rully BAB 2
description
Transcript of rully BAB 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang di hubungkan dengan kekurangan secara
absolute atau relative dari kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis
dengan ciri khas hiperglikemia/ peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal (Mihardja,2009;awad dkk,2013). DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling
banyak di temukan di masyarakat (Trisnawati 2013).
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan Heterogen yang di
tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia. (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis
adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah
(GD) yang tinggi (hiperglikemi). Kadar GD tinggi disebabkan jumlah hormon
insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi
kurang efektif (resistensi insulin) (Waspadji,2007).
Diabetes Mellitus merupakan penyakit degenaratif yang memerlukan
upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila tidak di lakukan penanganan
yang cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat menyebabkan berbagai
komplikasi penyakit serius lainnya. Di antaranya jantung, strok, disfungsi ereksi,
gagal ginjal, dan kerusakan sistem syaraf (Ana,2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes
Mellitus merupakan syndrom gangguan metabolisme dalam tubuh yang di tandai
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan
oleh defisiensi sekresi insulin relatif atau absolut yang mengancam hidup karena
dapat menimbulkan berbagai komplikasi sikronik baik pada mata, ginjal,
neurologis dan pembuluh darah.
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi DM menurut (Sujono & Sukarmin, 2008) adalah:
a. Diabetes tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).
Yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel lanerhans yang
berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, Predisposisi
pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia
muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunisasi (Kekebalan tubuh)
yang kemudia merusak sel-sel pulau Langerhans di pankreas. Kelainan ini
berdampak pada penurunan produksi insulin (Sujono & Sukarmin, 2008).
b. Diabetes tipe II: Diabetes Mellitus tidak bergantung insulin (Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM]).
Yaitu Diabetes Mellitus resisten, lebih sering pada dewasa, tetapi dapat
terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada
kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik (Sujono
& Sukarmin, 2008).
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma lainnya.
Adalah Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau
sindroma tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, penyakit pankreas,
hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin,
sindroma genetik tertentu (Sujono & Sukarmin, 2008).
d. Diabetes Mellitus Gestasional
Suatu bentuk Diabetes Mellitus yang berkembang pada beberapa wanita
selama kehamilan. Diabetes gestasional terjadi karena kelenjar pankreas tidak
mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengkontrol gula darah
(glukosa) wanita tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang
dikandungnya (Rudi & Sulis , 2013).
2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 atau biasa disebut diabetes tergantung insulin
(IDDM/Insulin Dependen Diabetes Mellitus), dicirikan dengan hilangnya sel beta
pengasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi
kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat di derita oleh anak-anak
maupun orang dewasa (Ana,2009).
2. Diabetes Mellitus tipe 2
Diabetes Mllitus tipe 2 atau sering di sebut diabetes tidak tergantung
insulin (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Yakni tidak
tergantung insulin. Umumnya terjadi secara perlahan tidak diketahui adanya
selama bertahun-tahun. Walaupun demikian tidak berarti DM tipe 2 ini tidak
berbahaya. Walaupun tidak ada keluhan kalau tetap di biarkan kadar glukosanya
tinggi tentu akan menyebabkan terjadinya komplikasi menahan DM yang dapat
mengenai berbagai organ tubuh dan dalam jangka panjang tentu juga akan dapat
menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian. Banyak menyandang DM tipe 2
ini datang terlambat dan sudah mengidap komplikasi DM saat pertama kali di
diagnosis sebagai penyandang DM (Waspadji,2005).
3 Diabetes Mellitus tipe 3
Diabetes Mellitus tipe ini umumnya juga terjadi perlahan hampir seperti
dabetes millitus tipe 2. Penyebab dan dasar kelainannya sudah diketahui,
umumnya pada tingkat kelainan Biomolekuler. Walaupun sudah diketahui
mekanisme dasar kelainannya belum berarti bahwa kelainan tersebut dapat
diperbaiki. Penyebab kelainan dasarnya umumnya menetap (Sarwono,2005).
