Tugas Kimia Dasar

download Tugas Kimia Dasar

of 43

description

Pusing

Transcript of Tugas Kimia Dasar

BAB IIPEMBUATAN, PENGENCERAN, PENGUKURAN pH LARUTAN

2.1 Tujuan1) Membuat larutan dari zat padat (Kristal) dengan molaritas tertentu2) Membuat larutan dari zat cair dengan molaritas tertentu (pengenceran)3) Mengetahui cara mengukur pH larutan

2.2. Teori DasarPembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk menyatakan kepekatan atau knsentrasi suatu larutan dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada tujuan.Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa padatan, cairan, atau gas. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, terhadap relative jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat dalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent(pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut. Pada umumnya zat pelarut adalah air (H2O), selain air yang berungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzene, minyak, asam asetat, akan tetapi menggunakan air biasanya tidak disebutkan.Selain larutan juga dikenal istilah kosentrasi larutan. Konsentrasi larutan adalah kuatitas relative suatu zat tertentu didalam larutan. Konsentrasi merupakan suatu ukuran yang menggambarkan banyaknya zat di dalam suatu campuran dua larutan atau lebih. Larutan yang mengandung sejumlah kecil solute maka konsentrasinya rendah, sedangkan bila mengandung sebagian besar solute berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Konsentrasi larutan dalam kimia dapat dinyatakan dalam molaritas(M), fraksi mol (X), molalitas (m), normalitas (N), persen berat (%w), persen volume (%V) dan part per million (ppm).1. Molaritas Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.

M = gr/Mr x 1000/ Ltr larutan

2. Fraksi molFraksi mol menyatakan banyaknya zat terlarut yang tercampur dengan komponen pelarut yang banyaknya diketahui dan dihitung dalam bentuk mol.XA = nA/ nA + nB

3. MolalitasMolalitas menyatakan jumlah mol zat terlalut dalam setiap kilogram larutan

m = mol terlarut/ kg m = gr/Mr x 1000/gr4. NormalitasNormalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan

N = gr ekivalen zat terlarut/ liter larutan e = mr/ ekN = gr/e/ liter 5. Persen beratPersen berat menyatakan berat bahan yang terkandung dalam 100gr larutan.

%(massa) = gr/ 100gr x100%6. Persen volume (%V)Persen volume adalah vlume bahan yang terkandung dalam 100ml larutan.

%(volume) = ml/100ml x100%7. Part per millionPPM adalah milligram zat teralarut dalam setiap kilogram larutan, satuan ini biasanya dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil baik pdat, cairan, dan gas.

Ppm = mg zat/ kg larutan

Faktor faktor yang memengaruhi kelarutan yaitu temperature, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh komplek dan lain lain.Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehar hari, salah satunya ketika kita ingin membuat the manis kita menambahkan gula ke dalam air dan kemudian ditambah teh serta mengaduknya. Ternyataa air tersebut msih terasa manis, kemudian kita menambahkan lagi air lagi kedalamannya sehingga air teh yang tadinya terasa manis dan pekat menjadi lebih encer da rasa manisnya berkurang. Air, the dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan campuran itu disebut larutan serta penambahan air disebut pengenceran. Jadi, larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, mollekul atau dari suatu zat semuanya terdispersi.Larutan yang saling melarut kan adalah campuran dua larutan polar atau dua larutan nn polar yang membentuk larutan satu fase homogeny. Larutan yang tidak melarutkan adalah campuran dari dua zat cair polar dan non polar membentuk dua fase.Pengenceran adalah proses mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Pada proses pengenceran volume dan molaritas berubah sedangkan jumlah mol tetap.Pengukuran pH larutanPengukuran pH larutan adalahderajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan ia didefinisikan sebagai logaritma negative ion hydrogen yang koefisien aktivitas ion hydrogen tidak dapat diukur setara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritas.Nilai pH berkisar antara 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila pH = 7, nilai pH> 7 menunjukkan sifat basa dan nilai pH< 7 menunjukkan larutan memiliki sifat asam.Nilai pH = 7 diakatakan netral karena pada air murni ion H+ dan ion OH- terlarut(sbg tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama yaitu 10-7 pada kesetimbanganUmumnya indicator sedehana yang digunakan adalah kertas lakmus yag berubah menjadi merah bila tingkat keasaman tinggi dan biru bila tingkat kebasaan tinggi. Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa bisa menggunakan indicator universal dan pH meter uang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit atau konduksivitas suatu larutan.Skala pH bukanlah skala absolute ia bersifat relative terhadap sekumpulan larutan standar yang pHnya ditentukan berdasarkan persetujuan.

2.3. Metologi Praktikum

2.3.1. Skema Proses1. Pembuatan Larutan NaOH 1N

Siapkan alat dan bahan

Timbang NaOH sebanyak 4 gr dalam gelas kimia menggunakan neraca

Tambahkan NaOH dengan sedikit aqua dm

Masukkan kedalam labu ukur tambahkan aqua dm hingga tanda batas

Kocokkan larutan hingga tanda batas

Beri label pada labu ukur

2.Pengenceran Larutan HClLarutan HCl 5 M

Siapkan alat dan bahan

Pipet 24 ml larutan HCl pekat

Masukkan kedalam labu ukur 50 ml tambahkan aqua dm hingga tanda batas

Tambahkan aqua dm hingga tanda batas

Kocok larutan hingga homogen

Beri label pada labu ukur

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Larutan HCl 1 M

Siapkan alat dan bahan

Pipet 10 ml larutan HCl 5 M

Masukkan kedalam labu ukur 50 ml tambahkan aqua dm hingga tanda batas

Tambahkan aqua dm hingga tanda batas

Kocok larutan hingga homogen

Beri label pada labu ukurv

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

Larutan HCl 0,1 M

Siapkan alat dan bahan

Pipet 5 ml larutan HCl 1 M

Masukkan kedalam labu ukur 50 ml tambahkan aqua dm hingga tanda batas

Tambahkan aqua dm hingga tanda batas

Kocok larutan hingga homogen

Beri label pada labu ukur

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

3. Pengukuran pH Larutana. Pengecekan pH dengan lakmus

Siapkan alat dan bahan

Masukkan kertas lakmus ke dalam larutan (NaOH dan HCl)

