TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh...

11
Sejarah Perkembangan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan dan Kelautan Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang menyimpan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang luar biasa. Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2,8 juta km², Laut Teritorial seluas 0,3 juta km². Perairan Nasional seluas 3,1 juta km², Luas Daratan sekitar 1,9 juta km², Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km², luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km², memiliki sebanyak 17.480 pulau yang terdiri dari pulau besar dan pulau kecil dengan panjang garis lebih kurang 95.186 km, yang merupakan garis pantai tropis terpanjang di dunia setelah Kanada (Kementerian Kelautan dan Perikanan). Indonesia merupakan bagian dari segi tiga terumbu karang (coral traingle), wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megadiversity country). Tingginya keanekaragaman hayati tersebut bukan hanya disebabkan oleh letak geografis yang sangat strategis, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor seperti variasi iklim musiman, arus atau massa air laut yang mempengaruhi massa air dari dua samudera, serta keragaman tipe habitat dan ekosistem yang terdapat didalamnya. Dengan potensi dan dukungan alam sebesar ini wajar saja apabila kita memiliki harapan yang sangat besar terhadap perikanan dan kelautan Indonesia.

Transcript of TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh...

Page 1: TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh Rully Indra UNPAD06

Sejarah Perkembangan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan dan

Kelautan Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang menyimpan potensi

sumberdaya perikanan dan kelautan yang luar biasa. Potensi wilayah pesisir dan lautan

Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2,8 juta km², Laut

Teritorial seluas 0,3 juta km². Perairan Nasional seluas 3,1 juta km², Luas Daratan sekitar 1,9

juta km², Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km², luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar

3,0 juta km², memiliki sebanyak 17.480 pulau yang terdiri dari pulau besar dan pulau kecil

dengan panjang garis lebih kurang 95.186 km, yang merupakan garis pantai tropis terpanjang

di dunia setelah Kanada (Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Indonesia merupakan bagian dari segi tiga terumbu karang (coral traingle), wilayah pesisir

dan lautan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megadiversity

country). Tingginya keanekaragaman hayati tersebut bukan hanya disebabkan oleh letak

geografis yang sangat strategis, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor seperti variasi iklim

musiman, arus atau massa air laut yang mempengaruhi massa air dari dua samudera, serta

keragaman tipe habitat dan ekosistem yang terdapat didalamnya. Dengan potensi dan

dukungan alam sebesar ini wajar saja apabila kita memiliki harapan yang sangat besar

terhadap perikanan dan kelautan Indonesia.

Pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan Indonesia berada dalam tanggung jawab

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia sebagai perwakilan pemerintah

Indonesia dalam mengatur dan mengeluarkan berbagai kebijakan dalam bidang perikanan dan

kelautan. Namun kemunculan KPP tersebut tidak muncul secara instan dan tiba-tiba, tetapi

melalui proses sangat panjang yang bahkan dimulai sejak penjajahan kolonialisme Belanda di

Indonesia.

Alasan Pembentukan Kementerian

Kementerian Kelautan dan Perikanan disingkat KKP (dahulu bernama Departemen

Eksplorasi Laut (26 Oktober-1 Desember 1999) disingkat DEL; Departemen Eksplorasi

Lautdan Perikanan (1 Desember 1999-23 Nopember 2000) disingkat DELP; dan Departemen

Page 2: TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh Rully Indra UNPAD06

Kelautan dan Perikanan (23 Nopember 2000-3 November 2009), disingkat DKP) adalah

kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan kelautan dan perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan dipimpin oleh seorang Menteri Kelautan dan Perikanan

yang pertama kali dijabat oleh Sarwono Kusumaatmadja dan sekarang dijabat oleh Sharif

Cicip Sutarjo.

Tebentuknya Kementrian Kelautan dan Perikanan pada dasarnya merupakan sebuah

tantangan, sekaligus peluang bagi pengembangan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.

Artinya, bagaimana KKP ini menempatkan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu

sektor andalan yang mampu mengantarkan Bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang

berkepanjangan. Setidaknya ada beberapa alasan pokok yang mendasarinya:

Pertama, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.508 dan garis

pantai sepanjang 81.000 km tidak hanya sebagai negara kepulauan terbesar di dunia

tetapi juga menyimpan kekayaan sumberdaya alam laut yang besar dan belum

dimanfaatkan secara optimal.

