUSUN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI LOKAKARYA (WORKSHOP) DI SMK KABUPATEN ACEH SELATAN

(Tugas 23 Desember 2014)

Dosen Pengampu :

Dr. Darwin, M.Pd

Oleh :

HABIBULLAH HASIBUAN

NIM. 8146132040

KONSENTRASI KEPENGAWASAN

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014

Page 12: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis telah dapat

menyelesaikan penulisan proposal ini yang merupakan tugas mata kuliah

Metode Penelitian Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terwujud

dan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Darwin, M.Pd. selaku Dosen Pengasuh Mata Kuliah Metode

Penelitian Pendidikan yang telah membimbing penulis sejak penulisan sampai

penyelesaian makalah ini.

2. Rekan-rekan mahasiswa (i) Konsentrasi Kepengawasan Angkatan III Program

Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri

Medan yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis

sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan makalah ini sangat mungkin masih terdapat kekurangan

dan kejanggalan. Untuk itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi

kesempurnaan penulisan laporan ini.

Akhir pada Tuhan penulis berserah diri, semoga bantuan dan bimbingan

semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, 23 Desember 2014

Penulis

Page 13: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................. 3

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................. 3

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II. KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 6

2.1 Kerangka Teoritis ..................................................................... 6

2.1.1 Kriteria Ketuntasan Minimal ............................................ 6

2.1.2 Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal ................................ 8

2.1.3 Mekanisme Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal ....... 10

2.1.3.1 Prinsip Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal . 2.1.3.2 Langkah-Langkah Penentapan Kriteria

Ketuntasan Minimal ............................................

10

11

2.1.3.3 Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal ............. 12

2.1.4 Mutu Guru dan Profesi Guru ............................................ 14

2.1.5 Tinjauan Tentang Lokakarya (workshop) ........................ 15

2.2 Kerangka Berpikir ..................................................................... 19

2.3 Hipotesis Tindakan .................................................................... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...............................................

20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 20

3.2 Subyek Penelitian ...................................................................... 20

3.3 Desain Penelitian ....................................................................... 20

3.4 Prosedur Penelitian .................................................................... 21

3.4.1 Siklus I .............................................................................. 21

3.4.2 Siklus II ............................................................................ 23

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ......................................... 23

3.5.1 Teknik ............................................................................... 23

3.5.2 Alat Pengumpulan Data ................................................... 24

3.5.3 Instrumen .......................................................................... 24

3.6 Indikator Keberhasilan Tindakan .............................................. 24

3.7 Teknik Analisis Data ................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27

Page 14: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan kemampuan guru menyusun Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) sangat penting sesuai dengan tuntutan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan

bahwa kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dikembangkan

oleh setiap satuan pendidikan. Pemerintah tidak lagi menetapkan kurikulum

secara nasional seperti pada periode sebelumnya. Satuan Pendidikan harus

mengembangkan sendiri kurikulum sesuai dengan karakteristik dan

kebutuhanserta potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya.

Penetapan KKM merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil

belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria

dalam penilaian mengharuskan pendidik dan satuan pendidikan menetapkan KKM

dengan analisis dan memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip dan langkah-

langkah penetapan.

Pengetahuan, keahlian, dan keterampilan secara profesional tentang

KKM harus dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran sebab tanpa

memilikikeahlian ini bagaimana ia dapat menyatakan bahwa seorang siswa

setelahmengikuti proses kegiatan pembelajaran tuntas atau belum tuntas.

Karenanya, seorang guru mata pelajaran wajib memiliki keahlian ini secara

Page 15: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

2

profesional dan operasional. Sementara itu, pada kenyataannya masih ditemukan

guru-guru mata pelajaran yang belum dapat menentukan/merumuskan KKM

secara profesional, mereka menetapkan hanya melalui permufakatan secara

subjektif, yaitu dugaan tanpa melalui data dan prosedur sebagaimana mestinya.

