tugas kuliah ekonomi
description
Transcript of tugas kuliah ekonomi
1. Keuntungan yang diperoleh jika sistem keuangan Indonesia sedang stabil?
Sistem keuangan yang stabil dapat meningkatkan manfaat integrasi finansial dan ketahanan terhadap
arus modal yang berubah-ubah untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan, bermanfaat
globalisasi keuangan, seraya mencegah dan mengelola risiko yang dapat merusak stabilitas keuangan
dan pertumbuhan berkelanjutan di tingkat nasional dan global, keuntungan lainnya yaitu: dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dapat
meningkatkan kesempatan kerja, dapat meningkatkan penerimaan devisa negara, serta memberi
pengaruh pada kebijakan makro lainnya.
2. Sistem Kurs Devisa yang digunakan Indonesia, keuntungan dan kerugiannya
Sistem devisa bebas mulai diterapkan di Indonesia dengan PP No. 1 tahun 1982. Sejak 17 Mei 1999
dengan berlakunya UU No. 24 Tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan sistem nilai tukar. Dalam UU ini
diatur: Sistem devisa yang dianut Indonesia adalah sistem devisa bebas. Artinya setiap penduduk dapat
dengan bebas memiliki dan menggunakan devisa. Ada kewajiban untuk monitoring lalu lintas devisa. BI
diberi kewenangan untuk melakukan monitoring devisa ini, dan PBI untuk itu telah dikeluarkan, yaitu
PBI No. 1/9/1999 tanggal 28 Oktober 1999. Dalam PBI tsb diatur kewajiban pelaporan bagi setiap lalu
lintas devisa oleh dan melalui bank dan lembaga keuangan lainnya mulai 1 Maret 2000. Untuk transaksi
di atas USD10,000 dilaporkan per transaksi, sementara untuk transaksi di bawah USD10,000 dilaporkan
secara gabungan. Dalam laporan tsb dicantumkan tujuan dari transaksi devisa ybs (ekspor/impor, utang
luar negeri, dll).
Keuntungan:
a. Akses ke sumber pendanaan keuangan luar negeri
b. Akses pelaku ekonomi domestik untuk melakukan investasi global dan transaksi aset secara
internasional
c. Alokasi sumber-sumber daya yg lbh efisien dalam perekonomian melalui kompetisi financial
resources
d. Ketersediaan sumber-sumber pendanaan bagi investasi domestik, trade financing, dan kegiatan
perekonomian lainnya
e. Efisiensi lembaga-lembaga keuangan domestik melalui diseminasi pengaruh kompetisi dengan
lembaga keuangan internasional
f. Memacu otoritas keuangan untuk terus melahirkan “good policy” yang kredibel berdasarkan
kebijakan yang berorientasi kepada standard efisien perekonomian dunia.
Kerugian:
a. “Herd behavior” dari gerak modal internasional,
b. Bagi negara dengan institusi keuangan lemah, merusak kestabilan perekonomian
c. Menyulitkan pencapaian target besaran keuangan dalam pelaksanaan kebijakan
d. Struktur modal asing yang masuk didomininasi oleh modal-modal jangka pendek
e. Sangat sensitif terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah (terutama keuangan dan fiskal)
Kelebihan dari sistem devisa bebas ini, menurut pemahaman saya, akan menunjukkan sisi kekuatan
fundamental ekonomi nasional secara nyata karena nilai investasi yang masuk serta capital yang dibawa
keluar Indonesia akan memiliki nilai ekonomis yang nyata dengan fundamental ekonomi dunia. Kalau
diingat krisis keuangan di akhir era tahun 90 an (sekitar tahun 96 s/d 99), nilai dolar yang awalnya
bernilai 2 ribu – 3 ribuan melonjak sampai 16 ribuan. Ini karena nilai pasar sesungguhnya nilai rupiah
adalah diatas 10 ribuan per dolar Amerika. Sehingga dengan sistem devisa bebas ini maka nilai tukar
rupiah terhadap dolar diharapkan merupakan nilai sesungguhnya. Selain itu bisa memberikan kepastian
bagi investor untuk membuat keputusan investasi di Indonesia, apakah harus membawa capital ke
Indonesia atau menempatkan di negara lain.
