tugas koass obgyn
-
Upload
prizqy-rimadhyani -
Category
Documents
-
view
58 -
download
3
description
Transcript of tugas koass obgyn
Nama: Prizqy Rimadhyani
NIM: 1102009223
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA –
EKLAMPSIA
DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA RINGAN
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu. 1
- Hipertensi: sistolik/diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan kenaikan
diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia. 1,2
- Proteinuria: ≥300mg/24 jam atau ≥ ! + dipstick
- Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada
lengan, muka dan perut, edema generalisata.
PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA RINGAN
Manajemen umum preeklampsia ringan
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan, bagaimana: 1
- Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi medikamentosa
- Sikap terhadap kehamilannya; berarti mau diapakan kehamilan ini
Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
Disebut perawatan kehamilan “konservatif” atau “ekspektatif”
Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)?
Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau “agresif”
Tujuan utama perawatan preeklampsia
Mencegah kejang, perdarahan intracranial, mencegah gangguan fungsi organ vital dan
melahirkan bayi sehat. 1,2
Rawat jalan (ambulatoir) 1,2
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan. Dianjurkan ibu hamil
banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi tidak harus mutlak selalu tirah baring.
Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan
tekanan rahim pada v. kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan
menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meingkatkan
dieresis. Dieresis dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas
kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan
meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta, dan memperbaiki
keadaan janin dalam rahim.
Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal masih normal.
Pada preeklampsia, ibu hamil umumnya masih muda, berarti fungsi ginjal masih bagus, sehingga
tidak perlu restriksi garam. Diet yang mengandung 2 g natrium atau 4-6 gr NaCl (garam dapur)
adalah cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi
pertumbuhan janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi garam. Bila konsumsi garam
hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak, berupa susu atau
air buah.
Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, gara, secukupnya, dan roboransia
prenatal.
Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi dan sedatif. Dilakukan pemeriksaan
laboratorium Hb, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal.
Rawat inap (dirawat di rumah sakit) 1,2
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu dirawat dirumah sakit.
Kriteria preeklampsia ringam dirawat di rumah sakit, ialah:
a) Bila tidak ada perbaikan: tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu
b) Adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsia berat
Selama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik. Pemeriksaan
kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi
pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 minggu
dan konsulatasi dengan bagian mata, jantung, dan lain-lain.
Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya 1
Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu sampai ≤ 37 minggu.
Pada kehamilan preter (<37 minggu), bila tekanan darah mencapai normotensif, selama
perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm.
Sementara itu, pada kehamilan aterm (>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal
persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II.
DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA BERAT
Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala berikut: 1
- Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg. Tekanan
darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan menjalani
tirah baring
- Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau ≥ 3 +
- Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
- Kenaikan kadar kreatinin plasma
- Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson)
- Edema paru dan sianosis
- Hemolisis mikroangiopatik
- Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat
- Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler); peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase
- Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
- Sindrom HELLP
Pembagian preeklampsia berat 1
a) Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia
b) Preeklampsia berat dengan impending eklampsia
Disebut impending eklampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa
nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif
tekanan darah.
PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA BERAT
Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat
Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang pengobatan hipertensi,
pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat
untuk persalinan.. 1
Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa:
nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat berat badan. Selain itu,
perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan USG dan NST. 1
Manajemen umum perawatan preeklampsia berat
Perawatan preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia ringan, dibagi
menjadi dua unsur: 1
- Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obatan atau terapi medisinalsi
- Sikap terhadap kehamilannya
Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan
tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada preeklampsia berat ialah
pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oligoria. Oleh karena itu monitoring cairan (melalui cairan atau infus)
dan output (melalui urine) menjadi sangat penting, dan dilakukan pengukuran secara tepat
jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan. Cairan yang diberikan dapat berupa : 1
a) 5% Ringer dextrose/ NaCl dengan tetesan < 125 cc/jam
b) Dextrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan RL (60-125cc/jam) 500 cc
Pasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urine. Oligouria terjadi bila produksi urine
<30 cc/jam dalam 2-3 jam atau <500 cc/24 jam. 1
Berikan antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila mendadak terjadi kejang, dapat
menghindari resiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diit yang cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam. 1
Pemberian obat anti kejang, misalnya MgSO4 atau obat anti kejang yang lain (diazepam,
fenition). Pemberian magnesium sulfat lebih efktif dibandingkan dengan fenitoin. Magnesium
sulfat menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi
neuromuskuler. Transmisi neuromuskuler membutuhkan kalsium pada sinaps, pada pemberian
magnesium sulfat magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsang tidak terjadi
(terjadi inhibisi kompetitif antara ion kalsium dan magnesium). Kadar kalsium darah yang tinggi
dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat. Cara pemberian magnesium sulfat: 1
a. Loading dose : 4 gram MgSO4, intravena (40% dalam 10 cc) selama 15 menit
b. Maintenance dose : diberikan infus 6 gram dalam larutan RL/6jam; atau diberikan 4 atau
5 gram IM. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m tiap 4-6 jam.