Kenyataan dilapangan masih banyak masalah yang ditemukan berkenaan

dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal oleh satuan pendidikan,

diantaranya: (1) guru menetapkan KKM tanpa proses analisis; (2)guru

menetapkan KKM berdasarkan pengalaman guru mengajar dan/atau kesepakatan

dengan gurumata pelajaran sejenis; (3) guru menetapkan KKM dengan

membandingkan KKM pada tahun pelajaran sebelumnya; (4) guru menetapkan

KKM atas instruksi kepala sekolah agar dapat membantu siswa dalam

memperoleh nilai yang baik saat Ujian Nasional; (5) guru belummengetahui

bahwa KKM yang disusun sudah benar atau belum; dan (6) sejumlah guru belum

memahami secara benar tentang penerapan kriteria kompleksitas, daya dukung,

dan intake siswa dalam penyusunan KKM.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007

tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa salah satu prinsip

penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah beracuan kriteria.

Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensiyang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus

menetapkan KKM setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian

kompetensi peserta didik. Penetapan KKM belajar merupakan tahapan awal

pelaksanaan penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

Page 16: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

3

Berdasarkan surat Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Nomor 1321/c4/MN/2004 tentang Pengkajian Standar Ketuntasan Belajar

Minimal (SKBM), penentuan KKM dapatpula ditentukan dengan menghitung tiga

aspek utama dalam proses belajar mengajar siswa. Secara berurutan cara ini dapat

menentukan KKM Indikator, KKM Kompetensi Dasar (KD), KKM Standar

Kompetensi (SK) dan KKM MataPelajaran.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan berbagai

masalah yang timbul, diantaranya:

1) Rendahnya motivasi guru dalam menyusun kriteria ketuntasan minimal;

2) Rendahnya pemahaman guru tentang rambu-rambu penetapan KKM;

3) Rendahnya kompetensi guru dalammenyusun nilai KKM;

4) Guru belum mampu menetapkan KKM berdasarkan proses analisis ketuntasan

belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas,

daya dukung, dan intake peserta didik.

1.3 Pembatasan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah yang muncul, peneliti akan membatasi

permasalahan yang disinyalir oleh peneliti sebagai akar permasalahan dari semua

masalah yang teridentifikasi yaitu rendahnya kemampuan guru menyusun KKM

.

Page 17: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

4

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan

di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan guru produkt if geologi

pertambangan menyusun

KKM?

2) Apakah melalui lokakarya (workshop) dapat ditingkatkan kemampuan guru

produkt if geologi pertambangan menyusun KKM ?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) meningkatkan kemampuan guru produkt if geologi pertambangan menyusun

KKM;

2 ) meningkatkan kemampuan guru produkt if geologi pertambangan menyusun

KKM melalui lokakarya (workshop).

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Guru

1) Dapat memberikan pengalaman bagi guru, karena melalui lokakarya

(workshop) guru diberikan materi dan latihan menetapkan Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) sesuai dengan mata pelajarannya;

2) Dapat dijadikan acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik

sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti sehingga setiap

kompetensi dasardapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang

ditetapkan.

Page 18: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

5

1.6.2 Bagi Sekolah

1) Memberikan pemahaman lebih luas cara menetapkan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) mata pelajaran di satuan pendidikan, serta melakukan

analisis terhadap hasil belajar yang dicapai;

2) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi

program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah;

3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi

program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah;

4) Menumbuhkan Leaning Comunity bagi guru produktif geologi pertambangan

sehingga sekolah bukan hanya tempat belajar bagi siswa tetapi juga menjadi

tempat belajar bagi guru dengan mengefektifkan model KKM intern di

sekolah.

Page 19: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

6

BAB II KAJIAN

PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoretis

2.1.1 Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar

(KKB) dengan pencapaian nilai minimal tertentu yang ditentukan oleh satuan

pendidikan (Permendiknas 20/2007). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

ditetapkan oleh satuan pendidikan melalui guru mata pelajaran.Tuntas tidak

tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh standar ukuran pencapaian

nilai minimal yang harus dicapai oleh seorang siswa. Ukuran pencapaian nilai

minimal dikenal dengan KKM, yakni kriteria ketuntasan minimal dari setiap mata

pelajaran. Nilai minimal ditentukan/dirumuskan secara teoretik dan ilmiah

olehsatuan pendidikan.

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah

menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam

menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan

peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM).