Kelemahannya adalah, ini masih menurut saya, cadangan devisa Indonesia bisa semakin lama semakin
tergerus apabila nilai rupiah terus berfluktuasi diatas nilai psikologis (nilai yang dianggap nyata bagi
rupiah dan dolar) karena adanya faktor spekulasi dari para spekulan. Menurut Gubernur BI, Boediono,
posisi cadangan devisa pada akhir Oktober 2008 sekitar US$ 50,4 miliar. Angka tersebut melorot jauh
dari posisi pada akhir September sekitar 57 miliar dolar AS yang disebabkan intervensi yang dilakukan BI
untuk menjaga nilai tukar rupiah. Padahal banyak ekonom menyebutkan nilai minimal cadangan devisa
adalah diantara US$ 30-36 miliar. Jadi bisa dibayangkan apabila BI selalu melakukan intervensi ke pasar
terus menerus apabila nilai rupiah terus anjlok sampai tahun depan, maka bisa dipastikan akan
mengurangi jumlah cadangan devisa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sejak Indonesia menganut
sistem devisa bebas maka banyak orang berlomba-lomba menjadi spekulan untuk memperoleh gain
antara harga beli dolar saat dia beli dengan harga jual dolar saat ini jika mengalami kenaikan. Jika selisih
besar maka nilai rupiah akan semakin terpuruk karena banyak spekulan yang memilih membeli dolar.
Meskipun faktor hutang LN yang jatuh tempo juga bisa menjadi faktornya tetapi menurut BI kebanyakan
adalah karena faktor spekulan. Oleh karena itu baru-baru ini BI mengeluarkan aturan underlying
transactions (aturan dengan meminta pelaku transaksi menyertakan NPWP serta alasan yang jelas
penggunaan valas) untuk pembelian valas minimal ekuivalen 100.000 dolar AS.
3. Sistem keuangan internasional mulai sebelum perang dunia 1 sampai sekarang:
Sejarah dan Perkembangan Sistem Keuangan Internasional
a. Sistem Standar Emas (1876-1913)
Sistem standar emas internasional muncul mulai tahun 1870 di Inggris. Pemerintah Inggris menetapkan
nilai pounsterling dengan emas. Perkembangan industri yang terjadi di Inggris serta perdagangan dunia
yang makin berkembang pada abad 19 menambah kepercayaan dunia terhadap emas. Kepercayaan ini
diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika Utara. Dengan kejadian-kejadian
tersebut sistem standar emas merupakan suatu sistem yang dipakai oleh banyak negara semenjak 1970
hingga perang dunia pertama.
Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang lebih formal
menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar mata uang negara
berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus menjaga persediaan emas yang
cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya
berdasarkan, maka kurs antar dua mata uang bisa ditentukan. Nilai emas terhadap barang lain tidak
banyak berubah dalam jangka panjang, stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak
berfluktuasi dalam jangka panjang.
Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat, nilai mata uang
ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah menjaga integritas menjag mata
uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan. Pemerintah kadang tergoda menerbitan
uang baru, karena biaya produksi penerbitan tersebut adalah 0 rupiah. Dengan menggunakan standar
emas, nilai mata uang didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang
yang beredar , karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas.
Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia memakai emas
sebagai standar mata uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan terjadi di dalam situasi semacam
itu.
Dengan adanya Perang Dunia I (1919-1923) serta depresi dunia (1931-1934) negara-negara di Eropa
dilanda inflasi serta ketidaksetabilan politik. Sistem keuangan Internasional menjadi kacau. Kekacauan
ini menimbulkan kurang kepercayaan dunia terhadap pounsterling yang masih dikaikan dengan emas.
Ponsterling makin lama makin lemah posisinya. Kelemahan ini ditambah keharusan Inggris untuk
memberi bantuan kepada Jerman. Pada tahun 1931 Inggris menanggalkan standar emas dan
pounsterlling jatuh nilainya, diikuti oleh dolar Amerika.
b. Periode Perang Dunia (1914-1994)
Perang dunia I mengakhiri standar emas klasik. Periode antara kedua perang dunia secara umum
ditandai oleh kekacauan perdagangan dan keuangan internasional. Terjadinya fluktuasi kurs sejak akhir
perang sampai tahun 1925 (kecuali di Amerika Serikat, yang kembali ke standar emas dalam tahun
1919). Mulai tahun 1925, suatu usaha dilakukan untuk menetapkan kembali standar emas, akan tetapi
runtuh tahun 1991 pada waktu Depresi Besar. Kemudian disusul dengan periode persaingan Devaluasi,
ketika negara-negara mencoba untuk mengekspor pengangguran mereka (kebijakan mengemis
tetangga mereka). Tarif, kuota dan pengawasan nilai tukar juga meluas, dengan akibat volume
perdagangan dunia berkurang hampir setengahnya. Kecenderungan devlasioner dapat diatasi
sepenuhnya suaktu negara-negara dipersenjatai kembali untuk perang dunia II.