Amatilah perubahan yang terjadi

Catatkan hasil pengamatan dalam jurnal

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

b. Pengecekan pH dengan Indikator Universal

Siapkan alat dan bahan

Masukkan kertas lakmus ke dalam larutan (NaOH dan HCl)

Amatilah perubahan yang terjadi

Sesuaikan perubahan dengan standar yang ada

Catatkan hasil pengamatan dalam jurnal

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

c. Pengecekan pH dengan pH Meter

Siapkan alat dan bahan

Masukkan kertas lakmus ke dalam larutan (NaOH dan HCl)

Catatkan hasil yang tertera pada display

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

2.3.2 Penjelasan Skema Proses

1) Pembuatan larutan NaOH 1N1. Ditimbang NaOH sebanyak 4 gr dalam gelas kimia 100 ml menggunakan neraca2. Dilarutkan NaOH dengan sedikit aqua dm3. Dimasukkan ke labu ukur 100 ml dan tambahkan aquades hingga tanda batas4. Kocok larutan hingga homogen 5. Beri label pada labu ukur

2) Pengenceran Larutan HCl

Larutan A ( pebuatan HCl 5 M)1. Pipet 24 ml larutan HCl pekat2. Masukkan kedalam labu ukur 50 ml3. Tambahkan aqua dm hingga tanda batas4. Kocokkan larutan hingga homogen5. Berikan label pada labu ukur

Larutan B( pebuatan HCl 1 M)1. Pipet 10 ml larutan HCl 5 M2. Masukkan kedalam labu ukur 50 ml3. Tambahkan aqua dm hingga tanda batas4. Kocokkan larutan hingga homogen 5. Berikan label pada labu ukur

Larutan C( pebuatan HCl 0,1 M)1. Pipet 5 ml larutan HCl 1 M2. Masukkan kedalam labu ukur 50ml3. Tambahkan aqua dm hingga tanda batas4. Kocokkan larutan hingga homogen 5. Berikan label pada labu ukur6. Pengukuran pH larutan

1. Pengecekan pH dengan lakmus1. Masukkan kertas lakmus ketiap larutan (NaOH dan HCl) yang telah dibuat sebelumnya2. Amati perubahan yang terjadi3. Catat hasil pengamatan dalam jurnal

2. Pengecekan pH dengan indicator universal1. Celupkan indikator ketiap larutan (NaOH dan HCl) yang telah dibuat sebelumnya2. Amati perubahan yang terjadi3. Sesuaikan perubahan dengan standar yang ada4. Catat hasil pengamatan dalam jurnal

3. Pengecekan pH dengan lakmus1.Celupkan elektroda ketiap larutan (NaOH dan HCl) yang telah dibuat sebelumnya2.Catat hasil yang tertera pada display alat

2.4. Alat Dan Bahan2.4.1. Alat1. Neraca 7. Labu ukur2. spatula 8. Pipet tetes3. Gelas kimia 9. Pipet volum4. Batang pengaduk 10. Filler 5. Kaca arloji 11. pH meter 6. Gelas ukur 12. Botol semprot 2.4.2. Bahan1. Aqua dm2. HCl3. NaOH 4. Indicator universal5. Kertas lakmus

2.5. Data pengamatanPembuatan larutan NaOH 1NNama larutan Sebelum dilarutkan Setelah dilarutkan

BauWarnaBentukReaksiBau Warna Bentuk Reaksi

NaOHMenyengatPutihPadatNaOH(s)Tidak berbauBeninglarutanNaOH(s)+ H2O(aq) NaOH(aq)

Pengenceran larutan HClNama Larutan Sebelum dilarutkan Sesudah dilarutkan

BauWarna Bentuk ReaksiBau WarnaBentukReaksi

HCl 5 MMenyengatKuning pudarCairHCl(aq)MenyengatBening Cair HCl(aq)

HCl 1 MmenyengatBeningCair HCl(aq)BeningCairHCl(aq)

HCl 0,1 MmenyengatBeningCairHCl(aq)BeningCairHCl(aq)

Pengukuran pH Larutan

Nama LarutanKertas LakmusIndikator Universal

MerahBiru

NaOH 1NBiru BiruB

HCl 5 MMerah MerahD

HCl 1 MMerahMerahD

HCl 0,1 MMerahMerah1

2.5.1. Perhitungan

Pembuatan larutan NaOH

BE = Mr/ jumlah OH- = 40/1 = 40 N = ek/v 1 = ek/0,1 Ek = massa/BE Ek = 0,1 0,1 = massa/40Massa = 4gr Pengenceran larutan HCl

Mol = gr/ MrM = mol/v = 32,6/1 = 32,6 M = 1190/ 26,5 = 36,60 HCl = 32,6 M x 32% = 10,4 M 1. Larutan A pembuatan 5 MV1. C1 = V2.C224ml. 10,4ml = 50ml. C2 C2 = 5 M