Dalam Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

dikeluarkan oleh Depdiknas (2008:3), kriteria ketuntasan minimal harus

ditetapkan sebelum awal tahun pelajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah

peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah

keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan

Page 20: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

7

kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan

norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar

peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering

dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang

melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik

untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan

layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang

sudah melampaui kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan

berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau

beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama.

Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi

pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian

kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka

maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara

nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari

kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan

secara bertahap.

Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta

didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk mengetahuinya.

Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses

dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan

minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan

Page 21: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

8

dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

2.1.2 Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimum

Kriteria ketuntasan minimal ditentukan oleh tingkat satuan pendidikan,

berfungsi sebagai panduan, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didikdalam

melakukan proses kegiatan pembelajaran, bahwa sasaran yang akan dicapai

adalah ketuntasan pembelajaran dengan tolak ukur KKM. Seorang guru berupaya

dengan sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran, mengajar, mendidik, dan

membimbing siswanya, agar mencapai hasil pembelajaran sesuai dengan KKM.

Demikian sebaliknya, peserta didik bahwa upaya apapun yang dilakukannya

dalam proses kegiatan pembelajaran untuk mencapai target, yakni target

pencapaian nilai KKM.

Berdasarkan Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM)(Depdiknas, 2008:3), fungsi kriteria ketuntasan minimal adalah sebagai

berikut:

1) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai

kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat

diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Pendidik harus

memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi dasar dalam

bentuk pemberian layanan remedial atau layanan pengayaan;

2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian

mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM

yang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan

dapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai

melebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus

mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan;

Page 22: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

9

3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi

program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasi keterlaksanaan

dan hasil program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM

sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM

yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta

kompetensi dasar (KD) tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara

perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan sarana-prasarana

belajar di sekolah;

4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan

antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM

merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta

didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidikmelakukan upaya

pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian.

Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti

kegiatan pembelajaran serta mengerjakantugas-tugas yang telah didesain

pendidik. Orang tua dapat membantu dengan memberikan motivasi dan

dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam mengikuti pembelajaran.

Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan

pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran

dan penilaian di sekolah;

5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata

pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk

melampaui KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan

salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan

program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan

Page 23: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

10

dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas

mutu pendidikan bagi masyarakat.

2.1.3 Mekanisme Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimum

2.1.3.1 Prinsip Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimum

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal perlu mempertimbangkan

beberapa ketentuan sebagai berikut:

1) Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat

dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif

dapat dilakukan melalui professional judgement oleh pendidik dengan

mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman pendidik

mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif

dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan

kriteria yang ditentukan;

2) Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis

ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan

kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai

ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi;

3) K riteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-

rata dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta

didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila

yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar minimal yang telah

ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;

4) Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-

rata KKM Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;

5) Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua

Page 24: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

11

KKM standar kompetensi yang terdapat dalam satu semester atau satu tahun

pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB/Rapor)

peserta didik;

6) Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidikuntuk membuat soal-soal

ulangan, baik Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS)

maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal ulanganataupun tugas-tugas

harus mampu mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator yang

diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan

seluruh hasil ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara;

7) Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan

nilai ketuntasan minimal.

2.1.3.2 Langkah-Langkah Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimum

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran.

Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut:

1) Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan

mempertimbangkantiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung, dan

intake peserta didik dengan skema sebagai berikut:

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata

pelajaran;

KKM

Indikator

KKM

Kompetensi Dasar

KKM

Mata Pelajaran KKM

Standar Kompetensi

Page 25: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

12

2) H asil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan

oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian;

3) KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan;

4) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada

orang tua/wali peserta didik.

2.1.3.3 Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimum

KKM pada setiap indikator pada kompetensi dasar, standar kompetensi

dari mata pelajaran ditetapkan melalui analisis kompleksitas, daya dukung, dan

intake.

a. Kompleksitas

Kompleksitas adalah kesulitan/kerumitan materi pada setiap indikator,

kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta

didik. Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitas tinggi, apabila

dalam pencapaiannya didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah

kondisi berikut:

1) G uru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan

pada peserta didik;

2) Guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang

bervariasi;

3) Guru yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang

diajarkan;

4) Peserta didik dengan kemampuan penalaran tinggi;

5) Peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep;