c. Periode Kurs Tetap
Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua negara
menetapkan nilai tukar mata uangnya melaui emas, tetapi tidak diharuskan memenuhi konverbilitas
mata uang mereka dalam emas. Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau
turun) dan bersedia menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara anggotanya dalam rangka menjaga
kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar keuangan dunia
sempat tutup selama beberpa minggu dalam bulan Maret 1973. Ketika pasar tersebut dibuka, kurs mata
uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang ditentukan oleh kekuatan pasar.
d. Post Bretton Woods
Pada tanggal 22 Juli 1944 diadakan suatu konferensi keuangan Internasional, yang dikenal dengan The
Bretton Woods Conference, yang dihadiri oleh 44 negara. Konferensi tersebut bertujuan untuk
menyusun rencana pembuatan sistem keuangan. Dua tahun setelah konferensi tersebut, didirikan IMF
dan Bank Dunia untuk mengawasi sistem tersebut. .
Selama periode 1944-1973 dolar merupakan mata uang yang sangat penting dalam lalu lintas
pembayaran Internasional. Peranan dolar ini timbul setelah perang dunia II, dusebabkan saat itu terjadi
kekurangan dolar. Negara-negara Eropa yang sangat memerlukan uang /dana untuk memulihkan
keadaan ekonominya. Satu-satunya sumber adalah Amerika Serikat, sehingga dolar banyak diminta.
Konsekuensinya, emas menjadi tergeser oleh dolar. Sebab, disamping memiliki tenaga beli yang kuat di
Amerika, reserves dalam bentuk dolar akan membelikan penghasilan bunga. Dengan semakin
pentingnya fungsi dolar, maka setiap anggota menetapkan perbandingan mata uangnya terhadap dolar,
yang kemudian apabila perlu dapat ditukarkan dengan emas.
DMI beranggotakan 134 negara, diantaranya 10 negara maju mempunyai posisi yang sangat kuat di
dalam mengambil keputusan. Setiap anggota memperoleh jatah/quota, yang harus dibayar 25% dengan
emas dan sisanya 75% dengan mata uangnya. Besarnya quota menentukan hak suaranya serta jumlah
pinjaman yang dapat diperoleh dari DMI. Dana pertama DMI dengan sendirinya 25% terdiri dari emas
dan 75% berbagai mata uang negara anggota. Pinjaman diberikan kepada dalam mata uang negara lain
yang harus di tukar dengan mata uang negara peminjam.
e. Sistem semenjak 1973
Semenjak 1973 sistem keuangan internasional merupakan campuran antara kurs tetap dengan kurs
berubah-ubah. Mata uang Yen, dolar Kanada, franc Perancis, dan Swiss berfluktuas tergantung dari
permintaan dan pernawaran. Sering juga penguasa keuangan negara-negara tersebut melakukan
campur tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan. Caranya apabila
negara mengalami defisit dalam neraca pembayaran, kurs valuta asing cenderung naik. Untuk mencegah
hal ini bank Central menjual valuta asing. Demikian juga apabila surplus di dalam neraca pembayaran,
bank sentral membeli valuta asing di pasar untuk mengurangi penurunan kurs. Sisitem kurs demikian di
sebut “managed atau dirty” float, sebagai lawan dari “clean” floatt di mana bank Sentral sama sekali
tidak campur tangan di dalam pasar valuta asing.
Lima negara Eropa (Jerman Barat, Belgia, Luxembrug, Swedia, Netherlan dan Norwegia) mengadakan
pengaturan secara tersendiri. Krus tetap berlaku di antara mereka, tetapi berubah-ubah secara
bersama-sama terhadap mata uang negara lain. Sisten krus semacam ini (mengambang bersama-sama)
menghasilakan fluktuasi yang menyerupai ular, yang kemudian disebut “Snake like”.
Negara-negara Eropa dan Jepang telah melepaskan ikatan mata uangnya dengan dolar Amerika Serikat.
Dengan demikian, telah merupakan mata uang yang mengambang. Namun demikian Dolar masih
memegang peranan penting dalam lalu lintas pembayaran internasiolal. Pembayaran luar negeri,
kebijakan campur tangan dalam valuta asing oleh Bank Sentral, serta catatan-catatan statistik Dana
Keuangan Internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa masih menggunakan dasar mata uang Dolar.
4. Contoh pengaruh positif dan negatif Demonstration effect yang terjadi akibat liberalisasi:
Pengaruh yang penting dan perdagangan terhadap pola konsumsi masyarakat. Pengaruh ini dikenal
dengan nama demonstration effects. Akibat liberalisasi terhadap kegiatan konsumsi ialah timbulnya
demonstration effect (pengaruh mencontoh). Misalnya, produk makanan fastfood (cepat saji) yang
merupakan kebiasaan makan di Negara lain. Di Negara amerika serikat, makanan fastfood sebenarnya
dimaksudkaan untuk memenuhi kebutuhan para pekerja yang tidak mempunyai banyak waktu. Agar
mereka dapat makan lebih cepat, dibuatlah makanan cepat saji yang dapat dimakan sambil
mengendarai mobil atau sambil bekerja. Manjamunya restoran fastfood di Indonesia merupakan
pengaruh dari meniru kebiasaan makan orang luar negeri.
