tugas juna asi dan pasi.docx

37
1. Air Susu Ibu(ASI) A. Pengertian Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Dengan menyusui, maka kesuburan ibu akan menurun, dan penurunan kesuburan ini dapat menghindari kehamilan berikutnya dalam interval waktu yang singkat, sehingga ibu dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya bagi pertumbuhan bayinya, memberi kesempatan pada ibu untuk memulihkan kondisinya setelah kehamilan dan persalinan (Nindya, 2006). Laktasi adalah sekresi air susu dari payudara, karena adanya pengaruh hormon estrogen, progesteron dan prolaktin selama kehamilan, dimana penyemprotan air susu dari puting payudara terjadi akibat pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior sebagai respon terhadap hisapan pada puting payudara yang telah berada di bawah pengaruh prolaktin, oksitosin merangsang kontraksi otot polos duktus payudara dan menyebabkan keluarnya air susu, dimana oksitosin berada di bawah kontrol hipotalamus dan dipengaruhi oleh faktor emosi maupun fisik (Corwin, 2001). Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat menyusui bayinya dalam sehari semalam (Radjawane, 2006). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

Transcript of tugas juna asi dan pasi.docx

Page 1: tugas juna asi dan pasi.docx

1. Air Susu Ibu(ASI)

A. Pengertian

Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi kesejahteraan bayi,

ibu, dan keluarga. Dengan menyusui, maka kesuburan ibu akan menurun, dan

penurunan kesuburan ini dapat menghindari kehamilan berikutnya dalam interval

waktu yang singkat, sehingga ibu dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang

sepenuhnya bagi pertumbuhan bayinya, memberi kesempatan pada ibu untuk

memulihkan kondisinya setelah kehamilan dan persalinan (Nindya, 2006).

Laktasi adalah sekresi air susu dari payudara, karena adanya pengaruh hormon

estrogen, progesteron dan prolaktin selama kehamilan, dimana penyemprotan air susu

dari puting payudara terjadi akibat pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior sebagai

respon terhadap hisapan pada puting payudara yang telah berada di bawah pengaruh

prolaktin, oksitosin merangsang kontraksi otot polos duktus payudara dan

menyebabkan keluarnya air susu, dimana oksitosin berada di bawah kontrol

hipotalamus dan dipengaruhi oleh faktor emosi maupun fisik (Corwin, 2001).

Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat menyusui bayinya

dalam sehari semalam (Radjawane, 2006).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik

yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi

bayi (Kristiyanasari, 2009).

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan, tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim.

1. Manfaat ASI

1)      Bagi bayi

a)      Mengandung zat gizi yang sesuai bagi bayi

Page 2: tugas juna asi dan pasi.docx

Zat gizi utama yang ada pada ASI diantaranya adalah:

(1)   Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utaa bagi bayi, sebanyak 50% kalori ASI berasal

dari lemak. Walaupun kadar emak ASI lebih tinggi namun lemak pada ASI mudah

diserap oleh bayi dibandingkan susu formula. Lemak yang terdapat pada ASI terdiri

dari kolesterol dan asam lemak essensial yang sangat penting untuk pertumbuhan

otak.

(2)   Karbohidrat

ASI mengandung laktosa sebagai karbohidrat utama. Selain sebagai sumber kalori,

laktosa juga berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium dan merangsang

pertumbuhan laktobasilus bifidus yang berperan dalam menghambat pertumbuhan

mikroorganisme di saluran pencernaan.

(3)   Protein

Protein pada ASI lebih baik daripada protein pada susu formula, karena protein yang

terdapat pada ASI lebih mudah dicerna, selain itu ASI mengandung sistin dan taurin

diperlukan untuk pertumbuhan otak.

