Tugas makalah kelompok.docx

21
Obat sediaan padat terbagi atas delapan jenis, dimana definisi, kelebihan dan kekurangan, cara pembuatan hingga eksipien yang digunakan oleh masing- masing eksipien tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di bawah. 1. Tablet 1.1 Definisi Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, obat tablet adalah sediaan obat padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Obat tablet yang dikonsumsi secara oral dapat berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Pada umumnya diameter obat tablet berkisar antara 5,0 - 17 mm dan dengan berat 0,1 – 1,0 gram (Voight, 1994). 1.2 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan 1. Dapat bekerja pada jalur oral. 2. Memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis. 3. Dapat mengandung dosis zat aktif dengan volum yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan. 4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil. Kekurangan

Transcript of Tugas makalah kelompok.docx

Obat sediaan padat terbagi atas delapan jenis, dimana definisi, kelebihan

dan kekurangan, cara pembuatan hingga eksipien yang digunakan oleh masing-

masing eksipien tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di bawah.

1. Tablet

1.1 Definisi

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, obat tablet adalah sediaan obat

padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Obat tablet

yang dikonsumsi secara oral dapat berbentuk rata atau cembung rangkap,

umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat

tambahan. Pada umumnya diameter obat tablet berkisar antara 5,0 - 17 mm dan

dengan berat 0,1 – 1,0 gram (Voight, 1994).

1.2 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan

1. Dapat bekerja pada jalur oral.

2. Memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis.

3. Dapat mengandung dosis zat aktif dengan volum yang kecil sehingga

memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan

penyimpanan.

4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat

dicegah/diperkecil.

Kekurangan

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak

sadar/pingsan).

2. Formulasi tablet cukup rumit.

1.3 Jenis dan Eksipien

1. Bahan pelicin (lubricant/anti adherent), berfungsi untuk memperlancar proses

pengeluaran zat aktif dari tablet. Contoh: magnesium stearat.

2. Bahan pengisi (filler/diluents), dengan fungsi menambah massa dan volume

tablet sehingga dapat dikempa dengan ukuran yang sudah ditentukan. Contoh:

laktosa.

3. Bahan penghancur (disintegrant), dengan fungsi mendukung disintegrasi

tablet saat bersentuhan dengan cairan lambung.  Contoh: amilum.

4. Bahan pengikat (binder), dengan fungsi mendukung kekerasan tablet dan

kekuatan ikatan tablet bagian tepi (sebagai lawan dari kerapuhan) melalui

pengikatan antar partikel yang intensif. Contoh: amilimuskigalo 10%, larutan

plivinilpirolidon (PVP).

1.4 Metode Pembuatan

Tablet dapat dibuat melalui tiga jenis metode, yaitu granulasi basah,

granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan

tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat

tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar

kecilnya dosis, dan lain sebagainya.

a. Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan

eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan

pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang

dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan

terhadap lembab dan panas.

b. Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif

dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa

padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang

berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Teknik ini yang cukup

baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu

tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap

pemanasan dan kelembaban.

c. Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung

campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal

terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah,

praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada

kondisi zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan

terhadap panas dan lembab.

Syarat-syarat yang mepengaruhi pembuatan :

1. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.

2. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik.

3. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.

4. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.

5. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.

6. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu

2.Coated Tablet

2.1 Definisi

Obat sediaan tablet yang diberi pelapis. Pelapis tablet modern berbasis

bahan dari polimer dan polisakarida, dengan disertakan bahan pemanis (gula).

Tujuan pelapisan lebih pada untuk menyamarkan rasa dan bau, melindungi

terhadap radiasi UV matahari (yang dapat memberikan reaksi degradasi pada zat

aktif yang peka), selain memberikan rasa manis dan warna yang menarik yang

membantu proses pemberian obat, terutama untuk anak-anak.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan

1. Dapat ditambahkan rasa tertentu pada lapisannya yang dapat

menghilangkan rasa pahit.

2. Permukaan tablet lebih halus dan dapat diberi logo produk.

3. Lebih stabil terhadap oksidasi dari udara luar.

4. Dapat mengendalikan laju desolusi tablet dalam saluran pencernaan.

Kekurangan

1. Tablet dengan pelapis gula tidak sesuai jika diberikan kepada pasien yang

menderita diabetes maupun pada pasien yang melakukan diet rendah gula.