4. Diabetes Mellitus pada kehamilan
Diabetes Mellitus ini dapat terjadi karena proses kehamilan itu sendiri
tetapi dapat juga terjadi karena diabetes millitus tipe 2 atau Diabetes Mellitus tipe
3 yang baru diketahui saat hamil. Kalau DM terjadi karena proses kehamilan itu
sendiri maka setelah melahirkan kadar glukosa darahnya akan kembali menjadi
normal dan baru selang beberapa tahun kemudian akan benar menetap menjadi
Diabetes Millitus. Diabetes mellitus pada kehamilan terjadi karena perubahan
metabolik fisiologis yang terjadi pada saat kehamilan. Perubahan tersebut
mengarah pada terjadinya resistensi insulin. Apabila sel beta pancreas tidak dapat
mengimbangi perubahan tersebut tentu akan terjadi DM pada kehamilan. Setelah
melahirkan karena perubahan fisiologis pada saat hamil hilang maka wanita
tersebut tentu akan menjadi normal kembali. Sebaliknya, kalau seorang wanita
sebelumnya sudah menyandang DM dan baru diketahui adanya DM saat hamil
maka nantinya setelah melahirkan ia akan tetap DM (Sarwono,2005).
2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus
Tanda awal yang dapat di ketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu di lihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dl. Dan
air seni ( urine ) penderita kening manis yang mengandung gula ( glukosa ),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut ( Indah, 2011).
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala di
bawah ini meskipun tidak semua di alami oleh penderita (Rudi & Sulis, 2013):
a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak ( polyuria ).
b. Sering atau cepat merasa haus / dahaga ( polydipsia ).
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak ( polyphagia ).
d. Frekuensi urine meningkat / kencing terus ( glycosuria ).
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
f. Kesemutan / mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan dan kaki.
g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu.
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba – tiba.
i. Apabila luka / tergores ( korengan ) lambat penyembuhannya.
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan
seseorang tidaksadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing
manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu
atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit Diabetes
Mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2, umumnya
mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak
mengetahui telah menderita kencing manis ( Nurul 2011 ).
2.1.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus
Adanya faktor genetik, infeksi, obat-obatan tertentu, obesitas, serta diet
yang salah menyebabkan terjadinya destruksi sel β pada Langerhan dengan
manifestasi terjadinya defisiensi insulin. Berkurangnya produk insulin
menyebabkan :
a. Transport glukosa yang melalui dinding sel berkurang.
b. Glikogenesis menurun dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam
darah.
c. Glikolisis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan
glukosa hati dicurahkan ke darah.
d. Glukoneogenesis meningkat akibat peningkatan pemecahan protein
dan lemak.
Keempat keadaan di atas kemudian menyebabkan terjadinya
hiperglikemia. Apabila konsentrasi glukosa dalam darah tinggi pada Diabetes
Melitus tidak terkontrol, maka sel-sel akan menjadi sasaran starvasi. Untuk
mencukupi kebutuhan sel tersebut maka timbul mekanisme sel tubuh untuk
meningkatkan pemasukan makanan serta pemecahan glukosa yang disimpan
dalam otot dan hati. Proses ini jika berlangsung lama akan terjadi penurunan
massa otot dan penurunan berat badan. Keadaan hiperglikemia juga akan
meningkatkan osmolalitas darah. Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan
osmolalitas darah akan menimbulkan dehidrasi dengan melalui mekanisme yaitu
glikosuria dan diuresis osmotik akan terjadi dalam jumlah besar. Diuresis osmotik
menimbulkan peningkatan volume urin, dan akan menimbulkan rasa haus. Karena
adanya kehilangan kalori dan starvasi seluler akan timbul polifagia (banyak
makan/rasa selalu lapar).
Hiperglikemia menyebabkan penimbunan glukosa antar sel yang akan
menyebabkan terjadinya penyakit makrovaskuler dan penyakit mikrovaskuler.