Page 26: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

13

6) Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian

tugas/pekerjaan;

7) Waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena

memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam

proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan;

8) Tingkat kemampuan penalaran dan kecermatan yang tinggi agar peserta

didik dapat mencapai ketuntasan belajar.

b. Daya Dukung

Daya dukung adalah segala sumber daya dan potensi yang dapat mendukung

penyelenggaraan pembelajaran. Daya dukung tersebut terdiri atas:

1) Sarana dan prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi

yang harus dicapai peserta didik seperti perpustakaan, laboratorium, dan

alat/bahan untuk proses pembelajaran;

2) Ketersediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen

sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.

c. Intake

Intake adalah tingkat kemampuan rata-rata peserta didik atau kompetensi

awal peserta didik yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai kompetensi

dasar (KD) dan standar kompetensi (SK) yang telah ditetapkan dalam jangka

waktu tertentu. Penetapan intake untuk kelas X dapat didasarkan pada hasil

seleksi pada saat penerimaan peserta didik baru, Nilai Ujian Nasional dan /

atau Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan

penetapan intake untuk kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta

didik di kelas sebelumnya.

Page 27: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

14

2.1.4 Mutu Guru dan Profesi Guru

Profesi guru yang sebenarnya sangat berkaitan erat dengan peningkatan

mutu pendidikan. Hal ini dapat dijelaskan karena banyak faktor yang dapat

mempengaruhi mutu pendidikan seperti guru, sarana prasarana, kurikulum, dan

proses belajar mengajar serta sistem penilaian. Meskipun demikian, faktor guru

tidak dapat disamakan dengan faktor-faktor lainnya.

Guru adalah sumber daya manusia yang diharapkan mampu

mengarahkan dan mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tecipta proses

belajar mengajar yang bermutu. Tanpa mengabaikan peran faktor-faktor lain, guru

dapat dianggap sebagai faktor tunggal yang paling menentukan terhadap

meningkatnya mutu pendidikan.

Berdasarkan hasil studi Balitbang pada tahun 1992, ditemukan bahwa

guru yang bermutu memberikan pengaruh yang paling tinggi terhadap mutu

pendidikan. Dalam studi ini, guru yang bermutu diukur dengan empat faktor

utama, yaitu kemampuan profesional, upaya profesional, kesesuaian waktu yang

dicurahkan untuk kegiatan profesional, dan kesesuaian antara keahlian dengan

pekerjaannya. Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kemampuan profesional guru terdiri dari kemampuan entelegensi, sikap, dan

prestasinya dalam bekerja.

2) Upaya profesional guru adalah mentransformasikan kemampuan profesional

yang dimilikinya ke dalam tindakan mengajar yang nyata. Upaya profesional

guru tersebut ditunjukkan oleh kegiatannya baik dalam mengajar maupun

dalam menambah serta meremajakan pengetahuan dan kemampuannya

menguasai keahlian mengajarnya baik keahlian dalam menguasai materi

pelajaran, penggunaan bahan-bahan pengajaran, maupun mengelola kegiatan

Page 28: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

15

belajar siswa.

3) Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time)

menunjukkan intensitas waktu yang digunakan oleh seorang guru untuk

melaksanakan tugas-tugas guru, karena konsepsi waktu belajar (time on task)

yang diukur dalam belajar siswa secara perorangan, telah ditemukan sebagai

salah satu prediktor terbaik dari mutu hasil belajar siswa.

4) Kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya mempunyai asumsi bahwa

guru yang dipersiapkan untuk mengajar suatu mata pelajaran dianggap

bermutu jika guru tersebut mengajar mata pelajaran yang bersangkutan.

Berdasarkan hal tersebut, maka kesesuaian guru mengajar dengan mata

pelajaran yang dialaminya di LPTK merupakan persyaratan yang mutlak

untuk menilai mutu profesional seorang guru.

2.1.5 Tinjauan Tentang Lokakarya (Workshop)

Pendidikan dan pelatihan secara umum diartikan sebagai proses

pemerolehan keterampilan dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem

persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan kurang terbakukan dan tidak

berkaitan dengan lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda (Harbinson,

1973:52).

