TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL - ikabuh.files.wordpress.com · Bentuk-bentuk informasi adalah beraneka...
Transcript of TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL - ikabuh.files.wordpress.com · Bentuk-bentuk informasi adalah beraneka...
TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL CODE DIVISION MULTIPLE ACCES
2012
OLEH
Yustrinana Damantalm (D411 08 366)
Adrianus Bonny (D411 08 370)
Astriana (D411 08 381)
Muh. Hafiansyah (D411 08 329)
JURUSAN ELEKTRO FAKULAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
BAB 1
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang seiring dengan
revolusi teknologi informasi. Hal ini sesuai dengan kemajuan teknologi dalam
bidang telekomunikasi dunia yang sedang maju dengan pesat serta pengaruh era
globalisasi dan arus informasi yang sangat diperlukan oleh masyarakat modern.
Kemajuan perekonomian serta majunya teknologi telekomunikasi merupakan titik
tolak dan potensi yang besar untuk dapat meningkatkan dan mewujudkan jenis
pelayanan komunikasi yang lebih canggih untuk komunikasi suara, video, dan
data.
Aktifitas kehidupan sehari-hari banyak tergantung dari penggunaan
informasi. Bentuk-bentuk informasi adalah beraneka ragam, antara lain dalam
bentuk bahasa lisan, tertulis atau data tertulis/gambar. Informasi bisa diolah,
disimpan dan disalurkan. Teknologi-teknologi baru telah dikembangkan untuk
melakukan hal-hal tersebut. Salah satu sarana yang paling penting dalam
penyaluran informasi adalah dengan mengkonversikan informasi ke dalam bentuk
sinyal listrik dan mentransmisikannya dalam jangkauan jarak tertentu
menggunakan suatu media komunikasi.
Teknologi yang banyak digunakan sekarang ini adalah CDMA yang
merupkan salah satu teknik akses yang berbasiskan spread spectrum dimana
terdapat baris baris kode dalam penyampaian informasinya sehingga tidak mudah
disadap.
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah CDMA
CDMA adalah sebuah teknologi militer yang digunakan pertama kali pada
Perang Dunia II oleh sekutu Inggris untuk menggagalkan usaha Jerman
mengganggu transmisi mereka. Sekutu memutuskan untuk mentransmisikan tidak
hanya pada satu frekuensi, namun pada beberapa frekuensi, menyulitkan Jerman
untuk menangkap sinyal yang lengkap.
CDMA menggunakan spektrum frekuensi amat lebar yang dimanfaatkan
secara bersama oleh para pelanggan / pengguna tanpa pembagian waktu maupun
frekuensi. CDMA akan mengisi seluruh spektrum dengan paket informasi / data
yang telah dikodekan
CDMA (code division multiple access) adalah teknologi akses jamak
dimana masing-masing user menggunakan code yang unik dalam mengakses
kanal yang terdapat dalam sistem.Pada CDMA, sinyal informasi pada transmitter
dicoding dan disebar dengan bandwidth sebesar 1.25 MHz (spread spectrum),
kemudian pada sisi repeater dilakukan decoding sehingga didapatkan sinyal
informasi yang dibutuhkan. Para pakar teknologi telepon seluler sepakat bahwa
kecanggihan CDMA jauh melebihi GSM yang sekarang ini banyak dipergunakan
oleh operator telepon seluler di Indonesia. CDMA tarifnya akan jauh berada
dibawah GSM karena biaya investasinya sangat murah.
Teknologi CDMA pada awalnya dipergunakan dalam komunikasi radio
militer Amerika Serikat (AS), mulai tahun 1990 patennya diberikan kepada
Qualcomm, Inc. dan dijadikan sebagai standar seluler digital di AS sejak tahun
1993. Oleh karena itu tidak heran jika teknologi ini sangat aman karena tidak
dapat digandakan (dikloning). Sehingga teknologi ini sangat cocok bagi kegunaan
layanan telepon banking, seperti transfer, cek saldo, dll.
