TUGAS JEMBATAN 2

download TUGAS JEMBATAN 2

of 49

Transcript of TUGAS JEMBATAN 2

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    1/49

    KONSEP PERENCANAAN JEMBATAN

    KONSTRUKSI JEMBATAN 2

    Disusun Oleh :

    1. Ferry Hidayat (4112010002)

    2.

    Fitri Eka Pratiwi (4112010012)

    3. Ichsan Gaffar Faisal (4112010017)

    PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

    POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

    2015

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    2/49

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 PENGERTIAN JEMBATAN

    Jembatan adalah bagian dari jalan yang merupakan bangunan layanan lalu lintas (untuk

    melewatkan lalu lintas), dan keberadaannya sangat diperlukan untuk menghubungkan ruas

    jalan yang terputus oleh suatu rintangan seperti sungai, lembah, gorong-gorong, saluran-

    saluran (air, pipa, kabel, dll.), jalan atau lalu lintas lainnya. Adapun fungsinya adalah sama

    dengan jalan yang melintasinya yakni merupakan prasarana penghubung atau meneruskan

    pergerakan lalu lintas barang dan jasa, secara langsung dan ekonomis sehingga akan

    menambah nilai efisiensi produksi barang dan jasa tersebut, di samping itu jalan dan

    jembatan mempunyai arti yang cukup penting dalam pertahanan dan keamanan untuk

    menjaga teritorial wilayah negara dan juga kesatuan bangsa serta keadilan sosial. Bangunan

    jalan dan jembatan (sebagai bangunan untuk layanan lalulintas ) sangat vital keberadaannya

    karena keberadaannya sangat dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat, baik kelas bawah

    hingga atas, yang berekonomi lemah hingga konglomerat.

    Jembatan sebagai salah satu prasarana penting untuk melewatkan kendaraan lalu lintas,

    memiliki peran yang sangat penting untuk melanjutkan program pembangunan ekonomi

    Indonesia dan menyebarkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Namum demikian

    dalam pelayanannya kadang-kandang terganggu karena umur pelayanannya dan tidak

    sesuai dengan yang direncanakan. Umur pelayanan yang berkurang tersebut diakibatkan

    oleh beberapa faktor :

    1) Desain jembatan yang dibangun tahun 80-an tidak dapat mengakomodasi

    perkembangan beban lalu lintas untuk tahun 2000-an sampai sekarang.

    2)

    Kondisi pelaksanaan pekerjaan yang jauh dari spesifikasi yang disyaratkan karena

    lemahnya pengawasan dan atau kondisi lapangan yang tidak memungkinkan.

    3) Adanya kelebihan beban yang terjadi akibat model-model kendaraan berat baru

    dengan konfigurasi sumbu dan bak pengangkut barang yang melebihi standar

    pembebanan jembatan yang ada atau tidak sesuai tekanan gandar kendaraan antara

    muatan (yang melebihi) dengan standar perhitungan yang telah ditentukan karena

    lemahnya pengawasan lalulintas angkutan dari pihak terkait.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    3/49

    II.2KLASIFIKASI JEMBATAN

    A. Menurut Keberadaannya jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1. Jembatan Tetap : yakni jembatan permanen yang keberadaannya dapat

    dimanfaatkan terus (sesuai umur perencanaan) atau tidak terikat waktu dan

    jembatan ini dapat berupa :

    a) Jembatan kayu

    b) Jembatan baja

    c) Jembatan beton bertulang batok T.

    d) Jembatan prategang

    e)

    Jembatan pelat beton

    f)

    Jembatan composite

    g) Jembatan bata

    2. Jembatan Gerak : yakni jembatan yang dapat digerakkan biasanya karena adanya lalu

    lintas lain yang melintasi jembatan tersebut dan jembatan ini (umumnya dari Baja,

    dan Komposite karena sifat dan karakteristiknya, mudah didalam operasionalnya)

    jembatan ini dibagi menurut cara kerjanya sebagai berikut :

    a) Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar seperti :

    Jembatan Angkat

    Jembatan Baskul

    Jembatan Lipat Stross

    b) Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar dan yang dapat berpindah

    sejajar mendatar.

    c)

    Jembatan yang dapat berputar di atas poros tegak atau jembatan putar.

    d) Jembatan yang dapat bergeser ke arah tegak lurus atau mendatar seperti:

    Jembatan Angkat

    Jembatan Beroda

    Jembatan Goyah

    B. Menurut Fungsinyajembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1)Jembatan jalan raya

    2)Jembatan jalan rel

    3)

    Jembatan untuk talang air / waduk

    4)

    Jembatan untuk penyeberangan pipa-pipa (air, minyak, gas, dll.)C. Menurut Materialnya ( Material yang dipakai ) dapat diklasifikasikan sebagai berikut

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    4/49

    :

    1)Jembatan Bambu

    2)

    Jembatan Kayu

    3)

    Jembatan Beton Bertulang (Konvensional maupun Prategang)

    4)Jembatan Baja (Gelagar maupun Rangka)

    5)Jembatan Komposite

    6)Jembatan Pasangan Batu Kali / Bata.

    D. Menurut Bentuk Struktur Atas yang digunakan jembatan dapat diklasifikasikan sebagai

    berikut :

    1)

    Jembatan Balok / Gelagar

    2)

    Jembatan Pelat

    3)Jembatan Pelengkung / Busur

    4)Jembatan Rangka

    5)Jembatan Gantung

    6)Jembatan Cable Stayed

    E. Menurut Daktilitasnya jembatan dapat diklasifikasikan menurut perilaku seismik

    daktilitasnya (tidak termasuk pangkal jembatan) dapat dibagi menjadi 4 (empat) jenis

    yaitu :

    1) Jembatan Jenis A : yaitu jembatan dengan daktilitas penuh dan

    monolit.

    2) Jembatan Jenis B : yaitu jembatan dengan daktilitas penuh dan

    terpisah.

    3) Jembatan Jenis C : yaitu jembatan yang tidak daktail

    4)

    Jembatan Jenis selain A, B, C, yaitu jembatan yang tidak menghasilkan

    mekanisme plastis yang pasti, dan akan memerlukan analisis dinamik oleh

    ahli teknis khusus,

    misalnya :

    a)Jembatan dengan jenis struktural khusus (kabel, lengkung, dll.)

    b)

    Jembatan dengan geometri khusus ( L > 200 M, lengkung horizontal, dll. )

    c)Jembatan pada lokasi rumit

    d)Jembatan yang sangat penting (ekonomis, konstruksi mahal, dll.)

    F. MenurutLantai Kendaraan yang ada jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1)

    Jembatan lantai atas

    2)

    Jembatan lantai bawah

    3)

    Jembatan lantai ganda

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    5/49

    4)Jembatan lantai tengah

    5)Jembatan laying

    G.

    Menurut Lama waktu digunakan jembatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    1)

    Jembatan sementara / darurat : Jembatan yang penggunaannya hanya bersifat

    sementara yakni menunggu hingga selesainya pekerjaan pembangunan jembatan

    permanen diresmikan /digunakan. Jembatan darurat ini dapat berupa:

    a)Jembatan Kayu

    b)Jembatan Balley Acrow Transpanel (Australia)

    2)Jembatan semi permanen : Jembatan sementara yang dapat ditingkatkan menjadi

    jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai jembatan dengan

    bahan / material yang lebih baik (kuat) dan awet, sehingga kapasitas serta umur

    jembatan menjadi bertambah baik, misalnya jembatan semi permanen Australia, dll.

    3)Jembatan permanen : jembatan yang penggunaannya bersifat permanen serta

    mempunyai umur rencana, misalnya :

    a)Jembatan Baja : Tipe Australia, Belanda, Austria, Callender Hamilton, dll.

    b)Jembatan Beton Bertulang : Konvensional, Prategang, Pelat Beton, dll.

    c) Jembatan Komposite

    II.3

    STRUKTUR JEMBATAN

    Struktur jembatan adalah kesatuan di antara elemen-elemen konstruksi yang

    dirancang dari bahan-bahan konstruksi yang bertujuan serta mempunyai fungsi

    menerima beban-beban diatasnya baik berupa beban primer, sekunder, khusus dll., dan

    diteruskan / dilimpahkan hingga ke tanah dasar. Secara umum konstruksi jembatan

    dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

    A. Struktur Atas

    B.

    Struktur BawahC.Jalan Pendekat

    D.Bangunan Pengaman

    A. STRUKTUR ATAS

    Struktur Atas jembatan adalah bagian dari elemen-elemen konstruksi yang

    dirancang untuk memindahkan beban-beban yang diterima oleh lantai jembatan

    hingga ke perletakan, sedangkan lantai jembatan adalah bagian jembatan yang

    langsung menerima beban lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.

    Jenis bangunan atas jembatan pada umumnya ditentukan berdasarkan:

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    6/49

    a) Bentang yang sesuai dengan perlintasan jalan, sungai atau keadaan lokasi

    jembatan.

    b)

    Panjang bentang optimum untuk menekan biaya konstruksi total.

    c)

    Pertimbangan yang terkait pada pelaksanaan bangunan-bangunan bawah dan

    pemasangan bangunan atas untuk mencapai nilai yang ekonomis.

    d) Pertimbangan segi pandang estetika.

    Struktur atas terdiri atas :

    1) Gelagar-gelagar induk

    2) Struktur tumpuan atau perletakan

    3) Struktur lantai jembatan / kendaraan

    4) Pertambatan arah melintang dan memanjang

    B.STRUKTUR BAWAH

    Struktur Bawah sebuah jembatan adalah bagian dari elemen-elemen struktur yang

    dirancang untuk menerima beban konstruksi diatasnya dan dilimpahkan langsung

    (berdiri langsung) pada tanah dasar atau bagian- bagian konstruksi jembatan yang

    menyangga jenis-jenis yang sama dan memberikan jenis reaksi yang sama pula.

    Struktur bawah terdiri atas :

    1) Pondasi

    Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang meneruskan beban- beban

    langsung ke tanah dasar / lapisan tanah keras.

    2) Bangunan bawah (pangkul jembatan / abutmen, pilar)

    Yaitu bagian-bagian dari sebuah jembatan yang memindahkan beban- beban

    dari perletakan ke pondasi dan biasanya juga difungsikan sebagai bangunan

    penahan tanah.

    Analisa struktur bawah ini harus dipertimbangkan mampu menahan semua gaya-

    gaya yang bekerja, begitu pula tinjauan terhadap stabilitas sehingga aman

    terhadap penggulingan dan penggeseran dengan angka keamanan yang cukup serta

    daya dukung tanahnya masih dalam batas yang diijinkan.