Lokakarya (workshop) dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat

diartikan sebagai kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah guru atau

pendidik yang mempunya masalah yang relatif sama dan ingin dipecahkan

bersama melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat

perorangan (Sagala, 2010:181). Menurut Badudu, (1988: 403) Workshop adalah

suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan

karya nyata.

Page 29: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

16

Adapun ciri-ciri lokakarya (workshop) antara lain : (1) masalah yang

dibahas bersifat “Life centered” dan muncul dari peserta sendiri (guru latih); (2)

selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam

kegiatannya, sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan

lebih baik dari semula, terjadi perubahan yang berarti pada diri mereka setelah

mengikuti kegiatan ini; (3) metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode

pemecahan masalah, musyawarah, praktik, dan penyelidikan; (4) diadakan

berdasarkan kebutuhan bersama untuk memecahkan masalah pengajaran; (5)

menggunakan narasumber-resource perseon the resource material yang memberi

bantuan yang besar sekali dalam mencapai hasil; dan (6) senantiasa memelihara

kehidupan seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan

perilaku tingkah laku.

Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan manusia dikembangkan

melalui belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga

aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, luar sekolah, tempat bekerja,

sewaktu bekerja, melalui pengalaman, dan melalui workshop. Lebih lanjut, dalam

banyak bidang pelatihan (workshop), hal tersebut memang sangat sulit untuk tidak

mengatakannya mustahil (dilakukan validasi dan evaluasi). Bidang yang

dimaksud misalnya manajemen atau pelatihan hubungan manusia sifatnya. Dalam

hal ini, semua bentuk pelatihan (workshop) tidak dapat memperlihatkan hasil yang

objektif. Pelatihan umumnya mempunyai masalah mengenai prestasi penatar

Page 30: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

17

dalam mengajar, yaitu masalah evaluasi dan validasi kelangsungannya. Jika

pelajaran telah diajarkan dengan baik dan penatar belajar pelajaran tersebut sesuai

dengan ukuran penatarnya maka efektifitas pelatihan sudah dianggap valid.

Penilaiannya juga dilakukan langsung, karena jika si penatar selalu menjawab

enam untuk soal tiga kali maka ia selalu benar.

Pelatihan merupakan proses perbantuan (facilitating) guru untuk

mendapatkan keefektifan dalam tugas-tugas mereka sekarang dan masa yang akan

datang melalui pengembangan kebiasaan berpikir, bertindak, keterampilan,

pengetahuan dan sikap yang sesuai (Dahana dan Bhatnagar, 1980:672 ). Pelatihan

pada dasarnya berkenaan dengan persiapan pesertanya menuju arah tindakan

tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat ia bekerja serta

sekaligus memperbaiki unjuk kerja, sedang pendidikan berkenaan dengan

membukakan dunia bagi peserta didik untuk memilih minat, gaya hidup kariernya.

Supervisor sebagai fasilitator dalam lokakarya (workshop) ini tentu lebih

dahulu mempersiapkan perencanaan dalam bentuk proposal, menyiapkan bahan

yang diperlukan, dan menyusun teknik-teknik fasilitasi selama kegiatan tersebut

berlangsung. Sedangkan guru sebagai peserta kegiatan juga telah membawa bahan

dan alat yang diperlukan pada kegiatan lokakarya (workshop) yang akan

dilakukan dan dipimpin oleh supervisor.

Prosedur pelaksanaan lokakarya (workshop), yaitu:

1) Merumuskan tujuan workshop (hasil yang akan dicapai) secara jelas dan

spesifik;

2) Merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci;

3) M enentukan prosedur pemecahan masalah dengan cara merumuskan masalah

yang akan dibahas, menentukan tujuan pembahasan, menggunakan metode

Page 31: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

18

pembahasan yang menarik dan menyenangkan, membaca buku yang

berkaitan dengan materi yang dibahas, para peserta mendengar pengarahan

dari narasumber; peserta difasilitasi supoervisor mengerjakan tugas-tugas;

dan merumuskan kesimpulan materi yang dibahas;

4) Menentukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai;

5) Merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi, kemudian merumuskan

alternatif pemecahan yang sesuai dengan permaslaahan yang dihadapi; dan

6) Merumuskan kesimpulan dan saran-saran serta rencana tindak lanjut sebagai

follow up kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik supervisi

menggunakan lokakarya (workshop) dapat dilakukan jika sejumlah guru

mempunyai problem yang relatif sama, misalnya menyusun kriteria ketuntasan

minimal (KKM) mengacu pada kriteria yang sudah ditentukan dalam petunjuk

teknis penentuan dan penetapan KKM. Untuk merumuskan dan menentukan

KKM para supervisor dapat menggunakan teknik lokakarya (workshop) dengan

jumlah peserta yang sudah ditentukan.

