Tugas Kelompok Ruang Perwira
-
Upload
lenta-wantheaven-ii -
Category
Documents
-
view
131 -
download
29
description
Transcript of Tugas Kelompok Ruang Perwira
PROPOSAL TATALAKSANA PELAYANAN KEPERAWATAN RUANG PERWIRA
RUMAH SAKIT TNI AU DR. M. SALAMUN BANDUNG
Disusun oleh :
Kelompok 6
Christin Permata Sari Lombu
Devina Martina Hardjo
Fery Candra
Predisen
Silvia Margareta
Yosias Latuihamallo
Junita Romian
PPN 15165
PPN 15171
PPN 15187
PPN 15269
PPN 15299
PPN 15331
PPN 15337
PROGRAM SARJANA KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kelompok panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat, rahmat,
dan karunianya kelompok dapat menyelesaikan Proposal Tatalaksana Pelayanan
Keperawatan Ruang Perwira Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Bandung dengan
baik.
Proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas praktik profesi Manajemen
Keperawatan Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel
Bandung. Penyusunan proposal ini dilakukan berdasarkan hasil observasi, wawancara,
dokumentasai serta koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan harapan berguna
bagi Rumah Sakit Tni Au Dr. M. Salamun Bandung pada umumnya dan ruangan
Perwira pada khususnya.
Kelompok sangat menyadari bahwa dalam Proposal ini masih terdapat kesalahan baik
dari tata penulisan maupun penggunaan tata bahasa dari Proposal ini, sehingga kiranya
masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dan memotivasi dari semua pihak guna
kesempurnaan Proposal ini. Terimakasih.
Bandung, Januari 2016
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
Latar belakang ……………………………………………................ 1
Rumusan Masalah………………………………………………........ 2
Tujuan Peulisan ……………………………………………….......... 2
Waktu.............. ……………………………………………….......... 2
Sistematika Penulisan…………………………………………........ 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………….
Konsep Dasar ...........………………………………………......
Kepemimpinan ……………………………....................................
Analisa SWOT………………………………………......................
Analisis Fish Bone……………………………………................
Konsep Model Asuhan Keperawatan ...………………................
Perhitungan BOR dan LOS…………………………………….....
BAB III KAJIAN SITUASI ………………………………………………….
Profil Rumah Sakit ………………..........………………...........
Pengkajian Situasi Ruang Perwira...………………………….......
Kajian Situasi Internal dan Eksternal ......……………...............
Matriks SWIOT…………………………………………………..
Pembobotan Matriks IFE.………………………………………...
Pembobotan Matriks IFE.………………………………………...
Pembobotan Matriks IFE.………………………………………...
Pembobotan Matriks IFE.………………………………………...
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat komplek dan merupakan komponen
yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat.
Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan
tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam
pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan
oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan
oleh perawat.
Menurut Nursalam (2002), keperawatan sebagai pelayanan yang professional
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada
standard professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab
seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga
dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional)
dan baik (etikal). Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
era global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang
perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia secara
profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan
perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan
atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.
Keperawatan di Indonesia di masa depan sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan
3
dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi keperawatan,
pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan
penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.pelayanan keperawatan
melalui pelaksana fungsi perncanaan pengorganisasian, pengaturan ketenagaan,
pengarahan, evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan.
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Kita ketahui
disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber dayan
maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik
kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 2004).
Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus hingga saat ini. Ilmu
manajemen memberikan pemahaman kepada kita tentang pendekatan maupun tata
cara penting dalam meneliti, menganalisis dan memecahkan masalah – masalah
yang berkaitan dengan manager. Oleh karena itu, masalah ini berisikan uraian
tentang perkembangan (evolusi), teori manajemen dari masa ke masa. Selain
memberikan gambaran bagaimana aliran pikiran masa lalu diharapkan tulisan ini
dapat memberikan sumbangan terhadap ruang lingkup dan perkembangan ilmu
manajemen.
Stase kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalamtahapan profesi ners
merupakan suatu kesenmpatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan teori-teori
manajemen yang di padukan secara komprehensif dengan kemampuan intelektual,
kemampuan tekniks keperawatan dan kemampuan interpersonal dalam lingkup
tatanan pelayanan kesehatan yang nyata, yaitu ruang rawat inap. Dalam konteks
belajar inilah mahasiswa diberikan satu ruang rawat untuk dikelola dengan
pendekatan proses manajemen keperawatan, dalam hal ini Ruang Perwira Rumah
Sakit Tni Au Dr. M. Salamun Bandung dibawah arahan dan bimbingan intensif
darin pembimbing akademik dan pembimbingb klinik. Ruang Perwira merupakan
4
ruang rawat inap kelas I, VIP dan VVIP. Ruang Perwira terdiri dari 25 kapasitas
tempat tidur dengan pavilion Buana 18 tempat tidur, ruang isolasi 2 tempat tidur,
ruang pavilion Dirgantara 4 tempat tidur, pavilion Firdaus 1 tempat tidur. Jumlah
perawat di Ruang Perwira 16 orang dengan klafikasi pendidikan Ners 1 orang, S1
Keperawatan 1 orang dan DIII Keperawatan 14 orang (Komite Keperawatan, 2016)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar brlakang diatas, maka masalah yang dirumuskan adalah “
“Bagaimana Tatalaksana Pelayanan Keperawatan Ruang Perwira Rumah Sakit TNI
AU Dr. M. Salamun Bandung ?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan selama
18 hari dinas, mahasiswa program profesi ners mampu melakukan pengelolaan
unit pelayanan di ruang Perwira sesuai dengan konsep dan langkah- langkah
manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajemen keperawatan selama
18 hari dinas, mahasiswa program profesi ners mampu :
a. Melakukan kajian situasi di Ruang Perwira sebagai dasar untuk menyusun
rencana strategis dan operasional unit.
b. Melakukan analisa SWOT sesuai dengan hasil temuan kajian situasi.
c. Membuat prioritas masalah berdasarkan matriks SWOT.
d. Membuat Fish Bone Analisis berdasarkan prioritas masalah waktu
e. Membuat Planning Of Action dari masalah yang ada.
5
D. Waktu
Praktik mata ajar kepemimpinan dan manajemen keperawatan ini dilaksanakan
selama 21 hari sejak tanggal 18 Januari sampati tanggal 6 Februari 2016, di Ruang
Perwira Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun Bandung.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan, inventaris
ruangan ( alat dan bahan), penerimaan pasien baru timbang terima pasien,
pelaksanaan operan , discharge planning dan pendidikan kesehatan yang
diberikan perawat pada pasien saat pulang, sesuai dengan standar operasional
prosedur
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pengatur ruangan, penanggungjawab shift,
perawat pelaksana dan jklien serta keluarga klien terkait dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang dokumentasi
proses keperawatan, standar prosedur tindakan keperawatan .
4. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman
wawancara
F. Sistematika Penulisan
Penulisan Proposal ini dibuat dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan, waktu dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori
Terdiri dari konsep manajemen dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan
yang ditemui di ruangan yaitu seperti sarana dan prasarana, penataan ruangan,
penerimaan pasien baru
BAB III Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Ruang Perwira
6
Terdiri dari profil rumah sakit, profil ruangan, pengkajian situasi lingkungan,
analisis SWOT, matrik IFE, matrik EFE, matrik IE, rumusan masalah, scoring,
hasil analisa fish bone, planning of action.
7
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah proses penggunaan waktu yang efektif
melalui perencanaan dan pengaturan kinerja perawat klinis dengan sistem
manajerial untuk mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis bagi
pelayanan keperawatan, sesuai dengan teori, sistematik, prinsip dan
metode yang saling berkaitan dan berada pada tataran institusi yang besar
dengan organisasi keperawatan yang ada di dalamnya sampai ke level unit.
Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi
masih membutuhkan pengembangan atau perbaikan keterampilan
manajerial hingga ke tingkat divisi keperawatan. Keterampilan manajemen
ini diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan
intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori dan
keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi penguasaan
metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi
kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau
kelompok (Swanburg, 2000).
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,
sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana
proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri atas
pengumpulan data, identifkasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi hasil
2. Tujuan dan Sasaran Manajemen
a. Tujuan Manajemen
Menurut Gillies (2004) tujuan manajemen yakni :
8
1) Memiliki dan mengembangkan nilai seta sikap pengetahuan,
kecerdasan, ketrampilan, serta kemampuan sebagai tenaga
pembangunan di bidang manajemen.
2) Memiliki keuletan, kesabaran, dan kemandirian dalam bekerja baik
secara individu maupun berkelompok.
3) Mengamati dan menganalisa suatu masalah serta menerapkan ilmu
pengetahuannya untuk melaksanakan praktik di bidang manajemen,
baik untuk kepentingan usahanya ataupun peran sertanya menjadi
seorang profesional.
b. Sasaran Manajemen
Sasaran manajemen menurut Gillies (2004), adalah :
1) Human Resources
Dalam setiap aktivitas manajemen yang dilakukan seharusnya
selalu memperhatikan tentang potensi-potensi yang ada pada
sumber daya manusia.Hal ini disebabkan sumber daya manusia
merupakan faktor yang paling penting dalam kegiatan
manajemen.Tanpa adanya pengelolaan sumber daya manusia yang
baik, maka dapat dipastikan kegiatan manajemen tidak dapat
berjalan dengan maksimal. Sasaran terhadap sumber daya manusia,
bentuk kegiatannya dapat berupa memimpin, memotivasi, dan
mengarahkan orang-orang agar aktivitasnya mengarah pada tujuan
yang akan dicapai..
2) Non Human Resorces
Sasaran manajemen yang kedua adalah non human resources atau
segala bentuk fasilitas yang ada untuk menunjang pencapaian tugas
manajemen.Bentuk kegiatan non human resources adalah
mengadakan dan memelihara serta mengendalikan segala fasilitas
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.Misalnya : tempat,
alat, metode kerja dan sebagainya.
9
3. Prinsip-prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2007), prinsip-prinsip yang mendasari manajemen
keperawatan adalah:
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena
melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai
tingkat manajerial.
1) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan
poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
2) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
3) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
4) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
5) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
10
6) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.
7) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.
4. Fungsi-fungsi Manajemen
Secara ringkas fungsi manajemen Nursalam (2007) sebagai berikut :
a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya, melalui
perencanaan yang akan daoat ditetapkan tugas- tugas staf. Dengan tugas
ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan
supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan
oleh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya
b. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi
dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya
yang tersedia.
d. Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
11
e. Staffing adalah kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian
meliputi: rekruitmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan
dan mengsosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
5. Proses Manajemen Keperawatan
Menurut Suarti S (2010) proses manajemen keperawatan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling
berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Hal
tersebut merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu
input, proses, output, kontrol, dan mekanisme umpan balik. Input dari
proses manajem keperawatan antara lain informasi, personal, peralatan dan
fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manejer
dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana
yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset.
6. Lingkup Manajemen Keperawatan
Menurut Nursalam (2007) mempertahankan kesehatan telah menjadi
sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan.
Pelayanan kesehatan
7. Hubungan Antara Manajemen Keperawatan Dengan Proses Keperawatan
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan.
Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperawatan, bagian
12
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok
pasien.
a. Proses Manajemen Keperawatan (Nursalam,2007)
1) Pengkajian – pengumpulan data
Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan
informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai
institusi (rumah sakit/puskesmas), tenaga keperawatan,
administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi
organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi
bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran
pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera,
dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana
tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi.
2) Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana
yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah
ditetapkan.
3) Pelaksanaan
Pada tahap ini manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui
orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen
terdiri dari dan bagaimana memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
4) Evaluasi
13
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi
seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.pada tahap ini manajemen
akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan
mendukung dalam pelaksanaan.
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk
bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P
Terry, 2001). Menurut Ruth. M Tappen dalam buku “essential of nursing
leadership and manajemen”.3th ed. (2004), Seorang pemimpin yang baik
adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi
pada tindakan/action.
Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka
seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri,
kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas.
Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara
kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun
kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan
bawahannya.
Selain itu seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan
kualitas perilaku sebagai berikut : integritas, berani mengambil resiko,
inisiatif, energy, optimis, pantang menyerah (perseverance), seimbang,
kemampuan menghadapi stress, dan kesadaran diri serta memiliki kualitas
perilaku seperti: berpikir kritis, menyelesaikan masalah (solve problem),
menghormati/menghargai orang lain, kemampuan berkomunikasi yang
baik, punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan
kemampuan diri dan orang lain (Wargana, 2010).
14
2. Teori Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri
perilakupemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan
menonjolkan latarbelakang historis, sebab-sebab timbulnya
kepemimpinan, persyaratanpemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok
dan fungsinya serta etikaprofesi kepemimpinan (Marquis, 2009).
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin.Perwujudan tersebut biasanya
membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995).
3. Tipologi Kepemimpinan
Menurut (Siagian, 2001), dalam praktiknya, dari ketiga gaya
kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan,
diantaranya adalah sebagian berikut (Siagian, 2001):
a. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki
kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai
pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak
mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada
kekuasaan formalnya; Dalam tindakan penggerakkannya sering
memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan
bersifat menghukum.
b. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang
pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin
organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah
15
seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam
menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering
dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung
kepada pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-
lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar
menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara
untuk berbagai keadaan.
c. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap
maha tahu.
d. Tipe Karismatik
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang karismatik,
umumnya pemimpin mempunyai daya tarik yang amat besar dan
mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar tetapi pada
dasarnya pengikut sering tidak dapat menjelaskan alasan mengikuti
pemimpin tersebut.
e. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi
modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki
karakteristik sebagai berikut: dalam proses penggerakan bawahan
selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk
yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan
kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan
16
pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan
bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan
kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas
memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya
untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu
tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk
berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan
bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan
kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
C. Penerimaan Pasien Baru
1. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan
pasien baru (pasien dan atau keluarga) di ruang pelayanan keperawatan,
khususnya pada rawat inap atau keperawatan intensif. Dalam penerimaan
pasien baru, maka sampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan,
pengenalan ketenagaan perawat-medis, dan tata tertib ruangan, serta
penyakit.
2. Tujuan
a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik.
b. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien.
c. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum.
d. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
b. Dilakukan oleh kepala ruang atau perawat primer dan atau perawat
associate yang telah diberi wewenang / delegasi
c. Saat pelaksaan tetap menjaga privasi pasien
17
d. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik
D. Ganti Balutan Luka
1. Pengertian
Melakukan perawatan pada luka dengan cara memantau keadaan luka,
melakukan penggantian balutan ( ganti verban) dan menncegah terjadinya
infeksi.
2. Tujuan
a. Mencegah terjadinya infeksi / infeksi silang
b. Rasa aman dan nyaman bagi klien dan orang lain di sekitarnya
c. Membantu proses penyembuhan luka
3. Indikasi
Dilakukan pada semua jenis luka sesuai dengan jenis kebutuhannya.
E. Portir Rumah sakit
Menurut Kosasih (2002) sumber daya manusia rumah sakit terdiri dari tiga
kelompok, yaitu kelompok professional, kelompok manajerial, dan kelompok
pekarya. Kelompok professional bertugas mengupayakan penyembuhan
pasien yang dirawat, yang termasuk keolmpok ini adalah dokter, perawat,
apoteker, ahli gizi, dan lain-lain. Kelompok manajerial bertugas membantu
memperlancar jalannya pelayana kesehatan rumah sakit, yaitu para pejabat
structural, akuntan, dan lain-lain. Kelompok pekarya adalah tukang cuci,
petugas kebersihan, porter, dan pesuruh.
F. Teori Standar Alat Kesehatan
1. Pengertian
Alat kesehatan adalah barang, imstrumen, aparat atau alat termasuk tiap
komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau
dimaksud untuk digunakan dalam :
18
a. Pemeliharaan dan perawatan kesehatan, diagnose, penyembuhan,
pencegah penyakit,kelainan keadaan badan atau gejalanya pada
manusia
b. Pemulihan, perbaikan atau perubahan fungsi badan atau struktur
badan manusia
2. Penggolongan alkes
Alkes dapat dibagi menjadi berbagai golongan dan situasi ,yaitu:
Fungsinya
a. Sifat pemakaiannya
b. Kegunaannya
c. Umur peralatan
d. Macam dan bentuknya
e. Katalog pabrik alat
f. Keputusan MenKes RI No.116/SK/79
g. Kepraktisan penyimpanan
Peralatan tersebut dapat berupa peralatan yang paling sederhana hingga
peralatan yang super canggih
ISO 13485: 2003, Medical devices- Quality Management Systems-
Requirements for regulatory purposes, adalah persyaratan standar yang
dikembangkan berdasarkan proses dan pendekatan ISO 9001. Standar ini
merupakan langkah penting untuk menjamin desain dan pembuatan produk
alat kesehatan secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan dan
peraturan yang berlaku
Berikut adalah beberapa kutipan dari tiga klausal ISO 13485: 2003 yang
merupakan informasi umum mengenai standar produsen alat kesehatan
1. Lingkup
Standar internasional ini menentukan persyaratan bagi sistem manajemen
mutu bila sebuah organisasi perlu memperagakan kemampuannya untuk
taat asas menyediakan peralatan medis/ kesehatan dan jasa-jasa terkait
19
yang memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku.
Sasaran utama dari standar internasional ini untuk menyamakan
persyaratan manajemen mutu dari peralatan medis/ kesehatan.
2. Acuan yang mengatur
Dokumen-dokumen acuan berikut sangat diperlukan dalam penerapan
dokumen ini.Untuk acuan bertanggal, hanya terbitan yang disebutkan yang
digunakan. Untuk acuan tidak bertanggal, terbitan terbaru dari dokumen
acuan digunakan.
3. Istilah dan definisi
Definisi-definisi berikut seharusnya dianggap sebagai umum, sebagai
istilah-istilah yang disediakan dalam standar nasional dapat dengan mudah
digunakan dan mendahului.
a. Peralatan medis aktif yang ditanamkan
Peralatan media aktif yang akan ditanamkan secara total atau
sebagian, dengan pembedahan atau pengobatan, atau secara campuran
ke dalam tubuh atau kulit manusia, dan yang dianggap tetap setelah
penanaman
b. Peralatan medis yang aktif
Peralatan medis berdasarkan fungsinya di sebuah sumber dari enrgi
listrik atau sumber energy lain selain yang langsung dihasilkan oleh
tubuh manusia atau gaya tarik
c. Laporan pemberitahuan
Laporan yang diterbitkan oleh organisasi, berurutan dari pengiriman
dari peralatan kesehatan/ medis, ke penambahan penyediaan
informasidan atau anjuran mengenai tindakan yang harus dilakukan
dalam :
1) kegunaan dari peralatan kesehatan
2) perumahan dari peralatan kesehatan
3) umpan balik dari peralatan medis kepada organisasi penyedia
20
4) perusakan dari peralatan medis
d. Komplain pelanggan
Tertulis, elektronik atau secara lisasn yang memuat kekuranagan yang
berhubungan dengan identitas/ciri-ciri, mutu, masa aktif, kepercayaan,
keamanan atau unjuk kerja dari sebuah peralatan medis yang telah
dipasarkan
e. Peralatan medis yang ditanamkan
Peralatan medis dinyatakan
1) Untuk secara total atau sebgaian diperkenalkan ke dalam tubuh
kulit manusia,
2) Untuk menggantikan suatu permukaan jaringan epitel di
permukaan mata
f. Pelabelan
Tertulis, tercetak, atau gambar dan tulisan tambahan :
1) Ditambahkan pada peralatan medis atau pada pembungkus atau
kemasan, atau
2) Disertakan pada sebuah peralatan medis terkait dengan
identifikasi, deskripsi teknik, dan kegunaan peralatan medis,
tetapi tidak memuat dokumen-dokumen ekspedisi
g. Peralatan medis
Perkakas, aparatur,peralatan , mesin,alat,implant, dalam pereaksi vitro
atau kalibrator, perangkat lunak, material atau sejenisnya atau benda
terkait, dibuat oleh perusahaan untuk digunakan, terpisah atau
digabungkan, untuk manusia untuk satu atau lebih dari kegunaan
khusus dari:
1) Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perawatan atau peringatan wabah
2) Diagnosis, pemantauan, perawatan,peringanan dari atau ganti rugi dari
sebuah luka-luka
3) Penyelidikan, pergantian, perubahan, atau pendukung dari anatomi atau
dari sebuah proses fisiologi
4) Pendukung atau penopang hidup
21
h. Peralatan medis steril
Penggolongan dari peralatan medis dimaksudkan untuk memenuhi
persyaratan pensterilan
4. Teori tentang Spoel Hoek
Spoel Hoek yaitu tempat membersihkan kotoran hasil menangani pasien.
Ruang spoel hoek ini kerap kali digunakan pula oleh keluarga pasien untuk
membersihkan peralatan pribadi mereka semacam piring, gelas, dot dan
sebagainya.
Pengertian lain juga yaitu :
a. Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya
berupa cairan, Spoolhoek terdiri dari :
b. Sloop sink
c. Service Sink
d. Peralatan/instrument/material kotor dikeluarkan dari ruang perawatan ke
ruang kotor (disposal)
e. Barang-barang kotor ini selanjutnya dikirim ke ruang Laundri dan CSSD
(Central Sterilized Support Department) untuk dibersihkan dan disterilkan
f. Ruang Laundri dan CSSD berada diluar Ruang Perawatan
G. Analisa SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) adalah
metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi
bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada
Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan
menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Sebelum
melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal.
22
Focus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu
SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data
tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan
mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data
akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan
ataukah merupakan ancaman bagi organisasi.
1. Matriks SWOT
Matriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis dari
suatu kegiatan yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dari suatu kegiatan yang
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks SWOT Menurut Hunger – Wheelen (1996), dapat
digambarkan sebagai berikut :
IFAS
EFASSTRENGTHS (S) WEAKNESS (W)
OPPORTUNITIES
(O)
STRATEGI SO
Strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
memanfaatkan peluang
23
THREATS (T)
STRATEGI ST
Strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
STRATEGI WT
Strategi yang
meminjamkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Tahapan penentuan startegi dengan matriks SWOT adalah sebagai berikut
a. Buat daftar peluang eksternal perusahaan
b. Buat ancaman ekternal perusahaan
c. Buat daftar kekuatan kunci internal perusahaan
d. Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan
e. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal
dan catat hasilnya dlam sel startegi SO
f. Cocokkan kelemahan-kelemahan dan peluang-peluang eksternal, dan
catat hasilnya dalam sel startegi WO
g. Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman eksternal,
dan catat hasilnya dalam sel strtegi ST
h. Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman
eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WT.
