Tugas Insektisida Zat Kimia

17
BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG penggunaan insektisida di lingkungan kehutanan khususnya untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman di persemaian dan tanaman muda saat ini masih menimbulkan dilema. Penggunaan insektisida khususnya insektisida sintetis/kimia memberikan keuntungan secara ekonomis, namun dapat mendatangkan kerugian diantaranya adalah residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tapi juga air, tanah dan udara dan penggunaan terus- menerus akan mengakibatkan efek resistensi dari berbagai jenis hama (Djafaruddin, 2001). Penggunaan insektisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72 % agens pengendali hayati. Oleh karena itu diperlukan pengganti, yaitu insektisida yang ramah lingkungan. Satu alternatif pilihan adalah penggunaan insektisida hayati yang berasal dari tumbuhan. insektisida hayati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan mempunyai bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan insektisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga yang bukan sasaran. B. TUJUAN Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang INSEKTISIDA dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua. C. METODE PENULISAN Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah : 1. Metode Pustaka Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan INSEKTISIDA, baik berupa buku maupun informasi di internet.

description

just upload

Transcript of Tugas Insektisida Zat Kimia

Page 1: Tugas Insektisida Zat Kimia

BAB I                                                              PENDAHULUANA.LATAR BELAKANG              penggunaan insektisida di lingkungan kehutanan khususnya untukmengendalikan hama yang menyerang tanaman di persemaian dan tanaman mudasaat ini masih menimbulkan dilema. Penggunaan insektisida khususnya insektisidasintetis/kimia memberikan keuntungan secara ekonomis,  namun  dapatmendatangkan kerugian diantaranya adalah  residu yang tertinggal tidak hanyapada tanaman, tapi juga air, tanah dan udara dan penggunaan terus-menerus akanmengakibatkan efek resistensi dari berbagai jenis hama (Djafaruddin, 2001).             Penggunaan insektisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenishama dan 72 % agens  pengendali hayati. Oleh karena itu diperlukan pengganti,yaitu insektisida yang ramah lingkungan. Satu alternatif  pilihan adalah penggunaaninsektisida hayati  yang berasal dari  tumbuhan. insektisida hayati adalah salah satupestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan  mempunyaibahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadappengganggunya. Bahan insektisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagilingkungan karena cepat terurai di tanah  dan tidak membahayakan hewan,manusia atau serangga yang bukan sasaran.

B. TUJUANTujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang INSEKTISIDA dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.

C. METODE PENULISANMetode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah :

1.    Metode PustakaYaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan INSEKTISIDA, baik berupa buku maupun informasi di internet.

2.    DiskusiYaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada teman kelompok dan teman – teman yang mengetahui tentang informasi yang berkaitan dengan INSEKTISIDA.

3.    EksperimenYaitu percobaan – percobaan yang telah diteliti terlebih dahulu oleh para ahli, yang di sajikan melalui media-media umum sebelum  kami  membuat dan menulis makalah rangkaian  ini yang menjelaskan tentang INSEKTISIDA.

~01~BAB II

                                                                      PEMBAHASANA.PENGERTIAN INSEKTISIDA    Gambar diambil dari http://www.everythingabout.net/

Page 2: Tugas Insektisida Zat Kimia

Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) dan dengan langsung meracuni si serangga tersebut. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai beberapa hal pokok tentang mekanisme insektisida dalam mengendalikan serangga.A.) Menurut cara kerja atau distribusinya didalam tanaman dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut:a. Insektisida Sistemik 

Insektisida sistemik diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar,lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas(akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Serangga akan mati apabila memakan bagian tanaman yang mengandung residu insektisida. b. Insektisida Non-sistemik 

Insektisida non sistemik tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman. Lamanya residu insektisida yang menempel pada permukaan tanaman tergantung jenis bahan aktif (berhubungan dengan presistensinya),teknologi bahan dan aplikasi. Serangga akan mati

~02~apabila memakan bagian tanaman yang permukaannya terkena insektisida. Residu insektisida pada permukaan tanaman akan mudah tercuci oleh hujan dan siraman, oleh karena itu dalam aplikasinya harus memperhatikan cuaca dan jadwal penyiraman.c. Insektisida Sistemik Lokal

Insektisida ini hanya mampu diserap oleh jaringan daun, akan tetapi tidak dapatditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya (efek translaminar). Insektisida yang jatuh ke permukaan atas daun akan menembus epidermis atas kemudian masuk ke jaringan parenkim pada mesofil (daging daun) dan menyebar ke seluruh mefosil daun (dagingdaun) hingga mampu masuk kedalam sel pada lapisan epidermis daun bagian bawah(permukaan daun bagian bawah).B.) Menurut cara masuknya insektisida kedalam tubuh serangga dibedakan menjadi 3kelompok sebagai berikut:a. Racun Lambung (racun perut)

