Tugas Kal Kebun Binatang
-
Upload
nanda-nabilah-ubay -
Category
Documents
-
view
231 -
download
4
description
Transcript of Tugas Kal Kebun Binatang
PERANAN KEBUN BINATANG
SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI EKS SITU
Oleh
NANDA NABILAH UBAY (153112620120100)
SITI JAMILATUL MAHMUDAH (153112620120012)
DANIEL DAU (153112620120080)
(Kelas hari selasa)
UNIVERSITAS NASIONAL
BIOLOGI MEDIK 2015/2016
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 479/Kpts-II/1998 disebutkan
tujuan utama kebun binatang (sebagai lembaga konservasi ex-situ) adalah sebagai
tempat pemeliharaan atau pengembangbiakan satwa liar di luar habitatnya agar
satwa tersebut tidak punah. Arti sebenarnya fungsi utama kebun binatang adalah
untuk konservasi satwa. Hal ini dipertegas oleh banyak orang yang bekerja di
kebun binatang yang selalu mengatakan bahwa fungsi kebun binatang adalah
sebagai tempat konservasi dan pendidikan. Dalam lampiran instruksi Menteri
Dalam Negeri juga disebutkan tujuan dari taman satwa (kebun binatang) adalah
untuk melestarikan satwa tersebut dengan mengembangbiakannya yang
mempunyai fungsi konservasi, pendidikan, penelitian dan sarana rekreasi.
Hak dan kewajiban kebun binatang di Indonesia telah diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 479/Kpts-II/1998 tentang
Lembaga Konservasi Tumbuhan dan Satwa Liar. Dalam surat keputusan tersebut
(pasal 9) dicantumkan tentang kewajiban kebun binatang, antara lain:
Membuat rencana karya pengelolaan
Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan
Memelihara dan Mengkarkan jenis tumbuhan dan satwa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Memperkerjakan tenaga ahli sesuai bidangnya
Dilarang memperjualbelikan satwa yang dilindungi
Membuat laporan pengelolaan secara berkala termasuk mutasi jenis satwa
Sementara itu batasan pengertian taman satwa (kebun binatang) menurut PKBSI
adalah :
Suatu tempat atau wadah yang berbentuk taman dan atau ruang terbuka
hijau dan atau jalur hijau yang merupakan tempat untuk mengumpulkan,
memelihara kesejahteraan dan memperagakan satwa liar untuk umum dan yang
diatur penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi ex-situ.
Satwa liar yang dikumpulkan dalam wadah taman satwa adalah satwa liar
yang dilindungi dan tidak dilindungi oleh Peraturan Perundang-undangan, dan
akan dipertahankan kemurnian jenisnya dengan cara dipelihara, ditangkarkan
diluar habitat aslinya.
Kesejahteraan satwa (animal welfare) juga harus menjadi perhatian, bukan
hanya sekedar pemenuhan kebutuhan fisik atau ketiadaan luka dan penyakit pada
hewan, melainkan juga mencakup kebutuhan psikologis hewan tersebut. Betul
bahwa kondisi fisik adalah aspek penting dalam kesejahteraan satwa, tetapi
kesejahteraan satwa masih dapat dikatakan buruk meskipun tidak terdapat
masalah fisik yang nyata pada tubuhnya. Sebagai contoh jika satwa berada dalam
keadaan takut, bosan, frustasi, cemas atau menderita tekanan stress tinggi mereka
mungkin tampak “normal” tetapi sebenarnya mereka berada dalam keadaaan yang
tidak sejahtera.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat mengamati dan menilai
kondisi kesejahteraan satwa di sekitar kita, termasuk kondisi satwa di kebun
binatang. Salah satu acuan standard minimum kesejahteraan satwa yang dapat
digunakan adalah Prinsip ‘Lima Kebebasan Satwa’ (Five Freedoms for
Animals) yang diformulasikan oleh Komisi Bramble di Inggris pada tahun 1965.
Kelima prinsip tersebut adalah:
1. Kebebasan dari rasa haus, lapar dan kekurangan gizi dengan memastikan
adanya ketersediaan makanan dan akses air minum bersih.
2. Kebebasan dari ketidaknyamanan fisik dan cuaca ekstrim dengan
menyediakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tiap satwa, termasuk
tempat berlindung dan tempat istirahat yang nyaman.
3. Kebebasan dari rasa sakit, luka dan penyakit melalui pencegahan dan
diagnosis cepat serta kontrol perawatan medis secara rutin.
4. Kebebasan untuk mengekspresikan perilaku secara normal dengan
menyediakan ruangan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai.
5. Kebebasan dari rasa takut dan tertekan dengan memastikan kondisi dalam
kandang dan merawatnya untuk menghindarkan mereka dari penderitaan
mental
Memenuhi kebutuhan perilaku satwa liar dalam kurungan adalah hal penting bagi
kesejahteraan mereka akan tetapi hal ini secara rutin sering dilupakan atau
diabaikan oleh banyak kebun binatang. Semua satwa yang dipelihara dalam
kandang harus diberikan kesempatan untuk mengontrol lingkungannya dan
kesempatan untuk membuat pilihan singkatnya, mereka harus diijinkan untuk
memiliki kontribusi yang berarti terhadap kualitas hidup mereka sendiri.
Saat ini peran kebun binatang dalam konservasi dan edukasi dipertanyakan
seiring munculnya kasus salah urus hingga kematian hewan dalam beberapa tahun
terakhir. Menurut Daniek Hendarto dari Centre of Orangutan Protection,
Indonesia belum memiliki sistem yang memadai untuk mengontrol kualitas hidup
satwa liar yang dipelihara kebun binatang. Saat ini, mekanisme pengontrolan di
kebun binatang lebih pada pengontrolan kuantitas. Kebun binatang sebagai
wahana populer dalam pendidikan konservasi satwa liar telah dan sedang
menyesatkan masyarakat mengenai konsep perlindungan satwa liar. Masyarakat
disuguhi kekejaman terhadap satwa liar dan diberi kesempatan terlibat dalam
kekejaman. Kebun Binatang dan Taman Safari sudah seharusnya tidak lagi
mengadakan pertunjukan dan sesi pemotretan bersama pengunjung. Satwa
seharusnya tidak digunakan dalam pertunjukkan semacam ini karena sama sekali
tidak memberikan tontonan yang sehat serta menghibur dan juga tidak mendidik
bagi pengunjung. Seharusnya satwa menghabiskan waktunya di enclosure untuk
mengekspersikan perilaku alamiahnya. Dengan demikian, para pengunjung dapat
belajar dengan benar.
Sumber:
http://www.isaw.or.id/id/prinsip-kesejahteraan-satwa-di-kebun-binatang/
http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/09/kualitas-hidup-satwa-kebun-
binatang-indonesia-tidak-terkontrol