(4)   Vitamin

ASI mengandung cukup vitamin yang dibutuhkan bayi, seperti Vitamin K, Vitamin D,

dan Vitamin E.

b)      Mengandung zat protektif (kekebalan)

Bayi yang memperoleh ASI biasanya jarang mengalami sakit karena ASI

mengandung zat protektif, diantaranya adalah: laktobasilus bifidus, laktoferin,

Page 3: tugas juna asi dan pasi.docx

antibodi, dan tidak menimbulkan alergi.

c)      Mempunyai efek psikologis

Kontak langsung antara ibu dan bayi ketika terjadi proses menyusui dapat

menimbulkan efek psikologis sehingga membangun kedekatan ibu dan bayinya. Hal

ini sangat penting untuk perkembangan psikis dan emosi bayi.

d)     Menyebabkan pertumbuhan yang baik

Bayi yang mendapatkan ASI akan mengalami peningkatan berat badan yang lebih

signifikan dan mengurangi resiko obesitas.

e)      Mengurangi kejadian karies gigi

Kejadian karies gigi lebih banyak ditemukan pada bayi yang menggunakan susu

formula. Hal ini disebabkan adanya kebiasaan menyusui dengan botol sebelum tidur

akan menyebabkan kontak gigi dengan sisa susu formula menjadi lebih lama sehingga

asam yang terbentuk akan menyebabkan kerusakan pada gigi.

f)       Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena

gerakan menghisap mulut bayi pada payudara.

2)      Bagi ibu

a)      Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post

anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan

produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

b)      Aspek kesehatan ibu

Page 4: tugas juna asi dan pasi.docx

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar

hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan

pasca persalinan. Mencegah kanker mamae pada ibu.

c)      Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat

badan semula seperti sebelum hamil. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan

ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan

tenaga akan terpakai sehingga berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti

sebelum hamil.

d)     Aspek psikologis

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

3)      Bagi keluarga

a)      Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu

formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Bayi yang mendapatkan ASI juga

jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

b)      Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana

kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c)      Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.

Page 5: tugas juna asi dan pasi.docx

Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus

dibersihkan serta minta pertolongan orang lain.

4)      Bagi Negara

a)      Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi baik

serta kesakitan dan kematian anak menurun.

b)      Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui

diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai

untuk membeli susu formula.

c)      Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama

rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta

mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat

ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu

formula.

d)     Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga

kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin (Kristiyanasari, 2009).

1. Proses terbentuknya ASI

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya

belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua

Page 6: tugas juna asi dan pasi.docx

atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga

pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah terjadi sekresi ASI. Dengan

menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin

hiofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancer. Dua refleks pada ibu yang sangat

penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat

perangsangan puting susu oleh isapan bayi.

1)      Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, jung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang.

Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu

memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah.

Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.

Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan

stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.

2)   Refleks aliran (let down refex)

Tanpa melihat apakah seorang ibu kelak akan menyusui bayinya atau tidak, buah dada

ibu telah dipersiapkan untuk laktasi oleh hormon – hormon yang disekresi selama

kehamilan. Selama kehamilan ini jumlah alveoli meningkat dan mengalami

perubahan-perubahan guna mempersiapkan produksi ASI.

Agar ASI dapat dikeluarkan, diperlukan hormon oksitosin yang disekresikan oleh

glandula pituitaria posterior atas rangsangan isapan bayi. Oksitosin ini menyebabkan

jaringan muskuler sekeliling alveoli berkontraksi yang dengan demikian mendorong

ASI menuju ductus. Proses ini disebut dengan let down reflex.

1. Komposisi ASI

1)      Kolostrum

Disekresi oleh kelenjar mammae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat

dari masa laktasi. Kolostrum merupakan cairan kental yang ideal. Kolostrum

Page 7: tugas juna asi dan pasi.docx

merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus bayi yang

baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan

selanjutnya, mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga

dapat memberikan perlindungan tubuh terhdap infeksi, serta mengandung zat antibodi

sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi.

2)      Air susu masa peralihan (masa transisi)

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Disekresi dari hari ke 4

sampai dengan hari ke 10 dari masa laktasi.

3)      Air susu matur

ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. Merupakan makanan yang

dianggap aman bagi bayi (Kristiyanasari, 2009).

1. Volume Produksi ASI

Pada bulan – bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara

ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara, maka produksi

ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10 –

100 cc pada hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke 10 – 14.

Rata- rata ibu menyusui menghasilkan 700 – 800 ml susu perhari pada 6 bulan

pertama dan sekitar 600 ml perhari pada 6 bulan kedua (Atikah dan  Asfuah, 2009).

1. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

1)      Frekuensi penyusuan

Produksi ASI akan optimal jika ASI dipompa lebih dari 5 kali perhari selama bulan

pertama setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan paling sedikit 8 kali per hari pada

periode awal setelah melahirkan. Frekuensi menyusui ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara.

2)      Berat lahir

Page 8: tugas juna asi dan pasi.docx

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih

rendah dibanding bayi yang lahir normal (>2500 gram). Kemampuan menghisap yang

lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding

bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan

oksitosin dalam memproduksi ASI.

3)      Umur kehamilan saat melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intake ASI. Hal ini disebabkan bayi

yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak

mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi

yang lahir tidak prematur.

4)      Umur dan paritas

Umur dan paritas kecil hubungannya dengan produksi ASI. Hal ini karena pemenuhan

gizi bayi dan ibu setiap orang berbeda – beda.

5)      Stres dan penyakit akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi

ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung bai

pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.

6)      Konsumsi rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon prolaktin

dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin

dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.

7)      Konsumsi alkohol

Page 9: tugas juna asi dan pasi.docx

Meskipun minuman alcohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih

rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat

menghambat produksi oksitosin.

8)      Pil kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan

penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin

maka tidak ada dampak terhadap volume ASI (Proverawati dan asfuah, 2009).

1. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa

kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun

upaya-upaya yang dilakukan sebagai berikut :

1)      Pada masa kehamilan (antenatal)

a)   Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,

manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu

botol.

b)   Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan puting susu, apakah

ada kelainan atau tidak. Di samping itu perlu dipantau ada kenaikan berat badan ibu

hamil.

c)   Perawatan payudara mulai usia kehamilan 6 bulan agar ibu mampu memproduksi

dan memberikan ASI yang cukup.

d)  Memperhatikan gizi/ makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua

sebanyak 1/ 3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil.

e)   Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini diperlukan

Page 10: tugas juna asi dan pasi.docx

keluarga, terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan

dukungan dan membesarkan hatinya

2)      Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

a)   Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui

yang baik dan benar, yaitu tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara

ibu.

b)   Membantu terjadinya kontak langsung antara ibu dan bayi selama 24 jam.

c)   Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2

minggu setelah melahirkan.

3)      Pada masa menyusui selanjutnya (postnatal)

a)   Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia Bayi.

b)   Perhatikan gizi / makanan ini menyusui, perlu makanan 1 ½ kali   lebih banyak

dari biasa dan minum 8 gelas / hari.

c)   Ibu menyusui harus istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan

kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

d)  Perhatian dan dukungan keluarga penting terutama suami untuk menunjang

keberhasilan menyusui.

e)   Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada

permasalahan menyusui seperti payudara bengkak disertai demam.

f)    Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman

dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bayi mereka.

Page 11: tugas juna asi dan pasi.docx

g)   Memperhatikan gizi / makanan anak, terutama mulai 6 bulan, berikan MP ASI

yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

1. Cara Pemberian ASI

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar

puting, duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan

posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hnya leher dan bahunya saja, kepala dan

tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan

dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke

puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. Segera dekatkan bayi

ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting

susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara

ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

1. Lama dan Frekuensi Menyusui

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi

dilakukan di etiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri

kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab

lain (kencing, kepanasan/ kedinginan) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya.

Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5 – 7 menit dan ASI

dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak

memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah

1 – 2 minggu kemudian.

Makanan Pendamping- ASI

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada

bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI

(Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik

bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat

pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).

MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan

yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral.

Page 12: tugas juna asi dan pasi.docx

Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan

makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah

bagian depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2000).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah umur

6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan

menimbulkan risiko sebagai berikut :

- Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan pembentukan

enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum

sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang

dihasilkan oleh makanan padat.- Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi

syaraf otot (neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan

gerak kepala dan leher ketika duduk dikursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan

dengan menggerakan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya,

karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum susu.

- Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi , penyakit

seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).

- Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan makanan

pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.

- Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih di

awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya kanker,

diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut (Lewis, 2003).

2.1.1 Jenis MP-ASI

Beberapa Jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah: 1). Buah, terutama pisang yang

mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang

sering diberikan pada bayi adalah : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber vitamin

A dan C.