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksterna. Semua manager akan lebih suka bila
organisasi mereka berada Pada posisi dimana kekuatan internal dapat
memanfaatkan tren dan kejadian eksternal. Organisasi pada umumnya
akan menjalankan strategi WO, ST atau WT agar dapat mencapai situasi
dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan
memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan
menjadikannyua kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi ancaman
utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada
peluang.
24
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat peluang
eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang
menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut.
Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa
organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan
eksternal secara langsung.
Strategi WT adalah taktik defensit yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi
menghadapi berbagau acaman eksternal dan kelemahan internal akan
berada pada posisi yang tidak aman. Kenyataannya perusahaan seperti itu
mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran,
mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi.
2. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) yang dianggap penting. Data dan informasi aspek internal
perusahaan dapat digali dari beberapa fungsional perusahaan, misalnya
dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem informasi, dan
produksi atau operasi.
Tahapan kerja matriks IFE adalah sebagai berikut :
a. Buatlah daftar critical success factors untuk aspek internal kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknessesi).
b. Tentukan bobot (weight) dari critical success factors tadi dengan sakala
yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula
sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari
dan dihitung berdasarkan rata-rata industrinya.
25
c. Beri rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing factor yang
memiliki nilai :
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
Jadi rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot
mengacu pada industry dimana perusahaan berada.
d. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing factor untuk
menentukan nilai skornya.
e. Jumlahkan semua skor untuk mendpatkan skor total bagi perusahaan
yang dinilai. Nilai rata-rata adalah 2,5 manandakan bahwa secara
internal, perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berda doatas
2,5 menunjukan posisi internal yang kuat.
Matriks IFE terdiri dari cukup banyak faktor. jumlah factor-faktornyidak
berdampak pada jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.
3. Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan berkaitan dengan opportunities (peluang) dan threat (ancaman)
bagi perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal
menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan,
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persainagan dipasar industry
dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini
penting karena factor eksternal berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap perusahaan. Tahapan kerja dari matriks EFE adalah
sebagai berikut :
a. Buatlah daftar critical success factors (factor-faktor utama yang
menpunyai dampak yang penting pada kesuksesan atau kegagalan
usaha) untuk aspek eksternal yang mencangkup perihal opportunities
(peluang) dan threat (ancaman) bagi perusahaan.
26
b. Tentuka weight dan critical success factor tadi dengan skala yang lebih
tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah
seluruh bobot harus sebesar 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung
berdasarkan rata-rata industrinya.
c. Tentuka rating setiap critical success factors antara 1-4, dimana ;
1 = dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Jadi rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategis perusahaan,
dengan demikian nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.
d. Alikan nilai bobot dengan ratingnya untuk mendaoatkan skor semua
critical success factors
e. Jumlahkan semua skors untuk mendapatkan skors total bagi perusahaan
yang dinilai. Skor total 4.0 mengindikasikan bahwa perusahaan
merespon dengan cara ynag luar biasa terhadap peluang-peluang yang
ada dan menghindari ancaman-ancaman dipasar industrinya. Semntara
itu, skorr total sebesar 1.0 mengindikasikan bahwa perusahaan tidak
menmanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari
ancamn-ancaman eksternal.
4. Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU perusahaan ke
dalam matriks yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total
EFE dan IFE. Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi
dalam diagram skematis, sehingga disebut matriks portofolio. Matriks IE
dengan sumbu horizontal X adalah nilai IFE yang dibagi menjadi 3 daerah
yaitu :
1,0 – 1,99 = IFE lemah
2,0 – 2,99 = IFE rata-rata
27
3,0 – 4,0 = IFE kuat
Matriks IE dengan sumbu vertikal Y adalah nilai EFE yang dibagi menjadi
3 daerah, yaitu :
1,0 – 1,99 = EFE rendah
2,0 – 2,99 = EFE rata-rata
3,0 – 4,0= EFE kuat.
IE matriks menghasilkan 3 implikasi strategi yang berbeda yaitu :
1. SBU yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai
Grow dan Build. Strategi yang cocok bagi SBU ini adal strategi
intensif (market penetration, market development, dan product
development) dan strategi integratif (backward integration, forward
integration, dan horizontal integration).
2. SBU yang berada pada sel III, V, VII paling baik dikendalikan dengan
strategi-startegi hold dan maintain. Staregi yang umum dipakai adalah
strategi market penetration dan product development.
3. SBU yang berada pada sel VI, VIII, IX dapat menggunakan strategi
harvest atau divestiture.
5. Prioritas Masalah
Prioritas merupakan sebuah proses individu atau kelompok dalam
memberikan item rangking. Proses untuk memprioritaskan masalah
dengan metode pembobotan yang memperhatikan aspek :
1. Magnetude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah
terjadi
2. Severy (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari
masalah ini
3. Manageability (Mn) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat
diatur
untuk perubahan
4. Nursing Consent (Nc) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat
28
5. Affability (Af) : Ketersediaan sumber daya
Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 :
1. Sangat penting : 5
2. Penting : 4
3. Cukup penting : 3
4. Kurang penting : 2
5. Sangat kurang penting : 1
Tabel Prioritas Masalah
No MASALAH Mg Sv Mn Nc Af SKOR KET
1 Sistem penugasan
perawat yang belum
efektif yang diterapkan di
ruang elisa (SP2KP)
5 5 5 4 4 I
2 Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan yang belum
optimal
5 5 4 3 3 II
3 Komunikasi dan
koordinasi pemesanan
tempat untuk penerimaan
pasien baru belum efektif
4 4 3 3 3 IV
4 Dalampelaksanaan
discharge planning
tidakdisertakanpemberian
leaflet
4 3 3 4 3 III
29
Hamel dan Prahalad (2000), Proritas Masalah
D. Analisa Fish Bone
Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai
sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang
mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis
apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah
proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup
manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.
1. Langkah-langkah
a. Menyiapkan sesi sebab-akibat
b. Mengidentifikasi akibat
c. Mengidentifikasi berbagai kategori.
d. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
e. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
f. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
2. Manfaat analisa tulang ikan
Memperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalan
Langkah-langkah penerapan :
Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan
a. Analisa Tulang Ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50-60
menit.
b. Peserta dibagi dalam kelompok, maksimum 6 orang per kelompok.
c. Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau
komponen pelayanan yang akan dianalisa.
d. Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.
e. Buatlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini.
f. Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi diagram
tulang ikan.
Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah
30
Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah
paling kanan diagram tulang ikan. Misalnya Proposal Anggaran Akhir
bulan terlambat.
Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama
a. Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi
"cabang". Setiap cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang
ditulis.
b. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa
sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa
diringkas seperti :
c. Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Mesin, Materi,
Pengukuran
d. Metode, Mesin, Material, Manusia - (4M)
e. Tempat (Place), Prosedur (Procedure), Manusia (People), Kebijakan
(Policy) - (4P)
f. Lingkungan (Surrounding), Pemasok (Supplier), Sistem (System),
Keterampilan (Skill) - (4S)
g. Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa menggunakan kategori lain
yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada
lebih dari 6 kotak.
Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang
saran
a. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan
menggunakan curah pendapat.
b. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab
tersebut harus ditempatkan dalam Diagram tulang ikan. (yaitu, tentukan
di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
Misalnya di kategori mesin.)
c. Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak "tulang"
kecil keluar dari garis horizontal utama.
31
d. Suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama
(misalnya, menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah
manusia dan sistem).
Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih
dari satu kategori. Sebab - sebab inilah yang merupakan petunjuk "sebab
yang tampaknya paling mungkin " lingkarilah sebab yang tampaknya
paling memungkin pada diagram. Catat jawabannya pada kertas flipchart
terpisah.
Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling
mungkin
a. Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin.
b. Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang
tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , "Mengapa ini
sebabnya ?"
c. Pertanyaan "Mengapa ?" akan membantu Anda sampai pada sebab
pokok dari permasalahan teridentifikasi.
Tanyakan "Mengapa ?" sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab
lagi.Kalau sudah sampai kesitu sebab pokok telah terindentifikasi.
E. Konsep Model Asuhan Keperawatan
1. MAKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional)
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu sistem
(struktur,proses, dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods,2007)
Menurut Mc.Launghin Thomas dan Barterm (1995) dalam Nursalam
(2007) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan,
tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan
Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak
32
terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama
dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
(Marquis & Huston, 2010) yaitu :
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3) Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5) Kepuasan kinerja perawat.
2. MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional)
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart&Woods, 1996 dalam Sitorus, 2005). Model
praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat
asuhan tersebut diberikan.
Menurut Sudarsono (2006), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia yang ada yaitu:
a. Model praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan
ada yang sudah doktor, sehingga praktik keperawatan berdasarkan
evidance based. Di ruangan tersebut juga dilakukan penelitian
keperawatan, khususnya penelitian klinis.
b. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja di ruangan ini mempunyai kemampuan
spesialis yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di
33
ruangan ini digunakan hasil-hasil penelitian keperawatan dan
melakukan penelitian keperawatan.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini menggunakan 3 komponen utama yaitu ketenagaan, metode
pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan. Metode
yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan
primer dan metode tim yang disebut tim primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MPKP I, tetapi baru tahap awal pengembangan
yang akan menuju profesional I.
Unsur struktur yang harus disiapkan untuk dapat melaksanakan MPKP,
yaitu :
1) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien
sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan jumlah tenaga
keperawatan menjadi penting karena bila jumlah perawat tidak sesuai
dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan , maka tidak ada waktu bagi
perawat untuk melakukan tindakan keperawatan yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Akibatnya perawat
hanya melakukan tindakan kolaboratif dan tidak sempat melakukan
tindakan terapi keperawatan, observasi, dan pemberian pendidikan
kesehatan.
2) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu Kepala
Ruang, Perawat Primer dan perawat Asosiate, sehingga peran dan
fungsi masing masing tenaga sesuai dengan kemampuannya dan
terdapat tanggungjawab yang jelas dalam sistem pemberian asuhan
keperawatan.
3) Menyusun standar rencana keperawatan. Dengan standar renpra, maka
PP hanya melakukan validasi terhadap ketepatan penentuan diagnosis
berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan, sehingga waktu tidak
tersita untuk membuat penulisan renpra yang tidak diperlukan.
34
3. Jenis-Jenis MPKP
a. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada berlatar belakang
pendidikan SPK, namun kepala ruangan dan ketua timnya dari D3
keperawatan.
b. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaga perawatnya minimal D3 Keperawatan.
c. MPKP Profesional
MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu:
1) MPKP I
MPKP yang tenaga perawat pelaksananya minimal D3 Keperawatan,
tetapi kepala ruangan (karu) dan ketua tim (katim) mempunyai
pendidikan minimal S1 Keperawatan.
2) MPKP II
MPKP intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan
mayoritas Sarjana Ners Keperawatan, sudah memiliki tenanga
spesialis Keperawatan jiwa.
3) MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners
Keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan
dokter keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa.
2. Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP
1) Peran Kepala Ruangan (Karu)
a. Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, KARU melakukan
ronde keperawatan kepada pasien yang dirawat, meliputi :
menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya serta mengobservasi
keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat yang belum diminum
oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi kepada
pasien tentang kegunaan obat.