2. Larutan A pembuatan 5 MV1. C1 = V2.C210ml. 5 M = 50ml. C2 C2 = 1 M

3. Larutan A pembuatan 5 MV1. C1 = V2.C25ml. 1 M = 50ml. C2 C2 = 0,1 M

2.5.2. Persamaan Reaksi

1. NaOH(s) + H2O NaOH(aq)2. HCl(aq) + H2O HCl

2.6 Analisa dan pembahasanDalam pembuatan NaOH 1 N memerlukan zat padat NaOH sebanyak 4gr yang dilarutkan sebanyak 100ml. Zat NaOH sebelum dilarutkan benbentuk serbuk putih dan setelah dilarutkan dalam aqua dm menjadi larutan bewarna bening dan terjadi reaksi perubahan suhu dari dingin menjadi panas.Pada awalnya HCl pekat 32% sebelum diencerkan memiliki warna bening kekuningan dengan bau yang menyengat namun setelah diencerkan dengan menambahkan aquades hingga tanda batas larutan berubah menjadi bening, bau menyengat berkurang dan adanya penambahan volume pada larutan serta perubahan konsentrasi larutan.HCl 5 M sebelum dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening dan bau sedikit menyengat, setelah dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening, bau sedikit menyengat serta terjadi perubahan volume dan konsentrasi pada larutan.HCl 1 M sebelum dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening dan bau sedikit menyengat, setelah dilarutkan oleh aquades memiliki warna cairan bening, bau sedikit menyengat serta terjadi perubahan volume dan konsentrasi pada larutan.Pengetesan asam dan basa pada larutan NaOH 1N,HCl 5 M, HCl 1 M, HCl 0,1 M menggunakan kertas lakmus, indicator universal dengan mencelupkannya kedalam larutan asam dan basa.Pengetesan pada kertas lakmus merah, pada saat kertas lakmus merah dicelupkan ke larutan HCl 5 M, HCl 1 M, dan HCl 0,1 M tidak terjadi perubahan warna namun pada saat kert as lakmus dicelupkan pada larutan NaOH 1 N terjadi perubahan warna menjadi biru.Pengetesan pada kertas lakmus biru, pada saat kertas lakmus biru dicelupkan kelarutan HCl 5 M, HCl 1 M, dan HCl 0,1 M terjadi perubahan warna menjadi merah namun dengan perbedaan kepekatan warna yang disebabkan karena konsentrasi larutan yang berbeda, sedangkan pencelupan kertas lakmus biru ke larutan NaOH tidak mengalami perubahan warna.Pengetesan dengan indicator universal dengan mencelupkan kertas indicator universal ke larutan HCl 5 M menunjukkan warna pada angka 0, ke larutan HCl 1 M menunjukkan warna pada angka 0, dan ke kelarutan HCl 0,1 menunjukkan warna pad angka 1, semakin kecil angkanya maka semakin tinggi tingkat keasamannya, sedangkan pada larutan NaOH 1 N menujukkan warna pada angka 13 karena larutan bersifat basa.

2.7. Kesimpulan1. Dalam pembuatan larutan NaOH 1 N dengan volume 100ml memerlukan 4gr NaOH2. Dapat mengencerkan larutan HCl 32% dengan mendapatkan 10,4 M3. Dapat mengetahui bahwa pengenceran merupakan penambahan volume zat pelarut dalam larutan agar dapat menurunkan konsentrasi larutan.4. Dalam pembuatan larutan NaOH terjadi perubahan bentuk dari zat padat menjadi cair serta perubahan warna dari putih menjadi bening.

BAB IIPERSIAPAN AWAL PERMUKAAN

3.1. Tujuan1. Mengetahui dan memahami tujuan dari persiapan awal permukaan2. Mengetahui tahapan-tahapan proses persiapan awal permukaan3. mengetahui reaksi yang terjadi pada setiap tahapan persiapan awal4. Memperoleh permukaan logam yang lebih halus rata dan bersih3.2. Teori DasarPersiapan awal permukaan merupakan persiapan awal darri benda kerja sebelum mengalami pelapisan logam. Proses persiapan awal ini sangat menentukan kualitas hasil pelapisan logam, proses persiapan awal permukaan ini terdiri dari proses mekanik dan kimiawi.Proses mekanik dari persiapan awal permukaan adalah pengamplasan benda kerja dan proses kimia yaitu pencucian benda kerja kedua proses tersebut bertujuan untuk menghilangkan pengotor pada benda logam seperti oli, mingyak, lemak, dan karat.Pengamplasan benda kerja logam ini merupakan proses membersihkan sebagian karat pada logam serta membuat lempengan logam menjadi lebih halus, rata dan bersih. Setelah proses mekanik tersebut dilakukan proses secara kimia dengan mencelupkan plat logam ke dalam larutan NaOH 1N dan HCl 32%. Pada saat pencelupan ke larutan NaOH 1N berfungsi untuk menghilangkan lemak dan minyak yg menempel pada plat logam sedangkan pencelupan ke larutan HCl 32% berfungsi untuk menghilangkan oksida atau karat pada logam, penggunaan HCl ini karna Hcl merupakan asam kuat sehingga dapat menghentikan reaksi antara logam dan oksidanya. Factor yang memengaruhi pencucian logam adalah; Temperature Konsentrasi Pengotor pengadukan

Perlu diperhatikan cara olah permukaan dan pembersihan permukaan agar memperoleh daya lekat yang baik. Ketidaksempurnaan kedual hal tersebut akan menyebabkan adanya garisan- garisan pada plat logam.

3.3. Metologi Praktikum

3.3.1. Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Timbang dan ukur material uji

Bersihkan permukaan secara mekanik

Timbang dan ukur kembali

Rinsing I

degresing

Rinsing II

pickling

Rinsing III

keringkan

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

3.3.2. Penjelasan skema Proses1. Timbang dan ukur material uji2. Bersihkan material secara mekanik menggunakan amplas kasar 800 meiss dan halus 1000 meiss hingga permukaan menjadi bersih.3. Timbang dan ukur kembali material uji menggunakan jangka sorong dan neraca4. Bersihkan logam menggunakan aquades selama 5 menit5. Bersihkan logam menggunakan NaOH 1N untuk menghilangkan lemak dan minyak selama 5 menit6. Bersihkan kembali dengan aquades selama 5 menit7. Bersihkan material menggunakan HCl untuk menghilangkan karat selama 5 menit8. Bilaskan kembali menggunakan aquades selama 5 menit9. Keringkan menggunakan hairdyer