Penyakit makrovaskuler berupa penyempitan lumen pembuluh darah besar yang
dapat membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan dan menyebabkan iskemia
jaringan. Akibat dari keadaan ini adalah munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan serebrovaskuler, penyakit arteri renalis, dan penyakit
vaskuler perifer. Sedangkan perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan
dan kerusakan membran basalis dan pembuluh kapiler. Lipolisis menyebabkan
peningkatan asam lemak bebas, trigliserid dan glukogenesis. Terdapat hasil akhir
berupa keton yang asam (ketoasidosis). Jika keadaan cukup berat dapat
menimbulkan asidosis metabolik.
2.1.6 WOC / Pathway
DM type 1 DM type 2
Faktor Faktor Faktor Faktor Obat-obatan Obesitas, Usia, Riwayat
Genetik Infeksi Imunologi lingkungan tertentu Keluarga/genetik, Diet
Reaksi autoimun
Sel pancreas hancu Jumlah sel pancreas
Defisiensi Insulin
Glukagon
Katabolisme Protein Hiperglikemi 60140 mg Kehilangan Kalori Lipolisis
Glycosuria Rasa Lapar As. Lemak Bebas
Diuretic Osmotic Polifagi As. Lemak
Glukoneogenesis Teroksidasi
Lemak
Poliuri Ketonemia
Dehidrasi Rasa haus <pengetahuan Ketonuri
Ketogenesis Hemokonsentrasi Polidipsi Pengelolaan Ketoasidosi
Ketonemia Trombosis Diabetes
PH Mual Ateroklerosis Cara Pengobatan Asidosis
Asidosis Muntah yang baru Metabolik
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Devisit Volume Cairan
Makrovaskuler Mikrovaskuler Keterbatasan Kognitif
Ekstremitas Retina Mampu mengingat
Rasa nyeri pada luka Gangren Retinopati
Nekrosis jaringan Diabetik
Gangguan
penglihatan
Sensasi sensori
Iskemik jaringan Obstruksi
Pembuluh darah
Resiko Tinggi Injury
Gangguan Integritas jaringan
Resiko Tinggi Gangguan Nutrisi Kurang dari kebutuhan
Cemas
Gangguan perfusi jaringan
Nyeri
Hambatan mobilitas fisik
2.2.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan medis
Tujuan utama untuk terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapiotik dalam
setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
1. Diet
a) Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:
1. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
kadar normal.
2. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang
optimal.
3. Mencegah komplikasi akut dan kronis.
4. Meningkatkan kualitas hidup.
b) Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan diet kita harus tau dulu kebutuhan energi dari
penderita Diabetes mellitus, sebagai berikut:
a. tentukan BB ideal klien dengan rumus (TB-100-110%Kg).
b. Tentukan kebutuhan kalori penderita, kalau wanita BB
ideal x 25, sedangkan laki-laki BB ideal x 30.
c. Kemudian terapkan makanan yang dapat dikonsumsi
penderita Diabetes Mellitus.
d. Kemudian terapkan makanan yang dapat dikonsumsi
penderita.
2. Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang dikonsumsi
penderita Diabetes Mellitus harus ditekankan adanya serat.
3. Lemak, karena prevalensi penyakit jantung koroner pada penderita
Diabetes Mellitus.
4. Alkohol, mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk
penderita Diabetes Mellitus.
5. Natrium individu dengan Diabetes Mellitus dianjurkan tidak
makan lebih dari 3gr natrium setiap hari.
2. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama
kurang lebih setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous
Rythmiccal Intensity Progressiv Endurance) Terjadi pada semua usia
muda. Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunisasi (kekebalan
tubuh) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di pangkreas.
Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin. (Sujono &
Sukarmin, 2008).
3. Obat-obatan
a) Golongan sulfoniluria
Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas
untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja
bila sel-sel beta utuh, menghalangi peningkatan insulin, mempertinggi
kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran
glukagen. Cara pemberian obat sulfonuria adalah: bila BB sekitar Ideal
kurang lebih 10% dari BB Ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40
/hari, bila tidak ada stres akut, seperti infeksi berat atau perasi.
b) Golongan biguanid
Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.
Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi
normal dan istimewahnya tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.
c) Alfa Glukosidase Inhibitor
Obat ini berguna untuk menghambat kerja insulin alfa
glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post pradial. Obat
ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan
tidak berpengaruh pada insulin.
d) Insulin Sensitizing Agent
Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan
sensitifitas berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia.
4. Insulin
Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis
yang penting menurut cara kerjanya, diantaranya adalah:
a) Yang kerja cepat: RI (Regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam,
contoh obat: Actrapid
b) Yang kerja sedang: NPN (Non Protein Nitrogen), dengan masa kerja
6-12 jam.
c) Yang kerja lambat: PZI (Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 18-24
jam.
2.1.8 Komplikasi Diabetes Mellitus
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda:
1. Rasa lapar.
2. Gemetar.
3. Keringat dingin.
4. Pusing
Hipoglikemia ( kadar glukosa darah yang abnormal rendah)
terjadi kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg / dl (2,7
hingga 3,3 mmol /1). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan. Konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
b. Koma Diabetik
Berlawanan dengan hipoglikemik, koma diabetik ini timbul
karena kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi, biasanya lebih dari
600mg/dl. Gejala yang sering timbul adalah:
1. Nafsu makan menurun.
2. Haus, sering minum, kencing dalam jumlah yang banyak.
3. Kemudian disusul rasa mual, muntah, nafas cepat dan dalam serta
berbau aseton.
4. Sering disertai panas dalam, biasanya karena infeksi, harus segera
dibawa ke dokter (Ana,2009).
c. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini
mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Ada 3 gambaran klinis yang penting pada diatas ketoasidosis:
1) Dehidrasi.
2) Kehilangan elektrolit.
3) Asidosis
Ketosis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes
ketoasidosis menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia,
mual, muntah dan nyeri abdomen, dan nafas pasien berbau aseton.
2. komplikasi jangka panjang
a. Retinopati Diabetic merupakan kelainan patologis mata yang
disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil
pada retina mata.
b. Nefropati Diabetic adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran
selaput penyaring darah. Kadar gula darah yang tinggi secara perlahan
akan merusak selaput penyaring. Gula yang tinggi dalam darah akan
bereaksi dengan protein. Sehingga mengubah struktur dan fungsi sel.
Termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein
rusak dan terjadi kebocoran protein ke urine (albuminori). Hal ini
berpengaruh buruk pada ginjal.
1.) Neuropati Diabetes. Dua tipe neuropati diabetic yang paling sering
di jumpai adalah polineuropati sensorik dan neuropati otonom.
Polineuropati sensorik (neuropati perifer) sering mengenal bagian
distal serabut syaraf, khususnya saraf elistrimitos bawah.
2.) Kaki Diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang
merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit
pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda
sebagai berikut :
a. Sering kesemutan / gringgingan (asmiptomatus).
b. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
c. Nyeri saat istirahat.
d. Kerusakan jaringan (nerosis, ulkus).
Komplikasi ini terjadi kerusakan saraf, pasien tidak dapat
membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakitpun berkurang.
Kaki diabetik merupakan komplikasi yang serius dan mahal dari
diabetes. Meningkatnya prefalensi diabetes di dunia menyebabkan
peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi yang diabetes,
studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi
dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya.ini berarti
setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh
dunia.
Umumnya kaki diabetik didahului dengan adanya ulkus
(luka). Hanya sekitar dua pertiga dari ulkus yang dapat sembuh
dengan cepat, sisanya berakhir dengan amputasi.rata-rata
diperlukan waktu sekitar enam bulan untuk penyembuhan ulkus.
Baik ulkus maupun amputasi memiliki dampak yang besar pada
kualitas hidup penyandang diabetes. Yakni terbatasnya kebebasan
bergerak, terisolasi secara sosial,dan menimbulkan stres psikologis
(Brunner and, suddart,2002).
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
1. Glukosa darah sewaktu.
2. Kadar glukosa darah puasa.
3. Tes toleransi glukosa.
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis
DM (mg/dl).