2. Sifat hiroskopisitas dari gula perlu dipertimbangkan terutama dalam

mendesain kemasan maupun memberikan instruksi penyimpanan, agar

terhindar dari lembab.

2.3 Jenis Eksipien

Bahan pemanis dan pemberi rasa yang digunakan sebagai pelapis

digunakan untuk mengurangi rasa pahit dari zat aktif pada tablet, misalnya adalah

silitol, fruktosa, sukrosa, atau perasan lain seperti rasa mint.

2.4 Metode Pembuatan

Ada dua jenis mesin pelapisan trablet yang digunakan dalam industri

farmasi: Pelapisan panci yang digunakan sebagian besar untuk lapisan sukrosa

dan Pelapisan Otomatis yang digunakan untuk semua jenis pelapis, mereka dapat

dilengkapi dengan panel remot kontrol, pengurang kelembapan, kolektor debu.

Desain diperlukan untuk memberikan pelapis yang mengandung alkohol.

3. Disintegrating Tablet

3.1 Definisi

Salah satu jenis tablet yang dapat cepat hancur atau larut di dalam mulut

yang ditujukan bagi mereka yang sulit untuk menelan tablet seperti manula dan

anak-anak. Tablet dengan ciri di atas biasa disebut sebagai Orally Disintegrating

Tablets (ODTs). Matriks berpori terdiri dari jaringan pembawa larut air dan bahan

aktif. Dosis maksimum untuk jaringan larut air pada obat adalah 60 mg serta

partikel ukuran obat dan eksipien harus bawah 50 μm.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan

1. Dapat larut dengan cepat di dalam mulut mrnggunakan bantuan air liur.

2. Tidak diperlukan air untuk menelan tablet.

Kekurangan

1. Tidak dapat digunakan untuk dosis tinggi.

3.3 Jenis Eksipien

Jenis eksipien yang digunakan dalam pembuatan ODTs biasanya meliputi

campuran polimer larut air, gula kristal, manitol serta polisakarida alami seperti

gelatin dan alginat. Mikroenkapsulasi dan kompleksasi dengan resin pertukaran

ion dapat dikombinasikan dengan rasa tambahan dan pemanis untuk menutupi

rasa pahit obat.

3.4 Metode Pembuatan

Terdapat 3 tahap dalam proses produksi ODTs, yaitu: proses produksi

dimulai dengan persiapan massal dari suatu suspensi obat dengan dosis yang

tepat, dicampur menjadi lepuh yang telah dibentuk sebelumnya. Tahap kedua diisi

blister melalui proses pembekuan kriogenik untuk mengontrol ukuran utama

kristal. Hal ini membantu dalam memastikan porositas dan produk kristal kering.

Tahap akhir produksi melibatkan menyegel blister yang terbuka dengan

dipanaskan untuk memastikan stabilitas dan melindungi tablet yang rapuh.

4. Chewable Tablet

4.1 Definisi bentuk sediaan

Tablet kunyah merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk secara

mekanis terdisintegrasi di dalam mulut. Tablet jenis ini memiliki kemampuan

disintegrasi yang lebih cepat dan sempurna dibandingkan dengan formulasi tablet

standar. Biasanya digunakan dalam formulasi tablet untuk anak-anak. Beberapa

jenis obat lain yang digunakan dalam bentuk sediaan ini di antaranya: antasida;

anti-histamin; anti-motality agent; anti-epilepsi; antibiotik; pengobaran asma; dan

analgesik.

4.2 Kelebihan dan Kekurangan

Beberapa kelebihan tablet kunyah:

Alternatif sediaan yang baik untuk pasien yang sulit menelan, seperti anak-

anak dan lansia

Lebih sederhana dan mudah karena tidak perlu diminum dengan air

Bioavailibilitas yang baik karena lebih mudah dan cepat diserap tubuh

(disintegrasinya lebih baik daripada formulasi tablet standar)

Memiliki rasa yang enak

Sedangkan beberapa kekurangannya:

Membutuhkan banyak strategi taste-masking untuk menutupi rasa dari

kebanyakan zat aktif yang rasanya tidak enak

Memerlukan banyak macam eksipien untuk memenuhi standar tablet kunyah

Tidak cocok untuk bayi, balita, atau bagi pasien yang tidak sadarkan diri

4.3 Jenis dan Contoh Eksipien

Beberapa jenis eksipien yang digunakan untuk tablet kunyah dan

contohnya adalah sebagai berikut:

Bahan pengikat; digunakan untuk mengikat tablet. Pengikat untuk tablet

kunyah umumnya memiliki kelebihan memperbaiki disintegrasi sekaligus

rasa dari tablet. Contoh: manitol, laktosa, sukrosa, sorbitol.