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Pada Gbr. diatas terlihat bahwa saat t1 ada sejumlah M paket informasi yang
megakses secara bersama, maka masing-masingnya diberi Pseudo Noise (PN)
Code yang berbeda-beda, sehingga total PN Code juga M.
Dari Gbr. juga terlihat ada N total kanal yang tersedia, dan setiap paket spektrum
akan menyebar / mengisi keseluruhan bandwidth dari N kanal yang tersedia.
Dgn pemanfaatan TDM ( t1,t2 ,t3,t4,t5 ) kapasitas CDMA semakin meningkat
N
.
5
4
3
2
1
………..
………..
………..
………..
1 2 3 4 5 ……………M (PN Code)
t5
t4
t3
t2
t1
Time(sec)
Uplink or uplink CDMA RF
Carrier Channel (MHz)
……..
Gbr. Teknologi CDMA dimana N bandwidth tersedia diisi oleh
spektrum paket informasi/data dgn mengunakan PN Code.
BS
3 dB
3 dB
BSS
Kepadatan spektrum daya
(dBWatt/Hz)
Frekuensi (Hz)
0
2
4
6
8
1
0 1
1 1
2 1
4
16
18
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Gbr Spektrum sinyal informasi / data sebelum dan Sesudah
penyebaran
Ide dasar CDMA adalah mentransformasikan sinyal informasi dengan bandwidth
BS kedalam bandwidth yang lebih lebar BSS.
Dengan demikian setiap paket sinyal informasi yang telah dikodekan selebar BS
akan menempati keseluruhan bandwidth BSS sebagaimana terlihat pada Gbr.diatas
2.2 Pengertian Spread Spectrum
Spread spectrum signal digunakan untuk mentransmisikan informasi digital yang
dipengaruhi oleh karakteristik bandwidth W yang lebih besar dari information rate
R dalam bits/s, sehingga daya yang dibutuhkan sedikit. Pengertian lain dari
teknik spread spectrum adalah suatu teknik yang memungkinkan beberapa user
menggunakan bandwidth yang sama pada waktu yang sama tanpa terjadi
interferensi satu sama lain. Suatu sistem dapat disebut sistem spread spectrum jika
memenuhi persyaratan:
1. Sinyalnya membutuhkan bandwidth yang besar untuk mengirimkan informasi.
2. Spreading signal atau disebut code signal merupakan data independen.
3. Pada receiver, despreading dilakukan dengan menyesuaikan spread sinyal yang
diterima dengan replika sinkronisasi dari spread sinyal informasi.
Sinyal spread spectrum digunakan untuk:
1. Menghilangkan atau menekan efek interferensi detrimental pada jamming,
interferensi dari user lain pada kanal dan interferensi karena multipath
propagation. Jammer harus dihilangkan karena akan mengganggu komunikasi
karena membingungkan penerima. Interferensi dari user lain terjadi karena user
berbagi kanal bandwidth yang sama untuk mengirimkan berbagai informasi ke
berbagai tujuan pada saat yang bersamaan.
2. Menyembunyikan sinyal dengan mentransmisikan pada daya rendah yang
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
tertutup oleh noise. Penyembunyian pesan dibalik noise dilakukan dengan
menyebarkan bandwidthnya dengan coding dan transmitting sinyal resultan pada
daya rendah. Pada keadaan ini probabilitas pendengar lain untuk mengetahui isi
pean sangat rendah, atau dikenal dengan Low-probability-of-intercept (LPI).
3. Memberi pesan pribadi tanpa didengar user lain. Hal ini dilakukan dengan
superimposing pola pseudo-random dalam pentransmisian pesan. Pesan dapat
didemodulasi oleh receiver yang dimaksud, yang mengetahui pola pseudo-random
atau kode yang digunakan transmiter, sedangkan receiver lain yang tidak
mengetahui kode ini tidak dapat menerima pesan tersebut.