Kadar
glukosa
darah
Bukan DM Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa
darah Sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa
<100 100-200 >200
darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler
<80
<110
<90
80-200
110-120
90-110
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes Mellitus pada sedikitnya 2
kali pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
2. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3. Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp)
> 200 mg/dl.
2.1.10 Faktor – Faktor Yang Mudah Terkena Diabetes :
Mengenal faktor-faktor risiko timbulnya diabetes adalah suatu keharusan.
Berikut ini faktor-faktor yang mudah terkena diabetes:
1. Keturunan. Bila ada anggota keluarga terkena diabetes, anda juga berisiko
jadi pasien diabetes.
2. Ras atau etnis. Orang kulit hitam lebih mudah terkena diabetes daripada
kulit putih. Orang Asia juga punya risiko lebih tinggi mengidap diabetes.
3. Usia. Risiko kena diabetes akan meningkatkan dengan bertambahnya usia,
terutama pada usia di atas 40 tahun.
4. Obesitas. Semakin banyak lemak menimbun di perut, semakin sulit pula
insulin bekerja sehingga gula darah mudah naik.
5. Kurang gerak badan. Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang
terkena diabetes.
6. Kehamilan. Diabetes dapat terjadi pada 2-5 persen dari wanita hamil.
7. Infeksi. Infeksi virus bisa menyerang pankreas, merusak sel pankreas, dan
menimbulkan diabetes.
8. Stres. Stres menyebabkan hormon counter-insulin( yang kerjanya
berlawanan dengan insulin) lebih aktif sehingga glukosa darah akan
meningkat.
9. Obat-obatan. Beberapa obat dapat meningkatkan kadar gula darah.
Setelah anda mempelajari sembilan faktor risiko diatas, anda akan
mendapatkan bahwa tiga faktor pertama (keturnan, ras, dan usia) memang
tidak bisa diubah. Kendati demikian, enam faktor-faktor lainnya seperti
obesitas, kurang gerak, stres, dan sebagainya, seharusnya bisa anda
kendalikan. Jika dapat memahami betul apa saja yang bisa menyebabkan gula
darah seseorang melampaui batas, anda harus bisa mencegah penyakit
diabetes itu.
2.2. Konsep Dasar Gangren
2.2.1 Definisi
Gangren adalah luka yang sudah membusuk dan bisa melebar, ditandai
dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau karena disertai
pembusuka oleh bakteri (elizabeth, 2009). Begitu pula menurut Askandar
(2001) Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.
Gangren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer
akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada
daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan
timbulnya fasikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi
pada gangren diabetik adalah stretptococcus (misnadiraly, 2006).
2.2.2. Etiologi (Penyebab)
a) Akibat suplai darah yang tidak lancar kedaerah yang terluka.
b) Infeksi kuman
c) Akibat trauma
d) Luka pasca kecelakaan, luka tusuk, atau tindakan oprasi.
e) Bekuan darah dalam pembuluh darah arteri.
f) Pengerasan pembuluh darah arteri
g) Beku atau kedinginan dalam jangka waktu yang cukup lama
2.2.3. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Menurut wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik terbagi
menjadi enam tingkatan yaitu:
1). Grade 0 : tidak ada luka
2). Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit
3). Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4). Grade III : terjadi abses
5). Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal
6). Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkak bawah distal
2.2.4. Gejala DM
Adapun tanda dan gejala yang harus di waspadai untuk terjadinya kaki
diabetik (gangren):
