Tugas karbon monoksida fix
-
Upload
abdul-ghofur -
Category
Education
-
view
64 -
download
2
Transcript of Tugas karbon monoksida fix
KARBON MONOKSIDA DI INDUSTRI PERMINYAKANA. Tentang Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan
pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Karbon monoksida terdiri dari
satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini,
terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan
oksigen.
Gambar 1. Struktur karbon monoksida
B. Karbon Monoksida Di Industri Perminyakan
Industri perminyakan merupakan salah satu sumber dalam menghasilkan emisi gas
karbon monoksida dalam prosesnya, mengingat terdapatnya peralatan di kilang sebagai
tempat bagi reaksi pembakaran terjadi, salah satunya ialah Furnace. Furnace atau tempat
pemanasan umpan dapat mempromote reaksi terbentuknya karbon monoksida. Oleh sebab itu
diperlukan kehati-hatian dan pengecekan rutin terhadap peralatan supaya meminimalisasi
terbentunya CO dan mencegah dampak negatif baik bagi manusia maupun peralatan saat
Furnace sedang dioperasikan.
C. Proses Terjadinya Zat Karbon Monoksida di Furnace
Di dalam Furnace terbentuknya karbon monoksida apabila dalam suatu reaksi
pembakaran mengalami kekurangan oksigen, yang berujung terhadap tak sempurnya suatu
proses pembakaran. Adapun reaksi pembakaran tak sempurna (isooktana) sebagai berikut:
C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g) -> 8 CO (g) + 9 H2O (g) ΔH = -2924,4 kJ
Sedangkan reaksi pembakaran sempurnanya:
C8H18 (l) + 12 ½ O2 (g) -> 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
1
D. Dampak Negatif Karbon Monoksida di Furnace
Dampak yang ditimbulkan dari pembakaran tak sempurna di dalam Furnace yaitu
meghasilkan sedikit lebih kalor, mengurangi efisiensi bahan bakar dan tentunya mempromote
terbentuknya karbon monoksida.
E. Dampak Negatif Karbon Monoksida Bagi Kesehatan Pekerja
Saat sedang bekerja (pengecekan terhadap peralatan, maintenance dan lainya)
pekerja dapat mengalami dampak negatif akibat terpaparnya zat karbon monoksida,
mengingat gas karbon monoksida memilik sifat atau kemampuan yang kuat untuk berikatan
dengan Hemoglobin (Hb) didalam tubuh manusia, (Hemoglobin = suatu protein dalam tubuh
manusia yang bertugas untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh manusia).
Disaat karbon monoksida banyak diserap dan berikatan dengan Hemoglobin, sedangkan
oksigen sedikit, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia pun akan sulit untuk berjalan
dan menjadi terganggu. Dari penelitian, dibuktikan bahwa daya ikat karbon monoksida
terhadap Hemoglobin sebesar 200 kali lipat lebih kuat dari oksigen dan akan membentuk
suatu senyawa yaitu “karboksihaemoglobin” dengan rumus kmianya “COHb”.