Pada aplikasi lain selain untuk komunikasi, spread spectrum signal digunakan
untuk menghasilkan perhitungan time delay yang akurat dan rata-rata kecepatan
pada radar dan navigasi. Diagram Blok dari spread-spectrum:
2.3 Teknik Spreading
Secara garis besar teknik spreading dibedakan atas 2 macam, yakni:
1. Spectrum spreading , yang terdiri dari :
a. Direct Sequence Spread Spectrum
b. Frequency Hoping Spread Spectrum
2. Time spreading (Time hoping ).
DIRECT SEQUENCE SPREAD SPECTRUM
Transmisi Direct Sequence Spread Spectrum punya pengaturan sbb.:
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
1. Spread spectrum adalah sebuah cara guna mengatur distribusi dari energi
frekuensi radio pada suatu bandwidth.
2. Sebuah pita sempit dari energi radio yang mengandung informasi / data
dimodulasikan sehingga berada dalam bandwidth yang jauh lebih lebar dari
spektrum semula.
3. Direct sequence menunjukkan bahwa informasi yang telah dikodekan ke
dalam bidang frekuensi selebar BSS , selanjutnya dimultipleks dan
ditransmisikan bersama sinyal informasi lainnya.
4. Seluruh informasi suara / data diidentifikasikan dengan kode Pseodo Noise
(PN) yang khas ke terminal bergerak.
1. Chips :
Dalam Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) atau DS-CDMA, tiap bit
informasi disimbolkan oleh sejumlah kode bit yg disebut chips,yakni total
kanal frekuensi yg akan digunakan sebagai tempat pengkodean.
Sebagai contoh:
Suatu informasi yang ditransmisikan dgn kecepatan Rb = 10 KBPS punya
lebar pita BS = 10KHz.
Jika tiap bit-nya dikodekan dengan 100 chips (kanal), maka : Kebutuhan
lebar pita BSS = 100 x 10 KHz = 1 MHz.
2. Processing Gain (PG) / Spreading Factor
Processing Gain adalah perbandingan bandwidth spread spectrum terhadap
kecepatan bit informasi, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
PG = BSS / Rb …………………………………. VIII-1
PG merupakan salah satu parameter yang sering digunakan mengukur unjuk
kerja DS-CDMA.
Jika data diatas dimasukkan dalam rumus IX-1, maka diperoleh
PG = 1 (MHz) / 10 (KBPS) = 100 kali
= 10 log 100 = 20 dB
Processing Gain / Spreading Factor akan menentukan jumlah kanal /
pengguna yang dapat ditangani oleh sistem.
FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM
Sebuah FH-CDMA dalam sistemnya akan memiliki N kanal frekuensi yang
digunakan untuk menyelenggarakan suatu hubungan yang berpindah-pindah
(hopping) dengan suatu pola tertentu dalam N kanal tersebut.
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Jika suatu informasi dengan bandwidth BC KHz akan menggunakan N kanal
hopping maka sebagaimana terlihat pada Gbr.VIII-3, bandwidth yang diperlukan
untuk mentransmisikan informasi tersebut dengan FH-CDMA adalah W = N.BC
(KHz)
Gbr.: Bandwidth W dari teknologi FH-CDMA
Dalam FH-CDMA terdapat 2 macam pola hopping, yakni :
1. FAST HOPPING :
Merupakan pola lompatan yang akan melakuan perpindahan dua kali atau
lebih untuk setiap chipnya.
2. SLOW HOPPING
Merupakan pola lompatan yang akan melakukan satu perpindahan untuk
beberapa chips.