Racun lambung atau perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran dengan cara masuk ke pencernaan melalui makanan yang mereka makan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikanke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sellambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh. b. Racun Kontak Racun

 kontak adalah insektisida yang masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit,celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut si serangga.Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida tersebut.Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.c. Racun Pernafasan

Racun pernafasan adalah insektisida yang masuk melalui trachea serangga dalam bentuk  partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas,asap, maupun uap dari insektisida cair.Sifat-sifat atau cara kerja insektisida tersebut mempunyai spesifikasi terhadap cara aplikasinya :

Page 3: Tugas Insektisida Zat Kimia

1.Untuk mengendalikan hama yang berada didalam jaringan tanaman (misalnya hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan matikeracunan. Hama yang berada didalam tanaman tidak

sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalamJaringan tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.

~03~2. Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang, kutu gajah dll), penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif, karena saat penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan daun, maka mereka akan mati keracunan.

B. SEJARAH PENGGUNAAN INSEKTISIDAPara pekerja kebun diketahui telah menggunakan sabun untuk mengontrol

pertumbuhan hama serangga sejak awal tahun 1800an.  Di awal abad ke 19, sabun yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan. Cara-cara tersebut cukup efektif, meski harus diberikan berkali-kali dan kadang justru mematikan tanaman. Belakangan diketahui juga adanya penggunaan campuran bawang putih, bawang merah, dan lada atau berbagai jenis makanan lainnya, namun tidak cukup efektif membunuh serangga.

Penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai di tahun 1930an dan mulai meluas setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada tahun 1945 hingga 1965, insektisida golonganorganoklorin dipakai secara luas baik untuk pertanian maupun kehutanan. Salah satu produk yang paling terkenal adalah insektisida DDT yang dikomersialkan sejak tahun 1946. Selanjutnya mulai bermunculan golongan insektisida sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pirethroid di tahun 1970an.Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap serangga mulai digunakan.

C. CARA KERJA INSEKTISIDAKita telah mengetahui bahwa insektisida adalah bahan racun yang mematikan serangga,

tetapi bagaimana proses insektisida mematikan serangga masih tanda tanya. Umumnya informasi tentang insektisda untuk pengguna (petani) adalah tentang efikasi, cara penggunaan dan keamanannya. Proses bagaimana insektisida meracun dan mematikan serangga (mode of action) hanya disebut secara garis besar seperti racun kontak, racun perut, atau racun pernafasan. Informasi demikian sudah cukup.

Untuk mengetahui proses mode of action suatu insektisida diperlukan penelitian yang banyak memerlukan tenaga, waktu, keahlian dan fasilitas yang memadahi. Oleh karena itu tidak semua insektisida yang beredar diketahui informasi mode of action nya secara detail, belum lagi senyawa-

Page 4: Tugas Insektisida Zat Kimia

senyawa insektisida baru yang terus ditemukan. Barangkali tidak semua penemu bahan aktif insektisida selalu mengadakan penelitian mode of action nya terhadap serangga.

Disamping itu untuk memahami mode of action suatu insektisida cukup sulit, karena diperlukan pengetahuan dasar lain terutama anatomi dan fisiologi serangga. Oleh karena itu pula informasi suatu insektisida tidak selalu menyertakan informasi mode of action nya secara detail. Informasi demikian hanya bermanfaat untuk kalangan tertentu. Saat ini, dari hasil penelitian yang ada, paling tidak telah diketahui secara garis besar ada lima macam mode of action insektisida, yang telah diketahui.yaitu:

~04~1. Insektisida yang mempengaruhi sistem syaraf.

Kebanyakan insektisida seperti organofosfor, karbamat dan piretroid sintetik dan lainnya bekerja dengan mengganggu sistem syaraf. Untuk dapat lebih memahami cara kerja racun saraf berikut diuraikan sedikit tentang sistem saraf. Sistem saraf adalah suatu organ yang digunakan untuk merespon rangsangan baik dari luar maupun dari dalamsehingga serangga dapat hidup dan berkembang. Sistem saraf terdiri dari banyak sel saraf (neuron) yang saling berhubungan yang menyebar ke seluruh tubuh. Secara tipikal bentuk neuron di salah satu ujungnya berupa semacam serabut yang disebut dendrit dan diujung lain memanjang dan ujungnya bercabang-cabang disebut akson. Antar neuron berhubungan melalui aksonnya. Titik dimana dua neuron berhubungan disebut sinap. Ujung akson yang berhubungan neuron lainnya disebut pre sinap sedangkan bagian dari neuron yang berhubungan dengan presinap disebut postsinap. Impul saraf berjalan dari satu neuron ke neuron berikutnya sepanjang akson melalui sinap. Di daerah sinap impul saraf diteruskan oleh neurotransmitter yang banyak jenisnya. Berjalannya impul saraf merupakan proses yang sangat kompleks. Prosses ini dipengaruhi oleh keseimbangan ion-ion K+, Na+, CA++, Cl-, berbagai macam protein, enzim, neurotransmitter, dan lain-lainnya yang saling mempengaruhi. Gangguan pada salah satu faktor mengakibatkan impul saraf tidak dapat berjalan secara normal. Sehingga serangga tidak mampu merespon rangsangan.