Kedua, selama beberapa dasawarsa, orientasi pembangunan negara ini lebih mangarah

ke darat, mengakibatkan sumberdaya daratan terkuras. Oleh karena itu wajar jika

sumberdaya laut dan perikanan tumbuh ke depan.

Ketiga, dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk serta meningkatnya kesadaran manusia

terhadap arti penting produk perikanan dan kelautan bagi kesehatan dan kecerdasan manusia,

sangat diyakini masih dapat meningkatkan produk perikanan dan kelautan pada masa datang.

Keempat, kawasan pesisir dan lautan yang dinamis tidak hanya memiliki potensi

sumberdaya, tetapi juga memiliki potensi bagi pengembangan berbagai aktivitas

pembangunan yang bersifat ekstrasi seperti industri, pemukiman, konservasi dan lain

sebagainya.

Masa Penjajahan Belanda Hingga Awal Kemerdekaan Indonesia

Periode 1850-1966 adalah periode pelembagaan institusi-institusi yang diciptakan oleh

pemerintah kolonialisme Belanda untuk menangani urusan rakyat Indonesia termasuk dalam

bidang bidang perikanan dan kelautan. Pengembangan kelautan dimulai pada 1911 dengan

dibentuknya Bugerlijk Openbare Werken yang berubah menjadi Departemen Verkeer en

Waterstaat pada 1931. Kurun waktu hingga kemerdekaan tercapai, merupakan fase pasang

surut pertumbuhan organisasi kelautan dalam struktur pemerintahan kolonial maupun

Page 3: TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh Rully Indra UNPAD06

Republik Indonesia merdeka. Unit-unit warisan kolonial Belanda inilah yang menjadi cikal

bakal pembentukan kementerian yang mengelola aspek kelautan pada masa sekarang.

Lembaga yang menangani kegiatan-kegiatan perikanan semasa pemerintahan kolonial

Belanda masih berada dalam lingkup Departemen van Landbouw, Nijverheid en handel yang

kemudian berubah menjadi Departemen van Ekonomische Zaken. Kegiatan-kegiatan

perikanan masa itu digolongkan sebagai kegiatan pertanian. Meski demikian, terdapat suatu

organisasi khusus yang mengurusi kegiatan perikanan laut di bawah Departemen van

Ekonomische Zaken. Organisasi tersebut adalah Onderafdeling Zee Visserij dari Afdeling

Cooperatie en Binnenlandsche Handel. Sedangkan untuk menyediakan kegiatan penelitian

dan pengembangan perikanan laut terdapat suatu institut penelitian pemerintah kolonial yang

bernama Institut voor de Zee Visserij. Pada masa ini juga telah ditetapkan UU Ordonansi

tentang batas laut Hindia Belanda melalui Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie

1939, yang menetapkan bahwa lebar laut wilayah Hindia Belanda ditetapkan pada masing-

masing pulau sampai sejauh 3 mil.

Semasa pendudukan Jepang 1942-1945, Departemen van Ekonomische Zaken berubah nama

menjadi Gunseikanbu Sangyogu. Fungsi dan tugas departemen ini tidak berubah dari

fungsinya di zaman kolonial. Begitu pula halnya dengan lembaga penelitian dan

pengembangan, meski berubah nama menjadi Kaiyoo Gyogyo Kenkyuzo dan berpusat di

Jakarta tidak mengalami perubahan fungsi. Bahkan, UU tentang batas laut pun tidak

mengalami perubahan. Namun yang perlu dicatat justru adalah pada masa pendudukan

Jepang ini terjadi perluasan lembaga-lembaga perikanan pemerintah. Pada masa ini, di

daerah-daerah dibentuk jawatan penerangan perikanan yang disebut Suisan Shidozo. Di

samping itu, pada masa ini terjadi penyatuan perikanan darat dengan perikanan laut,

walaupun tetap dimasukkan dalam kegiatan pertanian.