1. Jaringan mati atau rusak akibat luka yang terinfeksi
2. Mengenai bagian tubuh yang mana saja, sering pada jari kakidan tangan
serta tungkai dan lengan
3. Kulit tampak kehitaman disertai otat dan tulang yang mati.
4. Pembengkakan di bawah kulit, teraba seperti gelembung udara yang
tertangkap
5. Bengkak dan nyeri
6. Keluar cairan dan berbau tidak enak.
7. Bisa disertai demam sampai 38oC (Wratsongko & Trianggoro 2007).
2.2.5. Pengobatan DM
Prinsip pengobatan gangren diabetik adalah :
1. Mengendalikan glukosa darah secara optimal
2. Mengatasi infeksi
3. Membersihkan jaringan nefrotik sebaik-baiknya
4. Merawat luka
5. Menghilangkan oedem luka
6. Mengharuskan tirah baring
7. Memberikan sepatu khusus
8. Memberikan penyuluhan tentang kaki
Terapi gangren dapat dilakukan dengan cara sistemik yaitu dengan
antibiotika,kontrol diabetes dapat dengan insulin dan lokal yaitu
dengan cara kaki direndam dalam betadin (1-3%)selama (1-2)x1
jam/hari,kemudian dengan betadin (3-10%)
2.2.6. Faktor Resiko Terjadinya Gangren Diabetik
Faktor resiko terjadinya gangren diabetik
1. Faktor-faktor resiko ulkus dan amputasi kaki diabetik :
a) Gangguan saraf
b) Kelainan bentuk kaki
c) Peningkatan tekanan atau beban pada kaki.
d) Kelainan tulang-tulang kaki
e) Gangguan pembuluh darah.
f) Riwayat luka pada kaki
g) Kelainan pertumbuhan kuku
h) Pemakain sepatu yang tidak sesuai.
Jika terjadi komplikasi saraf, maka pengobatan yang dilakukan adalah
mengontrol kadar glukosa darah semaksimal mungkin untuk memperlambat
keburukan.
2. Gejala yang sering dikeluhkan:
a) Rasa nyeri pada kaki seperti rasa terbakar
b) Tidak berasa
c) Rasa tebal pada kaki
d) Perasaan panas atau dingin
e) Penurunan ambang rasa sakit mati rasa, terhadap suhu, rasa getar.
f) Produksi keringat yang menurun, kulit yang kering dan pecah-pecah.
g) kaki terasa lebih hangat.
3. Gangguan pembuluh darah
Gangguna pembuluh darah ini disebabkan proses pengerasan pada
dinding pembuluh darah, penyempitan limen pembuluh darah ataupun
sumbatan pembuluh darah, sehingga menimbulkan gangguan aliran darah.
Selain tingginya kadar gula darah, tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi, dan
merokok merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyumbatan
pembuluh darah.
2.2.7 Prinsip Pengobatan Gangren Diabetik
Prinsip pengobatan gangren diabetik adalah :
1. Mengendalikan glukosa darah secara optimal.
2. Mengatasi infeksi.
3. Membersihkan jaringan nefrotik sebaik-baiknya.
4. Merawat luka .
5. Menghilangkan oedem luka .
6. Mengharuskan tirah baring.
7. Memberikan sepatu khusus.
8. Memberikan penyuluhan tentang kaki.
Terapi gangren dapat dilakukan dengan cara sistemik yaitu dengan
antibiotika, kontrol diabetes dapat dengan insulin dan lokal yaitu dengan cara
kaki direndam dalam betadin (1-3%) selama (1-2)x1 jam/hari, kemudian
dengan betadin (3-10%).
2.3. Konsep Perawatan Luka
2.3.1 Definisi Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya
cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun
berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusia, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi,
puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit
meliputi : partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis :
dan fullthickness yang melibatkan epidermis, dermis,lapisan lemak. Fascia dan
bahkan sampai ke tulang (Marison,2004). Sedangkan menurut (Lazarus et al,
1994) luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu.
2.3.2 Faktor Yang Memperlambat Penyembuhan Luka
1. Kurangnya suplai darah
2. Penurunan sulpai oksigen
3. Dehidrasi
4. Malnutrisi
5. Penurunan daya tahan tubuh
6. Merokok
7. Usia
8. Eksudatberlebih
9. Turunnya temperatur
10. Hematoma
11. Jaringan nekrotik, krusta yang berlebih dan benda asing
2.3.3 Standar Operasional Prosedur Perawatan Gangren Diabetikum
Cara perawatan gangren diabetik :
1. Persiapan bahan dan alat dengan prinsip steril :
a. Alat-alat :
1.) Pinset anatomis : 2buah.
2.) Pinset cirurgis : 2buah.
3.) Gunting cirurgis : 1buah.