2). Makanan bayi tradisional : a). Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua

sendok makan tepung beras

sebagai sumber kalori dan satu gelas susu sapi sebagai sumber protein.

b). Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa bahan makanan, satu

sampai dua sendok beras, sepotong daging, ikan atau hati, sepotong tempe atau tahu

dan sayuran seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.

3). Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng, karton,

karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini perlu dibaca

Page 13: tugas juna asi dan pasi.docx

dengan teliti komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis, 2003).

Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik adalah

apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :

a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi

ketika usianya lebih dari 6 bulan dan kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi

dari apa yang didapatkannya melalui ASI

b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan memberikan energy, protein

dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak.

c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme baik pada

saat disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak.

2.1.2 Anjuran Pemberian ASI

` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan dukungan pada

pemberian ASI antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, pemberian

makanan bayi yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir

hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupannya.

Makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan.

Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang

meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan

merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif (Gibney, 2008).

Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari

berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah lebih sempurna

dibandingkan dengan umur bayi < 6. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan

mebuka gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit. Hasil riset menunjukan

bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak

terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan

ASI eksklusif.

Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan

siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung,

pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari

6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan,

sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.

Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di

kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat

Page 14: tugas juna asi dan pasi.docx

menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan (Gibney,

2009).

Selain itu pada tahun 2002, Morten El et Jama melakukan penelitian pada 3.253 orang

di Denmark. Mereka yang disusui kurang dari 1 bulan IQ-nya lebih rendah dari yang

disusui setidaknya 7 hingga 9 bulan. Ini menunjukkan terdapat korelasi antara

lamanya pemberian ASI dan tingkat IQ ( Anonim, 2009).

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Dini

Banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI

yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi

meraka dalam periode 6 bulan pertama. Alasan umum mengapa mereka memberikan

MP-ASI secara dini meliputi rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup

dan kualitasnya buruk. Hal ini dikaitkan dengan pemberian ASI pertama (kolostrum)

yang terlihat encer dan menyerupai air selain itu keterlambatan memulai pemberian

ASI dan praktek membuang kolostrum juga mempengaruhi alasan pemberian MP-

ASI dini karena banyak masyarakat di negara berkembang percaya kolostrum yang

berwarna kekuningan merupakan zat beracun yang harus dibuang.

Teknik pemberian ASI yang salah yang menyebabkan ibu mengalami nyeri, lecet

pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis dapat menyebabkan ibu

menghentikan pemberian ASI. Serta kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan

cairan tambahan selain itu dukungan yang kurang dari pelayanan kesehatan seperti

tidak adanya fasilitas rumah sakit dan rawat gabung dan disediakannya dapur susu

formula akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi

yang baru lahir di rumah sakit. Serta pemasaran susu formula pengganti ASI yang

menimbulkan anggapan bahwa formula PASI lebih unggul daripada ASI sehingga ibu

akan lebih tertarik pada iklan PASI dan memberikan MP-ASI secara dini (Gibney,

2009)

2.3. Masalah-Masalah dalam Pemberian MP-ASI

Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi adalah meliputi pemberian makanan

prelaktal (makanan sebelum ASI keluar). Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan

bayi dan menggangu keberhasilan menyusui serta kebiasaan membuang kolostrum

padahal kolostrum mengandung zat-zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari

penyakit dan mengandung zat gizi yang tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan

Page 15: tugas juna asi dan pasi.docx

dibuang.

Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) dapat

menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya gangguan pencernaan/diare,

dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk

mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini

dapat mengakibatkan anak menderita kurrang gizi, seharusnya ASI diberikan dahulu

baru MP-ASI

Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja di daerah kota dan semi

perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan

terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang

manajemen laktasi pada ibu bekerja. Ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada

saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang

menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/

tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini

memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare ( mencret) dan lain-lain

(Depkes, 2000).

2.4. Hubungan MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah masuknya kuman tau bibit penyakit baik virus , bakteri

maupun jamur ke dalam organ tubuh dan berkembang biak serta menyebabkan

terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh. Gejala utama terjadinya infeksi pada

manusia adalah meningkatnya suhu badan yang disebut dengan demam

(Setiawan,2009).

Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya

melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi,

padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi

membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi

kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila

bayi diberi ASI (Roesli, 2005).

Di negara-negara berkembang, bayi yang mendapat ASI mempunyai angka kesakitan

dan kematian yang secara bermakna lebih rendah dibandingkan yang diberikan susu

formula. Hal ini disebabkan adanya faktor pelindung spesifik dalam ASI. Dalam

faktor tersebut terdapat antibodi terhadap berbagai bakteri dan virus patogen seperti

Page 16: tugas juna asi dan pasi.docx

faktor antistafilokok, lisozim, komponen C3 komplomen, laktoferin, substansi

antivirus non-spesifik, sel darah putih dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan adanya

zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai

macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit

(Suharyono, 2008).

Pemberiaan MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan penurunan produksi ASI.

Karena insting bayi untuk mengisap akan menurun sehingga jumlah ASI yang

dikonsumsi juga menurun sehingga kebutuhan bayi tidak tercukupi. Kekurangan gizi

banyak terjadi karena pemberian MPASI yang terlalu dini. Selain itu dapat

menyebabkan ganguan pencernaan karena lambung dan usus belum berfungi secara

sempurna sehingga bayi menderita diare, yang apabila terus berlanjut dapat berakibat

buruk berupa status gizi yang kurang atau buruk bahkan tidak jarang menyebabkan

kematian. Kekurangan gizi menyebabkan bayi mudah terserang penyakit infeksi

(Depkes, 2002).

MP-ASI dini dan makanan pralaktal akan berisiko diare dan ISPA pada bayi. Dengan

terjadinya infeksi tubuh akan mengalami demam sehingga kebutuhan zat gizi dan

energi semakin meningkat sedangkan asupan makanan akan menurun yang

berdampak pada penurunan daya tahan tubuh. Pada suatu penelitian di Brazil Selatan

bayi-bayi yang diberi MP-ASI dini mempunyai kemungkinan meninggal karena

mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif (Utami, 2002).

Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17 kali

lebih mengalami diare, dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena

ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI saja (Depkes RI,2005).

Kekebalan bayi yang diperoleh melalui plasenta diperkirakan hilang 75% pada usia 3

bulan. Pada saat yang sama, tubuh belum aktif membentuk imunitas sehingga resiko

infeksi karena pemberian makanan botol sangat besar terutama pada masyarakat

miskin (Simanjuntak, 2002).

Pemberian MP-ASI dini sama halnya dengan membuka gerbang masuknya berbagai

jenis penyakit. Hasil riset menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP- ASI

sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk, pilek dan

panas dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.

Pada bayi < 6 bulan beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin,

lipase, amilase belum diproduksi secara sempurna. Sel-sel disekitar usus belum siap

menerima kandungan dalam makanan sehingga makanan yang masuk dapat

Page 17: tugas juna asi dan pasi.docx

menyebabkan reaksi imun dan terjadinya alergi. Bahkan pada kasus ekstrim

pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus

dilakukan pembedahan.

2.5. Pengaruh Gizi Terhadap Penyakit Infeksi

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk

mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk

maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk

mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu setiap

bentuk gangguan gizi sekalipun dengan defesiensi yang ringan merupakan pertanda

awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang

dilakukan di berbagai negara menunjukan bahwa kematian bayi akan menjadi lebih

tinggi jika jumlah anak penderita gizi buruk meningkat. Demikian halnya dengan

infeksi protozia, pada anak-anak yang tingkat gizi buruk lebih parah dibandingkan

anak yang gizinya baik.

Gizi buruk mengakibatkan terjadi gangguan terhadap produksi zat badan anti di dalam

tubuh. Penurunan produksi zat badan anti tertentu akan mengakibatkan mudahnya

bibit penyakit masuk ke dalam dinding usus. Dinding usus dapat mengalami

kemunduran dan dapat juga menggangu produksi berbagai enzim untuk pencernaan

makanan. Makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan ini berarti penyerapan zat

gizi akan mengalami gangguan, sehingga dapat memperburuk keadaan gizi

(Sjahmien, 1988).