Insektisida organofosfor dan karbamat mengikat enzim asetilkolinesterase yang berfungsi menghidrolisis asetilkolin. Dalam keadaan normal asetilkolin berfungsi menghantar impul saraf, setelah itu segera mengalami hidrolisis dengan bantuan enzim asetilkolinesterase menjadi kolin dan asam asetat. Dengan terikatnya enzim asetilkolinesterase terjadi penumpukan asetilkolin, akibatnya impul saraf akan terstimulasi secara terus menerus menerus menyebabkan gejala tremor/gemetar dan gerakan tidak terkendali.

Piretroid sintetik adalah sintetik kimia yang menyerupai piretrin. Mulanya, insektisida pyretrin diperoleh dari ekstrak bunga tanaman Chrysanthemum sp (Compositae), namun sekarang manusia telah mampu membuat sintetiknya. Piretrin memiliki knock down yang cepat namun tidak stabil, mudah mengalami degradasi. Sebaliknya, sintetik piretroid memiliki sifat lebih stabil. Sintetik piretroid juga bekerja mengganggu sistem syaraf dengan mengikat protein “voltage-gated sodium channel” yang mengatur denyut impul syaraf. Efeknya sama seperti yang disebabkan oleh organofosfor dan karbamat, impul saraf akan mengalami stimulasi secara terus menerus dan mengakibatkan serangga menunjukkan gejala tremor/gemetar, gerakan tak terkendali.

Imidacloprid, insektisida golongan kloronikotinil juga insektisida yang bekerja mengganggu sistem saraf. Didalam sistem saraf, imidacloprid memiliki sifat menyerupai fungsi asetilkolin. Seperti telah diterangkan di atas bahwa setelah asetilkolin meneruskan impul saraf pada reseptor akan segera terhidrolisa. Imidacloprid akan menempati reseptor asetilkolin dan tetap terikat pada reseptor. Efek selanjutnya mirip dengan organofosfor atau karbamat.

Page 5: Tugas Insektisida Zat Kimia

Avermektin, demikian juga abamektin juga bekerja sebagai racun saraf. Avermektin adalah insektisida antibiotik yang berasal dari suatu jamur, secara kimia digolongkan dalam makrolakton.   Avermektin mengikat suatu protein dalam sel saraf yang yaitu gamma amino butyric acid (GABA)-gated chloride channel. Protein ini berfungsi mengatur impul saraf. Avermektin menghambat fungsi protein ini, akibatnya saraf akan mengalami overeksitasi. Gejala yang ditunjukkan tremor dan gerakan tak terkendali. Demikian juga fipronil, insektisida dari golongan phenylpyrazole menunjukkan efek yang mirip menghambat fungsi GABA-gated chloride channel.

~05~Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar insektisida walaupun memiliki struktur kimia yang berbeda, namun efeknya sama mengganggu sistem saraf jasad sasaran.                                                                                                                                                                      2. Insektisida yang menghambat produksi enegi

Dibandingkan dengan insetisida yang bekerja mengganggu racun saraf, insektisida golongan ini dapat dikatakan sangat sedikit. Namun demikian tidak menutup kemungkinan akan berkembang pada masa datang. Insektisida jenis ini yang telah beredar di Indonesia adalah dengan merek dagang Amdro.

Mekanisme kerja insektisida ini mengganggu proses respirasi, suatu proses yang menghasilkan energi untuk proses metabolisme. Respirasi adalah suatu proses pemecahan gula atau senyawa lain yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk proses pertumbuhan. Proses respirasi adalah proses yang kompleks, yang melibatkan banyak reaksi yang memerlukan enzim. Gangguan-gangguan dalam setiap tahap reaksi ini akan menggaggu perolehan energi yang diperlukan yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan jasad akan mati di atas kakinya sendiri karena kehabisan tenaga untuk tumbuh dan berkembang.

3. Insektisida yang mempengaruhi pertumbuhan serangga hama (IGR, Insect Growth Regulator)Insektisida ini dibagi menjadi dua yaitu yang mempengaruhi sistem endokrin dan yang menghambat sintesis kitin.