Syarat syarat pemberian MgSO4 antara lain : 1
a. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% =
1 gram (10% dalam 10cc) diberikan iv selama 3 menit
b. Refleks patella (+) kuat
c. Frekuensi pernapasan > 16 kali/ menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
d. Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
MgSO4 dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi dan setelah 24 jam pasca persalinan atau 24
jam setelah kejang terakhir. 1
Pemberian MgSO4 dapat menurunkan risiko kematian ibu dan didapatkan efek flushes (panas)
pada 50% penderita. Bila terjadi refrakter terhadap MgSO4, maka diberikan salah satu obat
berikut: sodium tipoental, sodium amobarbital, diazepam atau fenitoin. 1
Diuretik tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru, payah jantung kongestif atau
edema anasarka, diuretik yang dipakai adalah furosemide. Pemberian diuretik dapat merugikan,
yaitu memperberat hipovolemia, memperburuk perfusi uteroplasenta, meningkatkan
hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin. 1,2
Pemberian obat antihipertensi. Antihipertensi yang digunakan di Indonesia adalah nifedipine
sebagai antihipertensi lini pertama, dengan dosis awal 10-20 mg, diulangi tiap 30 menit bila
perlu, dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipine tidak boleh diberikan sublingual karena
efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan per oral. Sebagai antihipertensi
lini kedua digunakan sodium nitropruside dengan dosis 0,25 mikrogram i.v/kg/menit diberikan
per infuse, ditingkatkan 0,25 mikrogram i.v/kg/5 menit, atau diazokside 30 -60 mg iv/ 5 menit
atau infus 10 mg/menit di titrasi. Jenis obat anti hipertensi yang masih dalam penelitian antara
lain calcium channel blocker (asrapiridin, nimodipin), serotonin reseptor antagonis ketan serin.1,2
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu, diberikan pada
kehamilan 32-34 minggu, 2x24 jam. Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP. 1,2
Sikap terhadap kehamilannya
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama
perawatan, maka sikap terhadap kehamilan dibagi menjadi dua, yaitu: 1
1. Aktif (aggressive management), berarti kehamilan segera diakhiri atau di terminasi
bersamaan dengan pemberian medikamentosa. Indikasi perawatan aktif ialah bila
ditemukan satu atau lebih keadaan dibawah ini:
Ibu:
Umur kehamilan mencapai 34 minggu
Adanya tanda- tanda impending eklampsia
Kegagalan terapi pada perawatan konservatif, yaitu keadaan klinik dan
laboratorik memburuk
Diduga terjadi solusio plasenta
Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
Janin:
Adanya tanda tanda fetal distress
Adanya tanda tanda IUGR
Terjadinya oligohodramnion
Laboratorik:
Adanya tanda tanda “sindroma HELLP” khususnya menurunnya trombosit
dengan cepat.
2. Konservatif (ekspektatif), berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian medikamentosa. Indikasi perawatan konservatif ialah bila kehamilan
preterm ≤ 37 minggu tanpa disertai tanda tanda impending eklampsia dengan keadaan
janin baik. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap kehamilannya hanya
observasi dan evaluasi saja sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak diakhiri.
Magnesium sulfat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda tanda preeklampsia
ringan, selambat lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak ada
perbaikan, keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medikamentosa dan
harus diterminasi. Penderita boleh dipulangkan bila kembali ke gejala gejala
preeklampsia ringan.