Dalam hal ini supervisor harus dibantu oleh narasumber yang menguasai

teknik dan cara menyusun KKM. Produk yang dihasilkan dengan menggunakan

teknik lokakarya (workshop) adalah setiap guru peserta lokakarya (workshop)

memiliki dokumen KKM yang disusun masing-masing guru berdasarkan bidang

studi yang diampunya.

Dengan demikian terhindarlah guru dari kegiatan menjiplak, meniru, dan

menyalin punya orang lain dan/atau KKM tahun pelajaran sebelumnya. Karena

KKM disusun sendiri oleh guru dengan menggunakan kriteria penyusunan yang

sebenarnya, maka guru tersebut diperkirakan tidaklah mendapat kesulitan yang

Page 32: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

19

berarti dalam menyusun dan menetapkan KKM yang merupakan batas ketuntasan

minimal yang harus dicapai peserta didik.

2.2 Kerangka Berpikir

Kondisi sebelum dilakukan kegiatan workshop adalah masih rendahnya

kemampuan guru dalam menyusun kriteria ketuntasan minimal. Dengan tindakan

workshop yang akan dilakukan maka diharapkan kemampuan guru dalam

menyusun kriteria ketuntasan minimal bagi guru produktif geologi pertambangan

SMK di wilayah Kabupaten Aceh Selatan akan meningkat.

Adapun alur pemikiran tindakan workshop tersebut adalah (1) penelitian

pendahuluan, (2) perencanaan (planning),(3) pelaksanaan (action),(4) observasi,

dan (5) refleksi.

2.3 Hipotesis Tindakan

Dari uraian kerangka pemikiran di atas maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah lokakarya (workshop) dapat meningkatkan kemampuan guru

guru produktif geologi pertambangan dalam menyusun kriteria ketuntasan

minimal di SMK Kabupaten Aceh Selatan.

Page 33: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan pada SMKN 1 S a m a d u a

Kabupaten Aceh Selatan Provinsi Aceh, dengan jumlah peserta sebanyak Lima

orang guru mata pelajaran guru produktif geologi pertambangan.

Waktu penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Januari 2015

sampai dengan Maret 2015, mulai dari persiapan sampai dengan pelaporan.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sepuluh orang guru mata pelajaran

guru produktif geologi pertambangan SMKN 1 Samadua di Kabupaten Aceh

Selatan dan dua orang pengawas Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan.

Subjek ditentukan dengan cara purposive, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:85) yakni bahwa guru yang terpilih

menjadi subjek penelitian dengan alasan sebagai guru mata pelajaran guru

produktif geologi pertambangan.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru menetapkan KKM melalui

lokakarya (workshop) di SMK Negeri 1 S a m a d u a Kabupaten Aceh Selatan.

Tindakan yang akan dilakukan adalah workshop peningkatan kemampuan

guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal.

Page 34: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

21

Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah jenis emansipatori. Jenis

emansipatori ini dianggap paling tepat karena penelitian ini dilakukan untuk

mengatasi permasalah pada tempat kerja peneliti sendiri berdasarkan pengalaman

sehari-hari.

Dengan kata lain, berdasarkan hasil observasi, repleksi diri, guru bersedia

melakukan perubahan sehingga kinerjanya sebagai pendidik akan mengalami

perubahan secara meningkat. Rancangan penelitian yang digunakan adalah

rancangan model Kemmis yang terdiri atas empat langkah, yakni

perencanaan, pelaksanaan,observasi, dan refleksi (Wardhani, 2007:45). Penelitian

ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan langkah-langkah setiap siklus terdiri

dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing

siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan repleksi. Secara rinci

prosedur penelitian mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.