Masa Awal Kemerdekaan Indonesia Hingga Masa Orde Lama

Setelah proklamasi kemerdekaan nasional, pada kabinet presidensial pertama, pemerintah

membentuk Kementerian Kemakmuran Rakyat dengan menterinya Mr. Syafruddin

Prawiranegara. Pada kementerian ini dibentuk Jawatan Perikanan yang mengurusi kegiatan-

kegiatan perikanan darat dan laut. Meskipun kemudian Kementerian Kemakmuran Rakyat

mengalami perubahan struktur organisasi akibat agresi militer Belanda I dan II serta

perpindahan ibukota negara ke Yogyakarta, jawatan perikanan tetap menjadi subordinat

Page 4: TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh Rully Indra UNPAD06

pertanian. Pada masa itu, tepatnya 1 Januari 1948, Kementerian Kemakmuran Rakyat

mengalami restrukturisasi dengan menghapus koordinator-koordinator. Sebagai gantinya,

ditunjuk lima pegawai tinggi di bawah menteri, yakni Pegawai Tinggi Urusan Perdagangan,

Urusan Pertanian dan Kehewanan, Urusan Perkebunan dan Kehutanan, serta Urusan

Pendidikan. Jawatan Perikanan menjadi bagian dari Urusan Pertanian dan Kehewanan.

Pada masa pengakuan Kedaulatan RI 27 Desember 1949, Kementerian Kemakmuran Rakyat

kemudian dipecah menjadi dua kementerian, yaitu Kementerian Pertanian dan Kementerian

Perdagangan dan Perindustrian. Pada masa itulah Jawatan Perikanan masuk ke dalam

Kementerian Pertanian. Kementerian Pertanian pada 17 Maret 1951 mengalami perubahan

susunan, yakni penunjukan 3 koordinator yang menangani masalah Pertanian, Perkebunan

dan Kehewanan. Di bawah Koordinator Pertanian, dibentuk Jawatan Pertanian Rakyat.

Jawatan Perikanan pada masa itu telah berkembang menjadi Jawatan Perikanan Laut, Kantor

Perikanan Darat, Balai Penyelidikan Perikanan Darat, dan Yayasan Perikanan Laut. Kesemua

jawatan tersebut berada di bawah Jawatan Pertanian Rakyat. Struktur ini tidak bertahan lama.

Pada 9 April 1957, susunan Kementrian Pertanian mengalami perubahan lagi dengan

dibentuknya Direktorat Perikanan dan di bawah direktorat tersebut jawatan-jawatan

perikanan dikoordinasikan.

Jatuh bangunnya kabinet semasa pemerintahan parlementer mengakibatkan Presiden

Soekarno menganggap bahwa sistem parlementer tidak cocok dengan kepribadian bangsa

Indonesia. Pada 5 Juli 1957, presiden mengeluarkan dekret untuk kembali pada UUD 1945.

Istilah kementerian pada masa sebelum dekrit berubah menjadi departemen dan posisi istilah

direktorat kembali menjadi jawatan. Pada 1962, terjadi penggabungan Departemen Pertanian

dan Departemen Agraria dan istilah direktorat digunakan kembali. Pada masa kabinet

presidensial paska dekret, Direktorat Perikanan telah mengalami perkembangan menjadi

beberapa jawatan, yakni Jawatan Perikanan Darat, Perikanan Laut, Lembaga Penelitian

Perikanan Laut, Lembaga Penelitian Perikanan Darat, Lembaga Pendidikan Usaha Perikanan

dan BPU Perikani.

Kondisi politik dan keamanan yang belum stabil mengakibatkan pemerintah merombak

kembali susunan kabinet dan terbentuklah Kabinet Dwikora pada 1964. Pada Kabinet

Dwikora ini, Departemen Pertanian mengalami dekonstruksi menjadi 5 buah departemen dan

pada kabinet ini terbentuk Departemen Perikanan Darat/Laut di bawah Kompartemen

Pertanian dan Agraria. Pembentukan Departemen Perikanan Darat/Laut merupakan respon