Interaksi antara malnutrisi dan infeksi secara sinergis sudah lama diketahui. Infeksi

berat dalam memperburuk keadaan gizi melalui gangguan makan dan meningkatnya

kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi baik ringan sampai berat

berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh terhadap infeksi. Keduanya berjalan

sinergis, oleh karena salah gizi dan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar

dibanding dengan dampak infeksi dan salah gizi secara terpisah (Pudjiadi, 1990).

2.6.Penyakit Infeksi yang Sering Terjadi pada Bayi 2.6.1. Infeksi Saluran

Pernapasan Atas

ISPA atau influenza adalah penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang ditandai

dengan demam, sakit kepala, pilek, nyeri menelan dan batuk non produktif.

Penyebaran dapat menjalar dengan cepat di lingkunga masyarakat melalui partikel

udara yang dikeluarkans melalui percikan (droplet) pada saat batuk/ bersin.Batas

waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses akut, meskipun

Page 18: tugas juna asi dan pasi.docx

beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih

dari 14 hari.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang

terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-

60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian

yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% -30%. Kematian yang terbesar umumnya

adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan hal ini

disebabkan oleh pemberian MP-ASI dini ( Irawati, 2004).

Prevalensi ISPA Berdasarkan Riskesdas tahun 2007 oleh Depkes sebesar 25,50%. Di

Indonesia ISPA merupakan penyebab kematian pada anak. Prevalesi dunia dilaporkan

kasus ISPA pada anak mencapai 2 juta anak pada tahun 2000.

Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui dan

resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis dari data-data yang diteliti

menunjukkan pada negara-negara berkembang, bayi yang diberikan susu formula

mengalami 3 kali lebih sering gangguan pernafasan yang membutuhkan perawatan

intensif di rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif

selama 4 bulan atau lebih. Para peneliti di Australia Barat melakukan penelitian

terhadap 2602 anak-anak untuk melihat peningkatan resiko asma dan gangguan

pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI beresiko

40% lebih tinggi terkena asma dan gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-

anak yang mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para

peneliti ini merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan

untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan pernafasan (Anonim, 2009).

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan

bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan

pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,

sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil

terutama apabila terdapat gizi kurang. 2.6.2. Diare

Diare adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan

konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali

dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak. Neonatus

diyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk

Page 19: tugas juna asi dan pasi.docx

bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali (Staf

Pengejar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Neonatus adalah bayi yang berumur 0 ( baru lahir) sampai usia 1 bulan sesudah lahir

(Muslihatun, 2010). Sistem pencernaan bayi belum sepenuhnya berfungsi seperti

sistem pencernaan orang dewasa. Pada saat lahir bayi memasukan makanan dari

mulut, mencerna dan mengabsorbsi nutrien-nutrien, memfungsikan ginjal untuk

mengeluarkan limbah-limbah metabolik serta mempertahankan air dan hemoestasis

elektrolit.

Diare pada neonatus dan diare pada anak > 1 bulan itu berbeda karena alat pencernaan

dan sistem ekskresi belum berkembang sempurna batas toleransi terhadap

air, mineral secara keseluruhan dan yang spesifik masih sangat sempit jika

dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua. Pada saat bayi lahir sampai

beberapa bulan ginjal belum mapu mengonsentrasikan urine untuk dapat

mengeluarkan mineral yang memadai, bayi membutuhkan makanan dengan

kandungan air yang tinggi ( Setyorini, 2009).

Diare merupakan penyebab kematian yang banyak dijumpai pada anak kecil.

Kematian karena diare umumnya disebabkan oleh dehidasi karena diare dan muntah

yang berdampak pada hilangnya air dan garam tubuh.. Hal ini terjadi saat anak belajar

mendapatkan MP-ASI. Makanan yang dimakan anak mungkin mengandung banyak

kuman yang dapat menyebabkan infeksi usus dan anak terkena diare.

Antara keadan gizi buruk dan dan penyakit diare terhadap hubungan yang sangat erat,

sungguhpun sulit untuk mengatakan apakah terjadinya gizi buruk akibat adanya diare

ataukah kejadian diare adalah disebabkan keadaan gizi buruk.Diare murupakan suatu

gejala penyakit yang dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti salah makan,

makanan yang basi atau busuk seperti sering terjadi pada pemberian susu botol yang

telah basi, disamping akibat infeksi. Mengingat tingginya angka kematian akibat diare

dan gizi buruk, maka penanganan penderita harus dilakukan dengan cermat.