3.4.1 Siklus I

1) Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Mengumpulkan guru melalui undangan kepala sekolah;

(2) Menyusun instrumen;

(3) Menyusun jadwal lokakarya (workshop): hari, tanggal, jam, dan tempat;

(4) Menyiapkan materi lokakarya (workshop);

(5) Meminta guru membawa bahan-bahan seperti: kurikulum, silabus, RPP,

dan sebagainya; dan

(6) Menyiapkan konsumsi untuk lokakarya (workshop).

Page 35: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

22

2) Pelaksanaan

(1) Hari pertama:

Pengarahan Kepala Sekolah

Pemaparan Kriteria Ketuntasan Minimal

(2) Hari kedua:

Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal masing-masing mata

pelajaran

Tanya jawab

Presentasi kelompok kecil

Revisi

(3) Hari ketiga adalah presentasi visual Kriteria Ketuntasan Minimal.

3) Observasi

(1) Kesiapan mental dan fisik guru

(2) Kesiapan bahan-bahan yang dibawa guru pada saat KKM.

(3) Kesiapan Laptop

(4) Kehadiran guru

(5) Hasil sementara:

Proses pelaksanaan lokakarya (workshop).

Kualitas KKM.

Respon guru.

1) Refleksi

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan digunakan norma / kriteria

sebagai berikut:

(1) Analisis kompleksitas, daya dukung, dan intake per indikator.

Page 36: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

23

(2) Penetapan KKM indikator yang terdapat pada KD.

(3) Penetapan KKM KD, rata-rata dari indikator yang terdapat pada KD.

(4) Penetapan KKM SK rata-rata dari KD yang terdapat pada SK.

(5) Penetapan KKM mata pelajaran rata-rata dari SK yang terdapat pada mata

pelajaran.

(6) Penetapan KKM oleh guru, disahkan oleh Kepala Sekolah.

(7) KKM disosialisasikan kepada peserta didik, orang tua, dan Dinas

Pendidikan.

(8) KKM dicantumkan dalam LHB.

Apabila kurang dari 85 % guru tidak memenuhi indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan, berarti tindakan dianggap belum berhasil. Oleh karena itu

perlu dilakukan perbaikan dan dilaksanakan pada siklus II.

3.4.2 Siklus II

Pada dasarnya siklus II memiliki prosedur yang sama dengan siklus I,

hanya saja diadakan perbaikan pada hal-hal yang dilihat ada kelemahan serta

memperhatikan hal-hal yang sudah berjalan dengan baik. Tidak menutup

kemungkinan juga dilakukan modifikasi terhadap hal-hal sudah baik supaya

tindakan yang diberikan tidak membosankan.

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.5.1 Teknik

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan diskusi.

1) Wawancara, dipergunakan untuk mendapatkan data awal atau informasi awal

tentang pemahaman guru tentang kriteria ketuntasan minimal.

Page 37: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

24

2) Observasi, dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui

kreativitas guru dalam menentukan kriteria ketuntasan minimal.

3) Diskusi, dilakukan antara peneliti, pengawas dan guru.

3.5.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Wawancara, menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui

kemampuan awal yang dimiliki guru tentang kriteria ketuntasan minimal.

2) Observasi, menggunakan lembar observasi aktivitas guru dalam merancang

dan merumuskan kriteria ketuntasan minimal.

3) Diskusi, dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara peneliti,

pengawas dan guru.

3.5.3 Instrumen

1) Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati sikap dan aktivitas guru dalam

menerima materi dan merumuskan kriteria ketuntasan minimal.

2) Instrumen penilaian kriteria ketuntasan minimal

Instrumen penilaian kriteria ketuntasan minimal dibuat/disusun oleh peneliti

berdasarkan pengembangan format penilaian kriteria ketuntasan minimal yang

dikeluarkan Kementerian Pendidikan Nasional.