DIAGNOSIS EKLAMPSIA
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang disertai dengan kejang
menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia, eklampsia dapat timbul pada ante,
intra, postpartum. Eklampsia postpartum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama
setelah persalinan. 1
Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya member gejala-gejala atau tanda-tanda
yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeklampsia
yang disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eklampsia atau
imminent eklampsia. 1
Konvulsi pada eklampsia dibagi menjadi 4: 1
1. Tingkat awal atau aura (Tingkat Invasi). Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.
Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula
tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2. Kemudian timbul tingkat kejangan tonik (Tingkat Kontraksi) yang berlangsung
kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya
kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan
berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
3. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik (Tingkat Konvulsi) yang
berlangsung antara 1 – 2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi
dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah
dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbusa, muka
menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini
dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya.
Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.
4. Tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan
penderita menjadi sadar lagi, Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat sama
sekali apa yang telah terjadi, lamanya coma dari beberapa menit sampai berjam-jam,
akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang
berulang, sehingga ia tetap dalam koma.
PENATALAKSANAAN EKLAMPSIA
Dasar-dasar pengelolaan eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu 1
a. ABC (Airway, Breathing, Circulation)
b. Mengatasi dan mencegah kejang
c. Koreksi hipoksemia dan asidemia
d. Mengatasi dan mencegah penyulit, khususnya krisis hipertensi
e. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat
Terapi Medikamentosa
Sama seperti terapi pada preeklampsia berat.
Tatalaksana kejang 1
a. Tempatkan penderita di ruang isolasi atau ruang khusus dengan lampu terang(tidak
diperkenalkan ditempatkan di ruangan gelap, sebab bila terjadi sianosis tidak dapat
diketahui)
b. Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dapat diubah dalam posisitrendelenburg, dan
posisi kepala lebih tinggi
c. Rendahkan kepala ke bawah : diaspirasi lendir dalam orofaring guna mencegah aspirasi
pneumonia
d. Sisipkan spatel-lidah antara lidah dan gigi rahang atas
e. Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang tidak terjadi fraktur
f. Rail tempat tidur harus dipasang dan terkunci dengan kuat
Perawatan koma 1
Tindakan pertama adalah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka dengan
cara: maneuver head tilt-neck lift atau head tilt-chain lift atau jaw-thrust, tindakan ini kemudian
dapat dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal airway.
Hal penting kedua adalah bahwa penderita koma akan kehilangan reflex muntah sehingga
kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Oleh karena itu, semua benda
yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender maupun sisa makanan, harus
segera diisap(drainase) secara intermitten.
Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai Glasgow Coma Scale.
Pada perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita. Pada
koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin dapat diberikan melalui NGT.
Pengobatan obstetric 1
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri, tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila sudah mencapai
stabilisasi (pemulihan) hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pascapersalinan, bila terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan
sebagaimana lazimnya.
Menghitung usia kehamilan dengan cara menghitung tinggi fundus uteri
dalam satuan cm?
Lakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita pengukur jika usia kehamilan lebih dari 20
minggu. Dengan memegang pita dan mengikuti garis tengah abdomen, lakukan pengukuran dari
puncak simfisis pubis hingga puncak fundus uteri. Sesudah usia kehamilan 20 minggu,
pengukuran yang dilakukan dalam satuan sentimeter secara kasar harus sama dengan usia
kehamilan dalam minggu. 3
Antara minggu ke 20 dan 34 minggu, tinggi fundus uteri diukur dalam cm erat kaitannya dengan
minggu usia kehamilan. Tinggi fundus uteri diukur dari puncak simfisis pubis hingga puncak
fundus uteri. Vesika urinaria harus kosong saat pengukuran dilakukan. 2
Tabel 1. Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan 4
Usia Kehamilan
(minggu)
Tinggi Fundus
Dalam cm Menggunakan Penunjuk Badan
12 - Teraba diatas simfisis pubis
16 - Pertengahan simfisis pubis dan umbilikus
20 20 cm (+2 cm) Pada umbilikus
22 – 27UK(minggu)=cm (+2
cm)-
28 28 cm (+2 cm)Pertengahan umbilikus dan prosesus
sifoideus
29-35UK(minggu)=cm (+2
cm)-
36 36 cm (+2 cm) Pada prosesus sifoideus
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2011. Hal: 542-554
2. Cuningham et al. Williams Obstetrics 23rd edition. United States of America: McGraw Hill. 2010. Page 706-749; 199.
3. Bickley, Lynn S. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan BATES. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. 2012. Hal 429
4. Saifuddin,A.B., 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 93