Tugas KIE

14
“Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian” BAB I PENDAHULUAN Visi Departemen Kesehatan adalah : masyarakat yang mandiri untuk hidup. Sedangkan misinya adalah : membuat rakyat sehat. Strategi yang diterapkan untuk mencapai visi misi tersebut adalah : 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat 2. Meningkatkan Pembiayaan kesehatan 3. Meningkatkan sistem sureveilans, monitoring dan informasi kesehatan 4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Transcript of Tugas KIE

Page 1: Tugas KIE

“Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian”

BAB I

PENDAHULUAN

Visi  Departemen Kesehatan adalah : masyarakat yang mandiri untuk

hidup.  Sedangkan misinya adalah : membuat rakyat sehat. Strategi yang

diterapkan untuk mencapai visi misi tersebut adalah :

1. Menggerakkan dan memberdayakan  masyarakat  untuk hidup sehat

2. Meningkatkan  Pembiayaan kesehatan

3. Meningkatkan sistem sureveilans, monitoring dan informasi

kesehatan

4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

yang berkualitas.

Untuk dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas,

maka semua komponen yang mendukungnya harus bekerjasama Pelayanan

kefarmasian  merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Untuk

tenaga apoteker yang bekerja dipelayanan kefarmasian  harus

mengutamakan orientasi kepada pasien tidak lagi orientasi pada produk.

Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka  apoteker

Page 2: Tugas KIE

harus merubah paradigma yang tadinya berorientasi kepada komoditi

menjadi berorientasi kepada pasien atu yang dikenal dengan konsep 

pharmaceutical care. Dengan adanya perubahan paradigma ini diharapkan

mutu hidup pasien akan menjadi lebih baik

BAB II

Kebijakan dan Strategi pelayanan kefarmasian

Empat pilar  yang disyaratkan  WHO untuk  pelaksanaan Good

Pharmaceutical Practises  (GPP) adalah :

1. Apoteker  harus  mempunyai kepedulian  terhadap kesejahteraan

pasien dalam segala situasi dan kondisi.

2. Kegiatan utama Apoteker adalah menyediakan obat, produk

peelayanan keshatan lain, menjamin kualitas , informasi dan saran

yang memadai kepada pasien dan memonitor  obat yang

digunakan pasien.

3. apoteker harus  memberikan kontribusi dalam peningkatan

peresepan yang rasioanl dan  ekonomis.

Page 3: Tugas KIE

4. Pelayanan farmasi yang dilakukan  harus sesuai untuk setiap

individu, didefinisikan dengan jelas dan dikomunikasikan  secara

efektif kepada semua pihak yang terkait.

Untuk mendukung konsep WHO tersebut, maka Kemkes telah

mengeluarkan kebijakan berkaitan dengan  pelayanan kefarmasian yang

meliputi :

1. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang baik di rumah sakit

dan farmasi komunitas.

2. Membuat jejaring dengan  lintas sektor, masyarakat dan

perusahaan swasta

3. Meningkatkan peran Dinas Kesehatan Propinsi

4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia

5. Melaksanakan bimbingan teknis, advokasi dan informasi.

Strategi yang  dijalankan untuk dapat menerapkan kebijakan di atas

adalah  :

1. Pemeliharaan dan peningkatan mutu sarana farmasi rumah sakit

dan komunitas

2. Peningkatan profesionalisme tenaga farmasi melalui

pengembangan  ilmu pengetahuan, tehnologi , ketrampilan dan

etika

Page 4: Tugas KIE

3. Peningkatan peran farmasi rumah sakit dan komunitas yang

optimal dengan mendorong  kemandirian, kemitraan lintas sektor,

profesi pendidikan, masyarakat and lembaga swadaya masyarakat

4. Pelaksanaan dan pengembangan farmasi rumah sakit dan

komunitas disesuaikan desentralisasi

5. Regulasi di bidang faramasi rumah sakit dan komunitas

Kegiatan  atau program utama yang dijalankan :

1. Peningkatan Kualitas sumber daya manusia

2. Peningkatan pelayanan kefarmasian

3. Penyusunan standar, pedoman dan modul

4. Peningkatan kerjasama lintas sektor, asosiasi profesi, dan

lemabaga swadaya masyarakat

5.  Peningkatan peran dinas kesehatan provinsi

6. Monitoring dan Evaluasi

BAB III

Manfaat Pelayanan Kefarmasian

Seperti diketahui bersama komoditi farmasi di rumah sakit menyerap

anggaran kurang lebih 60 % dari total pengeluaran pasien maupun rumah

sakit sendiri. Adanya pelayanan kefarmasian akan dapat memberikan

Page 5: Tugas KIE

keuntungan baik bagi pasien maupun intistusi rumah sakit. Keuntungan yang

dapat diperoleh oleh pasien secara langsung adalah :

1. Pasien mendapat informasi yang lengkap mengenai obat yang

digunakan

2. Pasien akan terhindar dari  pemberian obat yang salah

3. Pasien  mendapatkan value for money dari biaya yang dikeluarkan

Sedangkan keuntungan untuk institusi pelyanan kesehatan  antara lain:

1. Citra instistusi akan  akan meningkat

2. Dari sisi financial akan dapat dilakukan efisiensi dan effektivitas

penggunaan dana

3. Kemungkinan terjadinya slah pemebrian obat dapat dicegah dari

awal.

Adanya pelayanan kefaramasian ini diharapkan akan dapat

memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan yang bermutu.