Pertumbuhan serangga pada fase muda (larva), dikendalikan oleh hormon juvenile (juvenile hormon) yang diproduksi di otak. Hormon juvenil mengatur kapan fase larva berakhir kemudian dilanjutkan dengan molting kemudian menjadi dewasa. Insektisida berbahan aktin hydroprene, methoprene, pyriproxypen dan fenoxycarb bekerja menyerupai hormon juvenil, menyebabkan larva terganggu pertumbuhannya, tetap dalam fase muda, tidak dapat bekepompong dan akhirnya mati.

yang menghambat pembentukan kitin adalah dari golongan benzoylurea seperti lufenuron (Program), diflubenzuron (Dimilin), teflubenzuron (Nomolt) dan hexaflumuron (Sentricon). Kitin adalah komponen utama eksoskeleton serangga. Tergangguna proses pembentukan kitin larva tidak dapat melanjutkan pertumbuhannya secara normal dan akhirnya mati.

4. Insektisida yang mempengaruhi keseimbangan air tubuh.Tubuh serangga dilapisi oleh zat lilin/minyak untuk mencegah hilangnya air dari tubuhnya.

Diatom, silica aerogels dan asam borat adalah bahan yang dapat menyerap lilin/lemak, sehingga lapisan lilin akan hilang, serangga akan banyak kehilangan air dan mengalami desikasi dan akhirnya mati.

5. Insektisida yang merusak jaringan pencernaan seranggaInsektisida golongan ini adalah yang berbahan aktif mikroorganisme Baccilus thuringiensis

(Bti). Bti membentuk endotoksin yang bila masuk ke dalam pencernaan serangga (larva dari

Page 6: Tugas Insektisida Zat Kimia

golongan lepidoptera) yang bersifat asam akan terlarut dan merusak sel-sel jaringan pencernaan dan menyebabkan kematian.

Secara ringkas insektisida dapat didifinisikan semua bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dari golongan serangga. Ada banyak sekali jenis dan merek insektisida yang beredar di pasaran. Untuk mempermudah mengenal insektisida, insektisida digolongkan menurut kriteria/batasan tertentu.

~06~D. PENGGOLONGAN INSEKTISIDA1. Pembagian menurut cara kerjanya1. Insektisida kontak2. Insektisida racun perut                                                  3. Insektisida racun pernafasan    4. Insektisida sistemik2. Pembagian menurut asal bahan yang digunakan :1. Insektisida kimia sintetik, insektisida yang banyak kita kenal seperti organofosfor, karbamat, piretroid sintetik.2. Insektisida botani (berasal dari ekstrak tumbuhan)

Ekstrak sejenis bunga krisan (Chrisanthemum sp-Compositae/Asteraceae) (piretrin). Dalam kemajuannya insektisida ini telah dibuat secara sintetik dan disebut sintetik piretroid (permetrin, sipermetrin , sihalotrin dll) Ekstrak biji nimba (azadirahtin- Nimbo 0,6 AS) Ekstrak akar tuba (rotenon- Biocin 2 AS)

3. Insektisida dari mikroorganisme  Beauveria bassiana (Bevaria P, Bassiria AS) Bacllus thuringigiensis (Bactospeine WP, Thuricide HP, Turex WP).

3. Pembagian yang umum, yang banyak digunakan adalah berdasar batasan golongan kimia dan cara kerja yang khas yaitu :1. Anorganik (tembaga arsenat, boraks, merkuri klorida)2. Organochlorine (DDT, aldrin, dieldrin, endosulfan)3. Organofosfor (organophosphorus)

Organophosphate (dicrotophos, monocrotophos, naled) Organothiophosphate (phenthoate, dimethoate, omethoate, poksim, chlorpyrifos, diazinon, fenitrothion, profenofos, trichlorfon dll) Phosphoramidate (fenamiphos, mephosfolan, phosfolan) Phosphoramidothioate (acephat, isofenphos, methamidophos) Phosphorodiamide (dimefox, mazidox)

4. Karbamat (carbamate) (carbaryl, bendiocarb) Benzofuranyl methylcarbamate (carbofuran, carbosulfan, benfuracarb) Dimethylcarbamate (dimetan, dimetilan, pirimicarb) Oxime carbamate (methomyl, oxamyl, thiodicarb) Phenyl methylcarbamate (fenobucarb, isoprocarb, propoxur)

5. Pyrethroid Pyrethroid ester (allethrin, cyfluthrin, cyhalothrin,cypermethrin, deltamethrin, fenpropathrin, fenvalerate, fluvalinate, transfluthrin dll)

Page 7: Tugas Insektisida Zat Kimia

Pyrethroid ether (etofenprox, flufenprox)6. IGR (insect growth regulator)

Chitin synthesis inhibitor (menghambat sintesis chitin (buprofezin, cyromazin, diflubenzuron, luvenuron)

                                                                                                                                                                        ~07~

Moulting hormones agonist (menghambat pembentukan kepongpong) (halofenozide, tebufenozide, a-ecdysone).