    Pemilihan jenis pondasi pada struktur jembatan, umumnya tergantung letak

    kedalaman lapisan tanah keras sebagai dasar perkiraan sebagai berikut :

    a) Pondasi langsung digunakan bila kedalaman tanah keras < 5 m

    b) Pondasi sumuran digunakan bila kedalaman tanah keras antara 5 12 m

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    7/49

    c) Pondasi tiang digunakan bila kedalaman tanah keras > 12 m

    C. JALAN PENDEKAT (OPRIT)

    Yaitu jalan yang menghubungkan antara ruas jalan dengan struktur jembatan,

    atau jalan yang akan masuk ke jembatan.

    D. BANGUNAN PENGAMAN

    Yaitu bangunan yang diperlukan untuk mengamankan jembatan terhadap lalu lintas

    darat, lalu lintas air, penggerusan, dll.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    8/49

    BAB II

    PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN

    II.1

    PENDAHULUANMaksud perencanaan antara lain adalah untuk menentukan fungsi struktur secara tepat,

    effisien, dan bentuk yang sesuai dengan lingkungan atau mempunyai nilai estetika

    atau bentuk sesuai keinginan pemilik proyek.

    Pada tahap perencanaan seringkali terdapat perbedaan akibat persepsi pandang yang

    tidak sama namun apabila kita mampu menjelaskan dan mencari relevansi antara

    parameter-parameter yang berbeda terebut serta membatasi permasalahan agar

    mendapatkan efisiensi kemudian menyusun integritas batasan yang sesuai, maka akan

    segera mendapatkan titik temu.

    II.2PRAPERENCANAAN

    Setelah dilakukan studi kelayakan tahap berikutnya adalah praperencanaan, ini

    dimaksud agar didapatkan hasil yang maksimal, adapun proses praperencanaan

    hingga menjadi perencanaan akhir yaitu :

    A.Data pendahuluan ( Prelimanary Data )

    Disampping sebagai pelengkap pada pengumpulan akhir data ( Final Data ), data

    pendahuluan diperlukan pula untuk mengestimasi perencanaan ( design ) dan cost.

    Pada umumnya data pendahuluan ini terdiri dari data data terdahulu dan data

    data visual, meliputi :

    1) Kondisi Banjir

    2)

    Gejala erosi dan perpindahan aliran sungai

    3) Saran relokasi jembatan

    4) Kondisi Trafik

    5)

    Kemampuan pengadaan material

    6)

    Kemampuan teknis dan pelaksanaan

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    9/49

    7) Kondisi jembatan yang ada

    8) Seketsa penampang kali ( sungai) atau jembatan

    9)

    Data data teknis lainnya yang perlu

    B. perencanaan Pendahuluan ( Prelimanary design )

    Bila data pendahuluan sudah terkumpul, maka dapat dilakukan pembahasan

    perencanaan ( design Inxestigation )

    pembahasan berupa ketentuan ketentuan secara pendekatan terhadap :

    1)

    Lokasi Jembatan

    2) Statiska konstruksi dan dimensi pendahuluan

    3) Material yang digunakan

    4)

    Lokasi bangunan bawah

    5)

    Macam dan bentuk pondasi

    6) Taksiran biaya

    C. Data Akhir ( Final Data )

    Data akhir diperlukan untuk melengkapi perencanaan menjadi akhir perencanaan

    untuk pelaksanaan dan akhir, dasar penyeledikan yang diambil, diperoleh dari

    perencanaan pendahuluan misalnya pada perencanaan pendahuluan direncanakan

    sistem pondasi penyelidikan tanah ( soil Investigation ) dilakukan pada temoat

    pondasi tersebut.

    Pada umumnya data akhir terdiri dari hal hal sebagai berikut

    1)

    Pengukuran topografi : situasi, penampang, garis ketinggian dan lain lain.

    2) Penyelidikan geoteknik : sondir dan lain lain

    3) Penyelidikan air : Hidrolika, hidrologis dan lain lain

    4) Penyelidikan batuan : penentuan daerah stabil penentuan arah retak dari

    batuan dan lain lain

    5) Foto udara : hanya diperlukan umumnya lokasi proyek cukup besar.

    D. Perencanaan Akhir ( Final Design )

    Perencanaan akhir dihasilkan dari perencanaan pendahuliuan dan data akhir, serta

    mencakup seluruh bagian perencanaan sampai kepada detail detailnya Bagian

    bagian utama yang harus dicakup yaitu pada :

    1. Bangunan Atas

    2.

    Landasan3. Bangunan Bawah

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    10/49

    4. Pondasi

    5. Bangunan Pengaman

    6.

    Jalan Penghubung / Oprit

    II.3TAHAPAN PERENCANAAN

    Sebelum tahapan pelaksanaan konstruksi, seorang perencana harus mempunyai data-

    data baik data Primer maupun Sekunder yang berkaitan dengan pembangunan

    jembatan semakin komplit data yang dimiliki maka akan semakin mudah dan baik

    hasil rancangannya.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    11/49

    II.4SURVEI DATA

    Data adalah unsure yang sangat penting dalam sebuah desain, maka keputusan

    dalam pengambilan dan pengumpulan data merupakan hal yang harus diperhatikan

    dan memerlukan kejelian dan ketelitian agar mendapatkan data yang akurat.

    Di dalam kegiatan awal ini banyak yang harus dipersiapkan diantaranya :

    A.Penyusunan Rencana Kerja

    Penyusunan rencana kerja ini dibuat untuk memberikan input sebelum dibuat final

    design atau tahap pekerjaan perencanaan teknis, untuk memberikan input yang

    akurat maka perlu disusun lebih rinci (rencana kerja terinci) yaitu meliputi tiga

    kegiatan utama :

    1)

    Kegiatan Lapangan

    Kegiatan ini sangat penting mengingat ketergantungan yang sangat tinggi

    antara pekerjaan lapangan dan kemajuan pekerjaan konstruksi maupun

    perancangan, pekerjaan lapangan seringkali mengandung resiko tinggi yang

    kadang-kadang sulit diperkirakan sebelumnya, karena data yang tidak akurat

    akan menghasilkan perancangan tidak sempurna dan mengakibatkan kefatalan

    pada pekerjaan konstruksi atau sesudahnya. Adapun kegiatan ini dimulai dari

    surevi lapangan, tujuannya adalah meninjau ke lokasi / lapangan di mana

    jembatan akan dibangun atau ditingkatkan guna mendapatkan dan

    mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam proses perencanaan teknis

    jembatan secara lengkap. Hal-hal pokok yang harus dilakukan dalam

    pelaksanaan survei ini adalah :

    a) Pemilihan Lokasi

    Yaitu menetapkan lokasi di mana jembatan baru akan dibangun dengan

    pertimbangan-pertimbangan ekonomi sosial, estetika yang mencakup

    aligement jalan, kecepatan rencana dan konstruksinya sehingga lokasi

    jembatan baru sedapat mungkin terletak pada lokasi ideal.

    Jika diadakan relokasi harus ditinjau masalah-masalah yang berkaitan

    dengan pembebasan tanah, keadaan lingkungan dan apakah ada timbunan

    atau galian dari kondisi tanah dasar yang ada serta masalah-masalah lainnya.

    b) Menentukan Bentang, Lebar dan Tipe Jembatan

    Yaitu menetapkan panjang bentang, lebar, kelas dan tipe jembatan barudengan memperhatikan stabilitas tebing, frofil sungai, arah aliran, sifat-sifat

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    12/49

    sungai, bahan-bahan bawaan sungai, scouring vertikal dan horizontal,

    kepadatan dan pembebanan lalu lintas.

    Untuk perencanaan oprit jembatan yang terletak pada daerah rawa- rawa, di

    atas tanah lembek dan kompresibel akan menimbulkan persoalan stabilitas

    dan penurunan, maka diantaranya dapat disarankan penambahan panjang

    bentang jembatan, perbaikan tanah atau kemungkinan lain.

    c) Survey Hidrolika dan Hidrologi

    Melakukan pemeriksaan data-data mengenai morfologi sungai yang

    telah ada dengan kondisi lapangan pada saat ini.

    Mengumpulkan data-data yang dapat digunakan langsung untuk

    perencanaan dan mencatat keadaan yang dapat mempengaruhi rencana

    letak pondasi.

    Memperkirakan kondisi hidrologi dan hidrolika serta sifat- sifat

    morfologi sungai.

    Perlu diketahui juga data-data banjir termasuk diantaranya waktu-waktu

    banjir atau perkiraan periode banjir yang di dapat dari data curah hujan

    yang ada guna pembuatan schedule pekerjaan konstruksi.

    Untuk menentukan ketinggian air pada waktu banjir dapat diketahui dari

    data-data dinas pekerjaan umum atau dinas yang terkait setempat.

    d)Penyelidikan Tanah

    Dalam menentukan jenis konstruksi bangunan bawah diperlukan pula

    suatu penyelidikan tanah pada lokasi jembatan yang direncanakan

    untuk mendapatkan suatu perkiraan yang sebaik baiknya , dalam

    menentukan lokasi dan type pondasi yang akan digunakan atau untuk

    mengetahui kondisi pondasi jembatan lama (jika berupa peningkatan /

    perbaikan jembatan) dalam menentukan nilai keyakannya.

    Didalam penyelidikan tanah ada dua kegiatan yang harus dilakukan

    yaitu penyelidikan lapangan ( field ) dan labolatorium ( labolatorium

    mekanika tanah ) agar diperoleh data-data tanah yang valid, untuk

    mendapatkan perencanaan (design ) pondasi yang sesuai (kuat) dan baik.

    Banyak kejadian menunjukan runtuhnya / rusaknya struktur jembatan

    disebabkan oleh faktor pondasi jembatan ( seperti : penurunan baikbersamaan atau tidak, guling, ambrol pada daerah abutment, terjadi

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    13/49

    pergeseran dll. yang kesemuanya itu menyebabkan rusaknya struktur

    atas atau lapisan perkerasan jalan), oleh karena penyelidikan tanah

    adalah sangat penting untuk merencanakan suatu pondasi yang kuat dan

    ekonomis.

    Hasil penyelidikan tanah dinyatakan kurang baik (meragukan untuk

    langsung dapat dibangun) apabila misalnya :

    ada gejala patahan

    daerah yang bergerak

    retakan retakan pada batuan dan lain-lain, maka perlu suatu

    penyelidikan batuan pada lokasi setempat.

    Hasilhasil penyelidikan yang penting (sangat diperlukan) diantaranya

    sebagai berikut ;

    Sifat-sifat tanah pada kedalaman tertentu.

    Kedalaman, tebal komposisi dari setiap lapisan tanah tertentu.

    Lokasi muka air tanah.

    Kedalaman, komposisi tanah keras (rock )

    Sifat teknik dari tanah dan rock yang menentukan perencanaan(desain)

    pondasi.

    Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan contoh tanah (

    soil exploration )

    Boring dengan alat bor angger dan lain-lain.

    Sondir

    Cara geophysic, cara ini mahal, namun mempunyai ketelitian yang

    tinggi sehingga hanya digunakan untuk suatu luas pekerjaan yang

    besar dan diperlukan penyelesaian cepat.

    e)Data Jembatan Lama

    Jika yang akan direncanakan peningkatan atau penggantian jembatan, maka

    data dan kondisi jembatan lama perlu dicatat dalam form pemeriksaan detil

    jembatan guna menetapkan urutan prioritas penggantian jembatan, dan jika

    jembatan tersebut akan diganti, harus diperkirakan kekuatan jembatan lama

    yang mungkin akan dipergunakan sebagai jembatan darurat bila diperlukan.

    Kondisi jembatan dan sifat sungai dipergunakan sebagai acuan dalammemberikan saran-saran terhadap jembatan lama (dibongkar/ difungsikan/

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    14/49

    dibiarkan) bila jembatan baru sudah selesai dibangun.

    f)Material

    Untuk merencanakan anggaran biayanya, data harga-harga material setempat

    perlu dipertimbangkan untuk menghindari biaya tinggi, maka diperlukan

    adanya data/tempat pengambilan material (quarry) yang mempunyai nilai

    ekonomis dan sesuai persyaratan konstruksi. Dalam hal ini perlu

    ditentukan/dicarikan lokasi pengambilan material dengan perkiraan

    mutu/kwalitasnya yang sedapat mungkin sesuai dengan kwalitas yang

    disyaratkan. Biasanya peta quarry dapat diperoleh di DPUD setempat.

    g)Tenaga Kerja

    Untuk mendapatkan hasil pelaksanaan konstruksi yang baik dan ekonomis

    diperlukan adanya data-data tentang tenaga kerja, baik tenaga kasar

    maupun profesional yang berpengalaman dalam perencanaan teknis

    jembatan maupun pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

    h)Topografi

    Di dalam perencanaan struktur jembatan sangat diperlukan foto-foto

    mengenai keadaan jembatan lama, sungai, lokasi jembatan baru secara

    lengkap sehingga foto tersebut dapat dipergunakan pula sebagai data dalam

    perencanaan jembatan selanjutnya.

    Adapun titik-titik yang perlu diketahui / di foto :

    Dari hulu ke arah hilir

    Dari hilir ke arah hulu

    Dari jalan masuk ke arah jalan keluar (rencana lokasi kepala

    jembatan).

    Dari jalan keluar ke arah jalan masuk (rencana lokasi kepala

    jembatan).

    Foto perspektif rencana lokasi jembatan

    Foto-foto lain yang memerlukan perhatian khusus dalam

    perencanaan

    Pada foto-foto tersebut perlu dicantumkan tanda-tanda antara lain : arah

    aliran sungai, rencana as jembatan, rencana lokasi kepala jembatan dan lain-

    lain.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    15/49

    2) Perencanaan Pendahuluan

    Dari data data lapangan disusunlah suatu rencana awal / pendahuluan dengan

    mempertimbangkan atau pendekatan pendekatan dari data data yang didapat

    B.Metodologi Dan Pengamatan Data

    Untuk merencakan konstruksi suatu jembatan sebaiknya perlu diperhatikan hal-hal

    sebagai berikut :

    Survey data untuk perencanaan jembatan yang meliputi :

    1)Pemilihan lokasi jembatan.

    Lokasi jembatan biasanya dipengaruhi oleh pertimbangan

    pertimbangan :

    Teknik ( aliran sungai, keadaan tanah )

    Ekonomi ( Biaya yang tersedia )

    Sosial ( Biaya kebutuhan lalu lintas )

    Estetika ( tidak mengganggu aliran sungai )

    Dan lain lain

    2) Alinyemen Jembatan :

    Alinyemen jembatan tergantung kepada sudut yang dibuat oleh jembatan dengan

    sumbu sungai yang dibedakan 2 type alinyemen yaitu :

    Alinyemen tegak : jembatan terhadap sumbu sungai

    Alinyemen miring : jembatan membuat sudut () tertentu sumbu sungai

    sejauh mungkin diusahakan untuk menempatkan jembatan pada posisi menurut

    alinyemen tengah. Tetapi kadang- kadang terpaksa tetap memakai posisi miring.

    3) Data data perencanaan Jembatan

    Data Umum

    Nama sungai, jalan dan lokasi kemungkinan letak jembatan

    Titik tri agulasi terletak dan elevasinya

    Volume dan sifat lalu lintas pada saat ini pada jalan yang akan dibangun

    jembatan.

    Data Geologi

    Keadaan tanah dan jembatan untuk menentukan type pondasinya.

    Letak kwalitas guarry terdekat untuk bahan beton, batu bata dan lain lain.

    Penyelidikan batuan perlu diadakan, jika pemeriksaan tanah memberikan

    hasil yang meragukan misalnya : adanya gejala patahan, daerah bergerak,

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    16/49

    retak retak batuan dan lain lain.

    Data Sungai

    Elevasi banjir tertinggi, banjir biasa, muka air terendah untuk mengetahui

    clearance jembatan dari tinggi air rencana

    Lokasi, bentuk kemiringan dan keadaan tanah intensitas dan frekuensi hujan

    dari catchment area dan lain-lain.

    Persyaratan lalu lintas sungai (ada/tidak ada )

    Data data lainya :

    Jalan untuk transport bahan bangunan antara lain, semen. Besi, kayu

    dan lain-lain.

    Tersedianya pekerja/buruh bersifat beserta fasilitas kehidupannya.

    Lokasi termasuk daerah gempa atau tidak

    Ada atau tidaknya persediaan tenaga listrik.

    Jembatan lain yang didekat lokasi sebagai bahan pertimbangan

    Kemampuan propinsi setempat untuk membangun jembatan.

    4) Penyelidikan lapisan tanah dibawah permukaan ( Sub base )

    Suatu penyelidikan tanah pada lokasi jembatan yang direncanakan adalah

    sangat penting untuk mendapatkan suatu perkiraan yang sebaik baiknya , bagi

    lokasi dan type pondasi jembatan.

    Diperlukan suatu penyelidikan lapangan ( field ) dan labolatorium (

    labolatorium mekanika tanah ) untuk mendapatkan data-data tanah yang

    diperlukan bagi perencanaan (design ) pondasi.

    Banyak kejadian menunjukan runtuhnya suatu pondasi jembatan tersebut oleh

    karena penyelidikan tanah adalah sangat penting untuk merencanakan suatu

    pondasi yang kuat dan ekonomis.

    Apabila hasil penyelidikan tanah meragukan misalnya :

    ada gejala patahan

    daerah yang bergerak

    retakan retakan pada batuan dan lain-lain, maka perlu suatu penyelidikan

    batuan pada lokasi setempat.

    Hasil hasil penyelidikan yang penting diantaranya sebagai berikut

    a.

    Sifat-sifat tanah kedalam tertentu.

    b. Kedalaman, tebal komposisi dari setiap lapisan tanah tertentu.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    17/49

    c. Lokasi muka air tanah.

    d. Kedalam, komposisi tanah keras (rock )

    e.

    Sifat teknik dari tanah dan rock yang menentukan perencanaan(desain)

    pondasi.

    Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengambilan contoh tanah (soil

    exploration)

    a. Boring dengan alat bor angger dan lain-lain.

    b. Sondir

    c. Cara geophysic, cara ini mahal, teliti dan hanya digunakan untuk suatu luas

    pekerjaan yang besar dan diperlukan penyelesaian cepat.

    B.Analisa Hidrologi Untuk Jembatan

    a) Penentuan Debit Banjir

    Untuk menentukan debit banjir maximum pada sungai dimana suatu jembatan

    akan dibangun dapat dihitung dengan metode metode sebagai berikut :

    Analisa empiris : persamaan umum Debit Banjir

    Q = C.A

    Dimana

    Q = Debit maximum banjir ( M / detik )

    A = Catchment area ( Km )

    C = Kostanta yang bergantung keadaan lokasi catchment area.

    = Kostanata

    Metode Rasional : Rumus :

    Q = . Io . A

    Dimana :

    Q = Debit Banjir Maximum ( M / detik )

    A = Catchment Area ( Km )

    Io = Intensitas Hujan terbesar ( mm / Jam )

    = Fungsi yang karakteristik catchment yang memberikan run-off puncak.

    Metode Luas dan Kecepatan Rumus :

    Q = A . V

    Dimana :

    Q = Debit banjir ( M / detik )

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    18/49

    A = Luas penampang Basah ( m ) V = Kecepatan aliran (

    M / detik )

    Menghitung Debit Rencana

    Debit rencana ini tergantung pada perencanaan dalam hal ini

    dipergunakan masa banjir ramalan ( debit ramalan ) yang terjadi sekali dalam

    interval waktu tertentu. Untuk ini perlu suatu analisa data yang teliti. Debit

    rencana untuk jembatan diperhitungkan terhadap periode ulang (TR) = 50

    Tahun. Untuk mencari debit rencana dengan periode ulang tertentu. Bisa

    menggunakan data-data debit sungai aatau dapat pula data-data curah hujan.

    Analisa ini disebut analisa frekwensi.

    a1dan a2 = Kostanta

    b) Kedalaman Pengerusan

    Kedalaman pengerusan ditentukan dengan rumus rejim lacey sebagai berikut

    Dimana :

    a)Lebar Alur

    d = kedalaman pengerusan normal dibawah MBT (

    Muka air Banjir Tertinggi ) untuk kondisi

    rejim pada alur stabil (m)

    Q = Debit rencana ( M / detik )

    F = Faktor lempung dari lacy yang

    Lebar alur adalah lebar dasar saluran suatu sungai dengan tebing yang teratur

    atau suatu saluran buatan untuk irigasi atau lalu lintas pelayaran.

    Pada sungai dengan tebing tidak teratur lebar alur dapat ditentukan dengan

    Rumus Lacy sebagai berikut :

    L = C Q

    Dimana : L = Lebar Alur ( M )

    Q = Debit maximum rencana

    C = kostanta, biasanya diambil sebesar 4,8

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    19/49

    b)Bentang Ekonomis

    Penurunan rumus untuk menentukan bentang yang ekonomis

    didasarkan atas beberapa anggapan sebagai berikut :

    Panjang pembentang dianggap sama

    Biaya bangunan atas berubah-ubah menurut kwadrat panjang bentang

    Biaya lantai jembatan bervariasi sesuai dengan bentangnya.