Bahan coating; digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dari tablet kunyah.

Contoh: karboksimetilselulosa, etil selulosa,dan polivinil alkohol.

Bahan pemanis; digunakan untuk memberi rasa enak dari tablet kunyah.

Contoh: xylitol (gula alcohol paling manis); fruktosa; honey powder; gula

compressible (misal:sukorsa tergranulasi); pemanis buatan (misal:aspartame);

Bahan pemberi rasa; digunakan untuk memberi rasa enak dari tablet kunyah.

Dapat berupa bentuk minyak atau kering

4.4 Proses Manufaktur

Tablet kunyah dapat dibuat dengan menggunakan metode kompresi. Dalam

metode ini, dilakukan penambahan bahan pengisi dan pengikat, yang dapat

membantu laju disintegrasi dan menambahkan rasa yang enak di mulut. Agen

pemberi rasa dapat ditambahkan sebelum kompresi untuk mencegah kehilangan

karena volatilitasnya. Agen pemberi rasa umumnya merupakan minyak volatil,

yang dapat larut dalam alkohol dan kemudian disemprotkan pada eksepien lain

atau granul. Agen pemberi rasa jenis kering dapat ditambahkan jika agen tersebut

mudah teroksidasi. Perasa diemulsifikasi dalam bahan pengikat (seperti pati dan

maltodekstrin) lalu dikeringkan. Pemanis juga dapat ditambahkan setelahnya.

Agen pemberi rasa lain dapat ditambahkan melalui proses coating dalam metode

granulasi basah serta mikroenkapsulasi. Berikut adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pembuatan tablet kunyah:

a. Faktor standar dalam formulasi tablet (kompaktibilitas, aliran, dll), dan

faktor disintegrasi tablet

b. Kontrol lingkungan pada pembuatan tablet (suhu, humiditas, dll)

c. Kontrol jumlah, jenis, dan karakteristik eksipien untuk memenuhi

kepuasan rasa dan menyesuaikan proses manufaktur

5. CHEWING GUM

5.1 Definisi bentuk sediaan

Chewing gum merupakan jenis permen yang hanya bisa dikunyah dan tidak

bisa ditelan. Chewing gumterdiri dari gum alami maupun sintetis dan berbagai

eksipien seperti pengisi, pelembut, pemanis, dan pemberi rasa. Untuk aplikasi

medis, biasanya disebut sebagai medicated chewing gum.

Medicated chewing gum ini merupakan sediaan padat yang dimaksudkan

untuk dikunyah selama periode waktu tertentu dan mengantarkan obat atau zat

aktif tertentu. Chewing gum tidak ditelan dan sisa massanya dibuang. Selama

proses pengunyahan, obat atau zat aktif yang terkandung dalam gum akan

dikeluarkan ke saliva. Beberapa aplikasi dari medicated chewing gum adalah

untuk antijamur pada mulut (econazole, nystatine); pengganti rokok (nikotin,

perak asetat); pereda nyeri (aspirin, methadone); stimulus (kafein); obat karies

gigi (kloroheksidin); antimual (dimenhydrinate); penetral asam (antasida).

5.2 Kelebihan dan Kekurangan

Beberapa kelebihan medicated chewing gum:

1) Mudah digunakan kapan saja, di mana saja, dan tidak perlu menggunakan

air

2) Stabilitas produknya baik karena zat aktif terlindung dari oksigen, cahaya,

dan air

3) Reaksinya cepat dan bioavabilitasnya tinggi

4) Rasanya enak dan mudah digunakan untuk pasien yang sulit menelan atau

anak-anak

5) Dapat langsung dikonsumsi

Sedangkan beberapa kekurangannya:

