Tugas Khusus Andre
-
Upload
andre-tiofami -
Category
Documents
-
view
20 -
download
4
Transcript of Tugas Khusus Andre
Cooling Tower di PT Pusri dan PT TEL
Cooling Tower digunakan untuk mendinginkan air yang telah dipakai untuk
proses pendinginan di ammonia plant dan offsite. Air tersebut didinginkan dengan
cara menggontakkannya dengan udara yang mengalir berlawanan arah. Sistem air
pendingin di PUSRI II dan TEL umumnya sama, yaitu terdiri dari :
a. Menara pendingin dengan tinggi 18,5 m.
b. Bak air pendingin (cooling tower basin) dengan kapasitas 2000 m3.
c. Pompa air pendingin (2209 – JAT/JBT/JCM).
d. Sistem injeksi bahan kimia berupa dispersant, phospat, biodispersant dan
biocide.
e. 4 buah induced draft fan (ID fan).
Cooling Tower (menara pendingin) terdiri dari kerangka yang terbuat dari
red wood yang terletak diatas bak beton. Pada bagian dalam dibuat dari polivinil
klorida. Pada bagian atas dilengkapi dengan induced draft fan yang berfungsi
untuk menarik udara dari dalam keluar tower.
Sistem air pendingin adalah sirkulasi terbuka (type open recirculation)
dengan kapasitas sirkulasi 9.000 m3/jam. Menara pendingin dibagi dalam 4
ruangan dan masing-masing ruangan dilengkapi dengan ID fan motor. Air yang
akan didinginkan dari ammonia plant dan offsite yang bertemperatur 50 C
dibawa ke atas menara dalam dua aliran, didistribusikan secara menghujan pada 4
ruangan melalui distributor dan kontak dengan aliran udara dari kisi-kisi pada
bagian samping akibat tarikan fan. Udara mengalir ke atas membawa panas
bersama sebagian kecil air yang menguap dan terpercik, sehingga pada bagian
bawah diperoleh air yang dingin bertemperatur 32C. Air pendingin
didistribusikan dari line utama ke seluruh pemakai di ammonia plant dan offsite.
Syarat utama efisiensi cooling water tergantung pada tepatnya dosis bahan
kimia yang diinjeksikan dan pemeriksaan secara kontinu terhadap air sirkulasi,
untuk mencegah terjadinya scale, korosi dan endapan lumpur pada permukaan alat
proses serta mencegah terbentuknya lumut dan ganggang oleh bakteri.
Hot Water, T= 42 oC
COOLERPROSES
Cooling Water, P=5.1 kg/cm2T = 32 oC
Evaporasi
Make Up
COOLINGTOWER
Blow Down Gambar 1. Proses di Cooling Tower
Sumber: iklimnet.com
Di tempat penambahan bahan-bahan kimia, terdapat perlengkapan-
perlengkapan injeksi bahan kimia untuk mengolah air pendingin guna mencegah
korosi. Bahan-bahan kimia yang diinjeksikan ke dalam cooling tower diantaranya
adalah : Bromine/Spectrus ox-1201, Flogard (Phosphat), Depositrol PY-5204
(Soda Dispersan), Spectrus BD-1500 (Bio Dispersan). Fungsi bahan kimia yang
diinjeksikan :
1. Corrosion inhibitor
Suatu campuran berupa ortho phospatedan zinc dengan perbandingan dan
berfungsi membentuk film passive di permukaan logam dengan tujuan
menghambat/mencegah terjadinya oksidasi logam Fe oleh O2 yang menyebabkan
terjadinya korosi. Diharapkan kadar orto phospat dalam cooling tower sebesar 12
-14 ppm. Pembentukkan lapisan (film) passive terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. Lapisan anodik
Fe + o-PO4 γ Fe2O3
b. Lapisan katodik, berupa endapan terkontrol dari :
Ca + o-PO4 Ca – o – PO4
Ca + p-PO4 Ca – p – PO4
Ca + CO3 CaCO3
Zn + PO4 ZnPO4
Yang dominan adalah terjadi lapisan pasif γ Fe2O3
2. Scale inhibitor
Kerak terjadi karena endapan deposit di permukaan metal. Endapan dapat
berupa mineral scale ( misal : garam, Ca, Mg, SiO2), suspended matter ( misal :
debu yang terbawa udara), atau corrosion product. Terbentuknya kerak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, anatar lain :
a. pH yang tinggi
b. Temperatur tinggi (sehingga kelarutan berkurang)
c. flowrate rendah
Kerak dalam pipa menyebabkan terganggunya perpindahan panas,
penyumbatan pipa dan korosi. Untuk itulah perlu ditambahkan scale inhibitor
(dispersant) ke dalam cooling tower, seperti : Scale differsant, suatu campuran
bahan kimia dengan unsur utama poly electrolite yang berupa cairan dan berfungsi
untuk menghindari terjadinya pengendapan yang berlebihan dari Ca-o-PO4.