    Biaya pilar (pier) + pondasi konstant

    Biaya total jembatan = biaya bangunan atas + biaya kedua abutment + biaya

    approachecs + biaya ( n 1 ) pilar

    Dinyatakan dalam rumus yang sederhana sebagai berikut : T = n ( a1 .

    b + a2 b ) + 2 A1 +2 . A2 + ( n 1 ) P

    Dimana :

    ( a1 . b + a2 b ) = biaya satu bentang bangunan atas mewakili keadaan tanah

    dasar= 1,76 MM = diameter rata-rata partikel material dasar

    c) Kedalaman Pondasi

    Dalamnya pondasi jembatan ditetapkan dengan mempertimbangkan daya

    dukung tanah yang aman dengan akibat dari pengausan (Scuring) Semua kasus

    yang meragukan mengenai daya dukung tanah pondasi, harus dipastikan dengan

    suatu percobaan pembebanan yang sebenarnya dilapangan.

    Dalamnya pondasi minimum, dapat diperkenankan dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    P- sin Q

    h = W1 + sin Q

    Dimana :

    H = Dalamnya Pondasi ( M )

    P = Daya dukung tanah ( bearing capasity ) ( Kg/M )

    W = Spesific weight of earth ( Kg/M )

    Q = sudut geser dalam dari tanah ( Ange of internal friction of

    soil )

    c) Ruang bebas Jembatan

    Ruang bebas jembatan adalah lebar dan tinggi jembatan yang dapat dilalui

    oleh lalu lintas. dalam peraturan bina marga lebar minimum yang disyaratkan,

    hanya ada persyaratan mengenai tinggi minimum jembatan yaitu 4,50 M. Untuk

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    20/49

    ruang bebas lainnya yang tidak tercantum, harus disesuaikan dengan syarat

    bebas untuk jalan raya yang bersangkutan.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    21/49

    BAB III

    DASAR-DASAR PEMBEBANAN JEMBATAN

    3.1. Pendahuluan

    Perhitungan pembebanan jembatan direncanakan dengan menggunakan aturan yang

    terdapat pada Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan 1992 (BMS/Bridge

    Manajemen System). Pedoman pembebanan untuk perencanaan jembatan jalan raya

    merupakan dasar dalam menentukan beban-beban dan gaya-gaya untuk perhitungan

    tegangan-tegangan yang terjadi pada setiap bagian jembatan jalan raya. Penggunaan

    pedoman ini dimaksudkan untuk mencapai perencanaan ekonomis sesuai kondisi

    setempat, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya,

    sehingga proses perencanaan menjadi efektif. Beban-beban yang bekerja pada

    jembatan berdasarkan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (BMS/Bridge

    Management System), meliputi :

    Beban tetap, beban hidup, aksi lingkungan dan aksi lain-lainya.

    3.2. Beban Tetap

    Adalah berat dari masing-masing bagian struktural dan elemen-elemennonstruktural.

    Masing-masing berat elemen ini harus dianggap sebagai aksi yang tidak dipisahkan

    dan tidak boleh menjadi bagian-bagian pada waktu menerapkan faktor beban biasa

    dan yang terkurangi. Beban tetap terdiri dari: berat sendiri struktur, beban mati

    tambahan, pengaruh susut dan rangkak, pengaruh prategang (jika memakai prestress),

    tekanan tanah, pengaruh tetap dan pelaksnaan.

    3.2.1.

    Berat Sendiri

    Beban mati merupakan berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen

    struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap.3.2.2. Beban Mati Tambahan

    Adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu beban pada jembatan yang

    merupakan elemen non struktural, dan mungkin umurnya berubah selama umur

    jembatan.

    3.2.3. Pengaruh Penyusutan dan Rangkak

    Pengaruh ini harus diperhitungkan dalam perencanaan jembatan-jembatan beton.

    Apabila penyusutan dan rangkak bisa mengurangi pengaruh muatan lainnya, maka

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    22/49

    harga dari rangkak dan penyusutan tersebut harus diambil minimum (misalnya pada

    waktu transfer dari beton prategang).

    3.2.4.

    Pengaruh Prategang (Jika Memakai Prestress)

    Prategang harus diperhitungkan sebelum (selama pelaksanaan) dan sesudah

    kehilangan dalam kombinasinya dengan beban lain.

    3.2.5. Tekanan Tanah

    Bagian bangunan jembatan yang menahan tanah harus direncanakan dapat menahan

    tekanan tanah sesuai dengan rumus-rumus yang ada.

    3.2.6. Pengaruh Tetap Pelaksanaan

    Pengaruh tetap pelaksanaan disebabkan oleh metoda dan urut-urutan pelaksanaan

    jembatan, biasanya mempunyai kaitan dengan aksi-aksi lainnya seperti prapenegangan

    dan berat sendiri, dan dalam hal ini pengaruh tetap harus dikombinasikan dengan aksi-

    aksi tersebut dengan faktor beban yang sesuai.

    3.3. Beban Lalu Lintas

    Beban lalu lintas adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan

    bergerak, dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan. Beban hidup pada

    jembatan ditinjau dalam dua macam, yaitu beban T yang merupakan beban terpusat

    untuk lantai kendaraan dan beban D yang merupakan beban jalur untuk gelagar.

    3.3.1.

    Beban Lajur D

    Beban terbagi rata = UDL/Uniformly Distribute Load mempunyai intensitas q kPa,

    dimana besarnya q tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut:

    q = 8,0 kPa ........................................ untuk L 30 m

    q = 8,0 . (0,5+ 15 /L ) kPa .untuk L > 30 m

    dimana :

    L = panjang (meter), ditentukan oleh tipe konstruksi jembatankPa = kilo paskal per jalur

    Panjang yang dibebani L adalah panjang total UDL yang bekerja pada jembatan. UDL

    mungkin harus dipecah menjadi panjang-panjang tertentu untuk mendapatkan

    pengaruh maksimum pada jembatan menerus atau bangunan khusus. Beban garis =

    KEL / Knife Edge Load dengan intensitasp kN/m harus ditempatkan tegak lurus dari

    arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitasp adalah 49,0 kN/m.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    23/49

    Ketentuan penggunaan beban D dalam arah melintang jembatan adalah sebagai

    berikut:

    Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,50

    meter, beban D sepenuhnya (100%)

    harus dibebankan pada seluruh lebar

    jembatan.

    Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar 5,50 meter, beban D

    sepebuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50 meter sedang lebar

    selebihnya dibebani hanya separuh beban D (50%).

    3.3.2. Beban Truk T

    Pembebanan truk T terdiri dari kendaraan truk semi trailer yang mempunyai

    susunan dan berat as seperti terlihat pada gambar. Berat masing-masing as disebarkanmenjadi 2 beban merata sama besar yang merupakan bidang kontak antara dengan

    permukaan lantai. Jarak antara 2 as tersebut diubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk

    mendapatkan pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    24/49

    3.3.3. Pembebanan Lalu Lintas Yang Dikurangi

    Dalam keadaan khusus dengan persetujuan instansi yang berwenang, pembebanan

    D setelah dikurangi 70 % bisa digunakan. Faktor pengurangan 70 % tidak boleh

    digunakan untuk pembebanan truk T.

    3.3.4. Faktor Beban Dinamis

    Faktor Beban Dinamis (DLA/Dinamic Load Allowance) merupakan interaksi antara

    kendaraan yang bergerak dengan jembatan. Besarnya DLA tergantung pada frekuensi

    dasar dari suspensi kendaraan (biasanya antara 2 sampai 5 Hz untuk kendaraan berat)

    dan frekuensi dari getaran lentur jembatan.

    3.3.5. Gaya Rem

    Pengaruh percepatan dan pengereman dari lalu lintas harus diperhitungkan sebagai

    gaya dalam arah memanjang, dan dianggap bekerja pada lantai kendaraan. Untuk

    hubungan besarnya gaya rem dan bentang jembatan bisa dilihat pada Gambar

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    25/49

    3.3.6.

    Gaya Sentrifugal

    Untuk jembatan yang mempunyai lengkung horizontal harus diperhitungkan adanya

    gaya sentrifugal akibat pengaruh pembebanan lalu lintas seluruh bagian bangunan.

    3.3.7.

    Pejalan Kaki

    Semua elemen dari trotoar atau jembatan penyebrangan yang langsung memikul

    pejalan kaki untuk beban nominal 5 kPa. Jembatan pejalan kaki dan trotoar pada

    jembatan jalan raya harus direncanakan untuk memikul beban per m2

    dari luas yang

    dibebani.

    3.4. Aksi Lingkungan

    Aksi lingkungan adalah beban-beban akibat pengaruh temperatur,angina ,banjir

    ,gempa , dan penyebab-penyebab alamiah lainnya. Besarnya beban rencana yang

    diberikan dalam tata cara ini didasarkan pada analisa statistic dari kejadian-kejadian

    umum yang tercatat tanpa memperhitungkan hal khusus yang mungkin akan

    memperbesar pengaruh setempat.3.4.1. Penurunan

    Jembatan harus direncanakan untuk bisa menahan terjadinya penurunan yang

    diperkirakan, termasuk perbedaan penurunan, sebagai aksi daya layan. Pengaruh

    penurunan mungkin bisa dikurangi dengan adanya rangkak dan interaksi pada struktur

    tanah.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    26/49

    3.4.2. Beban angin

    Gaya nominal ultimate dan daya layan jembatan akibat angina tergantung kecepatan

    angin rencana sebagai berikut :

    TEW = 0,0006 CW (Vw)2 Ab .. kN

    Dimana :

    Vw = kecepatan angin rata-rata (m/dt) untuk keadaan batas yang ditinjau

    CW = koefesien seret

    Ab = luas koefisien bagian samping jembatan (m2).

    Angin harus dianggap secara merata pada seluruh bangunan atas. Apabila suatu

    kendaraan sedang berada di atas jembatan, beban garis merata tambahan arah

    horisontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti diberikan dengan rumus:

    TEW = 0,0012 CW (Vw)2 ....... kN

    Dimana :

    CW = 1,2

    3.4.3. Pengaruh Gempa

    Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimate.

    V = Wt. C. I. K. Z

    Dimana :

    V = Gaya akibat pengaruh gempa

    Wt = berat total jembatan yang dipengaruhi oleh percepatan gempa

    C = koefisien geser dasar gempa, ditentukan berdasarkan gambar

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    27/49

    T = waktu getar struktur (detik)

    g = percepatan gravitasi = 9,81 m/s2

    K = kekakuan pilar jembatan, untuk 1 pilar K = 3 EI / L3

    E = modulus elastistas pilar

    I = tinggi abutment (meter)

    Z = faktor wilayah gempa

    3.5. Aksi Aksi Lainnya

    3.5.1. Gesekan Pada Perletakan

    Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung dengan menggunakan beban tetap dan

    harga rata-rata dari koefisien gesekan (atau kekakuan geser apabila menggunakan

    perletakan elastomer).