1) Terlalu lama mengunyah dapat menyebabkan nyeri pada otot wajah dan

sakit telinga pada anak-anak

2) Resiko overdosis dibandingkan dengan tablet kunyah atau lozenges

3) Sorbitol dalam formulasinya dapat menyebabkan diare

4) Aditif seperti perasa Cinnamon dapat menyebabkan radang tenggorokan

dan Licorice dapat menyebabkan hipertensi

5.3 Jenis dan Contoh Eksipien

Penyusun chewing gum biasanya terbagi dalam dua bagian besar, yaitu bagian

tidak larut air, dan bagian larut air. Bagian larut air yaitu:

1. Elastomer dan pelarut elastomer; sebagai pemberi efek elastis dan

pengatur tekstur. Contoh: alami: chicle, nispero, rosadinha, dll;

sintetis:butadiene, polietilen, polivinilalkohol, dll; (pelarut) terpinene

resins

2. Plastizer; sebagai pemberi tekstur. Contoh:lanolin, asam palmitik, propilen

glikol, minyak sayur terhidrogenasi, lilin paraffin, dll.

3. Filler; sebagai pengisi untuk meningkatkan kemampuan dikunyah.

Contoh: kalsium karbonat, magnesium karbonat, aluminium silkat, dll.

Semantara bagian tidak larut air yaitu:

1. Pelembut dan pengemulsi; sebagai pengoptimasi kemampuan dikunyah

dan pemberi efek di mulut. Contoh: gliserin, lecithin, dll.

2. Pewarna dan pemutih; sebagai pemberi efek warna. Contoh: titanium

dioksida, pewarna makanan, dll.

3. Pemanis; memberi efek rasa. Contoh: pemanis larut air (xylose, glucose,

sucrose, fructose, gula alkohol, dll); pemanis buatan (sakarin, dll); pemanis

dipeptida (aspartame, dll).

4. Antioksidan; sebagai pencegah pertumbuhan mikroba. Contoh: propil

galat, dll.

5. Pemberi rasa. Contoh: minyak esensial berbagai rasa.

6. Bulking agents; sebagai pengganti untuk gum kalori rendah. Contoh:

polidextrose, inulin, fruktooligosakarida, dll.

7. Compression adjuvant; sebagai pembantu pada proses kompresi. Contoh:

silikon dioksida, kalsium stearate, dll.

5.4 Proses Manufaktur

Metode pembuatan chewing gum dapat dibagi secara umum menjadi tiga, yaitu:

1) metode konvensional (melting); 2) metode freezing, grinding dan tableting; 3)

metode direct compression. Pada metode konvensional, gum base dilelehkan dan

ditabahkan zat aktif serta eksipien. Kemudian gum dilewatkan pada roller

sehingga menjadi lempengan pita dan ditambahkan lapisan gula untuk mencegah

lengket dan meningkatkan rasa. Kemudian gum didinginkan sampai 48 jam dan

dipotong-potong sesuai ukuran. Metode freezing, grinding dan tableting

dikembangkan lebih jauh untuk mengatasi kelemahan metode konvensional

seperti kadar air yang kurang rendah. Metode kedua ini melibatkan proses

pendinginan, penambahan anti-caking dan grinding agent, dan proses tableting

dengan reaktor seperti FBR (Fluidized Bed Reactor). Metode direct compression

digunakan untuk mengatasi kelemahan dari metode kedua yang membutuhkan

banyak peralatan dan cenderung lebih lambat. Berikut adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pembuatan chewing gum:

1. Jumlah dan karakteristik dari setiap bahan yang digunakan

2. Temperatur pada proses melting, cooling, maupun freezing

3. Viskositas serta karakteristik tekstur dari gum

4. Metode kompresi

6.CAPSULE

6.1 Definisi bentuk sediaan

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau

lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin, namun

dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Terdapat dua jenis

cangkang kapsul, yaitu keras dan lunak. Kapsul cangkang keras terdiri atas bagian

tubuh dan tutup, dengan bentuk isi obat umumnya adalah padat, namun dapat juga

cair, tersedia dalam bentuk kosong, dan dipakai per oral. Sedangkan Kapsul

cangkang lunak terdiri dari satu kesatuan,isi kapsul umumnya obat cair, tidak

tersedia di pasaran dalam bentuk kosong, dan dapat dipakai untuk oral, vaginal,

rectal, dan topikal.

6.2 Kelebihan dan Kekurangan

Adapun kelebihan dari bentuk sediaan kapsul adalah sebagai berikut.