3.3.3. Gambar Proses

3.4. Alat dan bahan3.4.1. Alat1. 1 buah Neraca digital6. 1 buah labu ukur2. 5 buah Gelas kimia 100ml7. 1 buah termometer3. 1 buah spatula8. 1 buah hotplate strirrer4. 1 buah batang pengaduk9. 1 buah jangka sorong5. 1 buah haidyer3.4.1. Bahan1. Aqua dm2. NaOH 1N3. HCl 32%4. Plat logam 5. Amplas

3.5. Data PengamatanSebelum di amplasSpecimen BeratPanjang Lebar Tebal

Baja ST 3710,887 gr3,7 cm2,6 cm 0,02 cm

Sesudah di amplasSpecimen BeratPanjang Lebar Tebal

Baja ST 3710,887 gr3,7 cm2,6 cm 0,01 cm

3.6. PerhitunganLuas sebelum diamplasLp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2(3,7x 2,6) + 2(3,7x 0,02) + 2(2,6x 0,02) = 19,24 cm + 0,148 cm + 0,104 cm = 19,492 cm2Luas sebelum diamplasLp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2(3,7x 2,6) + 2(3,7x 0,02) + 2(2,6x 0,02) = 19,24 cm + 0,074 cm + 0,052 cm = 19,366 cm23.7. Persamaan ReaksiRinsingL(s) + H2O L(s) + H2O(aq)Degresing OL(s) + lemak + NaOH + L(s) + R C Na + Gliserol OPicklingL(s) + FeO3 + HCl(aq) FeCl3 + L(s) + H20(aq)

3.8. Analisa dan PembahasanPersiapan awal permukaan diawali dengan mengukur dan menimbang baja ST 37 yang memiliki dimensi panjang 3,7cm, lebar 2,6cm , tebal 0,02cm, berat 10,887gr dan luas permukaan 19,492cm . Setelah plat logam di amplas menggunakan amplas kasar dan halus dimensi plat menjadi panjang 3,7cm, lebar 2,6cm, tebal 0,01cm, berat 10,887gr dan luas permukaan 19,336 , jadi terjadi perubahan pada tebal plat karena pengotor pada plat telah hilang yang menyebabkan berubahnya luas permukaan pada plat. Setelah itu dilakukan proses rinsing dengan mencelupkan pada aqua dm untuk menetralkan plat logam. Setelah itu dicelupkan ke larutan NaOH 1 N (degresing) bertujuan menghilangkan minyak, lemak,oli pada plat logam. Kemudian plat dicuci kembali untuk menghilangkan NaOH yang masih menempel pada plat. Stelah itu dicelupkan ke HCl 32% agar oksida atau karat hilang.

3.9. Kesimpulan 1. Perbersihan mekanik menggunakan amplas untuk menghilangkan pengotor2. Perbersihan kimia menggunakan larutan kimia bertujuan untuk menetralkan plat logam(rinsing), membersihkan dari minyak,lemak dan oli(degreasing), menghilangkan oksida atau karat(pickling)3. Terjadi penurunan ketebalan plat logam diakibatkan oleh proses pengamplasan

BAB IIIELEKTROPLATING BAJA ST 37

4.1. Tujuan 1. Mengetahui proses electroplating baja ST 37 dengan menggunakan pelapis tembaga2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama proses electroplating dengan bahan pelapis tembaga3. Meningkakan ketahanan korosi

4.2. Teori Dasar Electroplating adalah suatu proses pengendapan atau deposisi logam pada permukaan logam lain untuk melindungi, dengan cara elektrolisis. Elektrolisa dilakukan dalam suatu bejana yang disebut sel elektrolisa yang berisi larutan elektrolit dan dua jenis elektroda masin masing dihubungkan olejh arus listrik. Hasil dalam electroplating dipengaruhi oleh berbagai macam variable, diantaranya larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi electroplating, tegangan antara kedua elektroda, keadaan elektroda yang digunakan. Proses electroplating bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi,meningkatkan sifat mekanis benda, dan memperbaiki sifat dekoratif

Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. menjadi konduktor elektrik, konduktor elektrik adalah material yang dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah. ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.

Anoda adalah elektroda , elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misalnya semikonduktor, elektrolit atau vakum). Biasa berupa logam maupun penghantar listrik lain, pada sel elektrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Pada proses elektrokimia, baik sel galvani maupun sel elektrolisis, anoda mengalami oksidasi.

4.3. Metodologi Praktikum

4.3.1. Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Persiapan awal permukaan baja st 37

Masukan larutan elektrolit ke bak elektroplating

Hub plat baja ST 37 ke anoda

Hub plat kembaga ke katoda

Celupkan anoda dan katoda ke larutan elektrolit

Beri arus 2A dengan suhu kamar

Putuskan aliran listrik

Bersihkan plat baja ST 37

Ukur dan timbang dimensi

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

4.3.2. Penjelasan Skema Proses1. Persiapan awal permukaan logam baja ST 37 dengan membersihkan plat dairi lemak,oli, minyak,oksida dan pengotor lainnya menggunakan amplas, NaOH, HCl, dan aqua dm2. Dimasukkan larutan elektrolit ke bak electroplating3. Dihubungkan plat tembaga ke kutub positif rectifier(anoda)4. Dihubungkan plat baja ST 37 ke kutub negative rectifier(katoda)5. Dicelupkan anoda dan katoda ke dalam larutan elektrolit dengan suhu kamar6. Nyalakan rectifier beri arus 2A dengan variasi waktu7. Diputuskannya aliran listrik8. Diangkat baja ST 37 dari larutan elektrolit dan bilas dengan aqua dm9. Keringkan dan ukur dimensi baja ST 37

3.4. Alat dan bahan3.4.1. Alat1. 1 buah rectifier5. 1 buah gelas kimia 100 ml2. 1 buah bak electroplating6. 1 buah magnetic stirrrer 3. 1 buah jangka sorong7. 1 buah hotplate stirrer4. 1 buah neraca digital