    3.5.2. Pengaruh Getaran

    Umum

    Getaran yang diakibatkan oleh adanya kendaraan yang lewat diatas jembatan dan

    akibat pejalan kaki merupakan keadaan batas daya layan apabila tingkat getaran

    menimbulKan bahaya dan ketidaknyamanan.

    Jembatan

    Satu lajur lalu lintas rencana dengan pembebanan beban lajur D, dengan faktor

    beban 1,0 harus ditempatkan sepanjang bentang agar diperoleh lendutan statis

    maksimum pada trotoar. Walaupun diijinkan terjadi lendutan statis yang relatif

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    28/49

    besar akibat beban hidup, perencanaan harus menjamin bahwa syarat-syarat untuk

    kelelahan bahan dipenuhi.

    3.6.

    Kombinasi Beban

    3.6.1.

    Umum

    Aksi rencana ditentukan dari aksi nominal yaitu mengalikan aksi nominal dengan

    faktor beban yang memadai. Seluruh pengaruh aksi rencana harus mengambil faktor

    beban yang sama, apakah itu biasa atau terkurangi. Di sini keadaan paling berbahaya

    harus diambil.

    3.6.2. Pengaruh Umur Rencana

    Faktor beban untuk keadaan batas ultimate didasarkan kepada umur rencana jembatan

    50 tahun. Untuk jembatan dengan umur rencana berbeda, faktor beban ultimate harus

    diubah dengan menggunakan faktor pengali.

    3.6.3. Kombinasi untuk Aksi Tetap

    Seluruh aksi tetap untuk jembatan tertentu diharapkan bekerja bersama-sama. Akan

    tetapi apabila aksi tetap bekerja mengurangi pengaruh total, kombinasi beban harus

    diperhitungkan dengan memperhitungkan adanya pemindahan aksi tersebut, apabila

    pemindahan tersebut bisa diterima.

    3.6.4.

    Perubahan Aksi Tetap terhadap Waktu

    Beberapa aksi tetap seperti beban mati tambahan, penyusutan dan rangkak, pengaruh

    tegangan, dan pengaruh penurunan bisa berubah perlahan-lahan berdasarkan pada

    waktu.

    3.6.5. Kombinasi pada Keadaan Batas Daya Layan

    Terdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap dan satu aksi transient. Pada keadaan batas

    daya layan, lebih dari satu aksi transientbisa terjadi secara bersamaan.

    3.6.6.

    Kombinasi Pada Keadaan Batas UltimateTerdiri dari jumlah pengaruh aksi tetap dan satu aksi transient. Pada keadaan batas

    ultimate, tidak diadakan aksi transient lain untuk kombinasi dengan aksi gempa.

    Hanya satu aksi pada tingkat daya layan yang dimasukkan pada kombinasi

    pembebanan.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    29/49

    Keterangan :

    x = untuk kombinasi tertentu adalah memasukkan faktor daya layan dan beban ultimate

    secara penuh

    o = memasukkan harga yang sudah diturunkan.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    30/49

    BAB IV

    ACUAN DASAR PERENCANAAN

    4.1. Pendahuluan

    Di dalam perencanaan struktur bangunan jembatan, terdapat tiga metode perencanaan

    yang berkembang secara bertahap di dalam sejarahnya (Bowles, 1979), yaitu :

    Perencanaan Tegangan Kerja /Allowable Stress Design(ASD)

    Perencanaan Faktor Daya Tahan dan Beban (LRFD)

    Perencanaan Plastis

    Metode-metode perencanaan tersebut terus berkembang dan kini metode-metode

    tersebut menjadi banyak acuan dalam pendesainan jembatan di berbagai negara

    termasuk di Indonesia.

    4.2. Allowable Stress Design ( ASD )

    Di dalam metode ini, elemen struktur pada bangunan (pelat/balok/kolom/pondasi)

    harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tegangan yang timbul akibat beban

    kerja/layan tidak melampaui tegangan ijin yang telah ditetapkan.

    maks ijin (Persamaan 1)

    Tegangan ijin ini ditentukan oleh peraturan bangunan atau spesifikasi

    (sepertiAmerican Institute of Steel Construction (AISC) Spesification 1978) untuk

    mendapatkan faktor keamanan terhadap tercapainya tegangan batas, seperti tegangan

    leleh minimum atau tegangan tekuk (buckling). Tegangan yang dihitung akibat beban

    kerja/layan harus berada dalam batas elastis, yaitu tegangan sebanding dengan

    regangan. Pada kondisi beban kerja, tegangan yang terjadi dihitung dengan

    menganggap struktur bersifat elastis, dengan memenuhi syarat keamanan (kekuatan

    yang memadai) untuk struktur. Pada dasarnya, tegangan ijin pada baja sesuai

    kualitasnya yang diberikan dalam spesifikasi AISC ditentukan berdasarkan kekuatan

    yang bisa dicapai bila struktur dibebani lebih dari semestinya (faktor beban tambahan

    jagaan). Bila penampang bersifat daktail dan tekuk (buckling) tidak terjadi, regangan

    yang lebih besar daripada regangan saat leleh dapat diterima oleh penampang tersebut.

    Pada metode tegangan kerja (ASD) ini, tegangan ijin disesuaikan ke atas bila kekuatan

    plastis merupakan keadaan batas yang sesungguhnya. Jika keadaan batas yang

    sesungguhnya adalah ketidak-stabilan tekuk (buckling) atau kelakuan lain yang

    mencegah pencapaian regangan leleh awal, maka tegangan ijin harus diturunkan.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    31/49

    Syarat-syarat daya layan lainnya seperti lendutan biasanya diperiksa pada kondisi

    beban kerja.

    4.3.

    Perencanaan Plastis

    Perencanaan plastis adalah kasus khusus perencanaan keadaan batas yang tercantum

    pada bagian 2 dari spesifikasi AISC. Kelakuan inelastis (tak elastis) yang daktail bisa

    meningkatkan beban yang mampu dipikul bila dibanding dengan beban yang bisa

    ditahan jika struktur tetap berada dalam keadaan elastis. Batas atas dari kekuatan

    momen yang disebut kekuatan plastis diperoleh saat seluruh tinggi penampang

    meleleh.

    Di sini, keadaan batas untuk kekuatan harus berupa pencapaian kekuatan plastis, dan

    keadaan batas berdasarkan ketidak-stabilan tekuk (buckling), kelelahan (fatigue), atau

    patah getas (brittle fracture) dikesampingkan. Pada perencanaan plastis, sifat daktail

    pada baja dimanfaatkan dalam perencanaan struktur statis tak tentu, seperti balok

    menerus dan portal kaku. Pencapaian kekuatan plastis di satu lokasi pada struktur

    statis tak tentu bukan berarti tercapainya kekuatan maksimum untuk struktur. Setelah

    salah satu lokasi mencapai kekuatan plastis, beban tambahan dipikul dengan proporsi

    yang berlainan di setiap bagian struktur hingga lokasi kekuatan plastis kedua tercapai.

    Pada saat struktur tidak mempunyai kemampuan lebih lanjut untuk memikul beban

    tambahan, struktur dikatakan telah mencapai mekanisme keruntuhan.

    Setelah syarat kekuatan dipenuhi dengan perencanaan plastis, syarat daya layan

    seperti lendutan pada kondisi beban kerja harus diperiksa.

    4.4. Load Resistance Factor Design(LRFD)

    Pendekatan umum berdasarkan faktor daya tahan dan beban, atau disebutdenganLoad Resistance Design Factor(LRFD) ini adalah hasil penelitian

    dariAdvisory Task Forceyang dipimpin oleh T. V. Galambos. Pada metode ini

    diperhitungkan mengenai kekuatan nominalMnpenampang struktur yang dikalikan

    oleh faktor pengurangan kapasitas (under-capacity) , yaitu bilangan yang lebih kecil

    dar 1,0 untuk memperhitungkan ketidak-pastian dalam besarnya daya tahan

    (resistance uncertainties). Selain itu diperhitungkan juga faktor gaya dalam

    ultimitMudengan kelebihan beban (overload) (bilangan yang lebih besar dari 1,0)

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    32/49

    untuk menghitung ketidak-pastian dalam analisa struktur dalam menahan beban mati

    (dead load), beban hidup (live load), angin (wind), dan gempa (earthquake).

    Mu Mn (Persamaan 2)

    Struktur dan batang struktural harus selalu direncanakan memikul beban yag lebih

    besar daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini

    disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan.

    Selain itu, kapasitas cadangan juga ditujukan untuk memperhitungkan kemungkinan

    pengurangan kekuatan penampang struktur. Penyimpangan pada dimensi penampang

    walaupun masih dalam batas toleransi bisa mengurangi kekuatan. Terkadang

    penampang baja mempunyai kekuatan leleh sedikit di bawah harga minimum yang

    ditetapkan, sehingga juga mengurangi kekuatan.

    Kelebihan beban dapat diakibatkan oleh perubahan pemakaian dari yang direncanakan

    untuk struktur, penaksiran pengaruh beban yang terlalu rendah dengan pnyederhanaan

    perhitungan yang berlebihan, dan variasi dalam prosedur pemasangan. Biasanya

    perubahan pemakaian yang drastis tidak ditinjau secara eksplisit atau tidak dicakup

    oleh faktor keamanan, namun prosedur pemasangan yang diketahui menimbulkan

    kondisi tegangan tertentu harus diperhitungkan secara eksplisit.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    33/49

    BAB V

    PROSES PERENCANAAN JEMBATAN

    5.1. Pendahuluan

    Maksud perencanaan antara lain untuk menentukan fungsi struktur secara tepat, dan

    bentuk yang sesuai, efisien serta mempunyai fungsi estetika.

    5.2. Tahapan Perencanaan

    Dalam perencanaan jembatan dimunginkan adanya perbedaan antara ahli satu dengan

    yang lainnya, tergantung latara belakang kemampuan dan pengalamannya. Akan

    tetapi perbedaan tersebut harus tidak boleh menyebabkan gagalnya proses

    perencanaan. Sebelum sampai tahap pelaksanaan konstruksi, paling tidak seorang ahliatau perancang telah mempunyai data baik sekunder maupun primer yang berkaitan

    dengan pembangunan jembatan. Data tersebut merupakan bahan pemikiran dan

    pertimbangan sebelum kita mengambil suatu keputusan akhir. berikut ini ditunjukan

    tentang suatu proses tahapan perencanaan yang paling tidak perlu dilaksanakan.

    Data yang diperlukan dapat berupa :

    1. Lokasi :

    a.

    Topografi

    b. Lingkungan : Kota dan luar kota

    c. Tanah dasar

    2. Keperluan : melintas sungai,melintas jalan lain

    3.

    Bahan Struktur :

    a. Karakteristik

    b. Ketersediaanya

    4. Peraturan

    5.3.