4.) Gunting lurus :1buah.
5.) Bengkok :2buah.
6.) Arteri clain pain :1buah.
7.) Blass spuiit :2buah.
8.) Korentang dengan tempatnya :1buah
b. bahan :
1.) Kapas savlon.
2.) Kassa steril.
3.) Duk steril.
4.) Verband.
5.) Plester.
6.) Bethadine.
7.) Air steril.
8.) Perlak.
9.) Masker.
10.) Skort.
2. Mempersiapkan Klien
a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan klien.
b. Memberitahu tentang pelaksanaan perawatan luka.
3. Persiapan diri perawat
a. Mencuci tangan.
b. Memakai skort, masker, dan handscoon.
4. Cara kerja: prinsip steril
a. Memasang perlak dibawah luka.
b. Meletakkan bengkok dibawah luka.
c. Irigasi luka dengan air steril sampai bersih.
d. Sisi pus dibersihkan dengan kapas sevlon.
e. Mengangkat nekrosis sampai bersih.
f. Menutup luka dengan kasa steril.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gangrene kaki
diabetic hendaknya dilakukan secara komperehensif dengan menggunakan
proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah – masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau
masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam
mengurangi / mengatasi masalah – masalah kesehatan.
Proses kesehatan terdiri dari 5 tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2.4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari
proses keperawatan yang mempunyai dua kegitan pokok, yaitu :
2.4.1.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita, mengidentifikasi, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat di peroleh melalui anamneses,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya.
1. Anamnese
a. Identitas
Identitas Klien. Meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui
tingkat pengetahuan klien yang akan berpengaruh
terhadap tingkat pemahaman klien akan suatu informasi,
pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui apakah
pekerjaannya merupakan faktor predisposisi atau bahkan
faktor presipitasi terjadinya penyakit DM, suku/bangsa,
tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis
dan alamat.
Identitas Penanggung jawab. Meliputi nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh –
sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka serta upaya yang telah di lakukan oleh
penderita untuk mengatasinya. Kembangkan dengan
metode PQRST dari mulai keluhan dirasakan sampai
klien datang ke rumah sakit.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit
lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin
misalnya penyakit pankres. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arteroklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat – obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit
keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum.
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan, dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
leher, telinga kadang–kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem Integumen
Turgor kuli menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan suhu di daerah sekitar ulkus
dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan luka.
d. Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem Gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem Urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas
atau sakit saat berkemih.
h. Sistem Muskuluskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan
tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstremitas.
i. Sistem Neurologi
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,
disorientasi.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula
darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200
mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict ( reduksi ).
Hasil dapat di lihat melalui perubahan jwarabna pada
urine : hujau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah
bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.
2.4.1.2 Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya di kelompokkan
dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam
mengelompokkan data di bedakan atas data subyektif dan
berpedoman pada teori Abraham maslow yang terdiri dari :
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis.
2. Kebutuhan rasa aman.
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang.
4. Kebutuhan harga diri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
Data yang telah di kelompokkan tadi dianalisa sehingga
dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan
kemungkinan penyebab, yang dapat di rumuskan dalam bentuk
diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan
kemungkinan.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan / masalah
kesehatan. Aktual atau potensal dan kemungkinan dan membutuhkan
tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagonosa keperawatan yang muncul pada klien gangrene
kaki diabetic adalah :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangrene akibat adanya
obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya
gangrene pada ekstremitas.
3. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada
luka.
5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat
defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan
muntah.
6. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic
dari hiperglikemia, poliuria, berkurangnya intake cairan.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan
intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan
bertambah, sering lapar (polifagi), dan kurangnya pengetahuan.
8. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi
sensori (visual), kelemahan dan hipoglikemia.
9. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakinya.
2.4.3 Perencanaan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan
intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan
bertambah, sering lapar (polifagi), dan kurangnya pengetahuan.
Tujuan: Intake nutrisi adekuat.
Kriteria evaluasi:
Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.
Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.
Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan
penurunan kalori.
Rencana:
Intervensi Rasional
Diskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang faktor penyebab.