3. Slime Inhibitor
Slime adalah lendir berwarna coklat kehitaman yang menempel di
permukaan pipa. Slime dapat mengurangi efek pencegahan korosi dan
menurunkan efisiensi cooling tower. Penyebab munculnya slime adalah bakteri
yang terbentuk dalam cooling tower. Untuk membunuh bakteri tersebut perlu
diinjeksikan :
a. Biodsipersant
Suatu campuran bahan kimia poly elctrolit yang berupa cairan dan berfungsi
sebagai disinfektan (pembunuh bakteri anaerob) dan juga mendispersikan slime
yang terbentuk di dalam sistim.
b. Biocide
Suatu campuran bahan kimia poly electrolite yang berupa cairan dan
berfungsi sebagai disinfektan (pembunuh bakteri anaerob).
Dari bak cooling tower, air pendingin dipompa dengan pompa-pompa air
pendingin yang masing-masing berkapasitas 4700 m3/jam. Untuk keadaan normal
digunakan 2 buah pompa secara parallel yang digerakkan oleh steam turbin. Air
panas yang kembali dari semua pemakaian air pendingin di Ammonia Plant di
tampung kembali dalam sebuah line utama di kirim ke daerah cooling tower. Di
sini line terpisah menjadi 2 line yang mengembalikan air panas ke puncak cooling
tower.
Air panas tersebut didistribusikan secara menghujan ke dalam bak cooling
tower melalui distributor di dalam menara dan sambil berpapasan dengan aliran
udara. Udara masuk lewat kisi-kisi pada bagian samping akibat tarikan alam
(natural draft) atau tarikan ID fan dalam masing-masing cell. Udara yang mengalir
ke atas mendinginkan air yang kembali ke dalam bak.
Pada PT. TEL, pemakaian air berasal dari sungai Lematang dengan
kebutuhan air rata-rata 86850 m3/hari. Sekitar 600 m3/hari akan dialirkan untuk
kebutuhan domestik. Air sungai lematang akan dipompa masuk melewati unit
penyaringan. Dari air proses pengolahan air baku, akan dihasilkan limbah padat
berupa sludge dari proses sedimentasi sebanyak 50 gr/l. Sludge yang dihasilkan
dikumpulkan dan penanganannya dikirim ke effluent treatment. Tahapan
pengolahan air berupa Raw water intake station, Splitter box, Clearwell basin,
dan Portable water. Trouble Shooting Kualitas Cooling Water ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. pH
Bila pH terlalu rendah, maka cooling water akan bersifat korosif, sehingga
harus dinaikkan dengan injeksi NaOH. Bila pH terlalu tinggi, maka kerja
dispersant kurang efektif sehingga pengendapan (scaling) di dalam sistem akan
mudah terjadi dan untuk mengantisipasinya dengan menginjeksikan acid.
2. Conductivity
Conduktivity yang tinggi menunjukkan banyaknya garam yang terlarut dapat
memicu terjadinya pengendapan dan daya hantar listrik yang tinggi akan
memperbesar laju korosi. Untuk menurunkan Conductivity dilakukan dengan
menambah blow down.
3. O-PO4 (Unfilter–Filter)
Selisih O-PO4 (uf-f) menunjukkan jumlah atau kinerja dari dispersant. Bila
selisih O-PO4 (uf-f) > batasan artinya jumlah dispersant didalam sistem masih
kurang, dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya scalling didalam sistem
yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja dari cooler atau heat exchanger.