3.4.2. Bahan1. Aqua dm2. Larutan elektrolit CuSO43. Plat tembaga4. Plat baja ST 37

3.5. Data PengamatanSebelum dilapisiSpecimen BeratPanjang Lebar Tebal

Baja ST 3710,887 gr4,2 cm2,98 cm 0,011 cm

Sesudah di lapisiSpecimen BeratPanjang Lebar Tebal

Baja ST 376,50334,12 cm2,98 cm 0,011 cm

4.6. PerhitunganLuas sebelum di lapisiLp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2(4,12x 2,98) + 2(4,12x 0,11) + 2(2,6x 0,11) = 24,552 cm + 0,9064 cm + 0,6556 cm = 26,114 cm2 Luas sesudah dilapisiLp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2(4,12x 2,98) + 2(4,12x 0,11) + 2(2,6x 0,11) = 24,552 cm + 0,9064 cm + 0,6556 cm = 26,114 cm2 W = e. i. t = 31,75.2.300 = 0, 197gr e = Ar/ biloks = 63,5/2 = 31,2596500 96500KetebalanKetebalan = Wakhir Wawal = 6,5033- 10,3887 = 3,88854A.ro 0,96 x 26,114233,981

4.7. Persamaan ReaksiAnoda : Cu Cu2+ + 2e- 2H2O 4H + O2 + 4e-Katoda : 2H + 2e- H2 2H2O + O2 + 4e- 4OH-

4.8. Analisa dan PembahasanPelapisan logam dengan Cu ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan korosi. Dalam hal ini logam Cu akan melapisi logam yang memiliki potensial negative lebih tinggi. Cu akan melapisi plat baja ST 37 dan baja ST 37 akan lebih tahan terhadap korosi.Proses pelapisan ini menggunakan cara elektrolisis, yaitu proses perpidahan electron pada anoda dan katoda dibantu dengan larutan elektrolit dan arus listrik. Dalam hal ini Cu sebagai pelapis dan baja ST 37 yang akan dilapisi, karena baja ST 37 mudah terkena korosi maka baja ST 37 sebelum electroplating perlu dilakukan persiapan awal permukaan agar permukaan pla menjadi halus,rata, bersih dari berbagai pengotor. Permbersihan ini diawali dengan amplas plat agar korosi hilang dan membuat plat menjadi halus agar hasil electroplating baik. Stelah itu menghilangkan minyak, lemak, oli dengan NaOH bertujuan agar tidak menghambat daya hantar listrik dan juga permukaan kontak antara logam dasar dengan logam pelapis sedangkan menghilangkan karat dengan HCl bertujuan untuk meningkat tidak mudah terkelupas.Pada saat arus dinyalakan terjadi reaksi kimia dalam system, yang mana ion positif dalam larutan akan bergerak mendekati katoda dan ion negative akan bergerak mendekati anoda.reaksi reduksi terjadi di katoda dan reaksi oksidasi pada anoda. Dalam hal ini, tembaga digunakan sebaagai anoda akan melepas electron sementara lempeng besi akan menerima electron.Ada beberapa factor yang mempengaruhi proses electroplating yaitu, arus yang mengalir,pH,konsentrasi larutan, temperature, lama waktu pelapisan serta logam dasar itu sendiri. Arus sendiri berperan besar dalam electroplating karna arus yang mengalir akan mempengaruhi lapisan, apabila arus tinggi akan memberikan lapisan ketebalan yg besar namun adsivitas rendah, sedangkan arus rendah akan memberikan lapisan tipis namun adesivitas tinggi.

4.8. Kesimpulan1. Plat baja ST 37 terlapisi oleh tembaga sebagai pelapis dasar2. Plat ST 37 mengalami perubahab warna sesuai warna pelapis yaitu tembaga menjadi warna kemerah merahan dan mengalami penebalan lapisan3. Electroplating bertujuan untuk destruktif dan dekoratif4. Factor yang mempegaruhi pelapisan adalah, kuat arus, lama waktu pelapisan, larutan elektrolit yang digunakan, pH larutan elektrolit, temperature pelapisan Cu

BAB IVANODISASI ALUMUNIUM

5.1. Tujuan1. Mengetahui prinsip dasar anodisasi alumunium2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama anodisasi3. Meningkatkan ketahanan korosi