35
b. Memimpin sharing pagi
c. Memimpin operan pagi
d. Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Kepala
Tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu.
e. Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik,
meliputi : pengisian Askep, Visite Dokter (Advise), pemeriksaan
penunjang (hasil Lab), dll
f. Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan
kebutuhan.
g. Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang terjadi di
area tanggung jawabnya.
h. Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer.
2) Ketua Tim (KATIM)
Tugas Utama: Mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien
oleh Tim keperawatan dibawah koordinasinya.
a. Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang
dikoordinirnya pada saat Pre Confrence
b. Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk
setiap pasiennya.
c. Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
rencana yang telah dibuat PP
d. Melaksanakan validasi tindakan keperawatan seluruh pasien
dibawah koordinasinya pada saat Post Confrence.
3) Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
Tugas Utama : Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift
sore/malam dan hari libur.
a. Memimpin kegiatan operan shift sore-malam.
36
b. Memastikan PP melaksanakan follow up pasien tanggung jawabnya
c. Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencana yang
telah dibuat PP
d. Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan
e. Membuat Proposal kejadian kepada pengatur ruangan.
4) Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) :
Tugas Utama :Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien
yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow
up) perkembangan pasien.
a. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh
PA
b. Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
3. Metode Fungsional
Sistem tugas di sini mengacu pada ilmu managemen yang diterapkan
pada bidang administrasi bisnis, yang berfokus pada tugas/pekerjaan
yang harus diselesaikan. Dalam pendekatan yang berorientasi pada
tugas ini, tenaga dengan latar belakang pendidikan kurang melakukan
tugas yang lebih ringan atau tidak kompleks dibandingkan dengan
perawat profesional. Model ini dibutuhkan pembagian tugas (job
descriptions), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas.
Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan
pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya
fragmentasi keperawatan di mana pasien menerima perawatan dari
berbagai kategori tenaga keperawatan.
Contoh : Perawat A tugasnya menyuntik, perawat B tugasnya
mengukur suhu badan klien. Seorang perawat dapat melakukan dua
jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas tersebut
37
dan menerima Proposal tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien.
1) Keuntungan
a. Perawat terampil untuk tugas /pekerjaan tertentu.
b. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai
tugas.
c. Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
d. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta
didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
2) Kerugian
a. Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga proses
keperawatan sulit dilakukan.
b. Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien dan
melakukan tugas non keperawatan.
c. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi
kontribusinya terhadap pelayanan.
d. Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
keterampilan saja.
6. Metode Tim
Metode ini dirancang oleh Eleanor Lambertson pada tahun 1950-an yang
digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas
dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang
muncul karena kemajuan teknologi kesehatan dan perawat. Tim
keperawatan merupakan pemberian asuhan keperawatan pada setiap klien
oleh tim keperawatan yang dipimpin oleh perawat profesional.
Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nurses),
perawat praktis yang mendapat ijin, dan sering pembantu perawat.
Indonesia suatu tim keperawatan dapat disusun dan terdiri dari perawat
38
sarjana atau perawat diploma sebagai ketua tim, perawat lulusan SPK
sebagai anggota dan dibantu pekerja kesehatan atau pembantu perawat.
Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
sejumlah pasien selama 8 atau 12 jam. Metode ini lebih menekankan segi
manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar. Hal
pokok yang harus ada pada metode tim keperawatan adalah konferensi tim
yang dipimpin ketua tim, rencana keperawatan dan keterampilan
kepemimpinan.
Kelemahan metode Tim adalah pasien mungkin masih menerima
fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat
menjalin hubungan yang baik dengan pasien. Keterbatasan tenaga dan
keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi. Bila di unit
tidak cukup dan tidak ada perawat profesional, maka perawat teknisi yang
secara pendidikan tidak dipersiapkan untuk berperan sebagai pemimpin,
sering diberi tugas untuk memegang peran, sebagai ketua tim.
7. Metode Kasus
Juga disebut sebagai perawatan total (total care) yang merupakan modal
paling awal. Ini merupakan metode client centered, di mana seorang
perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah
pasien dalam waktu 8 atau 12 jam setiap shift. Pegawai tersebut mengkaji,
menyusun diagnosa, membuat rencana, melakukan tindakan dan evaluasi
pada setiap pasien. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada
setiap pergantian shift (jaga). Metode ini banyak dipakai pada keadaan
kurang tenaga perawat. Untuk memenuhi kekurangan perawat, para
manager sering merekrut lebih banyak perawat dengan latar belakang
persiapan pendidikan kurang daripada perawat professional.
8. Metode Perawat Primer
39
Metode ini pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Lydia Hall (1963).
Ini merupakan sistem di mana seorang perawat bertanggung jawab selama
24 jam sehari, 7 hari per minggu. Ini merupakan metode yang memberikan
perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode
keperawatan primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
ketrampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan
membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi
keefektivitasan perawatan. Sementara perawat yang lain menjalankan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasi perawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan pasien kepada perawat atau tenaga
kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran
profesional, termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan
keputusan, dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan
manager garis terdepan bagi perawatan pasien dengan segala akuntabilitas
dan tanggung jawab yang menyertainya.
1) Keuntungan
a. Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
b. Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
c. Memungkinkan penerapan proses keperawatan.
d. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
e. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan
keperawatan.
2) Kerugian
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
b. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
9. Model Modular
1) Pengertian
Model modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non
40
profesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah
sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12
klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini sampai dengan gabungan
antara metode tim dan metode perawatan primer (Arwani, 2006).
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat
memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12
orang. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang
dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai. Sekalipun di dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini
dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling
besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga
memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non-profesional.
Apabila perawat profesional sebagai ketua tim dalam keperawatan
modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan
oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas
dengan mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan
berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator.
1. Keuntungan Model Modular :
a. Memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan
holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas.
b. Memungkinkan pencapaian proses keperawatan.
c. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui
rapat tim, cara ini efektif untuk belajar.
d. Memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal.
e. Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda dengan aman dan efektif.
41
f. Produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral.
g. Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau
diterapkan.
h. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
i. Memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima
asuhan keperawatan.
j. Lebih mencerminkan otonomi.
k. Menurunkan dana perawat.
2. Kekurangan Model Modular :
a. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
b. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab pasien bertugas.
c. Biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain.
d. Perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi
kesehatan/ kedokteran.
e. Perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan.
f. Masalah komunikasi.
Bagan 2.1
Bagan Struktur Model Modular
42
Karu
PJ Shift PJ Shift PJ Shift
PP PP PP PP PP PP PP PP PP
TIM I TIM II TIM III
Sumber: Nursalam, 2007
F. Perhitungan BOR dan LOS
a. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur
BOR menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah “the ratio of patient
service days toinpatient bed count days in a period under consideration”.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,
2005).
b. LOS (Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawat
LOS menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah “The average
hospitalization stay of inpatient discharged during the period under
consideration”.LOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama
rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-
9 hari (Depkes RI, 2005).
LOS = Jumlah lama dirawat
(jumlah pasien keluar(hidup+mati)
43
JUMLAH PASIEN
JUMLAH TEMPAT TIDURX 100BOR =
c. Cara Perhitungan Jumlah Perawat Dengan Jumlah Pasien
Menurut Douglas, 2007, ada beberapa kriteria jumlah perawat yang
dibutuhkan per pasien untuk dinas pagi, sore dan malam dengan rumus:
Tabel 2.1
Perhitungan Jumlah Perawat Dengan Jumlah Pasien
Waktu Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Parsial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20
Menurut metode Thailand dan Filipina dalam Arwani (2006), tenaga perawat
dapat dihitung sebagai berikut:
Menurut Wesler (dalam Arwani, 2006) untuk mengetahui jumlah kebutuhan
tenaga perawat dapat dikelompokan menjadi; untuk dinas pagi 47%, dinas
siang 36%, dinas malam 17%.
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG PERWIRA
A. Profil Rumah Sakit TNI AU Dr. M. Salamun
44
Jadi, 3,4x 52 minggu x 7 harixTTx BOR
41 minggu kerja efektif x 40 jam kerja dalam 1 minggu
Rumah Sakit TNI AU Dr. Salamun Dinas Kesehatan TNI Angkatan Udara adalah Rumah
Sakit Militer tingkat II yang berada di Bandung Barat, Jawa Barat. RSAU DR. M
Salamun mempunyai Visi Menyelenggarakan Dukungan Kesehatan Yang Diperlukan
Dalam Setiap Operasi Dan Latihan TNI/TNI AU, Menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Yang Bermutu Terhadap Anggota TNI/TNI AU Berikut Keluarganya Serta
Masyarakat Umum Dan Meningkatkan Kemampuan Profesionalisme Personil Secara
Berkesinambungan. Rumah Sakit TNU AU Dr Salamun Bandung berada di Jalan
Cimbuleuit No. 203 Cidadap Bandung (40142), Indonesia.
Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit TNI AU tercetus dengan alasan bahwa
TNI AU harus mempunyai tempat penempungan penderitanya sendiri dengan kegiatan-
kegiatan yang meliputi kesehatan umum dan kesehatan khusus. Kesehatan umum adalah
dalam arti merawat dan mengobatai para anggota TNI AU bersereta keluarganya.
Sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkaian kegiatan bidang kesehatan penerbangan,
dengan mengadakan medical check up, kegiatan penelitian dan pengembangan melalui
tim kesehatan khusus, serta kegiatan dukungan operasi khusus tingkat angkatan (TNI)
maupun nasional. Selain kegiatan-kegiatan tersebut diatas, rumah sakit mengadakan pula
Civic Mission dengan melayani masyarakat disekitarnya
Pembinaan Lanud Husein Satranegara. Bedasarkan Keputusan Staf TNI Angkatan Udara
No.kep/25/VII/1985 11 maret 1985 Status RUSPAU Dr. M. Salamun mengalami
perubahan alih kelola dari pembinaan dari Direktorat Kesehatan beralih kebawah
pembinaaan Lanut Husein Sastranegara, sehingga menjadi rRumah Sakit Dr. M. Salamun
Lanut Husei Sastranegara. Sanatorium Paru Pacet. Bedasarkan Keputusan Kepala Staf
TNI Angkatan Udara No.Kep/24/XII/1988 20 Desember 1988, adanya perubahan status
sanatorium Paru Pacet dari bagian penyakit paru Rumah Sakit Dr. M. Salamun Lanut
Husein Sastranegara menjadi pusat pemulihan kesehatan awak pesawat udara TNI
Angkatan Udara Dibawah Lakespra Sarianto Ditkesau.
Sejalan dengan tuntutan organisasi, Rumah Sakit TNI Angkatan Udara tingkat II Dr. M.
Salamun yang semangkin berkembang dan semangkin komplek dalam permasalahan,
maka diperlukan adanya kendali dan pembinaan oleh Mabes TNI AU sehingga
pemasakahn Rumah Sakit dapat teratasi. Berdasarkan keputusan Kasau Nomor :
Kep/03/II/1998 3 februari 1998 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur oselon
pelaksana pusat tingkat mabes AU, status Rumah Sakit TNI AU Tk: II Dr.M. Salamun
45
Lanut Husein Satranegara kembali dibawah kendali pusat sebagai Badan Pelaksana
Teknis Diskes TNI AU dengan tugas poko sebagai berikut : Melaksanakan Dukungan
Kesehatan Bagi Setiap operasi TNI AU, Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Bagi
Anggota TNI Atau Keluarga, Sebagai Rumah Sakit Rujukan Bagi Rumah Sakit TNI AU
Wi”layah Jawa Barat.