Untuk mengantisipasi terjadinya pengendapan tersebut maka harus ditambahkan
dispersant lagi sampai didapat O-PO4 (uf-f) < batasan
4. Total (PO4)
Bila total PO4 < batasan maka pelapisan pasive film di permukaan logam
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan terjadinya korosi. Untuk menaikkan
total PO4 dilakukan dengan menambah Corrosion Inhibitor. Kalau total PO4 >
batasan maka disamping merupakan pemborosan bahan kimia, juga dapat
menyebabkan terjadinya scalling. Untuk menurunkan total PO4 dilakukan dengan
mengurangi Corrosion Inhibitor.
5. Ammonia (NH3)
Dapat bersumber dari kebocoran fluida proses atau dari luar atau
lingkungan. Ammonia didalam air pendingin merupakan nutrisi bagi bakteri
(terjadi reaksi nitrifikasi membentuk nitrat), dan juga bisa menimbulkan korosi
pada material cooler. Untuk mengurangi kadar NH3 dengan mencari sumber
pencemarnya serta melakukan blow down untuk menurunkan jumlah NH3 di
dalam sistem.
6. Nitrat (NO3)
Dihasilkan dari reaksi nitrifikasi ammonia oleh nitrifying bacteria didalam
cooling water. Tingginya kandungan nitrat didalam sistem disamping akan
menjadi sumber nutrisi bakteri juga bisa menurunkan pH cooling water (terbentuk
asam nitrat). Untuk mengurangi kadar Nitrat dengan menambah blow down.
7. Silika (SiO2)
Berasal terutama dari make-up water. Silika yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya scalling terutama bila berikatan dengan magnesium
membentuk magnesium silikat (scalling yang sangat kuat dan keras serta sangat
sukar untuk dibersihkan). Untuk mengurangi kadar Silika dengan menambah blow
down.
8. Chloride (Cl2)
Kandungan chloride yang tinggi didalam sistem dapat menyebabkan
terjadinya korosi di material carbon steel (pada material SS dengan temperatur
skin >100C dan kandungan chloride >100 ppm akan terjadi Stress Corrosion
Cracking (SCC)). Untuk menanggulangi terjadinya korosi akibat tingginya
chloride harus dilakukan blow down.
9. Suspended Solid (SS)
Tingginya suspended solid disebabkan oleh kontaminasi fiber, sand,
pigment dan senyawa an-organik lainnya dalam bentuk terlarut dengan ukuran 10
– 100 mm. Suspended solid yang tinggi disamping akan bisa menimbulkan
scalling juga akan menyebabkan sifat elektrolit air menjadi semakin besar
sehingga air akan cenderung bersifat korosif. Untuk mengurangi Suspended Solid
harus ditambahkan blow down.
10. Residual Chloride
Tingginya residual chlorine / free chlorine menyebabkan pemborosan
bahan kimia dan menurunkan pH air sehingga air akan bersifat korosif.
Penanggulangannya dengan mengurangi dosis injeksi klorin / bromin. Rendahnya
residual chlorine / free chlorine akan memicu pertumbuhan bakteri yang tinggi
dan pada akhirnya akan terjadi fouling dan terbentuk slime dipermukaan logam.
Penanggulangannya dengan mengontrol residual / free chlorine yang benar.
11. Total Count Bacteria (TCB)
Tingginya TCB didalam cooling water akan menyebabkan terbentuknya
slime dipermukaan logam sehingga akan menurunkan koefisien perpindahan
panas. Untuk mengatasi hal tersebut, dapat dilakukan dengan cara menaikkan
konsumsi Cl2 + NaBr atau Cl2 + Ca(OCl)2 dan mengurangi nutrient yang ada di
sistem (unsur C, H, O, N, P) dengan cara blow down.
Daftar Pustaka:
Nugroho, Muchlis. - . Solusi Suplai Air Pendingin Untuk Komplek Industri Padat
di Tepi Pantai. (online). (http://oocities.org, diakses 4 maret 2014).
Sutarno, Tatang. 2013. Cooling Tower System. (online). (http://tatang77.blogspot.
com, diakses 4 maret 2014)
Whymashen. 2011. Sistem Utilitas Part I. (online). (http://whymashen.wordpress.
com, diakses 3 maret 2014)