5.2. Dasar TeoriAlumunium (Al) termasuk logam lunak, liat dan mudah ditempa. Alumunium mempunyai sifat ringan, bercahaya dan daya hantar listrik. Adaya sifat ringan ini membuat alumunium banyak digunakan pada industri pesawat terbang dan angkutan. Al mempunyai afinitas yang besar terhadap oksigen, membentuk lapisan oksida yang terbentuk dialumini tipis, maka melindungi korosi lapisan oksida ini harus tebal yang dapat dihasilkan dari proses anodisasi.Anodisasi adalah proses pelapisan dengan cara elektrolisis untuk melapisi permukaan logam dengan suatu material ataupun oksida yag bersifat melindungi dari lingkungan sekitar. Prinsip anodisasi adalah elektrolisis yaitu proses kimia yang mengubah energy listrik menjadi energy kimia. Pada proses ini kompnen yang paling penting adalah elektroda dan larutan elektrolit.pada elektrolisis katoda merupakan kutub negative dan anoda merupakan kutub positif. Pada dasaarnya proses anodisasi merupakan rekayasa permukaan untruk memproteksi logam dari korosi dan untuk memperindah tampilan.Anodisasi alumunium adalah proses pembentukan oksida pada Al secara elektrolisa. Anodisasi Al bertujuan sebagai berikut:1. Menigkatkan ketahanan korosi2. Meningkatkan adhesi3. Memperbaiki Penampilan Dekoratif4. Sebagai dasar untuk pelapisan lain5. Meningkatkan tahanan listrik atau sebagai isolasi listrik6. Meningkatkan ketahanan abrasiProses anodisasi ini di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti rapat arus, jenis larutan elektrolit, pH larutan, konsentrasi larutan, temperatur operasi. Disamping itu perlu juga diperhatikan pula proses persiapan permukaannya, karena apabila ada kotoran atau lemak yang terbawa pada permukaan, maka hasil anodisasi akan kurang baik terhadap daya lekat maupun sifat-sifatnya. Proses anodisasi Al juga prinsipnya hampir sama dengan proses pelapisan dengan cara lapis listrik . Akan tetapi bedanya logam yang akan dioksidasi ditempatkan sebagai anoda di dalam larutan elektrolit. Perbedaan lain ialah larutan elektrolit yang digunakan bersifat asam dengan penyerah arus DC bertipe voltage dan ampere tinggi. Katoda disini hanya berfungsi sebagai penghantar arus listrik, jadi tidak larut. Katoda harus dari bahan logam yang tidak larut atau terkorosi di dalam larutan asam kuat misalnya stainless steel, alumunium, titanium dll atau bahan dari grafit.Reaksi yang tejadiKatoda : 2H+ + 2e >H22H2O + 2e + O2> OHAnoda : 2H2O > O2 + 4H+ + 4eAl > Al3+ + 3eReaksi total:2Al + O2 + H2O > Al2O3 + H2Perlatan utama dari proses anodisasi sam seperti yang digunakan pada proses pelapisan secara listrik yaitu penyerah arus rectifier, elektroda katoda dan anoda, rak serta bak pada proses anodisasi tidak menggunakan alat perndingin (thermostat). Fungsi dari alat-alat tersebut hampir sama dengan yang digunakan pada proses lapis listrik yang telah dijelaskan pada sebelumnya dilihat dari proses pemakaian dan kegunaannya. Proses anodisasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu untuk keperluan dekoratif dan keperluan protektif. Untuk keperluan yang bersifat dekoratif harus tahan cuaca dan tahan warna. Jenis ini proses anodisasinya dilakukan diatas temperatur kamar, sedangkan untuk yang bersifat protektif yaitu tahan terhadap proses korosi dan abrasi biasa disebut anodisasi keras. Proses ini dilakukan di bawah temperatur kamar.Selain alumuniun dan paduaannya, logam-logam seperti stainless steel, titanium dan tembaga dapat juga dilakukan proses anodisasi, karena mempunyai sifat kedap air dan relatif stabil. Proses anodisasi pada umumnya dilakukan pada temperatur yang lebih rendah, karena akan menghasilkan lapisan yang keras, dan porositasnya rendah. Bila dilakukan pada temperatur tinggi lapisan yang akan terbentuk akan lebih poros sehingga daya tahan terhadap korosinya terutama pada udara terbuka akan menurun dan karena bagian luar lapisannya sangat rapuh dan mudah lepas.Pemakaian arus searah akan menghasilkan lapisan yang lebih keras dan tahan korosi, tapi lebih bersifat rapuh. Sifat ketahanan korosi akan bergantung pada proses pengerjaan akhir, terutama proses sealing. Proses sealing bertujuan untuk menutupi atau melapisi pori-pori yang tidak dapat di tutupi dengan proses anodisasi. Caranya mereaksikan lapisan hasil anodisasi dengan H2O atau dengan larutan kimia lainnya.Proses sealing akan sangat efektif apabila dilakukan dengan air biasa pada temperatur didih atau larutan tertentu dengan pH yang tepat. Keefektifan sealing akan berkurang jika lapisan oksida yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan banyak terdapat cacat atau rusak. Tampak rupa, warna dan sifat-sifat lapisan oksida yang terbentk akibat pengaruh dari larutan elektrolit dan jenis bahan yang dioksidasi.

5.3. Metodologi Praktikum5.3.1. Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Persiapan awal permukaan plat Al

Hub plat Al ke anoda

Hub plat Pb ke katoda

Celupkan anoda dan katoda ke larutan elektrolit

Bilas menggunakan aqua dm

Celupkan plat yang sudah dianodisasi ke larutan pewarna

Bersihkan dengan aqua dm

Ukur dan timbang dimensi

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

5.3.2. Penjelasan Skema Proses1. Bersihkan plat Al menggunakan proses pengamplasan,rinsing, degreasing, rinsing,pickling,rinsing agar pengotor,lemak, minyak, karat hilang dan permukaan plat jadi halus2. Dihubungkan plat Al pada anoda rectifier3. Dihubungkan plat Pb pada katoda rectifier4. Dicelupkan anoda dan katoda ke larutan H2SO4 2N / 10% dengan arus 2 A selama 5 menit5. Dibilas dengan aqua dm6. Dicelupkan plat yang telah dianodisasi ke larutan pewarna pada suhu 50-60o C selama 5 menit7. Dibershkan dengan aqua dm8. Direndam plat Al dalam aqua dm dengan suhu 100o C(sealing) selama 5 menit9. Dibersihkan dengan aqua dm10. Keringkan, timbang dan ukur dimensi

5.3.3. Gambar skema Proses

5.4. Alat dan Bahan5.4.1. Alat1. 1 buah rectifier6. 3 buah gelas kimia 100ml 2. 1 buah bak anodisasi7. 3 buah gelas kimia 25ml3. 1 buah thermometer8. 1 buah hotplate stirrer4. 1 buah magnetic stirrer9. 1 buah neraca digital5. 1 buah jangka sorong