1. Bentuk menari dan praktis

2. Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang

enak

3. Mudah ditelan dan cepat larut didalam perut, sehingga obat cepat

diabsorpsi di usus.

Sedangkan kekurangan bentuk sediaan kapsul diantaranya :

1. Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap sebab pori-pori cangkang

tidak menahan penguapan

2. Tidak untuk zat-zat yang higroskopis dan yang dapat bereaksi dengan

cangkang kapsul

3. Tidak untuk balita

4. Tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul)

5. Biaya operasi pembuatan kapsul lebih mahal dibanding tablet pada dosis

obat yang sama dikarenakan diperlukan biaya pembuatan cangkang dan

laju produksi kapsul cukup lambat

6.3 Jenis dan Contoh Eksipien

Berikut merupakan eksipien yang digunakan dalam pembuatan kapsul cangkang

keras.

Diluent (pengencer) : Mannitol, Laktosa, pati jagung, Mikrokristal selulosa

Lubricants (pelumas) : Magnesium Stearat, Asam Stearat, Gliseril

monostearat

Glidants : Aerosil / silikondioksida, talcum

Disintegrants : asam alginat, croscarmellose, crospovidone, pati jagung

Wetting agents : Sodium laurat sulfat

Untuk softgel atau kapsul cangkang lunak, eksipien utamanya adalah plastisizer.

Plastisizer yang banyak digunakan pada kapsul adalah gliserol. Plastisizer lainnya

yang juga dapat digunakan adalah sorbitol dan propilen glikol. Untuk pewarna,

digunakan zat warna dari berbagai oksida besi.

Proses Manufaktur

Proses manufaktur dari kapsul terdiri dari proses pembuatan cangkang dan proses

pengisian kapsul.Pembuatan cangkang kapsul keras berbeda dari cangkang kapsul

lunak. Pembuatan cangkang kapsul keras dimulai dari pembuatan larutan gelatin

25-30%. Bahan tambahan seperti pengawet dan pewarna dicampurkan ke dalam

larutan gelatin sehingga membentuk campuran homogen. Sepasang cetakan, yaitu

untuk bagian tubuh dan tutup cangkang, dicelupkan ke dalam larutan gelatin

dengan suhu dijaga 50oC di dalam panci pemanas berjaket. Cetakan dijepit dan

diputar untuk mendistribusikan gelatin kemudian di hembus dengan udara dingin

untuk membentuk film. Pengeringan dilakukan dengan melewatkan udara panas

pada cangkang dengan temperatur panas rendah dikarenakan titik leleh yang

rendah pada gelatin. Cangkang dilepaskan dari jepitan dan dirapikan bentuknya.

Cangkang kapsul lunak pada dasarnya terdiri dari gelatin, plasticizer, dan air.

Hampir semua proses manufaktur cangkang lunak menggunakan proses Scherer.

Larutan gliserol dan gelatin dipanaskan dan dipompakan kedalam 2 drum

pendingin untuk membentuk 2 pita terpisah yang mana masing-masing

merupakan setengah bagian cangkang kapsul. Pita kemudian dilumasi dan

dimasukkan ke dalam mesin pengisi. Kapsul gel kemudian di segel dengan

menmanfaatkan panas dan tekanan. Kapsul gel dijaga pada kelembaban 20%.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan kapsul.

1. Jenis zat obat

2. Kelembapan dan temperatur saat proses manufaktur dan penyimpanan.

7.EFFERVESCENT TABLETS

7.1 Definisi bentuk sediaan

Tablet larut merupakan bentuk sediaan obat padat yang dapat langsung terlarut

atau terdispersi dalam air. Jenis obat yang cocok untuk bentuk sediaan obat seperti

ini adalah yang parasetamol, aspirin, dan vitaman merupakan contoh umum dari

tablet larut. Tablet larut terdiri dari asam organik larut dan garam karbonat logam

alkali. Asam organik yang paling umum digunakan adalah asam sitrat sedangkan

garam karbonat yang umum digunakan adalah sodium bikarbonat. Karbon

dioksida akan terbentuk jika gabungan zat tersebut kontak dengan air.

7.2 Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari bentuk tablet larut adalah sebagai berikut.