    Pemilihan Lokasi Jembatan

    Penentuan lokasi dan layout jembatan tergantung pada kondisi lalulintas. Secara

    umum, suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalulintas dengan baik, kecuali

    bila terdapat kondisi-kondisi khusus. Prinsip dasar dalam pembangunan jembatan

    adalah jembatan untuk jalan raya, tetapi bukan jalan raya untuk jembatan(Troitsky,

    1994). Oleh karenanya kondisi lalulintas yang berbeda-beda dapat mempengaruhi

    lokasi jembatan pula. Panjang- pendeknya bentang jembatan akan disesuaikan dengan

    lokasi jalan setempat. Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa

    alternatif bentang pada beberapa lokasi yang telah diusulkan. Beberapa pertimbangan

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    34/49

    terhadap lokasi sangat didasarkan pada kebutuhan. Dalam penentuan lokasi akan

    dijumpai suatu permasalahan apakah akan dibangun di daerah perkotaan ataukah

    pinggiran kota bahkan di pedesaan. Perencanaan dan perancangan jembatan di daerah

    perkotaan terkadang tidak diperhatikan

    5.4. Aspek Lalu Lintas

    Persyaratan transportasi meliputi kelancaran arus lalulintas kendaraan dan pejalan

    kaki (pedestrians) yang melintasi jembatan tersebut. Perencanaan yang kurang tepat

    terhadap kapasitas lalulintas perlu dihindarkan, karena akan sangat mempengaruhi

    lebar jembatan. Untuk itu sangatlah penting diperoleh hasil yang optimum dalam

    perencanaan lebar optimumnya agar didapatkan tingkat pelayanan lalulintas yang

    maksimum. Mengingat jembatan akan melayani arus lalulintas dari segala arah, maka

    muncul kompleksitas terhadap existing dan rencana, volume lalulintas, oleh karenanya

    sangat diperlukan ketepatan dalam penentuan tipe jembatan yang akan digunakan.

    Selain daripada itu, pendekatan ekonomi selayaknya juga sebagai bahan pertimbangan

    biaya jembatan perlu dibuat seminimum mungkin. Berdasarkan beberapa kasus biaya

    investasi jembatan didaerah perkotaan adalah sangat tinggi. Dalam hal ini akan sangat

    terkait dengan kesesuaian lokasi yang akan direncanakan.

    5.5. Aspek Teknis

    Persiapan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain :

    1. Penentuan geometri struktur, alinemen horizontal dan vertical, sesuai dengan

    lingkungan sekitarnya, Pemilihan system utama jembatan dan posisi dek.

    2. Penentuan panjang bentang optimum sesuai dengan syarat hidraulika, arsitektural,

    dan biaya konstruksi,

    3. Pemilihan elemen elemen utama struktur atas dan struktur bawah, terutama tipe

    pilar dan abutment,

    4. Pendetailan struktur atas seperti: sandaran, parapet, penerangan, dan tipe

    perkerasan,

    5. Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan

    pertimbangan struktural dan estetika.

    5.6.

    Aspek Estetika

    Dewasa ini jembatan modern di daerah perkotaan didesain tidak hanya didasarkan

    pada struktural dan pemenuhan tansportasi saja, tetapi juga untuk ekonomi dan

    artistik. Aspek estetika jembatan di perkotaan merupakan faktor yang penting pula

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    35/49

    dipertimbangkan dalam perencanaan. Kesesuaian estetika dan arsitektural akan

    memberikan nilai lebih kepada jembatan yang dibangun ditengah- tengah kota. Pada

    bnyak kota- kota besar di dunia terdapat jembatan yang mempunyai nilai estetika yang

    maha tinggi disamping kekuatan strukturnya.

    5.7. Layout Jembatan

    Setelah lokasi jembatan ditentukan, variabel berikutnya yang penting pula sebagai

    pertimbangan adalah layout jembatan terhadap topografi setempat. Pada awal

    perkembangan sistem jalan raya, standar jalan raya lebih rendah dari jembatan. Biaya

    investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total biaya jalan raya. Sebagai

    kosekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada tempat yang ideal untuk

    memungkinkan bentang jembatan sangat pendek, fondasi dapat dibuat sehematnya,

    dan melintasi sungai dengan layout berbentuk square layout.

    Dalam proses perncanaan terdapat dua sudut pandang yang berbeda antara seorang

    ahli jalan dengan ahli jembatan (Troitsky, 1994). Berikut ini diberikan beberapa

    ilustrasi, beberapa perbedaan kepentingan antara seorang ahli jalan dan jembatan.

    1. Pandangan Ahli Jembatan. Perlintasan yang tegak lurus sungai, jurang atau jalan rel

    lebih sering terpilih, daripada perlintasan yang membentuk alinemen yang miring.

    Penentuan ini didasarkan pada aspek teknis dan ekonomi. Waddel (1916)

    menyatakan bahwa struktur yang dibuat pada alinemen yang miring adalah

    abominasi dalam lingkup rekayasa jembatan.

    2. Struktur jembatan sederhana. Merupakan suatu kenyataan untuk struktur jembatan

    yang relatif sederhana sering diabaikan terhadap alinemen jalan. Para ahli jalan

    raya sering menempatkan alinemen jalan sedemikian sehingga struktur jembatan

    merupakan bagian penuh dari alinemen jalan tersebut. Sehingga apabila melalui

    sungai seringkali kurang memperhatika layout secara cermat.3. Layout jembatan bentang panjang. Sebagai suatu struktur bertambahnya tingkat

    kegunaan jalan dan panjang bentang merupakan hal yang cukup penting untuk

    menentukan layout. Pada kasus seperti ini, dalam menentukan bagaimana layout

    jembatan yang sesuai perlu diselaraskan oleh kedua ahli tersebut guna menekan

    biaya konstruksi. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah

    sudut yang dibentuk terhadap bidang alinemen.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    36/49

    BAB VI

    ANALISA DESAIN JEMBATAN

    6.1. Pendahuluan

    Apabila data-data perencanaan telah lengkap dan memenuhi persyaratan dan juga

    telah dilakukan pradesain seperti yang telah disinggung di bab sebelumnya, barulah

    dilakukan analisa struktur terhadap beban-beban yang membebani jembatan tersebut.

    Tentunya beban-beban tersebut telah dihitung dan dikombinasikan sesuai acuan yang

    telah dujabarkan pada bab 3. Acuan jembatan tersebut telah memenuhi persyaratan

    adalah dengan mengacu kepada metode analisa struktur yang telah dijabarkan pada

    bab 4, yaitu LRFD, ASD, dan metode plastis. Untuk pembahasan pada bab ini, kami

    akan membahas analisa desain jembatan berdasarkan metode LRFD dan ASD6.2. Allowable Stress Desain

    Tegangan ijin ini ditentukan oleh peraturan bangunan atau spesifikasi

    (sepertiAmerican Institute of Steel Construction (AISC) Spesification 1978) untuk

    mendapatkan faktor keamanan terhadap tercapainya tegangan batas. Tegangan yang

    dihitung akibat beban kerja/layan harus berada dalam batas elastis (sesuai bahannya)

    yaitu tegangan sebanding dengan regangan.

    maks ijin (Persamaan 1)

    Dimana tegangan maksimum adalah tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban

    yang bekerja pada jembatan, sedangkan tegangan ijin adalah tegangan batas atau

    tegangan nominal jembatan tersebut. Suatu struktur jembatan dianggap kuat dengan

    metode ini apabila tegangan maksimum jembatan kurang dari samadengan tegangan

    ijin.

    6.3. Load Resistance Factor DesainPada metode ini diperhitungkan mengenai kekuatan nominalMnpenampang struktur

    yang dikalikan oleh faktor pengurangan kapasitas (under-capacity) dan

    diperhitungkan juga faktor gaya dalam ultimitMudengan kelebihan beban (overload)

    (bilangan yang lebih besar dari 1,0) untuk menghitung ketidak-pastian dalam analisa

    struktur dalam menahan beban. Struktur dan batang struktural harus selalu

    direncanakan memikul beban yag lebih besar daripada yang diperkirakan dalam

    pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini disediakan terutama untuk

    memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan. Apabila analisa desain

    menggunakan metode ini, struktur jembatan dianggap memenuhi syarat apabila :

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    37/49

    Mu Mn , yang artinya momen yang diakibatkan kombinasi pembebanan haruskurang sama dengan momen nominal struktur yang kekuatanya telah direduksi

    oleh faktor reduksi

    Pu Pn , yang artinya gaya aksial yang diakibatkan kombinasi pembebananharus kurang sama dengan gaya aksial nominal struktur yang kekuatanya telah

    direduksi oleh faktor reduksi

    Vu Vn , yang artinya gaya geser yang diakibatkan kombinasi pembebananharus kurang sama dengan gaya geser nominal struktur yang kekuatanya telah

    direduksi oleh faktor reduksi

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    38/49

    BAB VII

    PERAWATAN JEMBATAN

    3.1

    Umum

    Semua bangunan sipil (gedung, jembatan, bangunan air, air port) dirancang untuk sesuai

    dengan fungsi/tujuan dengan mengindahkan persyaratan-persyaratan kekuatan, kekakuan,

    kestabilan, daktilitas dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan. Namun setelah bangunan

    berdiri, terjadi kerusakan yang berakibat persyaratan-persyaratan tersebut tidak terpenuhi lagi.

    Kerusakan dapat terjadi sejak awal bangunan beroperasi yang disebabkan oleh perencanaan,

    pelaksanaan dan pengawasan yang kurang baik, maupun setelah bangunan beroperasi yang

    disebabkan antara lain karena serangan fisik, kimia, overloading, penurunan pondasi, gempa,

    kebakaran,fatique, kejatuhan pesawat terbang dll. Secara langsung maupun tidak, kerusakan

    akan menyebabkan degradasi kekuatan yang mempengaruhi kinerja struktur secara

    keseluruhan. Jika bangunan tidak segera ditangani perbaikan atau perkuatannya, kerusakan

    dapat berlanjut lebih buruk lagi. Agar bangunan yang sudah rusak dapat terus difungsikan,

    diperlukan tindakan rehabilitasi yang dapat berupa perbaikan (retrofit) atau perkuatan

    (strengthening).

    Sebelum dilaksanakan tindakan rehabilitasi bangunan existing, diperlukan pemeriksaaninvestigasi dan evaluasi kerusakan struktur utama maupun pendukung untuk mengetahui

    sejauh mana kelayakan bangunan tersebut. Dari hasil investigasi dan evaluasi dapat

    ditentukan metode perbaikan atau perkuatan yang paling optimal. Yang telah memasukkan

    beberapa kajian antara lain pendanaan/biaya, durasi pelaksanaan, ketersediaan bahan, alat,

    tenaga, dll. Investigasi semacam ini sering disebut Rekayasa Forensik (Forensic

    Engineering).