Page 5: TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh Rully Indra UNPAD06

pemerintah atas hasil Musyawarah Nelayan I yang menghasilkan rekomendasi perlunya

departemen khusus yang menangani pemikiran dan pengurusan usaha meningkatkan

pembangunan perikanan. Melalui pembentukan Kabinet Dwikora yang Disempurnakan,

Departemen Perikanan Darat/Laut tidak lagi di bawah Kompartemen Pertanian dan Agraria

melainkan mengalami reposisi dan bernaung di bawah Kompartemen Maritim. Di bawah

Kompartemen baru, departemen tersebut mengalami perubahan nama menjadi Departemen

Perikanan dan Pengelolaan Kekayaan Laut. Keadaan ini tidak berlangsung lama, pada 1965

terjadi pemberontakan Gerakan 30 September dan Kabinet Dwikora diganti dengan Kabinet

Ampera I pada 1966.

Masa Reformasi

Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia, sejak itu pula perubahan

kehidupan mendasar berkembang di hampir seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seperti merebaknya beragam krisis yang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satunya adalah berkaitan dengan Orientasi Pembangunan. Di masa Orde Baru, orientasi

pembangunan masih terkonsentrasi pada wilayah daratan.

Sektor kelautan dapat dikatakan hampir tak tersentuh, meski kenyataannya sumber daya

kelautan dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam, baik jenis dan

potensinya. Potensi sumber daya tersebut terdiri dari sumber daya yang dapat diperbaharui,

seperti sumber daya perikanan, baik perikanan tangkap maupun budidaya laut dan pantai,

energi non konvensional dan energi serta sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti

sumber daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumber daya

tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan lautan yang dapat dikembangkan

untuk pembangunan kelautan dan perikanan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa

angkutan dan sebagainya. Tentunya inilah yang mendasari Presiden Abdurrahman Wahid

dengan Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999 dalam Kabinet

Periode 1999-2004 mengangkat Ir. Sarwono Kusumaatmaja sebagai Menteri Eksplorasi Laut.

Selanjutnya pengangkatan tersebut diikuti dengan pembentukan Departemen Eksplorasi Laut

(DEL) beserta rincian tugas dan fungsinya melalui Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun

1999 tanggal 10 November 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi,

Page 6: TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh Rully Indra UNPAD06

dan Tata Kerja Departemen. Ternyata penggunaan nomenklatur DEL tidak berlangsung lama

karena berdasarkan usulan DPR dan berbagai pihak, telah dilakukan perubahan penyebutan

dari Menteri Eksplorasi Laut menjadi Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 145 Tahun 1999 tanggal 1 Desember 1999. Perubahan ini

ditindaklanjuti dengan penggantian nomenklatur DEL menjadi Departemen Eksplorasi Laut

dan Perikanan (DELP) melalui Keputusan Presiden Nomor 147 Tahun 1999 tanggal 1

Desember 1999.

Dalam perkembangan selanjutnya, telah terjadi perombakan susunan kabinet setelah Sidang

Tahunan MPR tahun 2000, dan terjadi perubahan nomenklatur DELP menjadi Departemen

Kelautan dan Perikanan (DKP) sesuai Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tanggal

23 November 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Susunan Organisasi, dan

Tata Kerja Departemen.

Kemudian berubah menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Peraturan

Presiden No. 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, maka

Nomenklatur Departemen Kelautan dan Perikanan menjadi Kementerian Kelautan dan

Perikanan, sedangkan struktur organisasi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak

mengalami perubahan.

Tebentuknya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada dasarnya merupakan sebuah

tantangan, sekaligus peluang bagi pengembangan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.

Artinya, bagaimana KKP ini menempatkan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu

sektor andalan yang mampu mengantarkan Bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang

berkepanjangan.

Sumber :

http://id.wikipedia.org

http://kkp.go.id

Page 7: TUGAS KEBIJAKAN PERIKANAN (Sejarah dan Kelembagaan Pengelola Kebijakan Perikanan Indonesia) oleh Rully Indra UNPAD06

SEJARAH PERKEMBANGAN KELEMBAGAN PENGELOLA KEBIJAKAN

PERIKANAN DAN KELAUTAN INDONESIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kebijakan Pembangunan Perikanan

Disusun Oleh

Rully Indra Taruna

NPM 230110060005

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2012