5.4.2. Bahan1. Aqua dm2. H2SO4 10%3. Plat alumunium4. Larutan pewarna

5.5. Data pengamatan

Sesudah di lapisispesimenLebar Panjang tebalBerat

Plat Al sebelum amplas2,87 cm3,78 cm0,0940 cm1,5765 gr

Plat Al sesudah amplas2,87 m3,78 cm0,070 cm1,528 gr

Plat Al sesudah sealing2,82 cm3,76 cm0,075 cm1,147 gr

4.6. PerhitunganLuas sebelum di amplasLp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2(3,78x 2,87) + 2(3,78x 0,094) + 2(2,87x 0,094) = 21,6972 cm + 0,7106 cm + 0,5396cm = 22,9474 cm2 Luas sesudah di amplasLp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2(3,78x 2,87) + 2(3,78x 0,070) + 2(2,87x 0,070) = 21,6972 cm + 0,5292 cm + 0,4018cm = 22,6282 cm2 Luas sesudah sealingLp = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t) = 2(3,76x 2,82) + 2(3,76x 0,075) + 2(2,82x 0,075) = 21,2064cm + 0,564 cm + 0,423cm = 22,1934 cm2W = e. i. t = 31,75.2.300 = 0, 197gr e = Ar/ biloks = 63,5/2 = 31,2596500 96500KetebalanKetebalan = Wakhir Wawal = 1,5285- 1,576 = 0,048 = -0,000801A.ro 22,1934 x 2,759,9222Ketebalan set sealing= Wakhir Wawal = 1,147- 1,5285= 0,048 = -0,000676A.ro 22,1934 x 2,759,9222

4.7. Persamaan ReaksiAnoda : Al Al3+ + 3e- 2H2O 4H + O2 + 4e-Katoda : 2H + 2e- H2 2H2O + O2 + 4e- 4OH-Reaksi Pembentukan oksida 2Al3+ + 3OH- Al2O3 + 3H+Reaksi Anodisasi2Al3+ + O2 + H2O Al2O3 + H2

4.8. Analisa dan PembahasanAnodisasi merupakan proses pembentukan oksida dalam suatu proses elktrolisis pada bagian Anoda dari suatu logam yang bertindak sebagai anion. Dalam hal ini digunakan alumunium sebagai anoda dan katoda. Alumunium akan membentuk suatu oksida apabla bereaksi dengan oksigen, sehingga alumunium akan mencegah korosi lebih lanjut ketika alumunium tersebut kontak dengan oksigen dengan cara membentuk lapisan oksida yang menyelimuti seluruh permukaan alumunium. Lapisan oksida yang menyelimuti alumunium disebut oksida alumunium atau Al2O3, yang dapat terlihat sebagai lapisan putih yang menyelimuti alumunium tersebut. Meskipun dikatakan menyelimuti alumunium, oksida alumnium ini (oksida alumunium) memilki pori-pori yang sangat kecil sehingga masih memungkinkan zat warna dapat terserap kedalamnya sehingga, dalam prosesnya, proses anodisasi ini sering dimanfaatkan untuk proses pewarnaan pada logam. Arus listrik akan mempengaruhi proses pelapisann oksida pada Al, semakin besar arus listrik semakin cepat pelapisan oksida pada alumuniym.Pada proses anodisasi Al ditempatkan pada anoda dan katoda oleh inert(Pb,Pt,C,Au) yang merupakan logam yg tidak bereaksi dan hanya sebagai penghantar listrik saja. Setelah itu anoda dan katoda di celupkan pada larutan elektrolit H2SO4 yang berfungsi untuk membuat terjadinya reaksi antara elektroda atau mempercepat reaksi, pada proses ini terjadi gelembung gelembung karna adanya reaksi redoks antara larutan elektrolit dan plat Al, pada anoda terjadi gelembung O2 dan pada katoda dihasilakn gas H2 dan juga adanya bau yang menyengat dihasilkan oleh larutan elektrolit.Tahap akhir dari anodisasi adalah pewarnaan dan sealing. Pada tahap pewarnaan bertujuan untuk memperindah tampilan dan juga memperlihatkan bagian logam ang mengalami anodisasi karena logam yang tidak tercelup ke dalam larutan anodisasi ini tidak mengalami perubahan warna dalam kata lain logam tidak terlapisi zat pewarna. Setelah dilakukan proses pewarnaan dilakukan proses sealing yaitu proses pencucian logam dengan menggunakan aqua dm panas ang bertujuan untuk menutup pori pori bendakerja sehingga warna dan lapisan tipis yang terbentuk tidak memudar dan lebih melekat. Proses sealing akan sangat efektif apabila dilakukan dengan air biasa pada temperatur didih atau larutan tertentu dengan pH yang tepat. Keefektifan sealing akan berkurang jika lapisan oksida yang terbentuk tidak rata, tidak keras dan banyak terdapat cacat atau rusak. Tampak rupa, warna dan sifat-sifat lapisan oksida yang terbentk akibat pengaruh dari larutan elektrolit dan jenis bahan yang dioksidasi

BAB VELEKTROKOAGULASI LARUTAN PEWARNA MAKANAN

5.1. Tujuan1. Mengetahui tahapan proses elektrokoagulasi2. Mengetahui perubahan dan reaksi yang terjadi selama elektrokoagulasi3. Mengetahui perubahan fisik yang terjadi selama dan setelah elektrokoagulasi