Juvenile hormone mimic(mengganggu secara hormonal serangga tetap dalam fase larva (fenoxycarb, hydroprene, methoprene).                                                                                                            

7. Dinitrophenol (dinex, dinoprop, DNOC)8. Flourine (barium hexafluorosilicate, sodium hexafluorosilicate)9. Formamidine (amitraz, chlordimeform)10. Nereistoxin analog (cartap, bensultap, thiosultap)11. Nicotinoid (imidacloprid, acetamiprid, thiametoxam)12. Pyrazol (fipronil)13. Insektisida botani (lihat butir 2.b)14. Insektisida antibiotik (abamectin, ivermectin, spinosad)15. Insektisida fumigant (chloropicrin, ethylene dibromide, phosphine)

E.  INSEKTISIDA DAN AKARISIDA YANG BERASAL DARI ALAMYang dimaksud dengan insektisida dan akarsida alami adalah semua bahan aktif

insektisida dan akarisida yang diambil dari alam, bukan merupakan hasil sintesa di laboratorium. Ketika insektisida alami diproduksi secara komersial, peranan industri terbatas pada riset dan pengembangan, pemurnian bahan aktif dan formulasi, sehingga senyawa tersebut dapat digunakan secara praktis di lapangan.Dalam artikel ini kami membagi insektisida alami kedalam beberapa kategori sebagai berikut: 1. Insektisida nabati (insektisida botani), yakni bahan aktif insektisida yang diekstrak dari tumbuhan, seperti azadiraktin, nikotin, rotenon, dan seterusnya.2. Insektisida mikrobiologi (insektisida biologi), adalah mikroorganisme seperti jamur, virus, nematoda, dan sebagainya, yang umumnya menyebabkan penyakit pada serangga hama tertentu.3. Insektisida alami yang bukan termasuk ke dalam kategori 1, 2 dan 4. Contoh dari kategori ini adalah tanah diatomeae, bubuk karbon, dan sebagainya.4. Insektisida yang berasal dari fermentasi mikroorganisme, seperti antibiotika, makrolida, dan sebagainya. Alasan mengapa kelompok antibiotika dan/atau makrolida kami masukkan ke dalam kelompok insektisida alami adalah kenyataan bahwa senyawa kimia ini tidak dibuat/disintesa di laboratorium, tetapi dihasilkan secara alami dari fermentasi mikrobiologi.

F. INSEKTISIDA NABATI

Sejak lama diketahui bahwa beberapa ekstrak tumbuhan bersifat racun bagi serangga tertentu. Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida telah diketahui sejak abad 18, di antaranya daun tembakau (1763), bubuk piretrum dari bunga Chrysantemum (1840), dan akar tuba (Derris eliptica).

Page 8: Tugas Insektisida Zat Kimia

Berikut adalah beberapa insektisida nabati yang telah dapat dimurnikan bahan aktifnya, dan diproduksi secara komersial, meskipun banyak di antaranya yang belum dipasarkan di Indonesia. 

~08~Berikut adalah beberapa contoh insektisida nabati :

1.Asitrat (citric acid) Asam sitrat diekstraksi dari buah jeruk, digunakan sebagai insektisida untuk

mengendalikan berbagai jenis serangga, seperti semut, aphids, kumbang, ulat, wereng daun, kutu dompolan, tungau dan kutu kebul, pada tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias.

2.Azadiraktin (azadirachtin)                Ekstrak biji mimba (Azadirachta indica) sejak lama diketahui mempunyai efek insektisida. Azadiraktin (AZA) adalah senyawa kimia utama dari ekstraksi atas biji-biji mimba (neem). Disamping azadiraktin, ekstrak biji mimba juga mengandung senyawa limonoid lainnya, seperti nimbolid, nimbin dan salanin. Ekstrak biji mimba, atau “neememulsion” mengandung 25% (berat/berat) azadiraktin, 30 50% senyawa limonoid lainnya, 25% asam lemak dan 7% ester gliserol.  

                Azadiraktin bekerja sebagai antagonis ecdyson (ecdyson adalah hormon yang bertanggung-jawab atas proses pergantian kulit serangga), sehingga ecdyson tidak bekerja dengan baik dan serangga hama yang terpapar akan tergganggu proses ganti kulitnya, sehinnga mati. Oleh karena itu azadiraktin dapat diklasifikasikan sebagai penghambat pertumbuhan serangga (insect growth regulator : IGR) . 