1. Sudah dalam bentuk larutan saat di pencernaan sehingga lebih cepat

beraksi dan terabsoprsi

2. Merupakan gabungan dari beberapa bahan aktif dan mempunyai dosis

besar

3. Tidak perlu menelan tablet

4. Tablet larut mempunyai rasa yang enak

Sedangkan kekurangan dari tablet larut adalah :

1. Ukuran tablet besar

2. Proses produksinya kompleks

3. Perlu material pengemasan yang khusus.

7.3 Jenis dan Contoh Eksipien

Eksipien yang digunakan pada tablet larut adalah perasa, pelembut, pengikat

water-soluble, surfaktan, dan agen antibusa. Perasa yang sangat umum digunakan

adalah asam sitrat. Pemanis alami ataupun buatan juga digunakan sebagai perasa.

Untuk pelembut, yang digunakan adalah Asam malat. Asam fumarat, askorbat,

adipat, dan tartarat sangat jarang digunakan.Pengikat water-soluble yang

digunakan adalah dekstrosa atau laktosa. Water-soluble alternatif yang dapat

digunakan adalah PEG. Surfaktan ditambahkan untuk memperbesar kelembaban

dan kelarutan. Penambahan agen antibusa dperlukan untuk menyeimbangkan

surfaktan.

7.4 Proses Manufaktur

Proses pembuatan tablet larut secara garis besar sama dengan pembuatan tablet

konvensional. Granulasi basah dapat dibawa secara hati-hati menggunakan 2

granulator terpisah, yaitu untuk komponen alkalin dan komponen asam. Air

ditambahkan sekitar 0,1 – 1 %, dan dimulailah reaksi preeffervescent. Siklus ini

berakhir dengan pengeringan menggunakan fluidized-bed dryer. Pada tahapan ini,

proses granulasi dan pengeringan dilakukan sehingga membantu pembentukan

tablet larut.Tablet larut harus mengandung sedikitnya 0.3% air. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pembuatan tablet larut adalah tingkat higroskopis dan

kemampuan mula-mula tablet dapat bereaksi dengan air. Kontrol lingkungan

kelembapan relatif dan tingkat air juga sangat penting saat proses manufaktur.

Maksimum kelembapan relatif 25% pada suhu 25oC.

DAFTAR ISI

Conway, Barbara R. Solid Dosage Forms, in Pharmaceutical Manufacturing

Handbook – Production and Processes, Gad, Shayne C., Editor. 2008, New

Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Mulyaries. 2011. Farmasi dan Dunia: Obat dan Bentuk Sediaan Obat.

http://science-pharmacy.blogspot.com/2011/02/obat-dan-bentuk-sediaan-

obat.html (diakses pada Senin, 04/03/2013)

Budi. 2011. Kegunaan Tablet Coating.

http://lukasbc.wordpress.com/2011/06/04/kegunaan-tablet-coating/ (diakses

pada Senin, 04/03/2013)

Conway, Barbara R. Solid Dosage Forms, in Pharmaceutical Manufacturing

Handbook – Production and Processes, Gad, Shayne C., Editor. 2008, New

Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Khatun, S., dan Kumar B.S. Medicated chewing gum: An unconventional drug

delivery. International Current Pharmaceutical Journal, 1 (4). 2012: 86-91.

Pagare, P.K., Chandrakant S.S., Varsha M.J., dan Vilasrao K. Medicated Chewing

Gum: A Novel Drug Delivery System. Journal of Applied Pharmaceutical

Science,02 (06). 2012: 40-54.

USANA, Inc. USANA Technical Bulletin – Excipients. 2008.

Conway, Barbara R. Solid Dosage Forms, in Pharmaceutical Manufacturing

Handbook – Production and Processes, Gad, Shayne C., Editor. 2008, New

Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Hickey, Anthony J, & David Ganderton. 2001. Pharmaceutical Process

Engineering. New York : Marcel Dekker, Inc.

Lee, Robert E. Effervescent Tablets. United States : CSC Publishing

Stahl, Harald. 2003. Effervescent Dosage

Manufacturing.http://www.pharmtech.com/

pharmtech/article/articleDetail.jsp?id=52249(diakses pada senin, 4

Maret 2013)

Swarbick, James.2006. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.

Vinensia. Excipients Used In Formulations of Immediate Release Hard Gelatin

Capsules. http://formulation.vinensia.com/2011/09/excipients-used-in-

formulations-of.html(diakses pada Senin, 4 Maret 2013)