TIME HOPPING / TIME SPECTRUM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 No. kanal
BC
W
Kanal yang dipakai
pada waktu t
Kanal untuk
hopping
R Rg Rg Rg Rg Rg Rg
1 2 3 4 5 6 6 3 4 5 1 2 t1 t2 t3 t4 t5 t6
T tn
a b
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Gbr. Pengiriman sinyal informasi dengan Time Hopping
a. Sinyal informasi awal
b. Sinyal informasi setelah mengalami Time Hopping
Bila sejumlah informasi dengan kecepatan data R membutuhkan waktu kirim
dengan interval T, maka untuk pengakesan dengan metode time hopping,
informasi ini kemudian dibagi-bagi sebesar Rg tiap burst-nya dengan tenggang
waktu atau guard time tn , dikirim secara acak menurut Pseudo Random atau
Pseudo Noise yang dimilikinya, sebagaimana terlihat pada Gbr.VIII-4.
PROSES END TO END SINYAL CDMA PADA SISTEM SELULER
A
B
S1(t-T1) G1(t-T1)+ S2(t-T1).G2(t-T1)
S1(t-T1)
f0 G1(t-T1)
BPF X1(t-T1)
X1(t)
S2(t). G2(t)
S1(t). G1(t)
S2(t)
S1(t)
f0 G1(t)
X2(t)
f0 G2(t)
S1(t-T2) G1(t-T2)+ S2(t-T2).G2(t-T2)
S2(t-T2)
f0
BPF X2(t-T2)
G2(t-T2)
S1(t-T2) G1(t-T2) G2(t-T2) + S2(t-T2) { G2(t-T2) }2
MODEM
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Gbr.Proses end to end sistem CDMA di mana:
a. X1(t), X2(t) = sinyal informasi
b. S1(t), S2(t) = sinyal termodulasi
c. G1(t), G2(t) = PN Code
d. T1 , T2) = waktu tunda
Operasi end to end sistem CDMA yg diperlihatkan pada Gbr.diatas terdiri dari 1
Base Station dengan 2 kanal.
Sebelum sinyal informasi X1(t) dan X2(t) ditransmisikan dengan kecepatan data R,
terlebih dahulu harus dimodulasi oleh sinyal carrier f0 yang sama, selanjutnya
setelah sinyal termodulasi ini dikalikan dengan PN Code akan diperoleh sinyal
yang dipancarkan BTS, yakni :
Output BTS yang berasal dari kanal 1 : S1(t). G1(t)
Output BTS yang berasal dari kanal 2 : S2(t). G2(t)
Kedua penerima akan menangkap semua sinyal yang berasal dari BTS, dan sinyal
ini punya waktu tunda propagasi sebesar T detik. sehingga :
Input penerima kanal 1 : S1(t-T1) G1(t-T1)+ S2(t-T1).G2(t-T1)
Input penerima kanal 2 : S1(t-T2) G1(t-T2)+ S2(t-T2).G2(t-T2)
Melalui proses EXNOR, sinyal dipenerima akan dikalikan dengan PN Code.
Perkalian antara 2 PN Code akan memberikan hasil sbb.:
Untuk PN Code yang sama : G1(t-T2) G1(t-T2) = 1
Untuk PN Code yang berbeda : G1(t-T2) G2(t-T2) = 0
Selanjutnya setelah diliwatkan pada BPF akan diperoleh kembali sinyal
termodulasi S1(t-T1) dan S2(t-T2) .
Tahapan akhir dari proses adalah demodulasi S1(t-T1) dan S2(t-T2) dari carrier f0
guna memperoleh kembali sinyal informasi X1(t), X2(t).
PEMBANGKIT KODE PSEUDO NOISE ( PN CODE )
Deret PN yang paling banyak dipakai adalah :
1. Maximal Length Shift Register (MLSR)
2. Deret M yang dapat dibangkitkan oleh shift register n tingkat.
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Deret m lebih banyak digunakan karena mudah dibangkitkan dan memiliki
autokorelasi yang baik. Autokorelasi adalah derajat kesamaan antara kode yang
dibangkitkan dipengirim (Base Station) dengan replika kode tersebut dipenerima.