Visi
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan TNI Terbaik Di Jawa Barat”
Misi
a. Menyelengarakan Dukungan Kesehatan Yang Diperlukan Setiap Operasi Dan
Latihan TNI/TNI AU
b. Menyelengarakan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu Terhadap Anggota
TNI/TNI AU Berikut Keluargannya Serta Masyarakat Umum
c. Meningkatkan Kemampuan Profesionalisme Personil Secara Bekesinambungan
Falsafah
“Jiwa Dan Semangat Pengabdian TNI Adalah Landasan Dalam Melaksanakan Pelayanan
Kesehatan”
Moto
HEBRING : Handal, Efisien, Bersih, Ramah, Indah, Nyaman, Gemilang.
B. Pengkajian Situasi Ruangan Perwira
Ruangan perwira merupakan unit perawatan kelas I, VIP, dan VVIP untuk umum.
Ruangan ini dikelola oleh seorang kepala ruangan dengan lulusan Ners. Ruangan perwira
memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 25 unit tempat tidur. Pembagian tempat tidur
tersebut terdiri dari 19 tempat tidur di paviliun Buana, 4 tempat tidur di paviliun
Dirgantara, 1 tempat tidur di paviliun Firdaus, 1 tempat tidur di ruang isolasi.Ruangan
perwira memiliki jumlah tenaga kerja diantaranya kepala ruangan 1 orang, perawat
pelaksana sebanyak 15 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan, dari semua perawat terdiri
dari 14 lulusan D3 Keperawatan, 1 orang lulusan S1 Keperawatan, 1 orang lulusan Ners.
46
Untuk jadwal dinas di ruang Perwira sudah tersusun dan dibuat oleh Kepala Ruangan
dengan beban kerja sesuai dengan pembagian tim. Ruangan Perwira memiliki 16 kamar
mandi (toilet ) untuk pasien dan keluarga dan 1 kamar mandi khusus untuk perawat.
Ruang perwira juga dilengkapi dengan ruang ganti perawat
1. SDM
Tabel 3.1
Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Pendidikan Terakhir, Lama
Bekerja Di Ruang Perwira
No Nama Jabatan/fungsi Pendidikan Lama
Bekerja
1 Erlien M, AMK Pengatur D3 10 Th
2 Lus S,S.Kep PP S1 8 Th
3 Yunani S, AMK PP D3 8 Th
4 Lilis A, AMK PP D3 8 Th
5 Praka Yayat S, AMK PP D3 10 Th
6 Raka Tarmizi Administrasi SMA 10 Th
7 Rizka I, AMK PP D3 5 Th
8 Efran R, AMK PP D3 5 Th
9 Silvia T, AMK PP D3 5 Th
10 Ade I, AMK PP D3 5 Th
11 Dwi R, AMK PP D3 4 Th
12 Noeriska , AMK PP D3 4 Th
13 Niko W, AMK PP D3 3 Th
14 Nunik N, S.Kep.,Ners PP Ns 3 Th
15 Yasinta M, AMK PP D3 2 Th
16 Siti Z.AMK PP D3 3 Th
17 Ihdi S, AMK PP D3 5 bln
(Data Kepegawaian Ruang Perwira, 2016)
47
2. Fasilitas Ruangan Perwira
Tabel 3.3
Sarana Dan Prasarana
NO. Fasilitas JUMLAH ALAT
1. Kantor Kepala Ruangan 1
2. Nurse Station 1
3. Kamar Mandi Perawat 1
4. Wastafelk Perawat 1
5. Jam dinding 1
6. Perangkat Komputer 1
7. Telepon 1
8. Tempat Sampah 4
9. Ruang Tindakan 1
10 Tempat Tidur 25
11 Gudang 1
12 Softa man 4
13. Lemari Obat 1
14. Tempat Sampah Pasien 17
15. Lemari pasien 25
16. Lemari alat tenun 2
17. Lemari loker 1
18. Lemari persediaan barang 1
19. Lemari ALKES 1
20. Lemari arsip-arsip 1
21. Kursi pasien 25
Tabel 3.4
Alat Kesehatan
NO NAMA ALAT JUMLAH ALAT KONDISI
48
1 Ambu Bag 1 buah Bagus
2 Klem 3 buah Bagus
3 Autoclave 1 buah Bagus
4 Bak injeksi 2 buah Bagus
5 Bak instrumen besar 1 buah Bagus
6 Bak instrumen sedang 2 buah Bagus
7 Bengkok stainless 3 buah Bagus
8 Gunting jaringan 2 buah Bagus
9 Gunting verban 1 buah Bagus
10 Irigator 1 buah Bagus
11 Kereta injeksi 3 buah Bagus
12 Kom alkohol 3 buah Bagus
13 Kom kecil 2 Buah Bagus
14 Kursi roda 4 Buah Bagus
15 Lampu emergensi 1 Buah Bagus
18 Pinset anatomis 3 Buah Bagus
19. Pinset sirurgis 2 buah Bagus
20. Regulator central 2 Buah Bagus
21. Regulator set 25 Buah Bagus
22. Standard infus 12 Buah Bagus
23. Stetoskop 3 Buah Bagus
24. Tensi meter duduk 2 buah Bagus
25. Termometer air raksa 2 Buah Bagus
26 Termometer digital 1 Buah Bagus
27 Termometer rektal 2 Buah Bagus
28 Tromol sedang 1 buah Bagus
29 Win Ring 1 Buah Bagus
30 Tongue Spatel 2 buah Bagus
31 Tensi indale 1 buah Bagus
31 Monitor TTV 2 buah Bagus
49
32 Mesin EKG 1 buah Bagus
33 Syringe Pump 1 buah Bagus
34 Infus Pump 1 buah Bagus
35 Senter 1 buah Bagus
36 Nebulizer 2 buah Bagus
37 Oxymetri 2 buah Bagus
38 Hubdic temperature 1 buah Bagus
39 Urinal 21 buah Bagus
40 Pispot sodok 15 buah Bagus
3. Prosedural
Ruang Perwira terdiri dari SPO sebanyak 311 buah, dengan rincian
sebagai berikut :
a. SPO Tindakan : 82 buah
b. SPO PPK (Pendidikan Pasien dan Keluarga) : 34 buah
c. SPO PPI ( Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) : 43 buah
d. SPO SKP (Sasaran Keselamatan Pasien) : 49 buah
e. SPO APK : 65 buah
f. SPO PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) : 38 buah
4. Penyakit 5 Besar pada Bulan Januari 2014
Tabel 3.5
Distribusi 5 Besar Penyakit yang ada di Ruang Perwira
No Nama Penyakit
1. Tumor jaringan lunak
2. DHF
3. Stroke
4. Dispepsia
5. DM
50
5. Fungsi Manajemen Ruang Perwira
a. Perencanaan
Ruangan Perwira sudah memiliki Visi, Misi, Filosofi, dan Tujuan
Keperawatan secara mandiri.
b. Pengorganisasian
Struktur Organisasi (Terlampir)
c. Ketenagaan
Perhitungan jumlah tenaga perawat
Jumlah BOR
BOR = Jumlah pasien x 100%
Jumlah tempat tidur
76 % = Jumlah pasien x 100%
25
Jumlah pasien = 25 x 76% = 19 pasien
Diketahui:
Partial Care = 80% x 19 Pasien = 15,2(15 Pasien)
Total care = 15% x 19 Pasien = 2,85 (3 Pasien)
Minimal Care = 5% x 19 Pasien = 0,95 (1 Pasien)
Jumlah jam keperawatan langsung
Ketergantungan minimal = 1 orang x 1 jam = 1 jam
Ketergantungan partial = 15 orang x 3 jam = 45 jam
Ketergantungan total = 3 orang x 6 jam = 18 jam
Jumlah jam = 64 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
19 orang klien x 1 jam = 19 jam
Pendidikan Kesehatan = 19 orang klien x 0,25 = 4,75 jam (5 jam)
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
64 jam + 19 jam + 5 jam = 4,6 Jam/klien/hari
19 orang
51
Minimal Care Partial Care Total Care Jumlah Perawat
Pagi 0,17 x 8 = 1,36 0,27 x 6 = 1,62 0,36 x 7 = 2,52 5,5 (6 orang)
Sore 0,14 x 8 = 1,12 0,15 x 6 = 0,9 0,30 x 7 = 2,1 4,12 (4 orang)
Malam 0,07 x 8 = 0,56 0,10 x 6 = 0,6 0,20 x 7 = 2,8 3,96 (4 orang)
Loss Day :
Faktor Koreksi = (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= ( 16+4) x 25 %
= (20) x 25 %
= 5
Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
tenaga perawat yang tersedia + faktor koreksi
16 orang + 5 = 21 = 21 orang perawat
Untuk cadangan 20% menjadi 21 x 20% = 4orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 21 + 4 = 25
orang /ruangan
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 5% : 95
% = 1:15 orang
52
d. Pengarahan
Pengarahan diberikan oleh kepala ruangan pada saat sharing pada pagi
hari, saat pergantian shif malam ke shift pagi. Di dalam sharing tersebut
kepala ruangan membahas masalah yang terjadi di ruangan dan
memberi pengarahan dan solusi jika terjadi kesalahan serta memberi
pengumuman/ informasi/ kebijakan terbaru dari Rumah Sakit kepada
perawat di Ruang Perwira. Kepala ruangan juga melakukan pengarahan
tentang pelaksanaan SAK dan SPO agar tetap dijalankan dengan baik.