Empat komponen penting yang  disarankan dikerjakan oleh Apoteker  

dlam Good Pharmaceutical Practises (GPP) menurut  WHO adalah :

1. Kegiatan yang berhubungan dengan promosi kesehatan

2. Penyediaan dan penggunan obat resep dokter dan produk pelayanan

kesehatan lainnya

3. Pengobatan mandiri

4. Mempengaruhi peresepan dan penggunaan obat

Page 6: Tugas KIE

Selain itu WHO juga menyarankan agar Apoteker  :

1. Bekerja sama  dengan tenaga kesehatan masyarakat dalam rangka

upaya pencegahan penyalahgunaan obat dan penggunaan obat

yang slah di masyarakat

2. Menilai produk obat  dan produk  pelayanan kesehatan secara

professional

3. Menyebarluaskan informasi  obat dan  dan berbagai  pelayanan

kesehatan  yang telah dievaluasi

Pada tataran global  WHO mengenalkan konsep “ Seven Star

Pharmacist” dengan cirinya :

1. Care-giver : Menyediakan dan memberikan pelayanan yg baik kepada

pasien maupun profesional kesehatan lainnya. Untuk itu apoteker

harus berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

2. Decision-maker : Pengambil keputusan yg tepat. Apoteker harus   

mendasarkan  pekerjaannya  pada kecukupan, efikasi, biaya yang cost

efektif  dan efisien  terhadap seluruh penggunaan  sumber daya.

Untuk mencapai tujuan tersebut kemampuan dan ketrampilan 

apoteker perlu diukur secara periodik untuk kemudian  hasilnya

dijadikan  dasar  dalam penentuan pendidikan  dan pelatihan yang

diperlukan.

3. Communicator : Mempunyai kemampuan berkomunikasi. Apoteker

dalam pelayanan kesehatan mempunyai posisi penting  dalam

Page 7: Tugas KIE

hubungan pasien  tenaga medis, maupun pasien- apoteker dan tenaga

medis-apoteker.  Oleh karena itu Apoteker harus mempunyai 

kemampuan  berkomunasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang

harus dimiliki antara verbal, non verbal,  dengan menggunakan 

bahasa sesuai kebutuhan.

4. Leader : Menempatkan diri sebagai  pimpinan dalam situasi

multidisipliner. Apoteker diharapkan mempunyai kemampuan  untuk

menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan  meliputi

keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta

kemampuan  mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan

5. Manager : Mampu mengelola sumber daya secara efektif dan  effsien.

Apoteker harus  efektif dalam mengelola sumber daya dan informasi.

Selain itu juga harus dapat dipimpin dan mampu memimpin orang lain

dalam tim kesehatan. Selain itu Apoteker harus  tanggap terhadap

kemajuan  teknologi informasi  dan bersedia berbagi  informasi

mengenai obat dan hal lain yang berhubungan dengan obat.

6. Life-long learner: Selalu belajar sepanjang karier. Apoteker harus

mempunyai jiwa dan semangat belajar secara terus menerus. Hal ini

dibutuhkan mengingat bidang kesehatan  mempunyai sifat yang padat

technology, dinamis serta berkembang secara  pesat. Karakter

pembelajar sepanjang hayat sangat dibutuhkan agar apoteker

Page 8: Tugas KIE

mempunyai pengetahuan yang terbaru (up to date). Untuk itu Apoteker

harus juga memiliki kemampuan belajar efektif.

7. Teacher : Membantu memberikan pendidikan dan memberikan

peluang utk meningkatkan pengetahuan. Apoteker mempunyai

kewajiban untuk mendidik  dan melatih apoteker generasi mendatang.

Partisipasinya tidak hanya  dalam berbagi ilmu  pengetahuan baru.

Tetapi juga  kesempatan  memperoleh pengalaman peningkatan

ketrampilan.

Konsep Seven Star Pharmacy di atas merupakan gambaran ideal

seorang Apoteker dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu WHO melengkapi

dengan filosofi farmasis yaitu pharamecutical care yang secara luas di

identikkan  dengan good pharmacy practices.

Kenyataan saat ini

Pada saat ini pelayanan kefarmasian belum  dapat berjalan secara

maksimal. Kondisi tersebut ditemui baik di pelayanan farmasi  di  rawat inap,

rawat jalan, maupun swamedikasi. Adapun penyebabnya antara lain :

lemahnya kemampuan komunikasi dan teknis dari apoteker,

belum disadari oleh apoteker bahwa ada UU tentang konsumen yang

mewajibkan pemberi jasa berkewajiban menyampaikan informasi yang

sebenarnya

 pasien belum menyadari pentingnya  informasi obat.

Page 9: Tugas KIE

Kurangnya informasi maupun terbatasnya pendidiakn berkelanjutan untuk

apoteker

BAB IV

Upaya Yang Dilakukan

Untuk memperbaiki kondisi di atas pemerintah selaku regulator

bekerja sama denga pihak stake holder melakukan berbagai upaya agar

pelayan kefarmasian dapat berjalan seusai dengan kaidah-kaidah

profesional.

Pemerintah selaku regulator melakukan berbagai kegiatan agar

pelayanan kefarmasian dapat berjalan sebgaimana mestinya. Kegiatan

dimaksud antara :

1. Pembentukan Direktorat jenderal yang khusus menangani masalah

kefarmasian.

2. Pembuatan networking dengan Universitas dalam rangka

menyiapkan tenaga apoteker yang siap pakai dan professional

3. Kerjasama dengan asosiasi profesi apoteker untuk implementasi

program pelayanan kefaramasian yang professional

4. Penyusunan regulasi tentang pelayanan kefarmasian

5. Pemberian insentif dalam bentuk  tunjangan fungsional bagi tenaga

apoteker yang bekerja di pelayanan kesehatan

Page 10: Tugas KIE

Daftar Pustaka

WHO,  Seven Star Pharmacist, Geneva

Charles Siregar, Farmasi Klinik, Bandung 2005