Gambar 2. Karbon monoksida berikatan dengan sel darah merah
F. Manifestasi Keracunan Karbon Monoksida Bagi Kesehatan Pekerja
Sejauh mana toksisitas dari paparan karbon monoksida tergantung pada konsentrasi
dan durasi paparan dan status kesehatan dari kesehatan pekerja itu sendiri. Tanda-tanda dan
gejala yang paling sering dilaporkan terkait dengan keracunan karbon monoksida karena efek
pada sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular; Namun, karena paparan karbon
monoksida memiliki potensi untuk mempengaruhi hampir semua jaringan, presentasi klinis
2
keracunan karbon monoksida mencakup berbagai gejala. Adapun gejala yang ditimbulkan
ialah sebagai berikut:
Konsentrasi CO
dalam darah
Gejala–Gejala
Kurang dari 20% Tidak ada gejala
20% Nafas menjadi sesak
30% Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan sedikit meningkat
30%-40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilng
daya koordinas gerakan
40%-50% Kebingungan makain meningkat, setengah sadar
50%-60 % Sinkop, pernapasan dengan nadi bertambah cepat, koma dengan
kejang intermitten. Pernapasan cheyne stokes
60%-70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol feses dan urin
70%-89% Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan
pernafasan
Tabel 1. Gejala yang ditimbulan berdasarkan kandungan CO dalam darah
G. Mekanisme Keracunan Karbon Monoksida Di Dalam Tubuh
Saat karbon monoksida berada dalam tubuh terdapat beberapa mekanisme keracunan,
antara lain;
1. Berikatan dengan Hemoglobin
Saat karbon monoksida terinhalasi maka ia akan mengambil posisi oksigen
yang berikatan dengan Hemoglobin, dimana normalnya Hemoglobin akan mengangkut
oksigen keseluruh tubuh. Ikatan karbon monoksida dengan Hemoglobin memiliki afinitas
200-300 kali dibandingkan ikatan oksigen dengan Hemoglobin sehingga terjadi perubahan
reversibel berupa perpindahan oksigen dari molekul Hemoglobin. Efeknya kumulatif dan
bertahan lama, menyebabkan kekurangan pengangkutan oksigen ke jaringan. Pemberian
udara segar yang lama (atau oksigen murni) dibutuhkan untuk melepaskan ikatan antara CO
dan Hemoglobin.
Selain itu, pembentukan COHb menyebabkan Hb mengikat oksigen lebih ketat.
Sehingga terjadi pergeseran kurva diasosiasi oksigen-haemoglobin ke kiri yang berarti
3
tekanan oksigen jaringan berada pada tingkat terendah. Sehingga oksigen yang dilepaskan ke
jaringan menurun yang berlanjut pada hipoksia. Depresi miokard, vasolidatasi perifer, dan
distrimia ventrikel berperan dalam terjadi hipotensi, penurunan perfusi jaringan dan
selanjutnya terjadi hipoksia jaringan.
2. Berikatan dengan kompleks sitokrom oksidase sehingga terjadi penurunan respirasi
efektif intra sel
Saat karbon monoksida berikatan dengan sitokrom oksidasi, terjadi disfungsi
mitokondria sehingga oksidasi mitokondria untuk menghasilkan ATP berkurang. Terjadi
pembebasan nitrit okside dari sel platelet dan endotel menjadi bentuk radikal bebas
peroksinitrit. Lebih lanjut menginaktifkan enzim mitokondrial dan merusak endotel vaskular
di otak. Hasil akhir berupa lipid peroksidase (degradasi asam lemak tak jenuh) di otak yang
dimulai pada fase reperfusi sehingga terjadi demieliminasi reversible dari lipid sistem saraf
pusat. Intoksida CO juga bisa menyebabkan stress oksidatif pada sel, dengan menghasilkan
oksigen radikal yang mengkonversi xantin dehirogenase menjadi xanthin oksidasi.
3. Berikatan dengan mioglobin membentuk karboksi mioglobin (COMb).
CO juga memiliki afinitas tinggi terhadap mioglobin, dan berikatan secara langsung
dengan otot jantung dan skelet yang menyebabkan toksisitas secara langsung. Ikatan CO
dengan mioglobin dapat mengganggu cardiac output dan menimbulkan iskemia serebral.
Ditemukan gejala yang lambat muncul akibat terpapar kembali CO dengan peningkatan kadar
COHb. Hal ini dikarenakan lambatnya pelepasan ikatan CO dengan mioglobin setelah
berikatan dengan Hemoglobin.
Mekanisme keracunan CO adalah perinhalasi. Absorbsi CO terjadi di paru-paru di
mana CO kontak dengan sel darah merah di kapiler dan mengadakan ikatan dengan CO-Hb.