5.2. Dasar TeoriKoagulasi flokulasi adalah salah satu proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Dimana partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Pada proses koagulasi, koagulan dan air limbah yang akan diolah dicampurkan dalam suatu wadah atau tempat kemudian dilakukan pengadukan secara cepat agar diperoleh campuran yang merata distribusi koagulannya sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat terjadi secara merata pula.Koagulasi dan flokulasi diperlukan untuk menghilangkan material limbah berebentuk suspense atau koloid. Koloid merupakan partikel-pertikel berdiameter sekitar 1 nm (10-7cm) hingga 0,1 nm (10-8cm). partikel-partikel ini tidak dapat mengendap dalam periode waktu tertentu dan tidak dapat dihilangkan dengan proses perlakuan fisika biasa.Koagulasi didefinisikan sebagai proses destabilisasi muatan koloid padatan tersuspensi termasuk bakteri dan virus, dengan suatu koagulan. sehingga akan terbentuk flok-flok halus yang dapat diendapkan, proses pengikatan partikel koloid. Pengadukan cepat (flash mixing) merupakan bagian integral dari proses koagulasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia melalui air yang diolah. Koagulan yang umum dipakai adalah alumunium sulfat, feri sulfat, fero sulfat dan PAC.Umumnya partikel-partikel tersuspensi atau koloid dalam air buangan memperlihatkan efek Brownian. Permukan partikel-partikel tersebut bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel itu menarik ion-ion positif yang terdapat dalam air dan menolak ion-ion negatif. Ion-ion positif tersebut kemudian menyelubungi partikel-partikel koloid dan membentuk lapisanrapat bermuatan didekat permukannya. Lapisan yang terdiri dari ion-ion positif itu disebut dengan lapisan kokoh (fixed layer). Adanya muatan-muatan pada permukaan partikel koloid tersebut menyebabkan pembentukan medan elektrostatik di sekitar partikel itu sehingga menimbulkan gaya tolak-menolak antar partikel. Disamping gaya tolak-menolak akibat muatan negatif pada partikel-partikel koloid, ada juga gaya tarik manarik antara 2 patikel yang dikenal dengan gaya Van der Walls. Selama tidak ada hal yang mempengaruhi kesetimbangan muatan-muatan listrik partikel koloid, gaya tolak menolak yang ada selalu lebih besar dari pada gaya Van der Walls, dan akibatnya partikel koloid tetap dalam keadaan stabil (Farooq dan Velioglu, 1989).Jika ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) ditambahkan kedalam koloid target koagulasi, maka kation tersebut akan masuk kedalam lapisan difusi karena tertarik oleh muatan negatif yang ada permukaan partikel koloid. Hal ini menyebabkan konsentrasi ion-ion dalam lapisan difusi akan meningkat. Akibatnya, ketebalan lapisan difusi akan berkurang (termampatkan kea rah permukaan partikel). Pemampatan lapisan difusi ini akan mempengaruhi potensial permukaan partikel koloid, gaya tolak menolak antar partikel serta stabilitas partikel koloid. Penambahan kation hingga mencapai suatu jumlah tertentu akan merubah besar partikel kesuatu tingkat dimana gaya tarik menarik Van der Walls antar partikel dapat melampaui gaya tolak menolak yang ada. Dengan demikian, partikel koloid dapat saling mendekati dan menempel satu sama lain serta membentuk mikroflok. (Farooq dan Velioglu, 1989).Ion-ion atau koloid bermuatan positif (kation) yang ditambahkan untuk meniadakan kestabilan partikel koloid tersebut dapat dihasilkan dari senyawa organic dan anorganik tertentu yang disebut koagulan. Zat kimia yang digunakan dalam proses ini meliputi ion-ion metal seperti alumunium atau besi, yang mana akan terhidrolisa dengan cepat untuk membentuk presipitat yang tidak larut dan polielektrolit organik alam atau sintetik, yang mana dengan cepat teradsoprsi pada permukaan partikel koloid, dengan demikian mempercepat laju pembentukan agregat dari partikel koloid (Montgomery, 1985).Flokulasi merupakan proses pembentukan flok, yang pada dasarnya merupakan pengelompokan/ aglomerasi antara partikel dengan koagulan (menggunakan proses pengadukan lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid pengadukan lambat atau slow mixing), Proses pengikatan partikel koloid oleh flokulan. Pada flokulasi terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran besar. Partikel yang berukuran besar akan udah diendapkan.Agar patikel koloid dapat menggumpal, gaya tolak-menolak elektrostatik antara partikelnya harus dikurangi dan transportasi partikel harus menghasilkan kontak diantara partikel yang mengalami destabilisasi. Setelah partikel-partikel koloid mengalami destabilisasi, adalah penting untuk membawa partikel-partikel tersebut ke dalam suatu kontak antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar yang disebut flok. Proses kontak ini disebut flokulasi.

5.3. Metodologi Praktikum5.3.1. Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Persiapan awal permukaan plat Al

Masukkan larutan pewarna +aquades ke bak elektrokoagulasi

Hub plat Al ke anoda

Hub plat ke Al katoda

Celupkan anoda dan katoda ke larutan pewarna + KCl

Beri arus 2 A selama 5 menit, aduk spontan

Matikan arus listrik

Analisa dan pembahasan

kesimpulan

5.3.2. Penjelasan Skema Proses1. Bersihkan plat Al menggunakan proses pengamplasan,rinsing, degreasing, rinsing,pickling,rinsing agar pengotor,lemak, minyak, karat hilang dan permukaan plat jadi halus2. Masukkan 20ml larutan pewarna dan tmbah aqua dm hingga menjadi 300ml3. Dihubungkan plat Al pada anoda rectifier4. Dihubungkan plat Al pada katoda rectifier5. Dicelupkan anoda dan katoda ke larutan pewarna yang telah ditambah KCl 6. Dinyalakan rectifier dengan arus 2 A selama 5 menit7. Setelah 5 menit matikan rectifier8. Amati perubahan yang terjadi pada larutan pewarna

5.3.3. Gambar skema Proses

5.4. Alat dan Bahan5.4.1. Alat1. 1 buah rectifier2. 1 buah bak elektrokoagulasi 5. 1 buah hotplate stirrer3. 1 buah magnetic stirrer6. 1 buah neraca digital4. 1 buah jangka sorong

5.4.2. Bahan1. Aqua dm2. KCl3. Plat alumunium4. Larutan pewarna

5.5. Data pengamatanSebelum elektrokoagulasiNama larutan Warna Bau Reaksi

Larutan pewarna+ KClMerah pekatTidak berbauEndoterm

Sesudah elektrokoagulasiNama larutan Warna Bau Reaksi

Larutan pewarna+ KClMerah mudaTidak berbaueksoterm

4.6. Perhitungan4.7. Persamaan ReaksiAnoda : Al + 2H2O Al(OH)3 + 3H+ + 3e- -Katoda : 2H2O + 2e- 2H + 2OH- O2 + 4H +4e- 2H2O

4.8. Analisa dan Pembahasan