  Azadiraktin digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama dari genus-genus yang berbeda. Efektif untuk mengendalikan kutu kebul (Bemisia spp.), thrips, pengorok daun, aphids, larva Lepidoptera (ulat), kutu sisik, kumbang dan kutu dompolan, pada sayuran (tomat, kubis, kentang), kapas, teh, tembakau, kopi, dan tanaman hias.

                LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit, tapi sedikit pada mata (kelinci). Klasifikasi toksisitas EPA (formulasi) kelas IV. 

Azadiraktin dipasarkan di Indonesia dengan nama-nama dagang Natural 9 WSC, Nimbo 0,6 AS dan Nospoil 8 EC, dan didaftarkan (dalam hal ini Nimbo) untuk mengendalikan kutu daun Myzus persicae dan ulat grayak Spodoptera litura pada tanaman cabai (Anonim, 2006).

3.Azadiraktin-dihidro (dihydroazadirachtin)                Insektisida dihidroazadiraktin (DAZA) adalah bentuk terreduksi dari azadiraktin alami. Sifat-sifatnya mirip dengan azadiraktin, demikian halnya dengan cara kerja (mode of action) dan hama sasarannya.LD50 (tikus) >5000 mg/kg, dermal (kelinci) >2000 mg/kg bb.

4.Ekstrak bawang putih                 Digunakan sebagai pengusir serangga (insect repellent) dan harus digunakan sebelum ada serangan serangga hama. Mungkin senyawa mengandung sulfur yang terdapat dalam ekstrak bawang putihlah yang bertanggung-jawab atas efek repellent-nya.

Beberapa produk berisi ekstrak bawang putih telah diproduksi secara komersial. Dalam penggunaannya dicampur dengan horticultural oil atau minyak ikan, diencerkan sesuai dengan rekomendasi produsennya, dan disemprotkan dengan volume tinggi pada

Page 9: Tugas Insektisida Zat Kimia

tanaman yang dilindungi. Waktu aplikasikan sebaiknya menjelang sore, dan diulangi setiap 10 hari.

    ~09~                 Ekstrak bawang putih mungkin juga mengusir serangga penyerbuk. Karena itu jangan digunakan saat tanaman berbunga, apabila kehadiran serangga penyerbuk penting bagi produksi tanamannya. Ekstrak bawang putih praktis tidak berbahaya (dalam takaran normal). Ekstrak bawang putih juga dimanfaatkan sebagai suplemen makanan dan dalam masak-memasak. 

5.Eugenol (4-allyl-2-methoxyphenol)                Eugenol (minyak cengkih) diekstrak dari berbagai jenis tanaman, termasuk cengkih, bersifat sebagai insektisida. Cengkih mengandung antara 14-20% minyak cengkih.Digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk kutu tanaman (aphids), ulat grayak, kumbang, ulat tanah, belalang, tungau, dsb., pada tanaman sayuran dan buah-buahan.

6.Kapsaisin (Capsaicin)                Kapsaisin adalah senyawa kimia yang terdapat pada tanaman Solanaceae dari genus Capsicum (berbagai macam cabai), dan merupakan senyawa kimia yang bertanggung-jawab atas rasa pedas pada cabai.                                                                        Senyawa ini merupakan pengusir serangga dan tungau, serta mempunyai efek sebagai insektisida. Juga dikatakan dapat mengurangi transpirasi tumbuhan.                                                                                             Produk komersial dengan nama dagang Armorex mengandung campuran ekstrak cabai (kapsaisin) dengan mustard oil (allyl isothiocyanate) digunakan dengan cara dikocorkan (soil drench) sebelum tanam, dan dapat mengendalikan berbagai jenis cendawan tular tanah (termasuk Pythium, Rhizoctonia, Phytophthora, Pyrenochaeta, Sclerotium, Armillaria dan Plasmodiophora), serangga tanah seperti ulat potong (Agrotis), lundi (uret, larva kumbang), molluska, nematoda (Tylenchus, Pratylenchus, Xiphinema, dsb.), serta sejumlah gulma.

Kapsaisin dikatakan dapat mengganggu metabolisme serangga dan bekerja pada susunan syaraf sentral serangga.  

7.Karanjin                Insektisida dan akarisida karanjin diekstrak dari biji tumbuhan Derris indica (Pongamia pinnata). Bentuk WP didapat dengan menggiling biji hingga menjadi tepung. Digunakan untuk mengendalikan tungau, kutu sisik, serangga pengunyah dan penusuk-pengisap, serta beberapa jenis jamur. Terutama efektif untuk mengendalikan kutu kebul (whiteefly) thrips, pengorok daun, aphids, ulat, kutu sisik dan kutu dompolan pada berbagai jenis tanaman termasuk sayuran, kapas, teh, tembakau, dan tanaman hias.