Kepala ruangan selalu memberi motivasi kepada pegawai untuk terus
semangat dalam melakukan tugas yaitu memberi pelayanan yang
terbaik kepada pasien dan keluarganya dan memotivasi anggota agar
menghindari kesalahan-kesalahan dalam pemberian asuhan
keperawatan. Pemberian pengarahan dan motivasi dilakukan dengan
menggunakan komunikasi terbuka dengan anggota.
e. Pengendalian
Pengendalian dilakukan oleh kepala ruangan. Kepala ruangan
mengawasi pelaksanaan SAK dan SPO. Penerapan displin dan
manajemen waktu adalah hal-hal yang mendukung pengendalian di
ruangan Perwira. Displin kerja dibuktikan dengan absensi dan
penerapan aturan oleh setiap anggota. Kepala ruangan melakukan
penilaian PA setiap 3 bulan. Apabila melakukan kesalahan maka kepala
ruangan melakukan teguran secara lisan dan jika kesalahan fatal maka
kepala ruangan akan memberikan SP kepada staff yang bersangkutan.
f. Denah ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
53
D1
D2
D3
D4B1B2B3B4B5B6B7B8B9B11 B10N.s
D
R.k
R.t
F
Wc R.a
Keterangan Ruangan Perwira :
D1 : Dirgantara 1 F : Firdaus
D2 : Dirgantara 2 N.s : Ners station
D3 : Dirgantara 3 R.t : Ruang tindakan
D4 : Dirgantara 4 Wc : Water closet
B1 : Buana 1 R.a : Ruang alat
B2 : Buana 2 D : Dapur
B3 : Buana 3 Pa : Pencucian alat
B4 : Buana 4
B5 : Buana 5
B6 : Buana 6
B7 : Buana 7
B8 : Buana 8
B9 : Buana 9
B10 : Buana 10
B11 : Buana 11 Pa
C. Kajian Situasi Internal dan Eksternal
1. STRENGTH (S) :
a. RS TNI AU Dr. M.Salamun sudah terakreditasi paripurna.
b. Kapasitas tempat tidur 25 TT
54
c. Ruang Perwira merupakan ruang rawat penyakit dalam dan bedah
untuk laki-laki dan perempuan
d. Terdapat 1 kamar isolasi,
e. Jumlah rata-rata BOR 76%
f. Lokasi strategis dekat dengan LAB, IGD,dan ruang OK
g. Terdapat ruang obat, ruang alat, ruang perawat, dan ruang gizi yang
terpisah
h. Staf yang siggap dan ramah
i. Kondisi ruang rawat yang terjaga kebersihan dan kerapiannya
j. Penempatan handsrcab yang strategis dan mudah dijangkau baik oleh
pengunjung dan staf
k. Terdapat protap cuci tangan yang sesuai dengan standar operasional
disetiap wastafel
l. Mendapat piagam juara I cuci tamgan antar seksi dilingkungan RS.AU
Dr.Salamun
m. Terdapat APAR diruang keperawatran
n. Penempatan mading dan leaflet dilokasi yang strategis sehingga
mudah dibaca oleh pengunjung
o. Memiliki ALKES yang sudah canggih
p. Memiliki tenaga perawat 17 orang, dengan klasifikasi pendidikan
Diploma 14 orang, S1 Keperawatan 1 orang, Ners 1 orang.
q. Mempunyai 2 orang tenaga pelaksana administrasi, 2 orang bagian
gizi, dan 2 orang tenaga kebersihan.
r. Terdapat buku operan dinas dan daftar injeksi untuk memudahkan
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas.
s. Adanya kunjungan rutin untuk memberi dukungan doa bagi setiap
pasien.
t. Terdapat kotak penyimpanan obat untuk masing- masing pasien
u. Alat-alat habis pakai seperti kassa, kapas alkohol, cairan betadin, dan
lainnya sudah mencukupi kebutuhan ruangan.
v. Tersedianya SOP dan SAK
55
w. Ruangan memiliki persediaan alat tenun sendiri.
x. Ruangan dilengkapi dengan computer untuk membantu system
informasi manajemen di ruangan.
y. Adanya mahasiswa PPN yang praktek stase Manajemen di ruangan
2. WEAKNESS (W) :
a. Lulusan S1 Keperawatan dan Ners belum memadai .
b. Berdasarkan perhitungan gilies ruang perwira memerlukan perawat 25
orang, saat ini tenaga keperawatan berjumlah 16 orang.
c. Beban kerja perawat yang berlebih.
d. Peran Katim kurang terlihat saat operan dinas karena Operan dinas
dilakukan secara general
e. Kurang efektifnya pengaturan jam besuk
f. Belum efektifnya penkes terhadap pasien pulang
g. Masih terdapat pasien yang terkena phlebitis
h. Pendataan inventaris alkes belum optimal
i. Penggunaan handscoen steril pada perawatan luka belum dilakukan
3. OPPURTUNITIES (O)
a. Adanya RUU Keperawatan, UU kesehatan, SKN.
b. Adanya Etika Profesi Keperawatan
c. Adanya Standar Praktik Keperawatan
4. THREATS (T)
a. Adanya program pasar bebas dari pemerintah yang mengizinkan
perawat luar negri bekerja di indonesia
b. Kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
sehingga masyarakat lebih kritis.
c. Adanya RS Advent Bandung yang memiliki fasilitas yang lebih
lengkap
56
Internal
Eksternal
Strength (S)
Sudah terakreditasi
paripurna.
Kapasitas tempat tidur 25
TT
Ruang Perwira merupakan
ruang rawat penyakit dalam
dan bedah untuk laki-laki
dan perempuan
Terdapat 1 kamar isolasi,
Jumlah rata-rata BOR 76%
Letak ruangan strategis
dekat dengan OK, IGD,
Lab, dan Radiologi.
Memiliki tenaga perawat 17
orang, dengan klasifikasi
pendidikan Diploma 15
orang, S1 Keperawatan 1
orang, dan Ners 1 orang.
Mempunyai 1 orang tenaga
pelaksana administrasi, 1
orang bagian gizi, dan 1
orang tenaga kebersihan
Terdapat kotak
penyimpanan obat untuk
masing- masing pasien
Alat-alat habis pakai seperti
kassa, kapas alkohol, cairan
betadin, dan lainnya sudah
mencukupi kebutuhan
ruangan.
Weakness (W)
Masih kurangnya lulusan S1
Keperawatan dan Ners.
Berdasarkan perhitungan gilies
ruang perwira memerlukan
perawat 28 orang, saat ini
tenaga keperawatan
berjumlah 17 orang.
Belum terdapatnya kejelasan
tentang penggunaan metode
asuhan keperawatan di
ruangan.
Kurang efektifnya pengaturan
jam besuk dan banyak anak
kecil yang diperbolehkan
masuk.
Tidak dibatasinya jumlah
keluarga yang menunggu
pasien
Belum efektifnya penkes
terhadap pasien pulang
58
Tersedianya SOP dan SAK
Ruangan memiliki
persediaan alat tenun
sendiri.
Ruangan dilengkapi dengan
computer untuk membantu
system informasi
manajemen di ruangan.
Kondisi ruang rawat yang
terjaga kebersihan dan
kerapihannya.
Adanya protap cuci tangan
di setiap wastafel
Letak handscrub yang
strategis dan mudah
dijangkau baik untuk
pengunjung maupun staff
Alkes yang canggih
Perawat yang sigap dan
ramah
Adanya mahasiswa PPN
yang praktek stase
Manajemen di ruangan
Oppurtunities (O)
Adanya RUU
Keperawatan, UU
kesehatan, SKN.
Adanya Etika
Profesi
Keperawatan
Adanya Standar
SO strategi
Meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di
Ruang perwira dengan
pelatihan pelatihan yang ada
Peningkatan pelayanan
keperawatan berdasarkan
SPO dan SAK yang ada
WO strategi
Membuat suatu bagan
struktur organisasi Ruang
perwira
Memberi masukan kepada
perawat di Ruang perwira
ntuk memperjelas metode
asuhan keperawatan yang
59
Praktik
Keperawatan
Melaksanakan penelitian
dan pendidikan di ruang
perwira
Melaksanakan dan
memaksimalkan metode
keperawatan yang
digunakan di ruangan yaitu
metode keperawatan Tim.
Meningkatkan kepuasan
pelayanan kesehatan pada
pasien
Meminimalisir tingakat
kejadian infeksius pada
pasien
digunakan.
Memberi masukan kepada
perawat tentang pentingnya
patient safety dan
memotivasi perawat untuk
melakukan penkes pada
pasien pulang.
Meningkatkan tata tertib
jadwal kunjungan dengan
membuat label tata tertib
kunjungan
Menggalakkan kembali
pengadaan leaftlet di tempat
pasien.
Threats (T)
Adanya
RS.ADVENT yang
letaknya berdekatan
Adanya program
pasar bebas dari
pemerintah yang
mengizinkan
perawat luar negri
bekerja di indonesia
Kesadaran
masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan
yang berkualitas
ST strategi
Meningkatkan kinerja
perawat dan kualitas
pelayanan keperawatan
Meningkatkan evaluasi baik
secara internal dari kepala
ruangan dan eksternal dari
supervisor bagian
keperawatan
Meningkatkan tenaga kerja
yang professional
WT Strategi
Memberikan masukan
kepada kepala bidang
keperawatan dalam
meningkatkan kompetensi
tenaga perawat di RS AU
Dr.Salamun
Membuat penyuluhan
mengenai infeksi
nosokomial terhadap
keluarga pasien
Memberikan usulan kepada
bidang keperawatan untuk
mengadakan beasiswa
60
sehingga masyarakat
lebih kritis.
Adanya RS di
daerah cimbeuluit
yang memiliki
fasilitas yang lebih
lengkap
untuk meningkatkan
jenjang pendidikan
E. Pembobotan Matrik IFE
Tabel 3.8
Matrik IFE
Faktor Bobot As Skor
61
Kekuatan (Strenght)
1) RS TNI AU Dr. M.Salamun sudah
terakreditasi paripurna.
2) Kapasitas tempat tidur 25 TT
3) Ruang Perwira merupakan ruang rawat
penyakit dalam dan bedah untuk laki-laki
dan perempuan
4) Terdapat 1 kamar isolasi,
5) Jumlah rata-rata BOR tiga hari
terakhir76%
6) Lokasi strategis dekat dengan LAB,
IGD,dan ruang OK
7) Terdapat ruang obat, ruang alat, ruang
perawat, dan ruang gizi yang terpisah
8) Staf yang siggap dan ramah
9) Kondisi ruang rawat yang terjaga
kebersihan dan kerapiannya
10) Penempatan handsrcab yang strategis
dan mudah dijangkau baik oleh
pengunjung dan staf
11) Terdapat protap cuci tangan yang sesuai
dengan standar operasional disetiap
wastafel
12) Mendapat piagam juara I cuci tamgan
antar seksi dilingkungan RS.AU
Dr.Salamun
13) Terdapat APAR diruang keperawatran
14) Penempatan mading dan leaflet dilokasi
yang strategis sehingga mudah dibaca oleh
pengunjung
15) Memiliki ALKES yang sudah canggih
0,06
0,03
0,02
0,02
0,02
0,04
0,02
0,04
0,04
0,03
0,04
0,04
0,02
0,02
0,03
4
2
2
3
3
2
3
4
4
3
2
2
2
2
3
0,24
0,06
0,04
0,06
0,06
0,08
0,06
0,16
0,16
0,09
0,08
0,08
0,04
0,04
0,09
62
16) Memiliki tenaga perawat 17 orang,
dengan klasifikasi pendidikan Diploma 14
orang, S1 Keperawatan 1 orang, Ners 1
orang.
17) Mempunyai 2 orang tenaga pelaksana
administrasi, 2 orang bagian gizi, dan 2
orang tenaga kebersihan.
18) Terdapat buku operan dinas dan daftar
injeksi untuk memudahkan perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas.
19) Adanya kunjungan rutin untuk memberi
dukungan doa bagi setiap pasien.
20) Terdapat kotak penyimpanan obat untuk
masing- masing pasien
21) Alat-alat habis pakai seperti kassa, kapas
alkohol, cairan betadin, dan lainnya sudah
mencukupi kebutuhan ruangan.
22) Tersedianya SOP dan SAK
23) Ruangan memiliki persediaan alat tenun
sendiri.
24) Ruangan dilengkapi dengan computer
untuk membantu system informasi
manajemen di ruangan.
0,02
0,02
0,04
0,02
0,02
0,04
0,04
0,03
0,03
2
4
4
2
3
3
3
2
3
0,04
0,08
0,16
0,04
0,06
0,12
0,12
0,06
0,09
63
Kelemahan (Weakness/CA)
1) Lulusan S1 Keperawatan dan Ners
belum memadai .
2) Berdasarkan perhitungan gilies
ruang perwira memerlukan perawat
25 orang, saat ini tenaga
keperawatan berjumlah 16 orang.