Kaji psikososial pasien yang
berhubungan dengan makan
berlebih.
Jelaskan hubungan obesitas dengan
diabetes.
Konsultasikan dengan ahli gizi
untuk program diet.
Motivasi klien untuk
mengkonsumsi cukup makanan
yang mengandung kompleks
karbohidrat yang tinggi.
Bantu memilih menu harian
berdasarkan rencana rendah kalori
dan rendah lemak.
Pengertian dapat memotivasi untuk menghindari
faktor penyebab.
Psikologis dapat mempengaruhi perilaku makan
yang berlebih.
Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II.
Untuk menetapkan dan menghitung diet sesuai
dengan kebutuhan klien.
Dapat membantu dalam penurunan berat badan.
Menghindari kebosanan akan menu pada diet yang
telah ditentukan.
Timbang berat badan setiap hari.
Diskusikan kebutuhan diet dan
tingkatkan latihan sesuai program
diet.
Libatkan keluarga dalam
perencanaan makan sesuai program
diet dan indikasi.
Kolaborasi pemeriksaan gula darah,
pH, HCO3
Menunjukkan intake nutrisi yang adekuat.
Latihan memudahkan ambilan glukosa sehingga
menurunkan kadar gula darah, memudahkan
penurunan berat badan, dan menurunkan resiko
aterosklerosis.
Memberikan rasa keterlibatan, memberikan
informasi kepada keluarga tentang kebutuhan
nutrisi klien.
Gula darah akan menurun secara perlahan-lahan
pada insulin yang terkontrol. Pemberian insulin
dosis optimal menyebabkan glukosa masuk
kedalam sel yang digunakan untuk energi.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan
sensasi sensori, gangguan sirkulasi, penurunan aktivitas /
mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit,
adanya gangrene.
Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan.
Kriteria evaluasi:
Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan
seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a. Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan
memperlihatkan tanda-tanda penyembuhan.
b. Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit
yang tepat.
c. Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang
ditunjukkan oleh hal-hal berikut: Tidak mengalami kerusakan
kulit, tidak terdapat daerah kemerahan, mempertahankan
sirkulasi adekuat.
Rencana:
Intervensi Rasional
Inspeksi kulit terhadap perubahan
warna, turgor, vascular.
Jaga kulit tetap bersih dan kering.
Berikan perawatan kulit dengan salep
atau krim.
Pertahankan linen kering.
Lakukan perawatan luka dengan
larutan NaCl dan debridement sesuai
order.
Berikan obat-obatan luka.
Awasi dengan ketat terhadap tanda
dan gejala infeksi.
Berikan tindakan untuk
memaksimalkan sirkulasi darah.
Awasi hasil pemeriksaan laboratorium
seperti albumin
Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat
menimbulkan dekubitus/infeksi.
Kulit kotor dan basah merupakan media yang baik
untuk tumbuhnya mikroorganisme.
Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan kulit
sehingga mencegah terjadinya robekan kulit.
Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko kerusakan
kulit.
Membersihkan luka sehingga mempercepat
tumbuhnya jaringan baru.
Membunuh mikroorganisme dan mempercepat
penyembuhan luka.
Deteksi dini sebagai upaya preventif dan menentukan
intervensi yang tepat.
Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.
Sebagai indikator pertukaran nutrisi.
3. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang / berkurang
Kriteria hasil :
Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang / hilang.
Penderita dapat melakukan metode atau tindakan mengurangi
nyeri.
Pergerakan penderita bertambah luas.
Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal
S : 36 – 37,50C
N: 60 – 80 x /menit
T : 100 – 130 mmHg
RR : 18 – 20 x /menit
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yangdialami
pasien.
2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang
terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat
luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang
dapat memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasien.
2.4.4 Penatalaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.
2.4.5 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Dalam pendokumentasiannya dilakukan
melalui pendekatan SOAP.
S = Respon Subyektif klien terhadap tindakan.
O = Respon Obyektif klien terhadap tindakan.
A = Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk
menyimpulkan masalah.
P = Perencanaan atau tindakan.