Demonstration effect dapat menimbulkan efek yang positif maupun negatif. Efek positif dan
demonstration effect ialah mendorong produksi menjadi lebih banyak. Demonstration effects yang
bersifat positif adalah perubahan pola dan kecenderungan berkonsumsi yang mendorong kemauan
untuk berproduksi lebih besar. Semakin banyak orang yang tertarik untuk mencoba jenis makanan
tersebut maka akan mendorong dibukanya lebih banyak restoran. Sebuah restoran tentu saja
membutuhkan banyak hal, misalnya tenaga kerja, sewa temapt, bahan baku, beras dan bumbu-bumbu
masak. Berarti bagi Indonesia kegiatan mencontoh mengkonsumsi makanan ceoat saji itu membuka
kesempatan usaha atau produksi yang baru.
Akan tetapi, demonstration effect juga dapat berpengaruh negatif jika kemudian masyarakat terbiasa
untuk melakukan kegiatan konsumsi yang berlebihan (konsumtif). Demonstrasi effects yang bersifat
negatif adalah apabila dibukanya hubungan dengan luar negeri menimbulkan pola dan kebiasaan
konsumsi asing yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan perekonomian tersebut. Misalnya,
masyarakat (dimulai dan golongan yang berpenghasilan tinggi) cenderung untuk meniru gaya dan
kebiasaan hidup dan konsumsi dan negara-negara maju lewat “contoh-contoh” yang ditunjukkan lewat
media seperti film, televisi, majalah-majalah dan sebagainya. Akibatnya ada kecenderungan bagi
masyarakat tersebut untuk berkonsumsi yang “berlebihan” (dilihat dan tahap perkembangan ekonomi
dan kemampuan produksi masyanakat) Dengan lain perkataan, propensity to consume menjadi tenlalu
tinggi. ini selanjutnya mengakibatkan sumber ekonomi yang tersedia untuk investasi rendah, dan ini
berarti pertumbuhan ekonomi yang rendah.
7. Perdagangan internasional dapat mempengaruhi pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi:
Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di
dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin dan tercipta suatu
hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang
dan jasa akan membentuk perdagangan antar bangsa. Perdagangan internasional merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat suatu negara.
Pengaruh perdagangan internasional terasa pada harga, pendapatan nasional, dan tingkat kesempatan
kerja negara-negara yang terlibat dalam perdagangan internasional tersebut. Ekspor akan meningkatkan
permintaan masyarakat, yaitu jumlah barang dan jasa yang diinginkan masyarakat didalam negeri.
Sebaliknya, impor akan menurunkan permintaan masyarakat didalam negeri. Permintaan masyarakat
akan mempengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan nasional, dan diantara lain akan tergantung
pada besarnya ekspor neto, yaitu selisih antara ekspor dan impor. Bila ekspor neto positif, berarti ekspor
lebih besar daripada impor, kesempatan kerja dan pendapatan nasional cenderung akan naik. Besarnya
ekspor neto sangat ditentukan oleh nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan.
Terjadinya perekonomian dalam negeri dan luar negari akan menciptakan suatu hubungan yang saling
mempengaruhi antara satu negara dengan negara lainya, salah satunya adalah berupa pertukaran
barang dan jasa antarnegara. Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara
subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain. Adapun subyek ekonomi
yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahan swasta dan perusahan
negara maupun pemerintah yang dapat dilhat dari neraca perdagangan. Secara umum perdagangan
internasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang dan
jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainya. Sementara impor adalah arus kebalikan dari ekspor,
yaitu barang dan jasa dari luar suatu negara yang mengalir masuk ke negara tersebut.
Perdagangan internasional sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena dalam
perdagangan internasional semua negara bersaing di pasar internasional. Salah satu keuntungan
perdagangan internasional adalah memungkinkan suatu negara untuk berspesialisasi dalam
menghasilkan barang dan jasa secara murah, baik dari segi bahan maupun cara berproduksi. Akan tetapi
manfat nyata dari perdagangan internasional dapat berupa kenaikan pendapatan, cadangan devisa,
transfer modal dan luasnya kesempatan kerja.
Secara matematis konsep perdagangan Internasional disimbolkan dengan Y = C + I + G + (X – S) dengan
Y= pendapatan masyarakat; C=konsumsi masyarakat; I=investasi; X=ekspor dan S=impor.