3) Beban kerja perawat yang berlebih.
4) Peran Katim kurang terlihat saat
operan dinas karena Operan dinas
dilakukan secara general
5) Kurang efektifnya pengaturan jam
besuk
6) Belum efektifnya penkes terhadap
pasien pulang
7) Masih terdapat pasien yang terkena
phlebitis
8) Pendataan inventaris alkes belum
optimal
9) Penggunaan handscoen steril pada
perawatan luka belum dilakukan
0,05
0,03
0,03
0,03
0,02
0,03
0,03
0,02
0,03
1
2
3
2
2
3
2
3
3
0,05
0,06
0,09
0,06
0,04
0,09
0,06
0,06
0,09
Jumlah 1 85 2,71
Rating (nilai) antara 1-4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai :
1 = Sangat lemah
2 = Tidak begitu lemah
64
3 = Cukup kuat
4 = Sangat kuat
Jadi, rating mengacu pada kondisi perusahaan, sedangkan bobot mengacu pada industry
dimana perusahaan berada.
a. Kalikan antara bobot dan rating dari masing-masing faktor untuk menentukan
nilai skornya.
b. Jumlah semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang dinilai.
Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara
internal perusahaan adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5
menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti halnya pada matriks EFE, matriks
IFE terdiri cukup banyak faktor. Jumlah faktor-faktornya tidak berdampak pada
jumlah bobot karena ia selalu berjumlah 1,0.
F. MATRIKS EFE
No Faktor Bobot As Skor
1. Peluang
1) Adanya RUU Keperawatan, UU
kesehatan, SKN.
2) Adanya mahasiswa PPN yang praktek
stase Manajemen di ruangan
3) Adanya Etika Profesi Keperawatan
4) Adanya Standar Praktik Keperawatan
0,2
0,1
0,2
0,1
3
3
3
3
0,6
0,3
0,6
0,3
65
2. Ancaman
1) Adanya program pasar bebas dari
pemerintah yang mengizinkan perawat
luar negri bekerja di Indonesia
2) Kesadaran masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas
sehingga masyarakat lebih kritis.
3) Adanya RS Advent Bandung yang
memiliki fasilitas yang lebih lengkap
0,1
0,2
0,1
3
3
2
0,3
0,6
0,2
Jumlah 1 20 2,9
Rating setiap critical success factors antara 1 sampai 4 dimana :
1 = di bawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = di atas rata-rata
4 = sangat bagus
Rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategi perusahaan. Dengan demikian,
nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan.
a. Kalikan nilai bobot dengan nilai ratingnya untuk medapatkan skor critical
factor success.
b. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi perusahaan yang
dinilai. Skor 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan cara
yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari
ancaman-ancaman di pasar industry. Sementara itu, skor total sebesar 1,0
menunjukkan bahwa perusahaan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang
ada atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal.
66
G. Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU perusahaan kedalam matriks
yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total EFE dan IFE. Matriks IER
menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam diagram skematis, sehingga
disebut matriks portofolio. Matriks IE dengan sumbu horizontal X adalah nilai IFE
yang dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1,0 – 1,99 = IFE rendah
2,0 – 2,99 = IFE rata-rata
3,0 – 4,0 = IFE kuat
Matriks IE dengan sumbu vertical Y adalah nilai EFE yang dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu :
1,0 – 1,99 = EFE rendah
2,0 – 2,99 = EFE rata-rata
3,0 – 4,0 = EFE kuat
H. Perumusan Masalah
1. Belum optimalnya pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode tim.
2. Tindakan keperawatan mengganti balutan luka infeksi yang belum sesuai SPO.
3. Belum tersedia spoel hoek yang sesuai dengan standar kesehatan.
4. Alat kesehatan masih kurang memadai.
5. Pengawasan jam besuk belum optimal.
6. Tidak tersedianya penomoran bed secara spesifik di pavilion buana.
7. Belum memadainya jumlah portir untuk membantu mobilitas pasien
dikarenakan lokasi ruang periwira yang cukup jauh.
8. Belum optimalnya pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien sesuai SOP.
Proses untuk memprioritaskan masalah dengan metode pembobotan yang
memperhatikan aspek :
Magnetude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah
terjadi
67
Severy (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari
masalah ini.
Manageability (Mn) : Berfokus pada keperawatan sehingga dapat
diatur untuk perubahan
Nursing Consent (Nc): Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat
Affability (Af) : Ketersediaan sumber daya
Rentang nilai yang digunakan adalah 1- 5 :
1. Sangat penting : 5
2. Penting : 4
3. Cukup penting : 3
4. Kurang penting : 2
5. Sangat kurang penting : 1
I. SCORING
No MASALAH Mg Sv Mn Nc Af SKOR KET
1. Belum optimalnya
pemberian asuhan
keperawatan
dengan
menggunakan
metode tim.
4 4 5 5 5 23 I
2. Tindakan
keperawatan
mengganti balutan
luka infeksi yang
belum sesuai SPO.
4 4 4 4 2 18 III
68
3. Belum tersedia spoel
hoek yang sesuai
dengan standar
kesehatan.
5 4 3 4 3 19 II
4. Alat kesehatan masih
kurang memadai.
5 4 3 3 3 18 V
5. Pengawasan jam
besuk belum optimal.
3 4 2 3 3 15 VI
6. Tidak tersedianya
penomoran bed
secara spesifik di
pavilion buana.
3 2 2 2 3 12 VIII
7. Belum memadainya
jumlah porter untuk
membantu mobilitas
pasien dikarenakan
lokasi ruang periwira
yang cukup jauh.
4 3 2 2 3 14 VII
8. Belum optimalnya
pelaksanaan
penerimaan dan
pemulangan pasien
sesuai SOP
4 3 4 3 3 17 IV
J. Hasil Analisa dan Assesment
1. Belum optimalnya pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode tim.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa
dalam pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan metode tim belum
optimal. Masih belum ada batasan yang jelas untuk pembagian tugas untuk
69
perawat penanggung jawab pasien, sehingga semua perawat akhirnya bersama-
sama merawat semua pasien tanpa adanya perawat penanggung jawab khusus.
2. Tindakan keperawatan mengganti balut luka infeksi yang belum sesuai SPO.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa
tindakan keperawatan mengganti balut luka infeksi yang dilakukan belum sesuai
SPO. Dalam mengganti balutan luka, perawat hanya menggunakan 1 buah
sarung tangan bersih yang seharusnya di dalam SPO yang ada di ruangan,
perawat menggunakan sarung tangan steril dalam membersihkan luka infeksi.
3. Belum tersedia spoel hoek yang sesuai dengan standar kesehatan.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama tiga hari ditemukan bahwa
pencucian alat steril ruangan masih dilakukan di tempat terbuka yang tidak
sesuai standar. Alat sterilisasi tersedia di dalam ruangan yang menyat dengan
tempat alat-alat kesehatan dan alat tenun lainnya.
4. Belum optimalnya pelaksanaan penerimaan dan pemulanga pasien sesuai dengan
SOP.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa
proses penerimaan dan pemulangan pasien masih kurang optimal. Seringkali
pasien yang datang tidak diantar oleh perawat penanggung jawab sampai ke
kamarnya dan diberi orientasi ruangan, dan saat pemulangan pasien, pemberian
penkes kepada pasien dan keluarga juga masih kurang optimal.
5. Alat kesehatan masih kurang memadai.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa
alat kesehatan yang digunakan masih kurang memadai, terutama steril set untuk
balut luka yang hanya tersedia 1 set alat untuk digunakan kepada beberapa
pasien.
6. Pengawasan jam besuk belum optimal.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa
aturan jam besuk tidak sesuai dengan pelaksanaannya, masih banyak pengunjung
70
yang datang diluar jam besuk. Selain itu masih didapatkan anak kecil dan bayi
yang diperbolehkan masuk kedalam ruang rawat inap.
7. Belum tersedia porter untuk membantu ambulansi pasien dari dan ke luar ruangan
perwira.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa
belum tersedianya porter untuk membantu ambulansi pasien di ruang perwira.
Ruang perwira yang letaknya cukup jauh dan jalan yang menanjak, serta
kebanyakan perawatnya berjenis kelamin perempuan membuat ambulansi pasien
menjadi sulit tanpa adanya bantuan tenaga porter.
8. Belum adanya penomoran bed secara spesifik di ruang rawat pavilion buana
untuk menjada privasi pasien.
Hasil observasi : setelah dilakukan observasi selama 3 hari ditemukan bahwa
tidak adanya penomoran secara spesifik di ruang rawat pavilion buana yang
setiap kamarnya berisi 2 bed. Penomoran yang spesifik tentunya akan sangat
memudahkan pengunjung untuk langsung mengetahui kerabat yang dirawat tanpa
harus membuka tirai pasien karena bisa mengganggu privasi dari pasien yang
beristirahat.
71
K. ANALISIS FISHBONE
1. Analisis fishbone belum optimalnya pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan metode tim
MONEYMATERIAL
METHOD
Metode keperawatan yang digunakan adalah metode TIMKurang optimalnya system penugasan perawat dalam pemberian askep : Operan, Penugasan , Obat
ENVIRONMENT
Tidak optimalnya pelaksanaan tugas
dalam pemberian askep
Kesibukan ruangan
MACHINE
MAN
Jumlah total perawat ruangan 16 perawat, termasuk
KaRu dan wakaru
Jumlah perawat per shift berkisar 3-6 perawat
Jumlah maksimal pasien di ruangan sebanyak 25 pasien,
Karu dan wakaru ikut turut tangan dalam
pemberian asuhan keperawatan
PROBLEM
Belum optimalnya pemberian asuhan keperawatan dengan menggunakan metode tim
MONEY
2. Analisis fishbone persediaan alat-alat untuk mengganti balutan luka infeksi belum optimal
MATERIAL
Persediaan alat – alat untuk mengganti
balut luka infeksi belum optimal
METHODE sudah tersedia
JSOP
MONEY
PROBLEM
Tindakan keperawatan mengganti balutan luka infeksi yang belum sesuai dengan SPO
ENVIRONMENT
MACHINE
MAN
Belum optimalnya tenaga perawat dalam
menerapkan SPO yang benar dalam
melakukan tindakan balut luka
METHOD
Sudah tersedianya SPO mengganti balutan
3. Analisis Fish Bone belum optimalnya pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien sesuai dengan SPO.
MAN
Keterbatasan tenaga perawat dalam satu shift
Kesibukan perawat dapat menjadi salah satu faktor.
MONEY
………………………
MATERIAL
Belum adanya SPO yang benar dalam mengatur pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien
METHOD
Metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruang perwira adalah model tim.
ENVIRONTMENT
Lingkungan yang kurang kondusif degan jumlah pasien yang tidak sebanding dengan jumlah perawat
MACHINE
………………………
Belum optimalnya pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien sesuai dengan SPO.
4. Analisis Fish Bone Alat kesehatan masih kurang memadai.
MAN
Persepsi perawat tentang pentingnya tindakan balut luka yang menggunakan teknik bersih dan steril.
MONEY
Pembiayaan berasal langsung dari RSAU Dr. M Salamun
MATERIAL
Kurangnya identifikasi kekurangan alat-alat yang ada di stok alat-alat kesehatan (terfokus pada steril set untuk balut luka)
METHOD
Metode asuhan keperawatan
yang digunakan di ruang
perwira adalah model tim.