Disamping pengembalian cairan yang hilang, pemberian makanan pun harus seksama

sehingga memungkinkan tercapainya kembali berat badan anak (Sjahmien, 1988).

Pemberian cairan dan makanan dapat menjadi sarana masuknya bakteri patogen. Bayi

usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama di lingkungan yang

kurang higienis dan sanitasi buruk. Di negara-negara kurang

berkembang, dua di antara lima orang tidak memiliki sarana air bersih. ASI menjamin

bayi dapat memperoleh suplai air bersih yang siap tersedia setiap saat. Penelitian di

Page 20: tugas juna asi dan pasi.docx

Filipina menegaskan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif serta dampak negatif

pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare.

Seorang bayi (tergantung usianya) yang diberi air putih, teh, atau minuman herbal

lainnya berisiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibanding bayi yang diberi ASI

eksklusif ( Linkages, 2009).

Penelitian terhadap 358 baduta di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dengan gizi

buruk 34,6% menunjukkan tingginya prevalensi demam 29,1%, ISPA 22,6% dan

diare 11,2% pada baduta sesuai dengan rendahnya praktik pemberian ASI Eksklusif

20,5% . Terjadi peningkatan penggunaan susu formula pasca gempa tahun 2006 di

Jawa Tengah pada bayi yang menyusu akibat maraknya sumbangan, diikuti

peningkatan insiden diare pada bayi yang mengkonsumsi susu formula dua kali lipat

(25%) dibanding yang tidak mendapatkan formula yaitu 12% ( Anonim, 2009).

Penelitian yang dilaksanakan oleh Winda di Puskesmas Gilingan Kecamatan

Banjarsari Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi kejadian diare pada

bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan

prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapat MP-ASI dini

sebesar 56,67 % ( Winda, 2010).

Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4

kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu

botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri

penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat

mengakibatkan gizi buruk.

Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Depkes RI dari tahun 2000 s/d

2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/

1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik

menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian

Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi.

Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,

kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan

jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan

tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan

kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) ( Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2011).

2.7. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan MP-ASI Dini dan Infeksi 2.7.1.

Pengetahuan Ibu

Page 21: tugas juna asi dan pasi.docx

Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Jika

tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga

baik. Pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat pengenalan informasi tentang

pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.Pengetahuan

ibu tentang kapan pemberian makanan tambahan, fungsi makanan tambahan,

makanan tambahan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan risiko pemberian

makanan pada bayi kurang dari enam bulan sangatlah penting. Tetapi bayak ibu-ibu

yang tidak mengetahui hal tersebut diatas sehingga memberikan makanan tambahan

pada bayi usia di bawah enam bulan tanpa mengetahui risiko yang akan timbul.

Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi.

Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih kuat mempertahankan

tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan. Sehinga sulit menerima informasi

baru tentang gizi. ( Suhardjo. 1996).

Dari hasil penelitian Ragil Marni, 1998 dilaporkan bahwa ibu dengan pengetahuan

gizi baik 70% memberikan kolostrum pada bayi dan ibu dengan pengetahuan gizi

kurang baik sebanyak 21, 7% yang memberikan kolostrum pada bayi mereka

(Simanjuntak, 2002).

Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang cara yang benar memilih bahan

makanan, mengolah dan mendistribusikannya. Seseorang dengan pendidikan rendah

belum tentu mampu menyusun makanan yang memenuhi syarat gizi. Karena

sekalipun pendidikan rendah jika rajin mendengarkan informasi tentang gizi, maka

pengetahuan gizi mereka akan lebih cepat baik ( Khomsan, 2004).

2.7.2. Pendapatan

Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi keuangan yang

menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih besar. Pendapatan

menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika dibandingkan dengan

pengeluaran, masih memungkinkan ibu untuk memberikan makanan tambahan bagi

bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya semakin baik perekonomian keluarga

maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,

sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan makanan

tambahan lebih sukar

Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini.

Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat golongan

Page 22: tugas juna asi dan pasi.docx

ekonomi menengah ke atas. Penghasilan keluarga yang lebih tinggi berhubungan

positif secara signifikan dengan pemberian susu botol pada waktu dini dan makanan

buatan pabrik (Zulfanetti, 1998). Disamping itu, ibu dengan status ekonomi lebih

rendah cenderung terlambat memulai menyusui, membuang kolostrum dan

memberikan makanan pralaktal. Selanjutnya, menurut penelitian Zulfanetti di Jambi,

ibu-ibu dengan penghasilan keluarga Rp.260-000 –Rp.360.000 yang memberikan

MP-ASI berupa susu formula sebesar 30%, 26% pada ibu-ibu dengan pendapatan

keluarga sebesar Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu dengan pendapatan

keluarga lebih dari Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar

44% (Pernanda 2010).

2.7.3.Pekerjaan Ibu

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting

sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK

dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai

produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan (Siregar,

2010) .

Faktor pekerjaan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan aktivitas ibu setiap

harinya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya yang

menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.

Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan di rumah, di tempat kerja baik yang dekat maupun

jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering memberikan makanan tambahan dini

dengan alasan melatih atau mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah

terbiasa (Siregar, 2008).

Pada penelitian Winikoff (1988) di empat negara menunjukkan bahwa status ibu

bekerja saja tidak dapat dipakai sebagai ukuran untuk menduga penggunaan susu

formula dan lamanya bayi disusui. Karakteristik pekerjaan, apakah harus

meninggalkan rumah atau tanpa meninggalkan rumah perlu dipertimbangkan. Ibu

yang bekerja meninggalkan rumah berhubungan positif dengan penggunaan susu

botol dan penyapihan dini (Pernanda, 2010).

Praktek pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama dengan pada ibu

yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja dengan meninggalkan rumah 2 kali lebih besar

Page 23: tugas juna asi dan pasi.docx

kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada bayinya dalam waktu dini

dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan rumah dan 4 kali dibanding ibu yang

tidak bekerja. Pertukaran jam kerja yang kaku, tidak tersedianya tempat penitipan

anak, jarak lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang kurang

mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya selama beberapa jam

sehingga sulit untuk menyusui on demand (Pernanda, 2010).

2.7.4. Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain

baik indiviidu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003). Pada beberapa hasil

penelitian (Behm, 1976-78; Haines & Avery, 1978; Caldwell, 1979, Farah & Preston,

1982; Cochrane, 1980; Caldwell & Mc. Donald, 1981) yang dikutip oleh Ware (1984,

193) ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelangsungan hidup

anak walaupun berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Tingkat

pendidikan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku. Selanjutnya dikatakan bahwa

untuk mengukur tingkat pendidikan ibu dapat dibagi dalam dua kategori yaitu

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan ( Simanjuntak, 2002).

Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan susu botol

lebih dini dan ibu yang mempunyai pendidikan formal lebih banyak memberikan susu

botol pada usia 2 minggu dibanding ibu tanpa pendidikan formal (Pernanda, 2010).

2.7.5.Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan di bidang

kesehatan atau orang mampu melakukan pekerjaan di bidang kesehatan. Faktor

petugas kesehatan adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu

memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau tidak. Petugas

kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi makanan

tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.

Biasanya, jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada ibu yang

memiliki bayi usia kurang dari enam bulan, maka pada umumnya ibu mau patuh dan

menuruti nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan

menjadi sumber informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan makanan

tambahan dan risiko pemberian makanan tambahan dini pada bayi.

Prevalensi ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil Susenas

2010 provinsi Sumatera Utara adalah 88,4%. Pengaruh tenaga keseatan merupakan

Page 24: tugas juna asi dan pasi.docx

faktor pendorong perilaku dan pola asuh bagi ibu pada bayi misalnya pemberian ASI

eksklusif ( Depkes, 2010)

Penelitian di sebuah kota di Ghana menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan harus

diberikan kepada semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di Mesir, banyak

perawat menyarankan para ibu untuk memberi air manis kepada bayinya segera

setelah melahirkan (Linkages, 2009). Keadaan ini memperkuat pendapat bahwa

petugas kesehatan dapat dikatakan belum atau masih kurang mendukung

perlindungan dan peningkatan menyusui.