    3.2 Kerusakan Jembatan

    Jembatan merupakan salah satu fasilitas umum yang kadang mengalami kerusakan pada

    bagian bagian tertentu , sehingga secara berkala membutuhkan perbaikan dan perawatan Pada

    umumnya, jembatan tidak terlindung atau berhubungan langsung dengan lingkungan,

    sehingga menyebabkan berbagai kerusakan.Kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada

    konstruksi jembatan adalah

    1). Kondisi Rangka Baja

    Hampir seluruh komponen rangka baja telah berkarat, yang kemungkinan besar disebabkanoleh korosi atmosfir. Kemungkinan penyebab korosi :

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    39/49

    Tidak adanya perawatan atau pemeliharaan pada jembatan, misalnya pengecatan pada

    rangka baja, membuata jembatan lebih cepat terkena korosi atmosfir.

    Pembuangan sampah sembarangan di sekitar abutmen jembatan membuat udara

    sekitar jembatan menjadi bersifat asam.

    Air hujan atau embun yang tidak cepat mengering, terutama pada bagian-bagian baja

    yang tersembunyi (pada sambungan baja) membuat baja lebih cepat terserang karat.

    2). Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan

    Permukaan perkerasan tidak rata dan terjadi retak kulit buaya pada beberapa penampang serta

    terdapat lubang pada dek dan oprit jembatan. Bila tidak segera diperbaiki, maka air yang

    masuk dalam timbunan akan membuat penurunan timbunan lebih cepat, dan hal ini tentu akan

    membahayakan abutmen jembatan.

    Gambar 39. Kerusakan Pada Lantai Jembatan

    3). Drainase Jembatan

    Tidak ada drainase pada jembatan, air turun melalui lubang yang ada pada perkerasan

    maupun pada sambungan baja. Air meresap dalam perkerasan, menyebabkan kerusakan padaperkerasan jalan jembatan.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    40/49

    Gambar 40. Kerusakan Pada Saluran Drainase Jembatan

    4). Kondisi Dak Jembatan

    Dak jembatan dari kayu mulai mengalami pelapukan akibat dari air yang meresap melalui

    perkerasan maupun rembesan dari permukaan perkerasan

    5). Kondisi Gelagar

    Kondisi gelagar memanjang ataupun melintang mulai berkarat, dan meluas pada hampir

    semua luas penampangnya. Kemungkinan penyebabnya sama dengan rangka atas jembatan.

    Gambar 41. Kerusakan Pada Gelagar Jembatan

    6). Kondisi Perletakan (Bearing)

    Kondisi perletakan tidak sesuai penempatannya dan korosi juga telah menyerang komponen

    jembatan ini.

    7). Kondisi Abutmen

    Kondisi Abutmen tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan pada jembatan. Sampah dan

    tumbuhan tidak dibersihkan dari sekitar Abutmen.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    41/49

    Gambar 42. Kerusakan Pada Abutment Jembatan

    3.3 Pemeliharaan dan Perbaikan Jembatan

    Jembatan rangka baja ini terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil

    rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar komposit, Bailey atau sistem

    rancangan lainnya termasuk penanganan, pemeriksaan, identifikasi dan penyimpanan semua

    bahan pokok lepas, pemasangan perletakan, pra-perakitan, peluncuran dan penempatan posisi

    akhir struktur jembatan, pencocokan komponen lantai jembatan (deck) dan operasi lainnya

    yang diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan rangka baja sesuai dengan

    ketentuan.Prinsip pemeliharaanjembatan bentang panjangadalah sebagai berikut :

    a. Mencegah terlebih dahulu sebelum memperbaiki

    b. Kombinasi Pencegahan dan Perawatan dengan penekanan pada daya dukung dari

    struktur dan pemeliharaan dek jembatan

    Tujuan dari manajemen pemeliharaan jembatan bentang panjang adalah sebagai berikut :

    a. Menjaga jembatan dalam kondisi sehat dan beroperasi dengan lancar.

    b. Meminimalkan kerusakan pada jembatan. Begitu terjadi kerusakan, pekerjaan

    perbaikan harus segera dilakukan

    c, Menjaga agar tidak terdapat halangan pada jembatan d~n memaksimalkan

    kapasitas lalu Iintas

    d, Menjaga jembatan dalam kondisi yang bagus secara teknis. Meningkatkan

    kemampuan untuk menahan aksi lingkungan/bencana

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    42/49

    e. Memperpanjang keselamatan dan umur pakai jembatan sampai maksimum f.

    Mendapatkan informasi tentang kondisi dari setiap komponen jembatan.

    f. Mengumpulkan data teknis dan manajemen akan diperlukan sebagai dasar untuk

    pemeliharaan dan penggantian serta perkuatan di masa mendatang.

    Persyaratan Manajemen Pemeliharaan Jembatan Bentang Panjang :

    a. Kombinasi dari pencegahan, pemeliharaan dan perawatan dengan

    mengkombinasikan pemeliharaan rutin harian dan pemeliharaan secara umum

    b. Perencanaan dan persiapan harus disiapkan untuk setiap pemeliharaan dan untuk

    mengurangi bahaya.

    c. Penyiapan dan peningkatan Regulasi Pemeliharaan Jembatan Bentang Panjang

    disertai dengan pengorganisasian tim professional untuk pemeliharaan jembatan

    serta penyusunan file data jembatan yang komprehensive

    Lingkup dari Manajemen pemeliharaan Jembatan Bentang Panjang meliputi :

    a. Pemeriksaankondisi teknis

    b. Keberadaandan pengembangan file data teknis jembatan termasuk dokumen disain,

    pengujian pada saat pelaksanaan, data perawatan jembatan, pemeliharaan dan

    perkuatan

    c. Perlindungan terhadap komponen utama jembatan

    d. Pemeliharaan dan perbaikan rutin dari komponen utama Jembatan

    3.3.1 Pemeliharaan Rutin dan Perbaikan Minor

    Perawatan pencegahan harus dilakukan pada jembatan dan semua fasilitas yang ada.

    Jika ditemukan bagian yang mengalami kerusakan kecil harus segera diperbaiki.

    Aktivitas ini disebut pemeliharaan rutin. Pemeliharaan Rutin/Berkala pada dasarnya

    menjaga jembatan dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang

    berulang, yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada

    waktu jembatan selesai dibangun Gembatan masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan

    seumur jembatan tersebut. Hal ini merupakan suatu pengalokasian dana yang efektif dalarn

    hal pemeliharaan.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    43/49

    Pemeliharaan Rutin Jembatan biasanya dimasukkan dalam pekerjaan Pemeliharaan rutin jalan

    dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut. Lingkup pekerjaan

    pemeliharaan rutin jernbatan adalah sebagai berikut:

    Pembersihan secara umum

    Membuang tumbuhan liar dan sampah

    Pembersihan dan melancarkan

    Penanganan kerusakan ringan drainase

    Pengecatan sederhana

    Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan

    3.3.2 Pemeliharaan Berkala

    Lapis permukaan jembatan serta kerusakan lokal pada jembatan dan fasilitas lainnya harus

    diperbaiki dan diperkuat agar kondisinya kembali ke semula. Aktivitas lnl harus dilakukan

    secara Periodik/Berkala sesuai dengan rencana pemeliharaan. Pemeliharaan berkala adalah

    usaha untuk menjaga jembatan tetap datam kondisi dan daya layan yang balk setelah

    pembangunan yang mencakup beberapa kegiatan yaitu

    Kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga

    Perbaikan sederhana

    Kegiatan pemeliharaan berkala diduga mencakup hal-hal sebagai berikut:

    Pengecatan ulang

    Penggantian lapisan permukaan

    Pembersihan jembatan secara keseluruhan

    Pemeliharaan peletakan/landasan

    Penggantian siar mual (expansion joint}

    Perbaikan sederhana mencakup hal-hal :

    Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen yang kecil

    Perbaikan tiang dan sandaran

    Perkuatan bagian-bagian yang bergerak

    Perkuatan bagian yang struktural

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    44/49

    Perbaikan tebingyang longsor dan terkena erosi

    Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana

    a.

    Overhaul comprehensive

    Secara periodik, overhaul comprehensive harus dilakukan untuk membuat jernbatan

    benar-benar berada pada kondisi sesuai perencanaan atau perbaikan lokal dapat

    dllakukan sesuai dengan kondisi teknls yang dlrencanakan sernula untuk

    meningkatkan kapasitas lalu lintasnya. Aktivitas ini harus dilakukan setiap 10 - 15

    tahun sebagai program tahunan yang disetujui oleh Pemilik Jembatan

    b. Peningkatan {improving atau upgrading)

    Kondisi/grade teknis jembatan perlu ditlngkatkan jika jembatan dan fasilitas yang ada

    tidak lagi memenuhi kebututian lalu lintas. Tipe pekerjaan ini harus dilaksanakan

    berdasarkan hasil perencanaan kembaii dan pelelangan kembali. Aktivitas ini berada

    diluar tanggung jawab Tim pemeliharaan Jembatan

    c. Perbaikan dan perkuatan darurat

    Pada kasus dimana terjadi kerusakan aklbat bencana alam, kecelakaan lalu ltntas,

    kerusakan akibat ulah manusai, maka jembatan beserta fasilitasnya harus segeradiperbaiki segera untuk menjamin keselamatan pengguna jembatan. Pada kasus

    dimana jembatan dan fasilitasnya tidak dapat dikembalikan kondisinya dengan

    perbaikan, maka tim khusus perlu dibentuk dan ditugaskan untuk mereview dan

    menyiapkan rencana perbaikan yang diperlukan.

    3.3.3 Pengujian dan Perkiraan Kondisi Teknis serta Daya Dukung Jembatan

    Selama pemeriksaan periodik/berkala dan pemeriksaan khusus, khususnya pada kasus

    perbaikan medium/sedang dan overhauling sedang dilaksanakan kondisi teknis jembatan

    bentang panjang perlu di uji Item-item untuk pemeriksaan kondisi teknis akan berbeda-

    beda sesuai dengan jenis struktur yang digunakan.

    Secara umum pengujian yang dilakukan meliputi

    a. Pengujian axis line dari pilon dan girder utama jembatan

    b. Pengujian retak dari dek slab beton.