3.6 Indikator Keberhasilan Tindakan

Indikator keberhasilan yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan

terhadap tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus penelitian dianggap berhasil

jika memenuhi standar berikut:

Page 38: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

25

1) nilai rata-rata guru dalam setiap aspek yang tercakup dalam penilaian dalam

proses pelaksanaan penyusuan kriteria ketuntasan minimal memperoleh nilai

baik mencapai 80%;

2) jumlah guru yang berhasil dalam merumuskan dan menetapkan kriteria

ketuntasan minimal sesuai dengan kriteria mencapai 85%;

3) apabila kurang dari 85 % guru tidak memenuhi indikator keberhasilan yang

telah ditetapkan, berarti tindakan dianggap belum berhasil.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kemampuan

guru-guru mata pelajaran Biologi SMK Kabupaten Aceh Selatan dalam

menentukan kriteria ketuntasan minimal setelah mengikuti lokakarya (workshop).

1) Lembar Observasi Awal mengenai pengetahuan guru tentang kriteria

ketuntasan minimal.

Untuk melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan dan hasil pemberian

tindakan, menggunakan pedoman observasi sebagai berikut.

Tabel 3.1 : Format Pedoman Observasi Proses Pelaksanaan KKM

N a m a

Aspek Yang Diamati

Kesiapan mental dan

fisik guru

Kesiapan

bahan

Kehadiran

guru

Kesiapan

Laptop

S TS S TS H TH S TS

Keterangan : S : Siap

TS : Tidak Siap

H : Hadir

TH : Tidak Hadir

Page 39: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

26

2) Lembar Penilaian Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

Untuk melihat peningkatan kemampuan guru dalam menyusun kriteria

ketuntasan minimal dapat dilihat dari persentase peningkatan yang

dibandingkan dari siklus pertama dengan siklus kedua.Hasil pengolahan data

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sesuai dengan karakteristik data yang

diolah serta efektivitas penyajian laporan. Skala yang digunakan adalah skala

tiga kategori penilaian, yaitu persiapan, pembuatan, dan penilaian. Penilaian

dilakukan dengan memberi skor pada kolom yang tersedia dengan ketentuan

yang sudah dibuat.

𝑵𝑲 = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉𝒂𝒏

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎

Setelah diperoleh nilai, maka nilai tersebut ditransfer ke dalam redaksi

kualitatif untuk memberikan komentar bagaimana kualitas aktivitas guru yang

diamati dalam mengikuti lokakarya (workshop) dengan kategori-kategori

berikut:

Tabel 3.2 Kategori Nilai Produk

No Skor Kategori Nilai Produk

1. 90-100 A (Baik Sekali)

2. 80-89 B (Baik)

3. 65-79 C (Cukup)

4. 55-64 D (Kurang)

5. 0-54 E (Kurang Sekali)

Page 40: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

27

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1998. Pembinaan Profesi Guru dan Psikologi Pembinaan Personalia,

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jakarta:

Depertemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2010. Juknis Penetapan KKM di SMA. Jakarta: Depertemen

Pendidikan Nasional.

Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba

Empat.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2007tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Prokton and W.M. Thornton. 1983. Latihan Kerja Buku Pegangan Bagi Para

Manager. Jakarta: Bina Aksara.

Sagala, Saiful. 2010. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Simamora, Henry. 1995. Managemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE

YPKN.

Sudibyo, Bambang. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sungkowo, M. Perangkat Penilaian Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan

Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 41: TUGAS METOPEL_PTS(Habibullah Hasibuan_8146132040) Kelas A1W

28

BIODATA

1. Identitas Diri

Nama : HABIBULLAH HASIBUAN

Nim : 8146132040

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 Januari 1980

Pekerjaan : Guru

Nama Instansi : SMK Negeri 1 Samadua

Alamat Instansi : Jln. Tgk. Salim Mahmud No. 333 Kasik Putih

Kec. Samadua,Kab.Aceh Selatan, Prov. Aceh

Alamat Asal : Ladang Kasik Putih No.298, Kec. Samadua

Kab. Aceh Selatan

Alamat Medan : Jalan Bersama No.7, Kel. Bandar Selamat - Kota Medan

Nomor Telepon / HP : 08126372782

e-mail : [email protected]

2. Riwayat Pendidikan

Jenjang

Pendidikan Nama Institusi Daerah Tahun

SLTA MAN 1 MEDAN KOTA MEDAN 1997 s/d 2000

PT INSTITUT TEKNOLOGI

MEDAN KOTA MEDAN 2000 s/d 2005

Medan, 23 Desember 2014

( Habibullah Hasibuan )

NIM. 8146132040