Gbr. Pembangkit deret M dengan Shift Register 4 tingkat.
Gbr.ditas memperlihatkan pembangkit kode PN. Dari gambar terlihat bahwa 2
digit terakhir ( X3 dan X4 ) digabung dengan sebuah penambah module 2 (gerbang
XOR), kemudian diumpan balik sebagai masukan berikutnya. Sedangkan deret
yang dimaksud adalah digit-digit terakhir dari keluaran yang dihasilkan.
Bila masukan awal : 1000
Maka keluaran : 1000 0100 0010 1001 1100 0110 1011 0101 1010
1101 1110 1111 0111 0011 0001 1000
Bila keluaran akhir sama dengan masukan awal, maka proses akan berhenti atau
akan berlangsung selama (2n – 1 ) kali.
Dapat disimpulkan :
Panjang kode PN adalah 15 untuk kasus n = 4
Deret PN adalah 0001 0011 0101 1111 , yang berasal dari nilai digit akhir
atau nilai X4
Nilai PN yang dihasilkan memiliki perioda waktu :
TPN = LTC dimana L = 2n – 1
Deret PN yang dihasilkan disebut juga chip G(t).
SINKRONISASI
Tg
Clock
Output :
0001001101011111
1 0 0 0
X1 X2 X3
X4
Feedback
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Gbr. Autokorelasi dengan pergeseran 4 dimana G2 diperoleh dengan menggeser
G1 kekanan sejauh 4 bit untuk nilai autokorelasi 0.460
Penerima harus mengatur agar terjadi sinkronisasi dgn pemancar (BTS).
Sinkronisasi ini dilakukan dengan mengadakan perhitungan autokorelasi antara
PN Code BTS dan MS dalam hal ini adalah G1(t) dan G2(t).
Autokorelasi adalah derajat korespondensi antara suatu deret dengan deret itu
sendiri yang digeser sepanjang waku tertentu.
Gbr.VIII-7 memperlihatkan contoh proses autokorelasi kode penyebar dengan
menggunakan N=15 chips.
Bit shift
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15
PN Code G1
PN Code G2
PN Code G1x G2
TC
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Proses ini dilakukan dengan cara mengalikan PN Code yg ditransmisikan dengan
kode yang tergeser. Jika suatu PN Code bergeser sejauh N bit, maka diperoleh
nilai derajat korespondensi sebesar -1/N = –1/15 (minimal N=1), sedangkan
untuk PN Code yang tidak tergeser maka derajat korespondensinya adalah 1
(maksimum), sebagaimana terlihat pada Gbdibawah
Bit shift
PN Code G1
PN Code G1
PN Code G1x G2
TC
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
Gbr.VIII-9: Autokorelasi dengan pergeseran 0 dimana G2 diperoleh dengan
menggeser G1 kekanan sejauh 0 bit untuk nilai autokorelasi 1,0
Untuk menentukan keadaan sinkron, penerima mengamati harga auto-korelasi
pada setiap pergeseran waktu sepanjang selang N chips.
Jika penerima belum mendeteksi harga maksimum autokorelasi, maka chip akan
terus digeser hingga mendapatkan harga maksimum autokorelasi.
Jika penerima telah mendeteksi harga maksimum autokorelasi, maka pada saat itu
terjadi keadaan sinkron antara pengirim (BTS) dan penerima (MS), karena posisi
kedua PN Code keduanya sudah tepat sama.
Dengan demikian barulah komunikasi dapat berlangsung.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Editor : Putu Nopa Gunawan / Teknik Elektro Unhas
BAB III
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa:
Kelebihan CDMA dari Multiple Acces lainnya adalah :
Kapasitas / daya tampungnya yang jauh lebih besar
Anti jamming sehingga amat sukar untuk disadap
Menggunakan modulasi QPSK
Menggunakan Teknik Spread Spketrum dengan chips chips PN Code