Diskusi bersama kepala
ruangan
ENVIRONTMENTMACHINE
Alat-alat kesehatan yang ada di ruangan meliputi alat keperawatan dan alat rumah tangga
Alat kesehatan masih kurang memadai
5. Analisis Fish Bone Pengawasan jam besuk belum optimal.
MAN
Kesibukan perawat di ruangan.
Kekurangan perawat pada saat shift.
Fokus perawat dalam memaksimalkan waktu istirahat pasien.
MONEY MATERIAL
Sudah terdapat aturan terkait jam besuk yang sudah ditempel di papan pengumuman di ruang perwira.
METHOD
Penjelasan tata tertib di
ruangan belum optimal
Memantau pengunjung yang
datang tidak sesuai jam
besuk.
ENVIRONTMENT
Akan terciptanya kondisi tidak nyaman bagi pasien. Dimana pengunjung yang terlalu banyak dan datang tidak sesuai jam kunjungan.
MACHINE
Pengawasan jam besuk belum optimal
6. Analisis Fish Bone Belum tersedia porter untuk membantu ambulansi pasien dari dan ke luar ruangan perwira.
MAN
Kesibukan perawat di ruangan.
Kekurangan perawat pada saat shift.
Menambah beban kerja perawat.
MONEY MATERIAL
METHOD
Metode asuhan keperawatan
yang digunakan di ruang
perwira adalah model tim.
Diskusi dengan kepala ruangan
dalam mengajukan usul
menambah tenaga ambulatori.
ENVIRONTMENTMACHINE
Belum tersedia porter untuk membantu ambulansi pasien dari dan ke luar ruangan perwira.
7. Analisis Fish Bone Belum adanya penomoran bed secara spesifik di ruang rawat pavilion buana untuk menjadi privasi pasien.
MAN
Tidak ada masalah.
MONEY MATERIAL
Mengatur ulang untuk penomoran bed di ruang rawat pavilion buana.
METHOD
Diskusi bersama kepala
ruangan dan Clinical
Instructur (CI).
ENVIRONTMENT
Privasi pasien akan lebih terjaga.
Pengunjung tidak salah bed pada saat mengunjungi pasien.
MACHINE
Belum adanya penomoran bed secara spesifik di ruang rawat pavilion buana untuk menjadi privasi pasien
8. Analisis Fish Bone Belum tersedia spoel hoek yang sesuai dengan standar kesehatan.
MAN
Tidak ada masalah
MONEY
Pembiayaan langsung dari RSAU Dr. M Salamun
MATERIAL
Tidak adanya ruang khusus penyimpanan alat-alat kesehatan yang habis dipakai (kotor dan tidak steril)
METHOD
Melakukan komunikasi efektif dengan CI dan kepala ruangan dan meminta umpan balik.
ENVIRONTMENT
Lingkungan yang ruangan menjadi tidak tertata dengan penyimpanan alat-alat kesehatan yang habis dipakai diluar ruangan.
MACHINE Alat kesehatan yang ada di ruangan meliputi alat keperawatan dan alat
rumah tangga
Belum tersedia spoel hoek yang sesuai dengan standar kesehatan
L. PLANNING OF ACTION (POA)
NO MASALAH TUJUAN STRATEGI KEGIATAN SASARAN WAK
TU
PENANGGUNG
JAWAB
BIA
YA
1. Belum optimalnya
pemberian asuhan
keperawatan dengan
menggunakan metode
tim.
Tujuan Jangka
Panjang :
Sampai dengan
akhir bulan Maret
2016, sudah ada
pembagian yang
jelas untuk ketua
tim dalam setiap
shift.
Tujuan Jangka
Pendek:
Sampai pada akhir
bulan februari
2016, sudah ada
pembagian yang
jelas untuk ketua
tim dalam setiap
1. Bekerja sama
dan
mengusulkan
kepada kepala
ruangan untuk
menetapkan
ketua tim dalam
setiap shift
dalam
pemberian
asuhan
keperawatan
Sharing dengan
kepala ruangan
Perwira RSAU
Dr. M
Salamun
Seluruh perawat di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
30 Januari – 6 Februari 2016
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
Swadaya mahasiswa
shift.
2. Tindakan
keperawatan
mengganti balutan
luka infeksi yang
belum sesuai SPO.
Tujuan Jangka
Panjang :
Sampai dengan
akhir bulan
februari 2016,
tindakan
mengganti balutan
sudah sesuai SPO
di ruang Perwira
Dr. M Salamun
Tujuan Jangka
Pendek:
Sampai pada akhir
bulan Januari
2016, tindakan
mengganti balutan
sudah sesuai SPO
di ruang Perwira
Dr. M Salamun.
1. Berkerjasama
dengan kepala
ruangan untuk
melakukan
sosialisasi SPO
yang benar
dalam
melakukan
tindakan
keperawatan
( mengganti
balutan)
2. Melakukan
pengawasan
tindakan
keperawatan
(menganti
balutan)
1. Sharing
dengan
kepala
ruangan
Perwira
RSAU Dr.
M Salamun
2. Melakukan
sosialisasi
dan
pengawasa
n bersama
kepala
ruangan
pada saat
tindakan
mengganti
balutan
Seluruh perawat di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
30 Januari – 6 Februari 2016
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
Swadaya mahasiswa
3. Belum optimalnya pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien sesuai dengan SOP
Tujuan jangka panjang :Sampai akhir bulan februari 2016 sudah optimalnya pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien sesuai dengan SOPTujuan jangka pendek :1. Adanya SOP
yang paten di
ruangan dalam
pelaksanaan
penerimaan dan
pemulangan
pasien sesuai
dengan SOP
2. Sampai awal
bulan Februari
2016 sudah
Pembuatan SOP penerimaan dan pemulangan pasien sesuai dengan SOP
Koordinasi dengan kepala ruangan untuk mengadakan sharing dengan semua perawat baik perawat pelaksana maupun tim dalam pelaksanaan penerimaan dan pemulangan pasien sesuai dengan SOP
Membuat dan
mensosialisasika
n SOP
penerimaan dan
pemulangan
pasien. Kegiatan
dilakukan
melalui
komunikasi
efektif dengan
kepala ruangan
Seluruh perawat di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
30 Januari – 6 Februari 2016
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
Swadaya mahasiswa
optimalnya
pelaksanaan
penerimaan dan
pemulangan
pasien sesuai
dengan SOP
4. Alat kesehatan masih kurang memadai (steril set untuk balut luka yang hanya tersedia 1 set alat untuk digunakan kepada beberapa pasien).
Tujuan jangka panjang :Sampai akhir bulan februari 2016 sudah memadainya ketersediaan steril set untuk balut luka. Tujuan jangka pendek :Sampai awal bulan Februari 2016 sudah memadainya ketersediaan steril set untuk balut luka.
Bersama kepala ruangan mengidentifikasi ketersediaan alat-alat kesehatan di ruangan.
Mengidentifikasi ketersediaan alat-alat kesehatan pada saat shift, dilakukan bersama kepala ruangan..
Seluruh perawat di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
30 Januari – 6 Februari 2016
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
-
5. Pengawasan jam besuk belum optimal
Tujuan jangka panjang :Sampai akhir
Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam
1. Mensosialisasikan aturan jam
Seluruh perawat di ruang Perwira
30 Januari – 6
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira
Swadaya maha
bulan Februari 2016 sudah optimalnya sisialisasi dan pengawasan jam besuk pasien.Tujuan jangka pendek :Sampai awal bulan Februari 2016 sudah optimalnya sisialisasi dan pengawasan jam besuk pasien.
mensosialisasikan dan mengawasi aturan jam besuk yang diterapkan di ruang perwira RSAU Dr. M Salamun.
besuk kepada pasien dan keluarga pasien.
2. Melakukan pengawasan terhadap kunjungan keluarga pasien.
RSAU Dr. M Salamun, pasien dan keluarga pasien.
Februari 2016
RSAU Dr. M Salamun
siswa
6. Belum tersedia porter
untuk membantu
ambulansi pasien dari
dan ke luar ruangan
perwira.
Tujuan jangka panjang :Sampai akhir tahun 2016 sudah tersedianya tenaga porter di ruang perwira.Tujuan jangka pendek :Sampai akhir bulan Februari 2016 sudah
1. Menjelaskan manfaat dari adanya tenaga porter di ruang perwira kepada kepada kepala ruangan.
2. Mengusulkan adanya penambahan tenaga perter di ruang perwira.
Melakukan komunikasi efektif dengan clinical instruktur dan kepala ruangan tentang penambahan tenaga porter di ruang perwira dan meminta
Ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun,
30 Januari – 6 Februari 2016
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
-
tersedianya tenaga porter di ruang perwira.
umpan balik dari CI dan kepala ruangan.
7. Belum adanya
penomoran bed secara
spesifik di ruang rawat
pavilion buana untuk
menjada privasi pasien.
Tujuan jangka panjang :Sampai akhir bulan februari 2016 sudah optimalnya penomoran bed secara spesifik di ruang rawat pavilion buana.Tujuan jangka pendek :Sampai awal bulan Februari 2016 sudah optimalnya penomoran bed secara spesifik di ruang rawat pavilion buana.
Melakukan sharing dengan kepala ruangan untuk memperbaiki penomoran bed di ruang rawat pavilion buana.
Mengidentifikasi, merancang dan membuat penomoran bed di ruang rawat pavilion buana.
Ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun,
30 Januari – 6 Februari 2016
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira RSAU Dr. M Salamun
Swadaya mahasiswa.
8. Belum tersedia spoel
hoek yang sesuai
dengan standar
Tujuan jangka panjang :Sampai akhir
Bekerjasama dan mengusulkan kepada kepala
Sharing dengan kepala ruangan
Ruang Perwira RSAU Dr. M
30 Januari – 6
Mahasiswa praktik klinik di ruang Perwira
-
kesehatan. bulan April 2016 sudah tersedianya spoel hoek sesuai dengan standar kesehatan.Tujuan jangka pendek :Sampai akhir bulan Maret 2016 sudah sudah tersedianya spoel hoek sesuai dengan standar kesehatan.
ruangan untuk ketersediaan spoel hoek sesuai dengan standar kesehatan.
tentang manfaat tersedianya spoel hoek sesuai dengan standar kesehatan.
Salamun, Februari 2016
RSAU Dr. M Salamun
DAFTAR PUSTAKA
Ayuningtyas, Dumilah.2005. Manajemen Strategi Rumah Sakit. Jakarta : Modul Respira,
Kars FKM
Akdon. 2007. Manajemen Strategi Untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta
David, F. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba 4
Griffin, Ricky. 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga
Kotler P dan Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta: Erlangga
Nursalam.2011.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika.
Gillies, Dee Ann. 2000. Manajemen Keperawatan: Sebagai Suatu Pendekatan
Sistem.Bandung: Yayasan IAPKP.
La Monica, Elaine. L, 1998. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan
Berdasarkan Pengalaman. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
Marquis, L. Bessie dan Huston, J. Carol. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nursalam.2011.Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional.Jakarta: Salemba Medika.
Sitorus, R. Ratna, 2006. Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran.
Suarli, S. dan Bahtiar, Y. 2007. Manajemen Keperawatan. Bandung : Balatin Pratama.
Tisnawati, E. dan Saefullah K. 2008. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.
Yoga, T. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Universitas Indonesia.