                Karanjin bekerja dengan berbagai macam cara. Karanjin adalah penghalau serangga (insect repellent), antifeedant (menghilangkan nafsu makan serangga), menekan kegiatan hormon ecdyson (hormon yang mengatur pergantian kulit serangga), karenanya bertindak sebagai insect growth regulator (IGR). Dikatakan pula bahwa karanjin mampu menghambat sitokrom P450 pada serangga dan tungau yang peka. Digunakan dengan cara disemprotkan.Tidak ada bukti adanya efek alergi dan efek negatif lainnya, baik pada produsen, formulator maupun pengguna.

Page 10: Tugas Insektisida Zat Kimia

~10~8.Minyak kanola (canola oil)                Minyak kanola diekstrak dari biji kanola (iolseed rape plants, Brassica napus dan Brassicacampestris). Efektif untuk mengendalikan, dengan cara mengusir (insect repellent) berbagai jenis serangga hama pada berbagai jenis tanaman, termasuk sayuran, tanaman hias, buah-buahan, jagung, bit gula, kedelai, dan sebagainya. Digunakan dengan cara disemprotkan atau dialirkan lewat saluran irigasi.

9.Nikotin                 Nikotin adalah senyawa bioaktif kimia utama dari tanaman tembakau (Nicotiana tabacum, N. glauca dan N. rustica) serta beberapa tumbuhan dari familia Lycopodiaceae, Crassulaceae, Leguminosae, Chenopodiaceae dan Compositae. Nikotin sejak lama digunakan sebagai insektisida. Rata-rata kandungan nikotin pada N. tabacum dan N. rustica adalah 2% hingga 6% berat kering. Dahulu nikotin diproduksi dalam bentuk ekstrak dari daun tembakau, tetapi kini dibuat dan dijual dalam bentuk nikotin teknis atau nikotin sulfat. 

                Nikotin adalag racun non-sistemik, terutama aktif dalam fase uapnya, tetapi juga memiliki sedikit efek sebagai racun kontak dan racun perut. Bekerja pada syaraf serangga dengan memblok reseptor (penerima) kholinergik asetilkholin. Merupakan insektisida yang sangat toksik, berspektrum sangat luas, digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga hama, termasuk aphids, thrips dan kutu kebul; pada berbagai tanaman.

                LD50 oral pada tikus antara 50-60 mg/kg, LD50 dermal (kelinci) 50 mg/kg. Mudah diabsorbsi oleh kulit, beracun bagi manusia bila berkontak dengan kulit. Merupakan racun inhalasi yang sangat toksik.                                                                                        

 Klasifikasi toksisitas WHO (bahan aktif) kelas Ib, dan EPA (formulasi) kelas I. 

10.Piretrum                 Bubuk piretrum, yakni tepung yang diperoleh dari bunga semacam krisan, telah digunakan sebagai insektisida di berbagai belahan bumi sejak jaman purba. Tanaman ini mungkin berasal dari Cina, yang selanjutnya menyebar ke barat lewat jalur sutera ke Persia pada abad pertengahan. Bubuk piretrum kemudian dikenal pula sebagai Persian Insect Powder. Selanjutnya tanaman ini menyebar ke pesisir laut Adriatik di Dalmatia (bagian dari Kroasia). 

                Piretrum diperoleh dari bunga tumbuhan semacam krisan, yakni Chrysantemum cinerariaefolium (Pyrethrum cinerariaefolium, Tanacetum cinereriaefolium). Ekstrak ini selanjutnya dimurnikan menggunakan metanol.Ekstrak piretrum terdiri atas 3 kelompok senyawa, yang keseluruhannya terdiri atas 6 senyawa bioaktif yakni piretrin (piretrin I dan II), jasmolin (jasmolin I dan II) dan sinerin (sinerin I dan II). 

11.Rotenon                 Rotenon merupakan senyawa kimia bersifat insektisida yang diekstrak dari tanaman akar tuba (Derris eliptica & Derris maccensis), Lonchocarpus sp., dan Tephrosia sp. Sejak lama perasan akar tuba digunakan untuk meracuni ikan.

                                                                          ~11~

Page 11: Tugas Insektisida Zat Kimia

Rotenon efektif untuk mengendalikan berbagai serangga hama, termasuk aphids, thrips, tungau, semut merah, dan sebagainya. Bila diaplikasikan ke air mampu mengendalikan larva nyamuk. Juga digunakan untuk mengendalikan ekto-parasit ternak (bidang peternakan) dan di bidang perikanan digunakan untuk mengendalikan ikan buas. Di bidang pertanian digunakan pada tanaman hias dan sayuran.