Karbon monoksida menyebabkan hipoksia jaringan dengan cara bersaing dengan oksigen
untuk melakukan ikatan pada hemeprotein pembawa oksigen. Di samping itu, lebih kuatnya
afinitas Hemoglobin terhadap CO mulai dari 30-500 kali lebih kuat dibandingkan afinitas
oksigen yang menyebabkan adanya karboksihemoglobin yang mengganggu afinitas oksigen
terhadap sehingga mengurangi pelepasan oksigen ke jaringan. Namun demikian, ikatan reaksi
ini adalah reversibel.
Karbon monoksida juga memiliki efek toksik langsung pada tingkat seluler dengan
cara mengganggu respirasi mitokondria, karena karbon monoksida terikat pada kompleks
4
sitokrom oksidase. Berbeda dengan Hemoglobin, afinitas sitokrom oksidase lebih kuat
terhadap oksigen. Akan tetapi selama anoksia seluler, karbon monoksida dapat terikat pada
sitokrom oksidase tersebut.
Oleh karena afinitas Hemoglobin yang lebih kuat terhadap karbon monoksida,
konsentrasi rendah di udara dapat menghasilkan saturasi darah yang tinggi dengan gas ini.
Kelembaban, suhu lingkungan yang tinggi, pada daerah ketinggian dan afinitas fisik akan
meningkatkan kecepatan respirasi, dan juga absorbsi karbon monoksida. The Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) menganjurkan batas keterpaparan maksimum
yang dapat diterima adalah 35 ppm selama 8 jam. Untuk alasan keamanan, para pekerja yang
terpapar karbon monoksida seharusnya tidak pernah memiliki karboksihemoglobin darah di
atas 5%. Peningkatan kadar karboksigemoglobin sebesar 10-14% sudah pernah ditemukan
pada pemadam kebakaran setelah memadamkan kebakaran. Peningkatan kadar
karboksihemoglobin sebesar 13% dapat juga ditemukan pada polisi yang bertugas
diterowongan atau pekerja-pekerja dibengkel di mana kendaraan bermotor dinyalakan. Jadi
asphyxia dengan kegagalan pernapasan atau sirkulasi merupakan sebab kematian dari
kematian karbon atau kombinasi dari kedua hal tersebut di atas.
H. Upaya Meminimilasi Terbentuknya Serta Ancaman Terhadap Karbon
Monoksida Bagi Kesehatan Pekerja Di Sekitar Furnace
Adapun penanggulangan supaya karbon monoksida tak mengancam kesehatan bagi
pekerja serta upaya untuk meminimalisasinya didalam pengoperasian Furnace, cara yang
dapat dilakukan antara lain:
Cerobong Furnace dibuat setinggi mungkin supaya menghasilkan isapan alamiah
untuk mengalirkan gas asap ke luar dari mesin uap dengan kecepatan tertentu.
Bila cerobong Furnace tidak terlalu tinggi maka diupayaan untuk dipasangkannya
model induced draft dalam Furnace untuk menarik gas asap keluar.
Pengecekan berkala terhadap oksigen (supaya tidak terjadi kekurangan oksigen
dalam reaksi pembakaran) supaya dapat meminimilasi terjadinya karbon monoksida.
Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) bagi pekerja seperti masker dan lainnya.
Pemeriksaan rutin terhadap peralatan Furnace dan perlatan pendukung lainnya.
Taati semua keselamatan kerja yang berlaku di tempat kerja.
5
DAFTAR PUSTAKA1. Anonim. Carbon Monoxide. Avaible at
http://en.wikipedia.org/wiki/carbon_monoxide
2. Ernst, Armin; Zibrak, Joseph D. 1998. Carbon Monoxide Poisoning. The New
England Journal Of Medicine. Volume 339. No. 2
3. Hermawan, Tomie S; Perdanakusuma, David. Intoksikasi Karbon Monoksida.
4. Wichaksana A, Astono S, Hanum K, Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida
bagi Kesehatan Pekerja. In Cermin dunia Kedokteran No. 136 2002. p. 24-28.
6