    Pemeriksaan akan dilakukan terutama untuk retak-retak pada beton, pemekaran

    beton, karat pada tulangan, kekencangan dari sambuangn baut mutu tinggi pada

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    45/49

    sambuang baja, sambuangan las, retak-retak dan pemekaran pada permukaan

    pada perternuan antara struktur baja dan pelat lantal beton

    c. Pemeriksaan lapis permukaan jembatan, perletakan, expansion joint, sistim

    drainase, guardrail, penangkal petir dan fasilitas lainnya

    d. Pengujian self-vibration characteristicdan tingkat getaran darl jembatan

    Pada kasus-kasus berikut, daya dukung jembatan perlu dievaluasi

    a. Setelah jembatan beroperasi beberapa tahun dengan disertai dengan program

    pemeliharaan dan perawatan yang direncanakan, kapasitas daya dukung jembatan

    perlu dievaluasi

    b. Setelah terjadi kejadian darurat seperti tabrakan kapa], tabrakan kendaraan, gempaburni, taifun, maka daya dukung jembatan perlu diperiksa.

    c. Ketiga jembatan diperkuat, ditingkatkan/upgrade

    d. Ketika kendaraan dengan beban berlebih rencana akan melewati jembatan. Hanya

    jika daya dukung jembatan masih memenuhi, kendaraan tersebut boleh melewati

    jembatan.

    Metode pemeriksaan kapasitas daya dukung jembatan adalah sebagai berikut :

    Untuk jembatan panjang yang sedang beroperasi, jika tidak dimungkin melakukan

    pengujian beban, kapasitas daya dukung jembatan dapat dievaluasi dengan

    perhitungan dan analisis. Pertama-tama untuk komponen penting dan utama dari

    jembatan dilakukan investigasi teknis dengan menggunakan peralatan dan

    insturmen yang perlu untuk, mendapatkan data bentang, kekuatan material, retak,

    tingkat korosi, balok, dan perletakan. Selanjutnya perhitungan dibuat sesuai dengan

    spesiflkasi. Setelah itu daya dukung dan persyaratan kelayanan jembatan harus

    dianalisis dan dievaluasi secara komprehensif

    Uji beban merupakan metode langsung dan paling blsa diandalkan untuk

    mendapatkan daya dukung jembatan. Secara umum, besarnya beban uji harus sesuai

    atau ekuivalensi dengan beban lalu lintas standers. Untuk jembatan yang

    mengalami kerusakan, uji beban harus dilaksanakan pada bentang yang rusak

    atau bagian yang mengalami kerusakan untuk menentapkan reduksi terhadap

    kapasitas daya dukung jembatan akibat kerusakan yang terjadi.

    Pada jembatan tanpa loading test, secara umum penyesuaian kondisi teknis

    jembatan dan perhitunagn teoriti harus dilakukan dan hasilnya dibandingkan dengan

    hasil pengukuran di lapangan untuk mendapatkan penilain yang dapat dipercaya.

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    46/49

    3.3.4 Perawatan dan Pemeliharaan Struktur Bawah

    1. Pondasi

    Pemeliharaan dan perbaikan minor dari pondasi adalah sebagai berikut

    a. Dasar laut/sungai 50 sampai 100 m di arah hulu darl jembatan harus stabil. Di lokasi

    tersebut aktivitas seperti pelaksanaan kontruksi, penggalian pasir, pengambilan bahan

    galian, dan peledakan tidak boleh dilakukan

    b. Jika akan dilakukan pemasangan pipa dibawah tanah, pembuatan berbagai jenis sumur

    atau struktur dibawah tanah lainnya disekitar tepi pile cap, harus dilakukan analisis

    dan perhitungan terlebih dahulu, dan dilakukan perkuatan jika diperlukan. Setelahselesai, galian harus ditimbun kembali.

    Perbaikan dan perkuatan dari pondasi harus memenuhi persyaratan berikut

    a.

    Enam bulan setelah jembatan beroperasi, penggerusandan ke dalam penggerusan yang

    terjadi dlsekitar pondasi harus diukur dan data tersebut harus disimpan. Setelah

    kedalaman scouring stabil, data tersebut harus disarnpalkan kepada perencana untuk

    menentukan apakan diperlukan penimbunan atau tidak.

    b.

    Setelah scouring stabil, kedalaman scouring harus di ukur sekali da/am 1 tahun dan

    data tersebut harus disimpan. Jika diketahui terdapat perubahan besar terhadap

    kedalaman skuring, data tersebut harus disampaikan kepada designer untuk

    menentukan apakah diperlukan penimbunan atau tidak.

    2. Sistem Proteksl Katodik

    Pada Jembatan yang terletak di daerah yang korosif, pondasl yang terbuat dari pipa baja

    yang digunakan umumnya dilengkapi dengan sistim perlindungan korosi balk berupa

    Pelapisan maupun dengan Sisitim Proteksi Katodik. Efektifitas proteksi katodik

    memungkinkan baja karbon untuk digunakan dalam lingkungan yang sangat korosif

    sepertiair laut atau tanah dengan tingkat keasamanyang tinggi.

    Sistem Proteksi katodik adalah suatu sistim yang menggunakan sel elektrokimia untuk

    mengendalikan korosi dengan mengkonsentrasikan reaksi oksigen pada sel galvanik dan

    menekan korosi pada katoda dalam sel yang sama. Pada proteksi katodik, logam yang akan

    dilindungi dijadikan katoda dan reaksi oksldasi terjadi di anoda. Anoda adalah elektroda

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    47/49

    tempat berlangsungnya reaksi oksidasi sedangkan katoda adalah tempat berlangsungnya

    reaksi reduksi.

    Dalam perancangan yang tepat laju oksidasi pada logam yang dilindungi dapat ditekan

    sehingga laju oksidasi tersebut dapat diabaikan. Jika hal itu terjadi maka dapat dikatakan

    proteksi katodik telah efektif. Proteksi katodik tercapai dengan menyuplai elektron ke

    struktur logam yang dilindungi. Hubungan di atas menunjukkan bahwa penambahan

    elektron ke struktur akan menekan penguraian logam dan meningkatkan laju

    pembentukan hidrogen. Jika arus mengalir dari kutub (+) ke (-), maka struktur

    terlindungi. Jika arus memasuki struktur/logam melalui elektrolit, maka sebaliknya.

    Konvensi arus ini diadopsi dalam teknologi proteksi katodik. Sistem proteksi katodik

    mensyaratkan adanya anoda, katoda, serta elektrolit yang menghubungkan keduanya

    sehingga membentuk sirkuit listrik.

    3. Pile Cap

    Pada 1 tahun pertama setelah jembatan beroperasi, penurunan yang terjadi pada titik-titik

    di pile cap harus diamati setiap bulan. Jika terjadi perubahan nilai yang drastis/tiba-tiba,

    alasan terjadinya penurunan drastis tersebut harus diketahui dan langkah penanggulangan

    segera diusulkan.

    Tiga tahun setelah jembatan selesai dibangun, atau setelah perubahan penurunan pondasi

    menjadi sangat kecil, pengamatan terhadap penurunan pile cap dilakukan setiap 1 tahun

    sekali dan data-data tersebut harus di simpan.

    Pada saat air surut terbesar pada setiap musim, beton dari pile cap harus diperiksa.

    Secara umum pemeriksaan dilakukan secara visual atau dapat juga menggunakan palu

    kecil yang dipukul-pukulkan ke beton untuk pengetahui apakah ada bagian yang pecah

    atau lepas.

    Pemeliharaan dan Perbaikan minor dari Pile cap adalah sebagai berikut :

    a. Permukaan pile cap.harus selalu bersih. Kotoran yang ada harus segera dipersihkan

    b. Jika permukaan beton dari pile cap diatas muka air mengalami erosi, spalling,

    honeycomb, dan kerusakan lainnya, pengkasaran dan pembersihan harus segera

    dilakukan dan dilakukan finishing dengan beton atau mortar untuk rnenjamln beton

    lama dan baru menyatu.

    Perbaikan dan perkuatan dari pile cap adalah sebagai berikut :

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    48/49

    a. Jika permukaan beton yang berada dibawah muka air mengalami erosi , spalling,

    honeycomb, dan kerusakan lainnya, pengkasaran harus segera dilakukan pada saat

    kondisi pasang, dibersihkan dengan air bersih dan dilakukan finishing dengan beton

    yang cepat mengeras atau mortar untuk menjamin beton lama dan baru menyatu.

    b. Ilka permukaan beton yang berada dibawah muka air mengalami erosi, spalling,

    honeycomb, dan kerusakan lainnya dengan kedalarnan lebih dari 3 cm dan luas lebih

    dari 0.5 m2, pengkasaran harus segera dilakukan pada saat kondisi pasang,

    dibersihkan dengan air bersih, anyaman tulangan segera dipasang dan dilakukan

    finishing dengan beton yang cepat mengeras atau mortar untuk menjamin beton lama

    dan baru menyatu.

    c. Jika pile cap mengalami retak yang melebih batasan di bawah, penyebab dari retak

    tersebut harus diketahui dan langkah penangan harus segera dilakukan.

    3.3.5 Perawatan dan Pemeliharaan pada Struktur Atas Jembatan Pelengkung Baja

    1. Dek Beton

    Pelat dek beton harus diperiksa terhadap potensi keretakan yang dapat terjadi di

    permukaan dan di bagian bawah. Pemeriksaaan keretakan yang dilakukan meliputi lebar,

    panjang, posisi, kepadatan dan kemungkinan daerah retak pada arah longitudinal. Jika

    diperlukan, beberapa bagian dari lapisan permukaan harus dikupas untuk tujuan observasi.

    Kerusakanyang mungkin terjadi pada dek beton jembatan adalah sebagai berikut:

    a. Retak arah longitudinal

    b. Retak arah melintang

    c. Adanya bagian beton yang terpisah, rusak dan keropos

    d. Karat besi tulangan dalam beton

    e. Perubahan bentuk (deformasi) material beton

  • 7/25/2019 TUGAS JEMBATAN 2

    49/49

    DAFTAR PUSTAKA

    - Dewi, Sri Murni. 2006. Jembatan Baja. Malang: Bargie Media.

    - Supriyadi, Bambang dan Muntohar, Agus S. 2007. Jembatan. Yogyakarta.

    -

    http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&u

    rl=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-

    dan-Komponen-

    Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJ

    g&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rja

    - http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&

    url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb

    79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-

    yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rja

    http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDYQFjAE&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F33984%2F8%2F1873_CHAPTER_V.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEYoBtx-bzPh-yMl6CrFGcbGg2DXw&sig2=65M2KxEqtrDqmEiexYSUNQ&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rjahttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CCkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdesy.lecture.ub.ac.id%2Ffiles%2F2012%2F04%2FBab-2.-Perencanaan-dan-Komponen-Jembatan1.pdf&ei=XJtjVb79Fs2puQScj4OICg&usg=AFQjCNEWzVNTq51pfpj404Kox1_SNEBDJg&sig2=35QSPLUypkV7wf4bYAH0EA&bvm=bv.93990622,d.c2E&cad=rja