                Rotenon bekerja sebagai penghambat transport elektron pada respirasi serangga sasaran (pada lokasi I). Bersifat non-sistemik, racun kontak dan racun lambung.

                LD50 oral (tikus putih) 132-1500 mg/kg, mencit putih 350 mg/kg. LD50 dermal (kelinci) >5000 mg/kg bb. Kelas toksisitas WHO (bahan aktif) kelas II, EPA (formulasi) kelas I dan III. Perkiraan dosis mematikan untuk manusia antara 300-500 mg/kg. Sangat beracun bila terhisap dibandingkan dengan bila termakan. Rotenon beracun bagi ikan, dan sangat beracun bagi babi. 

12.Ryania                 Ryania diekstrak dari tumbuhan Ryania speciosa, dan digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan serangga Cydia pomonella, penggerek batang jagung Ostrinia nubilalis serta thrips pada jeruk. LD50 oral (tikus) 1200 mg/kg bb. 

13.Sabadila                 Sabadila diekstrak dari biji Schoenocaulon officinale dan mengandung bahan aktif veratrin yang merupakan campuran 2 : 1 dari sevadin, veratridin dan komponen minor lainnya. Sabadila merupakan insektisida kontak dan selektif untuk untuk mengendalikan thrips pada jeruk dan advokat. 

14.Sitronela                 Sitronela diakstrak dari tanaman sereh wangi, dan telah digunakan sebagai pengusir (insect repellent) nyamuk, dsb., sejak tahun 1901. Selain  mengandung sitronela, ektrak tanaman ini juga mengandung senyawa-senyawa minor lainnya, seperti alpha-sitronela, sitronelol dan alpha-sitronelol.

G. PENGGUNAAN INSEKTISIDA ORGANOFOSFATPenggunaan insektisida organofosfat di bidang pertanian maupun non pertanian

adalah sebuah upaya untuk mengontrol hama, namun apabila penggunaannya tidak benar maka akan masuk dan mengkontaminasi lingkungan. Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui konsentrasi uji toksisitas akut insektisida klorpirifos dan profenofos pada alga hijau (Chlorella sp) yang mengakibatkan terjadinya IC-50 (Inhibited Concentration 50%) terhadap laju pertumbuhannya. Chlorella sp yang diujikan dikulturkan di laboratorium dalam media Bold Basal Medium dan memiliki pH 6,6. Pencahayaannya menggunakan lampu neon 30 watt dengan jarak 65 cm kontinyu selama 24 jam. Toksisitas klorpirifos dan profenofos terhadap Chlorella sp ini dievaluasi dengan sistem bioassay. Pada pengujian uji toksisitas dari tiap-tiap insektisida terdapat 5 variasi konsentrasi uji dan dibuat 3 seri (triplo) dari tiap variasi konsentrasi dan kontrol untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih akurat dengan durasi selama 96 jam. Dari penelitian diperoleh data bahwa konsentrasi yang menyebabkan IC-50 klorpirifos adalah sebesar 0,068 mg/L, sedangkan konsentrasi yang menyebabkan IC-50 pada profenofos adalah 0,244 mg/L.

~12~H. CONTOH GAMBAR INSEKTISIDA

Page 12: Tugas Insektisida Zat Kimia

               

      

             

Gambar diambil dari http://www.everythingabout.net/~13~

                                                                               BAB III

                                                                            PENUTUP

A.KESIMPULAN

                Dari rincian di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut yaitu:

1.       Dari hasil penelitian para Ahli, seperti yang telah kita ketahui dijelaskan bahwa sebaiknya kita      menggunakan INSEKTISIDA hayati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan agar  tidak merusak       lingkungan.

2.       Pada uji toksisitas akut insektisida klorpirifos diperoleh konsentrasi yang        menyebabkan IC50  (Inhibited Concentration 50%) adalah sebesar 0,068 mg/L.       Sedangkan konsentrasi yang menyebabkan IC50 pada profenofos adalah 0,244        mg/L. 

3.        Kategori sifat toksik dari kedua insektisida tersebut adalah sangat toksik karena        menyebabkan IC50 pada konsentrasi zat dibawah 0,5 mg/L.

4.        Insektisida klorpirifos lebih toksik  jika dibandingkan dengan insektisida        profenofos dalam menginhibisi laju pertumbuhan chlorella sp.

B.SARAN                Setelah dilakukan kajian pada hasil penelitian, berikut ini beberapa saran untuk mengembangkan penelitian ini secara lebih lanjut di masa yang akan datang :        1.   Perlu adanya penelitian yang sejenis dengan menggunakan insektisida               organopospat lainnya.       2.   Perlu adanya penelitian dengan menggunakan campuran insektisida jenis lainnya              karena di lingkungan tertentu terdapat bermacam